Tiana Silvani, 2013 Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mahasiswi adalah sebutan bagi wanita yang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi sebagai dasar pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat
menopang kehidupan mereka. Jurusan yang disediakan oleh berbagai Universitas bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai
dengan minat dan gambaran pekerjaan yang diinginkannya demi melangsungkan hidup di masa mendatang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online
http:pusatbahasa.kemdiknas.go.idkbbi diunduh pada tanggal 2 Agustus 2012 mahasiswi ialah mahasiswa wanita. Dan mahasiswa adalah orang yang belajar di
Perguruan Tinggi. Mahasiswi melanjutkan pendidikannya ke jenjang Perguruan Tinggi
dengan membawa cita-cita dan harapan yang baik untuk masa depannya. Mencari ilmu untuk bekal agar dapat membiayai hidup setidaknya sebelum mereka
menikah dan biaya hidupnya akan menjadi tanggung jawab suami. Semakin meningkat tingkatan atau semester yang ditempuh harapan dan cita-cita di awal
memasuki bangku perkuliahan menjadi hal yang lebih nyata dan serius dari sebelumnya. Dimana tuntutan pemenuhan tugas perkembangan dari tahapan
perkembangan mereka pun meningkat. Pada umumnya mahasiswi memasuki jenjang perkuliahan pada usia muda
dimana mereka dalam masa transisi dari tahap perkembangan masa remaja akhir
Tiana Silvani, 2013 Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
memasuki tahap perkembangan masa dewasa muda. Masa usia 21-24 tahun sekarang sering juga disebut masa dewasa muda atau masa dewasa awal Monks,
2006. Dikatakan pula oleh Havighurst Monks, 2006 bahwa tugas-tugas perkembangan pada masa ini yaitu menikah, membangun suatu keluarga,
mendidik anak, memikul tanggung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan.
Tugas perkembangan yang menonjol pada masa dewasa muda ialah menikah atau membangun suatu keluarga.
Pada kenyataannya memang tidak sedikit mahasiswi yang mengambil keputusan untuk menikah di usia yang muda. Menikah di usia yang tergolong
muda ini memang sudah menjadi fenomena yang tidak asing pada saat ini. Beberapa diantaranya menikah pada saat sedang kuliah memasuki tingkat 2 atau
tingkat 3 perkuliahan dan yang lainnya menikah sebelum memasuki perkuliahan. Banyak faktor yang melatarbelakangi wanita untuk memutuskan menikah
pada usia muda. Wanita yang menikah muda memiliki berbagai alasan positif diantaranya mereka menikah karena ingin menyempurnakan ibadah, karena
melihat kemapanan calon suami yang sudah mencukupi untuk membangun rumah tangga, menghindari perzinahan, serta alasan karena ekonomi keluarga rendah
sehingga dengan menikah biaya hidup akan ditanggung oleh suami. Fenomena menikah muda ini memang lebih banyak terjadi pada kaum wanita. Hasil survey
Group M sebuah perusahaan media specialis Indonesia menyebutkan 56 wanita Indonesia berusia 20-25 tahun, memilih menikah dalam usia muda
Tiana Silvani, 2013 Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
http:delapan208.wordpress.comtagnikah-muda diunduh pada tanggal 20 Juni 2011.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan, terungkap bahwa keputusan untuk menikah muda karena memang sudah dikenalkan dari kecil, kemapanan calon
suaminya dan karena menikah itu merupakan ibadah. Alasan lainnya yang memutuskan untuk menikah muda karena melihat agama calon suaminya serta
menurutnya menikah tidak akan mengganggu kuliahnya. Mereka menikah ketika usia kisaran 17-20 tahun. Dan setelah menikah mereka masih tetap melanjutkan
kuliah serta masih memiliki target untuk berkarir walaupun sudah menikah dan memiliki suami yang mapan.
Jika pada tahap usia dewasa muda tugas perkembangan untuk membangun suatu keluarga sudah terpenuhi maka tugas perkembangan masa dewasa muda
yang termasuk sulit tetapi penting disamping berkeluarga atau menikah ialah berkarir Hurlock, 2004. Karir merupakan posisi pekerjaan yang dimiliki
seseorang selama bertahun-tahun Dessler, 2009. Menurut Simamora 2006 karir dapat dipandang dari beberapa perspektif
yang berbeda, antara lain dari perspektif yang obyektif dan subyektif. Dipandang dari perspektif yang subyektif, karir merupakan urut-urutan posisi yang diduduki
oleh seseorang selama hidupnya, sedangkan dari perspektif yang obyektif, karir merupakan perubahan-perubahan nilai, sikap, dan motivasi yang terjadi karena
seseorang menjadi semakin tua. Kedua perspektif tersebut terfokus pada individu dan menganggap bahwa setiap individu memiliki beberapa tingkat pengendalian
terhadap nasibnya sehingga individu tersebut dapat memanipulasi peluang untuk
Tiana Silvani, 2013 Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
memaksimalkan keberhasilan dan kepuasan yang berasal dari karirnya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengertian karir adalah urutan aktivitas-
aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dan perilaku-perilaku, nilai-nilai, dan aspirasi-aspirasi seseorang selama rentang hidupnya.
Dalam rentang waktu kehidupan seeseorang keinginan berkarir harus disertai dengan rencana yang mantap untuk kestabilan karirnya. Dengan
perencanaan karir seseorang dapat mempertimbangkan segala kemungkinan situasi sebelum sampai pada pemilihan karir. Perencanaan karir membantu
seseorang untuk menetapkan tujuan karir yang diinginkannya semasa kehidupannya. Menetapkan tujuan karir membuat kita memiliki suatu target
pencapaian yang akan menjadi dasar motivasi kita untuk menjalankan rencana karir yang sudah kita susun. Namun menetapkan tujuan untuk masa depan
bukanlah hal yang mudah. Banyak orang yang berganti pekerjaan karena menyesuaikan dengan perubahan-perubahan hidup yang dialaminya. Terutama
pada kaum wanita karena wanita cenderung untuk kurang mantap dalam karir yang dipilih daripada pria Hurlock, 2004. Wanita kelak akan berkeluarga, dan
wanita berkeluarga secara proposional lebih banyak dibentuk oleh tekanan sebagai pekerjaan wanita, sehingga harus lebih sering melakukan penyesuaian pekerjaan
yang ia sukai sesuai dengan tanggung jawab rumah tangganya, atau disesuaikan dengan tugas suaminya Hurlock, 2004.
Pada dasarnya manusia akan mengalami perubahan-perubahan dalam kehidupannya, seiring perubahan tahap perkembangannya yang berubah sesuai
usia dengan disertai perubahan tugas perkembangan pada setiap tahapnya.
Tiana Silvani, 2013 Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Dimana tuntutan-tuntutan dari setiap perubahan tugas atau tahapan perkembangan tersebut berbeda. Oleh karena itu kita juga dituntut untuk terus dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dan tuntutan-tuntutan yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia, tanggung jawab dan
kewajiban. Perubahan-perubahan ini juga berlaku pada fenomena menikah muda.
Sebelum dan sesudah pernikahan ada perbedaan yang pasti terjadi pada mereka. Sebagai mahasiswi, mereka memiliki tanggung jawab dan kewajiban terhadap
studinya. Ketika mereka menikah kewajiban dan tanggung jawabnya bertambah sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga yang tentunya harus mengerjakan
pekerjaan rumah tangga yang rutin dilakukan serta mengurus dan mendidik anak- anaknya. Beban tanggung jawab ini tentu menjadi tantangan yang lebih
dibandingkan beban mahasiswi yang belum menikah pada usia muda. Dari segi waktu luang misalnya, sebagai seorang mahasiswi tentulah mereka memiliki
waktu yang sebagian besar sama dengan waktu yang dimiliki mahasisiwi lain yang belum menikah. Namun pemanfaatan waktu luang tersebut akan berbeda
dari mereka mahasiswi yang sudah menikah dengan mereka mahasiswi yang belum menikah.
Mahasiswi yang sudah menikah tentu memiliki tanggung jawab terhadap suami dan anaknya jika telah memiliki anak disamping memiliki tanggung
jawab terhadap pendidikannya. Sehingga ketika mereka memiliki waktu luang mereka cenderung menghabiskan waktu dengan anak dan suaminya serta
mengurus urusan rumah tangga. Sedangkan mahasiswi yang belum menikah dapat
Tiana Silvani, 2013 Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
menghabiskan waktu luangnya untuk bersosialisasi dengan teman-teman lainnya, atau menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan lebih dulu dan dengan waktu yang
lebih luang. Begitu juga dengan merencanakan karir, seperti disebutkan sebelumnya bahwa berkarir merupakan salah satu tugas perkembangan pada
dewasa muda yang secara otomatis akan membuat individu tersebut memiliki tuntutan diri untuk memenuhinya.
Umumnya, seseorang telah memiliki gambaran tentang karirnya di masa depan akan seperti apa. Dengan kata lain setiap orang pasti sudah memiliki
rencana masing-masing terhadap karir mereka. Bahkan ada juga sebagian dari mereka mahasiswi menikah yang juga sudah memulai karirnya dengan memiliki
pekerjaan sendiri disamping kuliah dan ibu rumah tangga. Pekerjaan ini bisa berupa usaha sendiri, usaha keluarga, bekerja pada perusahaan, ataupun kerja
paruh waktu di suatu perusahaan atau instansi. Namun seperti sudah disinggung di atas bahwa situasi yang dihadapi oleh mereka dengan tanggung jawab dan
kewajiban dari status mahasiswi mereka, status istri dan ibu rumah tangga sangat mungkin memberikan pengaruh pada perencanaan mereka ke depan.
Tuntutan-tuntutan peran sebagai mahasiswi, istri, dan ibu rumah tangga memberikan perubahan pada rencana-rencana kehidupan mereka, begitu juga
dengan perencanaan karirnya. Dimana perubahan tersebut tentu menuntut penyesuaian kembali pada rencana karir tersebut untuk tetap dapat mengimbangi
seluruh tanggung jawab mereka. Perubahan ini juga berlaku bagi mahasiswi menikah yang juga sudah bekerja di suatu perusahaan atau memiliki usaha sendiri.
Namun tidak terlepas dari tuntutan tanggung jawab sebagai mahasiswi, istri dan
Tiana Silvani, 2013 Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
ibu rumah tangga tadi, tuntutan tanggung jawab mereka justru akan lebih bertambah sebagai seorang yang sudah memiliki pekerjaan. Maka dengan situasi
tersebut akan sangat mungkin munculnya konflik peran dari masing-masing peran.
Adapun penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Astuti dan Anisaningtyas 2011
tentang “Pernikahan Di Kalangan Mahasiswa S-1” turut mendukung fenomena menikah muda pada mahasiswi, bahwa secara umum
responden menikah di saat masih kuliah karena memiliki motivasi yang kuat untuk menikah yang didukung oleh faktor-faktor seperti dukungan dan restu dari
orangtua serta keyakinan pada diri sendiri untuk menjalani pernikahan sambil kuliah. Secara umum, kehidupan pernikahan mahasiswa yang menikah di saat
masih kuliah dan keadaan baik meskipun mereka mengalami kesulitan dalam mengatur waktu antara kuliah dan rumah tangga dan kadangkala kehidupan
pernikahan diwarnai dengan konflik-konflik kecil. Penelitian lain oleh Rohman 2010
tentang “Implikasi Pernikahan Pada Masa Studi Terhadap Prestasi Belajar” menghasilkan, 1 Perkembangan hasil
prestasi yang diraih setelah menikah tidak ada yang menurun, tetapi setidaknya tetap bertahan bahkan semakin meningkat; 2 Perkembangan keaktifan dalam
mengikuti perkuliahan setelah menikah bervariasi, ada yang semakin aktif, menurun, sama-sama aktif, dan ada yang sama-sana sering bolos kuliah baik
sebelum maupun sesudah menikah; 3 Pernikahan dapat mempengaruhi studi dalam tiga hal yaitu motivasi, keaktifan, serta perubahan gaya belajar; 4
Pernikahan tidak berimplikasi secara langsung terhadap prestasi yang diraih, akan
Tiana Silvani, 2013 Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
tetapi pernikahan berpengaruh terhadap beberapa faktor keefektifan belajar yang pada akhirnya baru dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih.
Peneli tian Habibah, dkk 2012 yang berjudul “Studi Tentang Status
Perkawinan Mahasiswa Reguler PGSD Tegal Hubungannya Dengan Prestasi Akademik” menghasilkan bahwa alasan umum mahasiswa menikah adalah sudah
merasa siap dan yakin untuk memutuskan hidup berumah tangga meskipun mereka masih dalam masa studi, kemudian dalam membagi waktu antara kuliah
dan tanggung jawab keluarga mahasiswa yang berstatus kawin mempunyai cara tersendiri seperti menyerahkan anaknya kepada pengasuhnya saat mereka kuliah,
serta status perkawinan mahasiswa berpengaruh terhadap proses perkuliahan baik dilihat dari beberapa aspek antara lain ketepatan masuk kuliah, frekuensi
kehadiran, keaktifan berorganisasi, dan penyelesaian tugas serta berpengaruh juga terhadap prestasi akademiknya.
Hasil penelitian lain dari Khasawneh 2010 yang berjudul “Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Perencanaan Karir dan Pengembangan Pada Mahasiswa di Yordania” menunjukkan bahwa perencanaan karir mahasiswa sangat dipengaruhi
oleh orang tua, guru, teman, pengalaman akademik dan keyakinan diri. Dan adapula hasil temuan
dari penelitian Dawna 2003 berjudul “Penyesuaian Mahasiswa ke Perguruan Tinggi: Apakah Menikah akan Membuat Perbedaan
?” mengindikasikan bahwa mahasiswa yang sudah menikah mempunyai kesulitan
yang moderat sedang dalam menyesuaikan diri terhadap kebutuhan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang belum menikah. Meskipun
dukungan sosial dari keluarga dan teman berkaitan dengan peningkatan
Tiana Silvani, 2013 Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
penyesuaian diri terhadap lingkungan perguruan tinggi, namun dukungan dari pasangan mahasiswa tersebut tidak dikaitkan dengan peningkatan penyesuaian
diri terhadap lingkungan kampus sekalipun pasangannya itu berasal dari kalangan mahasiswa juga. Mahasiswa yang sudah menikah secara jelas mengalami tingkat
tekanan pernikahan yang cukup tingkat pada berbagai dimensi hubungan. Beberapa studi pendahuluan di atas turut serta mendukung bahwa
fenomena yang diangkat oleh peneliti memang banyak terjadi. Dan terdapat pengaruh-pengaruh serta kondisi-kondisi yang sudah peneliti uraikan diatas yang
dialami oleh mereka yang menikah pada masa kuliah serta melanjutkan kembali kuliahnya. Maka dari itu, peneliti merasa penting untuk melaksanakan penelitian
ini terutama untuk melihat mengenai perencanaan karir dari mahasiswi menikah. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti mengambil judul
“Perencanaan Karir Pada Mahasiswi Menikah
”.
B. Rumusan Masalah