PEMBAHASAN Kategori Sikap Responden Tentang Kesehatan Gigi dan Mulut Berdasarkan Lama Mengajar Responden

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan sebahagian besar responden tergolong dalam kategori pengetahuan baik yaitu sebanyak 86,67, diikuti kategori sedang sebanyak 10,67, sedangkan kategori kurang hanya 2,67 Tabel 2. Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Chikte dkk, terhadap 222 guru sekolah di Afrika Selatan, di mana mayoritas guru sekolah mempunyai pengetahuan yang baik tentang kesehatan gigi dan mulut. 7 Hal ini disebabkan pentingnya tugas dan peran guru sekolah. Semua responden 100 mengetahui bahwa gigi sehat penting untuk kesehatan tubuh yang baik Tabel 1. Hal yang sama dijumpai pada penelitian Ioan pada 197 orang guru sekolah di Romania pada tahun 2003 di mana 100 responden menyatakan gigi sehat penting untuk kesehatan tubuh yang baik. 12 Sebanyak 73 responden mengetahui tentang penyebab gigi berlobang dan sebanyak 97,33 mengetahui tentang tanda-tanda radang gusi Tabel 1. Hasil penelitian didukung oleh penelitian Khan, Al-Zaera dan Al-Mansour terhadap 297 orang guru sekolah di Riyadh, Saudi Arabia pada tahun 2001 yang melaporkan bahwa 65 mengetahui tentang penyebab gigi berlobang dan hanya 45,8 yang mengetahui tentang penyebab penyakit gusi. 7 Masih ada lagi responden yang tidak tahu waktu erupsinya gigi geraham pertama 36. Lebih dari setengah responden 57,33 tidak mengetahui waktu Universitas Sumatera Utara yang tepat untuk mengganti sikat gigi Tabel 1. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya informasi yang diperoleh responden tentang waktu yang tepat untuk mengganti sikat gigi . Dari segi sikap, lebih dari separuh responden tergolong dalam kategori sikap baik yaitu sebanyak 77,33, diikuti kategori sedang sebanyak 18,67 dan akhirnya kategori kurang 4 Tabel 4. Penelitian ini menunjukkan bahwa hampir semua responden 98,67 setuju bahwa mereka perlu tahu tentang kesehatan gigi dan mulut, 97,33 setuju bahwa mereka perlu mengajar murid tentang kesehatan gigi dan mulut sementara 86,67 setuju untuk mengajar tentang penyebab penyakit gusi Tabel 3. Hasil penelitian didukung oleh penelitian Mwangosi, Nyandindi dan Matee yang dilakukan pada 239 orang guru sekolah di Tanzania pada tahun 2001 menunjukkan sebanyak 92,89 memberikan pendidikan kesehatan pada murid, 93,72 mengajar tentang penyebab kariesgigi berlobang dan 92,89 mengajar tentang penyebab penyakit gusi. 11 Dari penelitian ini, dilaporkan sebanyak 93,33 responden setuju untuk memberi pengarahan menyikat gigi dan hanya 68 setuju untuk memberikan kaunseling diet pada murid Tabel 3. Hasil penelitian didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Petersen dan Esheng pada 138 orang guru di China pada tahun 1998 di mana 89 setuju untuk memberikan kaunseling diet pada murid. 13 Walaupun demikian, masih ada responden 37,33 yang menunjukkan sikap yang kurang memuaskan terhadap pernyataan gigi susu yang berlobang tidak perlu ditambal karena akan diganti gigi tetap. Hal ini mungkin terjadi karena Universitas Sumatera Utara kurangnya kesadaran responden tentang pentingnya gigi susu yang sehat. Selain itu, masih ada lagi responden 14,67 yang menyatakan kunjungan ke dokter gigi tidak perlu dilakukan secara rutin karena tidak sakit gigi Tabel 5. Hal ini mungkin karena biaya perawatan gigi yang mahal seperti yang dilaporkan oleh The World Oral Health Report 2003 di mana penyakit gigi dan mulut merupakan peringkat keempat penyakit termahal dalam pengobatan. 9 Selain itu, responden kurang mengunjungi dokter gigi mungkin karena takut terhadap dokter gigi. Dari aspek perilaku, 42,67 responden tergolong dalam kategori perilaku sedang, diikuti kategori baik sebanyak 32, dan kategori kurang 25,33 Tabel 7. Meskipun pengetahuan dan sikap kebanyakan responden tergolong dalam kategori baik, perilaku responden masih dalam kategori sedang. Hal ini mungkin disebabkan responden menjumpai hambatan dalam pelaksanaan atau mungkin karena responden masih belum sadar tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Penelitian menunjukkan bahwa sejumlah besar responden 80 sudah menggunakan sikat gigi yang bulu sikatnya lembut dan kepalanya kecil, 72 menggunakan pasta gigi berfluor untuk menyikat gigi. Sebanyak 60 responden sudah menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur di mana 57,33 menyikat gigi selama 2 menit Tabel 5. Penelitian yang dilakukan oleh Almas, Al- Malik, Al-Shehri dan Skaug terhadap 470 orang guru sekolah di Riyadh, Saudi Arabia pada 2001, melaporkan 52,5 menyikat gigi tiga kali sehari. 8 Sementara itu, menurut penelitian yang dilakukan Holmberg dan Nilsson di Zambia terhadap 135 orang guru sekolah pada 2010 melaporkan bahwa 68 menyikat gigi tiga kali sehari Universitas Sumatera Utara dan hanya 29 menyikat gigi dua kali sehari di mana 62 menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. 15 Penelitian juga menunjukkan 56 responden tidak mengganti sikat giginya secara rutin Tabel 5. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya pengetahuan responden tentang waktu mengganti sikat gigi. Selain itu, sebanyak 50,67 responden tidak melakukan kunjungan ke dokter gigi secara berkala untuk memeriksakan gigi, di mana 37,33 darinya hanya mengunjungi dokter gigi waktu sakit gigi saja, sementara 10,67 pula tidak pernah ke dokter gigi karena tidak sakit gigi. Hal ini menunjukkan perilaku responden yang negatif terhadap pentingnya kunjungan ke dokter gigi secara berkala. Hasil penelitian juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Almas, Al-Malik, Al-Shehri dan Skaug terhadap 470 orang guru, di mana 59,5 hanya mengunjungi dokter gigi waktu sakit gigi saja. 8 Penelitian menunjukkan sebahagian besar responden 86,67 pernah mengajar murid tentang kesehatan gigi dan mulut Tabel 5. Hasil penelitian didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Petersen dan Esheng pada 138 orang guru di China pada tahun 1998 di mana 92 mengajar murid tentang kesehatan gigi dan mulut. 13 Sebahagian besar responden 81,33 memperoleh informasi tentang kesehatan gigi dan mulut dari TV, 45,33 dari buku, 26,67 dari surat kabar dan 28 dari majalah Tabel 8. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ioan pada 197 orang guru sekolah di Romania pada tahun 2003 melaporkan 71 memperoleh Universitas Sumatera Utara informasi tentang kesehatan gigi dan mulut dari TV, 36 dari buku, 35 dari surat kabar, dan 55 dari majalah. 12 Hasil penelitian juga menunjukkan kedua kelompok guru yang mengajar materi Orkes dan juga materi lain rata-rata mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik terhadap kesehatan gigi dan mulut. Sementara perilaku mereka tergolong dalam kategori sedang. Ini mungkin karena responden masih belum mengadopsi perilaku baik terhadap kesehatan gigi dan mulut di mana mereka masih tidak sadar tentang pentingnya gigi dan mulut yang sehat, tidak tertarik, tidak mempertimbangkan dan tidak mencoba perilaku yang baik dan benar terhadap kesehatan gigi dan mulut. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN