KHOLIDAH, 2015 KETERKAITAN DAERAH AKTIF DI MATAHARI
DENGAN KEJADIAN BADAI GEOMAGNET KUAT Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Kondisi  di  Matahari  mengalami  perubahan  yang  periodik  dengan  rata-rata perubahan  sekitar  11  tahun  atau    dikenal  dengan  siklus  11  tahun.  Siklus  ini
menunjukkan  adanya  masa  awal  siklus,  masa  puncak  siklus  dan  masa  akhir siklus.  Saat  masa  awal  dan  akhir  siklus  aktivitas  di  Matahari  cenderung  tenang
atau  minimum,  sedangkan  pada  saat  puncak  siklus  aktivitas  Matahari  mencapai maksimum  dan  banyak  bermunculan  fenomena  daerah  aktif  seperti  bintik
Matahari,  CME,  dan  flare  yang  dapat  menjadi  penyebab  perubahan  cuaca antariksa.  Cuaca  antariksa  merupakan  kondisi  di  Matahari  dan  di  ruang
antarplanet    magnetosfer,  ionosfer  dan  termosfer  yang  dapat  mempengaruhi medan  magnet  Bumi,  jaringan  listrik,  sistem  satelit,  penentuan  posisi  berbasis
satelit  seperti  GPS  Global  Positioning  System,  bahkan  dapat  mempengaruhi keadaan iklim di Bumi Martiningrum, dkk.  2012, hlm. 1.
Salah  satu  fenomena  terpenting  dalam  sistem  cuaca  antariksa  yaitu  kejadian badai geomagnet  yang merupakan dampak dari hubungan Matahari-Bumi. Badai
geomagnet  merupakan  gangguan  pada  magnetosfer  Bumi  yang  disebabkan  oleh lontaran partikel-partikel yang berasal dari Matahari dan medan magnet Matahari
yang  dibawa  oleh  angin  Matahari  yang  mengarah  ke  selatan  Bumi  sehingga menyebabkan  terjadinya  rekoneksi  yang  menyebabkan  melemahnya  medan
magnet Bumi. Kecepatan angin Matahari dapat lebih tinggi dari biasanya setelah terjadi CME atau saat terdapat lubang korona di Matahari Santoso, 2013.
Lubang  korona  Coronal  Holes  muncul  sebagai  daerah  gelap  di  korona Matahari  yang  berkaitan  dengan  garis  medan  magnet  yang  terbuka.  Lubang
korona  dapat  menjadi  sumber  angin  Matahari  berkecepatan  tinggi  yang  dapat mengakibatkan  terjadinya  CIR  Corotating  Interaction  Region  yang  bisa
mempercepat  partikel  dan  bisa  menimbulkan  terjadinya  badai  geomagnet,
KHOLIDAH, 2015 KETERKAITAN DAERAH AKTIF DI MATAHARI
DENGAN KEJADIAN BADAI GEOMAGNET KUAT Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
sedangkan Coronal Mass Ejection CME merupakan material yang dilepaskan di korona  Matahari  berupa  plasma  dan  mengandung  medan  magnet.  Saat  terjadi
CME,    sekitar  2  ×  10
11
kg  s.d  4  ×  10
13
kg  materi  korona  terlontar  ke  angkasa dengan  energi  sebesar  10
22
Joule  s.d    6  ×  10
24
Joule  dengan  kecepatan  yang bervariasi berkisar 400 kms s.d  2500 kms yang bersesuaian sekitar 1 hari s.d 4
hari.  CME  ini  dapat  mencapai  Bumi  rata-rata  2  hari  s.d  3  hari  Schrijver,  2013; Martiningrum,  dkk.  2012,  hlm.  6.  CME  penyebab  terjadinya  badai  geomagnet
biasanya  terlihat  sebagai  CME  Halo  Howard,  dkk  dalam  Youssef,  2012  yang dapat terjadi akibat adanya flare atau erupsi filamen.
Flare  merupakan  suatu  ledakan  di  Matahari    yang  melontarkan  partikel berenergi  tinggi  yang  disebabkan  oleh  peristiwa  rekoneksi  magnet  magnetic
reconnection Yatini, dkk, 2010. Rekoneksi magnet adalah penyusunan kembali
garis-garis  gaya  magnet  ketika  dua  medan  magnet  berlawanan  arah  dibawa bersama-sama.  Penyusunan  kembali  ini  diikuti  oleh  pelepasan  energi  secara
mendadak  yang  tersimpan  di  dalam  medan  magnet  dengan  arah  berlawanan. Umumnya  flare  terjadi  di  atas  daerah  aktif.  Sumber  energi  flare  ini  tersimpan
dalam  medan  magnetik  di  daerah  aktif  Svestka;  Tanberd,  Hanssen    Emslie; Somov dalam Yatini, 2005.
Pada  saat  terjadi  CME  atau  flare,  partikel-partikel  bermuatan  dan  medan magnet  terlontar  dari  permukaan  Matahari  yang  kemudian  dibawa  oleh  angin
Matahari  melewati  ruang  antarplanet  sehingga  menumbuk  magnetosfer,  yang dikenal  dengan  istilah  Interplanetary  Shock  IPS.  Pada  saat  terjadi  IPS,  energi
dan momentum dari angin Matahari dapat masuk ke dalam magnetosfer Bumi dan mengarah ke selatan, maka dapat menimbulkan terjadinya badai geomagnet.
Salah  satu  contoh  kasus  dampak  kejadian  badai  geomagnet  yang  dapat dirasakan langsung oleh manusia di Bumi yaitu peristiwa blackout yang terjadi di
Malmö,  Sweden  selatan    pada  tanggal  30  Oktober  2003.  Peristiwa  blackout  ini berlangsung    selama  20  menit  s.d  50  menit  Pulkkinen,  dkk.  dalam  Wik,  dkk.
2009. Penyebabnya yaitu terjadinya kejenuhan pada transformator karena adanya GIC Geomagnetically Induced Current yang menyebabkan relay terlalu sensitif
KHOLIDAH, 2015 KETERKAITAN DAERAH AKTIF DI MATAHARI
DENGAN KEJADIAN BADAI GEOMAGNET KUAT Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
terhadap harmonik ketiga dari frekuensi dasar yaitu 50 Hz.  GIC merupakan arus induksi yang dihasilkan dari fluktuasi medan geomagnet yang terjadi akibat badai
geomagnet,  yang  merupakan  imbas  dari  aktivitas  Matahari.  Hasil  identifikasi menunjukkan  bahwa  pada  tanggal  30  Oktober  2003  terjadi  badai  geomagnet
dengan intensitas -353 nT yang diduga sebagai penyebab terjadinya peristiwa ini. Kejadian badai  geomagnet ini didahului oleh CME Halo dengan kecepatan 2459
kms  pada  tanggal  28  Oktober  2003  yang  berasosiasi  dengan  flare  kelas  X17.2 yang berasal dari daerah aktif 486.
Berdasarkan  dampak  yang  ditimbulkan,  maka  pengamatan  terhadap  aktivitas Matahari sangat penting dilakukan. Aktivitas di Matahari seperti misalnya  bintik
Matahari,  CME  maupun  flare  biasanya  berasal  dari  daerah  aktif  di  Matahari. Daerah  aktif  di  Matahari  mengalami  perubahan  dari  segi  ukuran  maupun
konfigurasi  medan  magnetnya.  Konfigurasi  medan  magnet  bintik  Matahari penting  dalam  menentukan  potensi  perubahan  daerah  aktif  tertentu.    Jika
konfigurasi  medan  magnet  meningkat,  maka  kemampuan  daerah  aktif  untuk menghasilkan kejadian energetik yang besar juga akan meningkat.
Pada penelitian ini, akan dilakukan analisis tentang keterkaitan daerah aktif di Matahari dengan kejadian badai geomagnet siklus Matahari ke-23 1996 s.d 2007
dan  siklus  Matahari  ke-24  2008  s.d  2014.  Indikator  yang  digunakan  untuk mengukur intensitas badai geomagnet yaitu indeks Dst yang dibatasi dengan nilai
lebih kecil dari -100 nT. Indeks Dst Disturbance Storm Time merupakan suatu indeks  yang  menggambarkan  kuat  vektor  geomagnet  komponen  H  arah  utara-
selatan geomagnet. Saat  terjadi badai  geomagnet, indikasinya adalah penurunan atau  pelemahan  kuat  medan  magnet  yang  mengarah  ke  utara.  Semakin  negatif
harga  Dst  mengindikasikan  semakin  kuat    badai  geomagnet  tersebut.  Adapun variabel  daerah  aktif  yang  akan  ditinjau  yaitu  luas  daerah  aktif  dan  konfigurasi
medan magnet daerah aktif.
KHOLIDAH, 2015 KETERKAITAN DAERAH AKTIF DI MATAHARI
DENGAN KEJADIAN BADAI GEOMAGNET KUAT Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
1.2 Rumusan Masalah Penelitian