commit to user
b Pengubahan surat dakwaan tersebut dapat dilakukan hanya satu kali selambat-lambatnya tujuh hari sebelum sidang dimulai.
c Dalam hal penuntut umum mengubah surat dakwaan ia menyampaikan turunannya kepada tersangka atau penasehat
hukum dan penyidik.
3. Tinjauan Umum Tentang Penuntutan
a. Pengertian Penuntutan Definisi penuntutan menurut Wirjono Prodjodikoro seperti
dikutip oleh Andi Hamzah adalah menyerahkan perkara seorang terdakwa dengan berkas perkaranya kepada Hakim, dengan
permohonan, supaya Hakim memeriksa dan kemudian memutuskan perkara pidana itu terhadap terdakwa Andi Hamzah, 2008:162.
Perbedaan dengan definisi pada KUHAP adalah disebutkan dengan tegas “terdakwa” sedangkan dalam KUHAP tidak.
Definisi dari penuntutan yang terdapat dalam KUHAP sendiri terdapat dalam Pasal 1 butir 7 yaitu :
“penuntutan adalah
tindakan penuntut
umum untuk
melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menutur cara yang diatur dalam
undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan”.
Dari bunyi ketentuan pasal diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penuntutan berarti tindakan penuntut umum untuk :
1 Melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenaang,
2 Dengan permintaan supaya perkara tersebut diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan. Yahya Harahap,2000:374
b. Asas-Asas Penuntutan Sehubungan dengan wewenang penuntutan, dalam hukum
acara pidana dikenal dua asas penuntutan, yaitu :
commit to user
1 Asas legalitas Asas legalitas adalah penuntut umum diwajibkan menuntut
semua orang yang dianggap cukup alasan bahwa yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran hukum. Menurut asas
ini, penuntut umum wajib menuntut seseorang yang didakwa telah melakukan tindak pidana.
2 Asas oportunitas Asas oportunitas adalah penuntut umum tidak diharuskan
melakukan penuntutan terhadap seseorang, meskipun yang bersangkutan sudah jelas telah melakukan tindak pidana yang
dapat dihukum. Menurut asas ini penuntut umum tidak wajib melakukan penuntutan terhadap seseorang yang melakukan suatu
tindak pidana jika menurut pertimbangannya apabila orang tersebut dituntut akan merugikan kepentingan umum, sehingga
demi kepentingan umum seseornag yang melakukan tindak pidana dapat tidak dituntut.
Menurut asas legalitas, penuntut umum wajib menuntut seseorang yang
didakwakan telah melakukan tindak pidana. Sedangkan asas oportunitas, penuntut umum tidak wajib menuntut
seseorang yang melakukan suatu tindak pidana jika menurut
pertimbangannya jika orang tersebut dituntut akan merugikan
kepentingan umum. Jadi demi kepentingan umum, seseorang yang melakukan tindak pidana tidak dapat dituntut. Penerapan asas
oportunitas di negara kita berdasarkan untuk kepentingan negara dan masyarakat dan bukan kepentingan pribadi. Penuntut Umum
berkewajiban mencari keadilan : Prosecutors are blessed and cursed with extensive
discretion. They de-cide whether and who to prosecute. They can recommend a harsh or a le-nient sentence. And
when exculpatory evidence surfaces following a defendants conviction, a prosecutor decides whether to continue to
prose-cute or drop the case. Because of the importance of
commit to user
criminal prosecutions and the broad discretion prosecutors hold in pursuing them, prosecutors within an office
sometimes disagree. When a prosecutors view of a case differs from her bosss perspective, both lawyers must
decide what justice. requires. A prosecutor is duty bound to ¯ seek justice,. not just win a con-viction. Melanie D.
Wilson.2008.”Finding A Happy and Ethical Medium Between A Prosecutor Who Believes the Defendant didn’t
do it and the Boss Who Says that He did”. Northwestern University School of Law, Vol. 103.
c. Penggabungan Perkara Terhadap penuntutan yang dilakukan oleh penuntut umum,
penuntut umum dapat melakukan penggabungan perkara dengan satu sutar dakwaan. Tetapi penggabungan perkara pidana itu dapat
dilakukan apabila memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 141 KUHAP, yaitu :
1 Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seorang yang sama dan kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan halangan terhadap
penggabungannya. 2 Beberapa tindak pidana yang bersangkut-paut satu dengan yang
lain. 3 Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut-paut satu dengan
yang lain akan tetapi satu dengan yang lainnya itu ada hubungannya, yang dalam hal ini penggabungan tersebut perlu
bagi kepentingan pemerikasaan. Pada penjelasan KUHAP dijelaskan maksud dari kata
“bersangkut-paut” adalah : 1 Oleh lebih dari seorang yang bekerjasama dan dilakukan pada saat
yang bersamaan. 2 Oleh lebih dari seorang pada saat dan tempat yang berbeda, akan
ketapi merupakan pelaksanaan dari pemufakatan jahat yang dibuat oleh mereka sebelumnya.
commit to user
3 Oleh lebih dari seorang dengan maksud mendapatkan alat yang akan
dipergunakan untuk
melakukan delik
lain atau
menghindarkan diri dari pemidanaan karena delik lain. d. Pemecahan Perkara splitsing
Kebalikan dari penggabungan perkara, penuntu umum dapat memecah perkara menjadi lebih dari satu. Hal in diatur dalam Pasal
142 KUHAP yang isinya: “Dalam hal penuntut umum menerima satu berkas perkara yang
memuat beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh beberapa orang tersangka yang tidak termasuk dalam ketentuan pasal
141, penuntut umum dapat melakukan penuntutan terhadap masing-masing terdakwa secara terpisah.”
Pemecahan perkara splitsing dilakukan dengan membuat berkas perkara baru dimana para tersangka saling menjadi saksi
sehingga diperlukan pemeriksaan baru baik terhadap tersangka maupun saksi. Dalam Pedoman Pelaksanaan KUHAP untuk semua
perkara yang dipecah splitsing harus diperiksa kembali. Menurut Andi Hamzah dalam perkara yang dipecah splitsing
tidak harus diperiksa kembali. Mungkin kalau tidak ada saksi sedangkan ada beberapa orang tersangka bergantian menjadi saksi.
Tetapi hal yang demikian sesungguhnya dapat menimbulkan kemungkinan orang akan dipaksa berbohong, tidak akan memberatkan
tersangka terdakwa karena pada gilirannya nanti ia juga akan menjadi tersangka terdakwa. Andi Hamzah,2008:165.
Tidak selalu dalam memecah perkara perlu pemeriksaan baru. Kalau ada beberapa tersangka dan juga ada beberapa orang saksi, maka
dalam memecah perkara tersebut hanya perlu membuat duplikatnya saja., dimana daftar nama tersangka diubah menjadi sendiri-sendiri,
dan pemeriksaan saksi tetap. Dalam hal ini penuntut umum dapat langsung memecah perkara tersebut menjadi beberapa buah. Sehingga
yang perlu diminta penyidik adalah duplikat hasil pemeriksaan.
commit to user
e. Proses Penuntutan Berdasarkan rumusan Pasal 1 butir 7 itu secara singkat proses
penuntutan dan tuntutan pidana sebagai berikut : 1 Pelimpahan perkara pidana yang disertai surat dakwaan ke
pengadilan yang berwenang. 2 Pemeriksaan di sidang pengadilan.
3 Tuntutan Pidana. 4 Putusan hakim.
Proses penuntutan dapat dilakukan setelah proses penyidikan selesai dan berkas penyidikan diberikan kepada kejaksaan adapun
proses penuntutan sebagaimana disebutkan dalam pasal 138 KUHAP adalah sebagai berikut :
1 Penuntut umum setelah menerima hasil penyidikan dan penyidik segera mempelajari dan menelitinya dan dalam waktu tujuh hari
wajib memberitahukan kepada penyidik apakah hasil penyidikan itu sudah lengkap atau belum.
2 Dalam hal hasil penyidikan ternyata belum lengkap, penuntut umum mengembalikan berkas perkara kepada penyidik disertai
petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk dilengkapi dan dalam waktu empat belas hari sejak tanggal penerimaan berkas,
penyidik harus sudah menyampaikan kembali berkas perkara itu kepada penuntut umum.
Berdasarkan pasal diatas maka dapat disimpulkan bahwa proses yang pertama kali dilakukan oleh penyidik dalam melakukan
penuntutan adalah proses pra penuntutan dimana penuntut umum memberikan petunjuk kepada penyidik dalam rangka penyempurnaan
penyidikan. Pada proses pra penuntutan setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan dimana
kejaksaan mempunyai wewenang untuk melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan
commit to user
sebelum perkara dilimpahkan ke pengadilan. Untuk melengkapi berkas perkara, pemerikasaan tambahan dilakukan dengan memperhatikan
hal-hal berikut : 1 Tidak dilakukan terhadap tersangka.
2 Hanya terhadap perkara-perkara yang sulit pembuktiannya danatau dapat meresahkan masyarakat, danatau membahayakan
keselamatan Negara. 3 Harus dapat dilaksanakan 14 hari setelah dilaksanakan ketentuan
Pasal 110 dan Pasal 138 ayat 2 KUHAP. 4 Prinsip koordinasi dan kerjasama dengan penyidik.
Proses selanjutnya adalah pembuatan surat dakwaan. Menurut Pasal 140 KUHAP, apabila penuntut umum berpendapat bahwa dari
hasil penyidikan dapat dilakukann penuntutan maka penuntut umum dalam waktu secepatnya harus membuat surat dakwaan.
4. Tinjauan Umum tentang Kartu Kredit