laki-laki dan 49 guru perempuan memilih menyikat gigi untuk kebersihan rongga mulut yang efektif, sedangkan 62 guru menggunakan miswak diperoleh dari
ranting pohon arak untuk menyikat gigi. Sebanyak 56 guru laki-laki dan 63 guru perempuan mengunjungi dokter gigi hanya apabila mereka mengalami sakit gigi.
8
Berdasarkan apa yang diuraikan di atas, perlu dilakukan penelitian pada guru- guru sekolah dasar di Medan terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku guru-guru
tentang kesehatan gigi dan mulut.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengetahuan, sikap dan perilaku para guru sekolah dasar di SD Negeri 060882, SD Negeri 060887, SD Santo Yoseph 1 dan SD Namira terhadap
kesehatan gigi dan mulut? 1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
para guru sekolah dasar di SD Negeri 060882, SD Negeri 060887, SD Santo Yoseph 1 dan SD Namira tentang
kesehatan gigi dan mulut. 2. Untuk mengetahui sikap para guru sekolah dasar di SD Negeri 060882, SD
Negeri 060887, SD Santo Yoseph 1 dan SD Namira terhadap kesehatan gigi dan mulut.
3. Untuk mengetahui perilaku para guru sekolah dasar di SD Negeri 060882, SD Negeri 060887, SD Santo Yoseph 1 dan SD Namira terhadap kesehatan gigi dan
mulut.
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk mengetahui sumber informasi tentang kesehatan gigi dan mulut yang diperoleh guru-guru di sekolah dasar di SD Negeri 060882, SD Negeri 060887, SD
Santo Yoseph 1 dan SD Namira.
1.4 Manfaat Penelitian
Sebagai masukan bagi pengelola program Upaya Kesehatan Gigi Sekolah UKGS agar peran guru dalam UKGS dapat lebih ditingkatkan.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karies dan gingivitis merupakan masalah gigi dan mulut yang banyak dijumpai pada anak-anak di negara berkembang termasuk di Indonesia, dan
cenderung meningkat pada setiap dasawarsa. Dalam media Indonesia diungkapkan bahwa 90 anak mengalami karies dan 80 menderita gingivitis. Karies gigi atau
gigi berlubang adalah kerusakan struktur gigi sehingga terbentuknya lubang pada gigi. Gingivitis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plak yang
menyebabkan gingiva mengalami keradangan, membengkak dan mudah berdarah. Apabila tidak ditangani segera, penyakit ini lama kelamaan dapat menimbulkan nyeri,
rasa sakit, dan kehilangan gigi bahkan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyakit berbahaya.
1
Berbagai penelitian kesehatan gigi dan mulut menunjukkan tingginya prevalensi karies dan gingivitis pada anak-anak. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun
2007 DepKes, 2008 melaporkan bahwa prevalensi karies aktif pada usia 12 tahun sebesar 29,8 dengan indeks pengalaman karies DMFT 0,91 dan mencapai 4,46
pada usia 35-44 tahun. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Triapnya pada anak usia 12 tahun di Denpasar menunjukkan bahwa 82 anak mengalami gingivitis ringan,
12 anak mengalami gingivitis sedang dan 6 gingivitis berat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Octiara 2001 pada anak usia 6-14 tahun yang tinggal di Panti Karya
Pungai, Binjai, Sumatera Utara menunjukkan bahwa prevalensi karies 64,59
Universitas Sumatera Utara
dengan rerata DMFT 1,6 dan skor kebersihan mulut OHI 2,37 yang termasuk kriteria sedang.
1-3
Hasil penelitian di Kota Medan menunjukkan prevalensi penyakit gigi dan mulut yang cukup tinggi untuk anak sekolah. Hal ini dapat dilihat dari Profil Data
Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2007 di beberapa Puskesmas Lingkar Dalam dan Puskesmas Lingkar Luar Kota Medan yang menunjukkan prevalensi karies gigi untuk
anak usia sekolah di Kota Medan sebanyak 74,69. Organisasi Kesehatan Dunia WHO telah menetapkan Oral Health Global Indicators for year 2025, yang salah
satunya adalah skor DMFT anak usia 12 tahun tidak boleh lebih dari 1.
2
Tanpa disadari, penyakit gigi pada anak akan berdampak terhadap produktivitas si anak. Keluhan sakit gigi dapat mengakibatkan si anak tidak pergi ke
sekolah dengan rerata lama terganggu 3,86 hari. Kondisi ini juga akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan anak, proses tumbuh kembang anak bahkan hilangnya
masa depan mereka. Anak-anak rawan kekurangan gizi karena rasa sakit pada gigi dan mulut dapat menurunkan selera makan mereka. Dampak lainnya, kemampuan
belajar mereka juga menurun sehingga akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan prestasi belajarnya. Hal ini menunjukkan pentingnya upaya pencegahan dan
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut untuk menurunkan prevalensi karies gigi anak-anak Indonesia supaya dapat memaksimalkan kesehatan mereka sekaligus
meningkatkan produktivitas mereka.
2
Universitas Sumatera Utara
Upaya pencegahan dan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak sekolah di Indonesia dapat dilakukan melalui kegiatan Upaya Kesehatan Gigi Sekolah
UKGS. UKGS ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh siswa di sekolah yang ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan
berupa upaya kuratif bagi siswa yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut. Upaya pencegahan yang paling efektif adalah tindakan yang dilakukan oleh
siswa di sekolah karena perilaku hidup sehat harus ditekankan sejak dini dan dilakukan secara terus menerus agar menjadi kebiasaan hidup.
1,2
Untuk mencapai target WHO tahun 2025, maka diperlukan suatu tindakan mendidik anak-anak sekolah dasar tentang pencegahan dan pemeliharaan penyakit
gigi dan mulut. Tindakan mendidik anak-anak sekolah dasar ini boleh dilakukan oleh orang tua murid, tenaga kesehatan gigi misalnya dokter gigi dan perawat gigi, dan
para pendidik. Para pendidik, yaitu guru sekolah memainkan peran yang paling
penting dalam mendidik anak-anak mengenai penyebab terjadinya penyakit gigi dan mulut dan bagaimana untuk mencegahnya, sekaligus cara-cara memelihara kesehatan
rongga mulut. Yoesoef 1980 menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan
sivic mission. Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui
anak dan seharusnya diketahui oleh anak. Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak
dengan sebaik-baiknya yang meliputi transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan
Universitas Sumatera Utara
pengertian tentang diri sendiri. Dalam melaksanakan tugas profesionalnya, seorang guru haruslah menanamkan nilai-nilai dan keterampilan menjaga oral higiene yang
baik dalam diri setiap murid sekolah dasar.
5,6
Program pendidikan kesehatan di sekolah dapat dilakukan oleh kelompok- kelompok eksternal seperti lembaga kesehatan gigi masyarakat, dan persatuan-
persatuan dokter gigi, atau internal seperti dokter gigi, perawat gigi dan guru sekolah. Keuntungan melibatkan guru sekolah dalam pendidikan kesehatan gigi dan mulut di
sekolah dapat meningkatkan mutu pengarahan dan pengajaran dan sekaligus dapat menurunkan biaya pelayanan. Walaupun demikian, kerugian yang mungkin dapat
terjadi adalah guru tersebut mungkin tidak mempunyai pengetahuan yang memadai untuk memberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut kepada anak-anak.
7,8
Pada penelitian yang dilakukan di Kingdom of Saudi Arabia KSA, terhadap 120 orang guru sekolah, 73 mempunyai pengetahuan tentang peran gula dan bakteri
dalam pembentukan karies, 68 responden guru mengetahui pendarahan pada gusi disebabkan tindakan pembersihan gigi yang salah dan 76 menyatakan bahwa
menyikat gigi dapat mencegah karies. Selain itu, 56 memberikan respons positif bahwa guru perlu mengajar anak-anak tentang penyebab penyakit gigi.
7
Penelitian tentang pengetahuan dan tingkah laku guru-guru terhadap oral higiene di Riyadh, Saudi Arabia yang dilakukan oleh Almas, Al-Malik, Al-Shehri dan
Skaug, melaporkan 86 guru laki-laki berpendapat bahwa karies gigi disebabkan metode menyikat gigi yang salah, sementara 98 guru perempuan berpendapat
bahwa makanan dan minuman bergula menyebabkan karies gigi. Sebanyak 45 guru
Universitas Sumatera Utara
laki-laki dan 49 guru perempuan memilih menyikat gigi untuk kebersihan rongga mulut yang efektif, sedangkan 62 guru menggunakan miswak diperoleh dari
ranting pohon arak untuk menyikat gigi. Sebanyak 56 guru laki-laki dan 63 guru perempuan mengunjungi dokter gigi hanya apabila mereka mengalami sakit gigi.
8
Berdasarkan apa yang diuraikan di atas, perlu dilakukan penelitian pada guru- guru sekolah dasar di Medan terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku guru-guru
tentang kesehatan gigi dan mulut.
1.2 Rumusan Masalah