Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban Syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Akuntansi Pertanggungjawaban 1.1.1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban Menurut Sugiri 1994:199 “Akuntansi pertanggungjawaban adalah penyusunan laporan-laporan prestasi yang dikaitkan kepada individu atau anggota-anggota kelompok sebuah organisasi dengan suatu cara menekankan pada faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh individu atau anggota-anggota kelompok tersebut”. Sedangkan menurut Simamora 1999:253 akuntansi pertanggungjawaban adalah bentuk akuntansi khusus yang dipakai untuk mengevaluasi kinerja keuangan segmen bisnis dimana setiap manager disyaratkan untuk ikut serta dalam penyusunan rencana-rencana finansial dan menyediakanlaporan kinerja tepat waktu yang membandingkan hasil aktual dengan yang direncanakan. Menurut Hansen 2005:116 “Akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem yang mengukur setiap pusat pertanggungjawaban dan membandingkan hasil-hasil tersebut dengan hasil yang diharapkan atau dianggarkan”. Berdasarkan definisi beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan sebuah laporan-laporan yang dibuat atau dilaporkan oleh masing- masing pusat pertanggungjawaban dalam sebuah organisasi yang berisi perbandingan antara biaya aktual dengan anggaran yang telah direncanakan pada tahun anggaran berjalan.

1.1.2. Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban

“Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan bagian dari informasi yang disediakan bagi para manajer. Sistem ini merupakan sistem pengukuran keuangan yang mencatat rencana-rencana dan kinerja menurut variabel-variabel keuangan terhadap manajer yang bertanggungjawab Simamora, 1994:253”. Pada perusahaan yang sudah berskala besar, pemilik tidak dapat mengendalikan seluruh kegiatan yang ada di dalam sebuah perlahan, oleh karena 7 itu muncullah pendelegasian wewenang yang bertujuan untuk mengatasi kendala yang dihadapi dan menjalankan perusahaan. Menurut Mulyadi 1997:162 “Sistem akuntansi pertanggungjawaban menghubungkan informasi akuntansi manajemen dengan wewenang yang dimiliki oleh manajer”. Pendelegasian yang dilakukan akan mengakibatkan terbentuknya pusat-pusat pertanggungjawaban dimana pusat-pusat pertanggungjawaban ini memiliki tingkatan yang berbeda- beda. Pendelegasian wewenang manajer dilakukan oleh manajer yang berada satu tingkat diatasnya. Dengan adanya wewenang yang diberikan, maka manajer dituntut untuk mempertanggungjawabkan pelaksaan wewenang yang telah diberikan kepada manajer yang berada diatasnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa wewenang mengalir dari tingkat manajer yang lebih tinggi ke tingkat manajer yang lebih rendah, sebaliknya, pertanggungjawaban mengalir dari tingkat manajer yang lebih rendah ke tingkat manajer yang lebih tinggi. Informasi akuntansi yang bersangkutan dengan pertanggungjawaban pelaksanaan wewenang disebut dengan informasi akuntansi.

1.1.3. Syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban

Agar akuntansi pertanggungjawaban dapat diterapkan dalam suatu perusahaan, menurut Mulyadi dalam Arie 2015 ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu: 1. Struktur Organisasi Di dalam akuntansi pertanggungjawaban, diasumsikan bahwa pengendalian organisasi dapat dilaksanakan dengan cara menciptakan jaringan pusat pertanggungjawaban yang sesuai dengan struktur organisasi formal yang ada di dalam perusahaan. Dalam akuntansi pertanggungjawaban, struktur organisasi harus menggambarkan aliran tanggung jawab, wewenang, dan posisi yang jelas untuk setiap unit kerja dari setiap tingkat manajemen selain itu harus menggambarkan pembagian tugas dengan jelas pula. Dimana organisasi disusun sedemikian rupa sehingga wewenang dan tanggung jawab tiap pimpinan jelas. Dengan demikian wewenang mengalir dari tingkat manajemen atas ke bawah, sedangkan tanggung jawab adalah sebaliknya. Banyak perusahaan yang memiliki 8 kelamahan dalam pendelegasian wewenang dimana pembagian wewenang sering kali tumpang tindih overlapping dan sering kali tanggung jawab yang dituntut tidak disertai dengan pendelegasian wewenang yang memadai yang mengakibatkan timbulnya frustrasi dan keenganan dalam melaksanakan tanggung jawab. 2. PerencanaanAnggaran Anggaran biaya dalam akuntansi pertanggungjawaban dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam pengendalian biaya. Dalam akuntansi pertanggungjawaban setiap pusat pertanggungjawaban harus ikut serta dalam penyusunan anggaran karena anggaran merupakan gambaran rencana kerja para manajer yang akan dilaksanakan dan sebagai dasar dalam penilaian kinerja. Anggaran harus disusun sesuai dengan tingkat pusat pertanggungjawaban dalam struktur organisasi perusahaan. Dengan demikian, apabila terjadi ketidaksesuaian antara apa yang terjadi dengan anggaran yang telah direncakan, akan mudah ditunjuk siapa yang bertanggungjawab. Setiap pusat pertanggungjawaban nantinya akan dimintai pertanggungjawaban atas realisasi anggaran yang telah direncanakan. Namun tidak semua biaya yang terjadi dilaporkan dalam laporan pertanggungjawaban, karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu pusat pertanggungjawaban dapat dikendalikan oleh manajer yang bersangkutan. 3. Penggolongan Biaya Karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu bagian dapat dikendalikan oleh manajer, maka di dalam pelaporan setiap pusat pertanggungjawaban biaya-biaya yang terjadi digolongkan menjadi biaya terkendalikan dan biaya tidak terkendalikan. Menururt Garrison 1997:53 “Suatu biaya dipandang merupakan biayayang dapat dikendalikan pada suatu tingkat pimpinan tertentu jika pimpinan tingkat itu memiliki kekuasaan untuk mengesahkan biaya itu. Misalnya, biaya hiburan akan dapat dikendalikan oleh manajer penjualan jika ia memiliki kekuasaan untuk mengesahkan jumlah dan 9 jenis hiburan bagi pelanggan. Sebaliknya, penyusutan fasilitas gudang akan tidak dap dikendalikan oleh manajer penjualan, karena ia tidak akan memiliki kekuasaan untuk mengesahkan pembangunan gudang”. Biaya terkendalikan adalah biaya yang dapat secara langsung dipengaruhi oleh manajer dalam jangka waktu tertentu. Biaya tidak terkendalikan adalah biaya yang tidak memerlukan keputusan dan pertimbangan manajer karena hal ini dapat mempengaruhi biaya karena biaya ini diabaikan. Menurut Mulyadi 1997:164 pedoman untuk menetapkan apakah suatu biaya dapat dikatakan sebagai tanggung jawab manajer suatu pusat pertanggungjawaban adalah sebagai berikut: a. Suatu biaya dapat dikatakan sebagai biaya terkendali apabila seorang manajer pusat pertanggungjawaban memiliki wewenang dan hak dalam Perolehan maupun penggunaan dari biaya tersebut. b. Suatu biaya dapat dikatakan sebagai biaya terkendali apabila seorang manajer pusat pertanggungjawaban dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakannya. c. Meskipun seorang manajer tidak dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya melalui tindakannya, manajer tersebut tetap berkemungkinan dibebani biaya tersebut apabila manajer puncak menghendaki agar manajer tersebut dapat membantu manajer lain yang bertanggungjawab untuk biaya tersebut. 4. Sistem Akuntansi “Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem pengolahan informasi biaya, dengan cara menggolongkan, mencatat, dan meringkas biaya dalam hubungannya dengan jenjang manajemen yang bertangggungjawab atas terjadinya biaya dengan tujuan untuk menghasilkan informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berguna untuk pengndalian biaya Mulyadi, 1997:196”. Oleh karena biaya yang terjadi akan dikumpulkan untuk setiap tingkatan manajer maka biaya harus digolongkan dan diberi kode sesuai dengan 10 tingkatan manajemen yang terdapat dalam struktur organisasi. Setiap tingkatan manajemen merupakan pusat biaya dan akan dibebani dengan biaya yang terjadi didalamnya yang dipisahkan antara biaya terkendalikan dan biaya tidak terkendalikan. Kode perkiraan diperlukan untuk mengklasifikasikan perkiraan- perkiraan baik dalam neraca maupun dalam laporan rugi laba. Menurut Mulyadi 2014:127 “Kode adalah suatu rerangka framework yang menggunakan angka atau huruf atau kombinasi angka atau huruf untuk memberi tanda terhadap klasifikasi yang telah dibuat”. Penggunaan kode digunakan dalam pengolahan data akuntansi untuk mengklasifikasikan, menyimpan dan mengambil data keuangan. Ada 5 metode dalam pemberian kode rekening: a. Kode angka atau alfabet urut. Dalam metode ini, rekening buku besar diberi kode angka atau huruf yang berurutan. Kelemahan dari metode ini adalah apabila terjadi perubahan jumlah rekening, maka akan mengakibatkan perubahan menyeluruh terhadap kode rekening yang mempunyai kode angka yang lebih besar. b. Kode angka balok. Dalam metode ini rekening buku besar dikelompokkan menjadi beberapa golongan dan dalam setiap golongan disediakan satu blok angka yang berurutan. c. Kode angka kelompok. Dalam metode ini, kode dibentuk berdasarkan kombinasi antara dua atau lebih subcodes menjadi satu kode. d. Kode angka desimal. Dalam metode ini, kelompok-kelompok yang telah dibagi dipecah lagi menjadi beberapa subkelompok yang lebih kecil. e. Kode angka urut didahului dengan huruf. Metode ini menggunakan kode berupa kombinasi angka dengan huruf dimana huruf ini berupa singkatan kelompok rekening. 5. Sistem Pelaporan Biaya Menurut Sugiri 1994:206 laporan keuangan untuk pusat biaya harus selalu mencakup perbandingan antara biaya yang ditetapkan dalam anggaran yang telah direncanakan dan biaya yang sesungguhnya terjadi dengan identifikasi selisih. 11 Selisih dikatakan menguntungkan selisih laba jika biaya yang sesungguhnya lebih kecil daripada anggaran biaya yang telah direncanakan namun apabila yang terjadi justru sebaliknya, maka dikatakan tidak menguntungkan selisih rugi. Bagian akuntansi biaya setiap bulannya membuat laporan pertanggungjawaban untuk tiap-tiap pusat biaya. Setiap bulan dibuat rekapitulasi biaya atas dasar total biaya bulan lalu, yang tercantum dalam kartu biaya. Atas dasar rekapitulasi biaya disajikan laporan pertanggungjawaban biaya. Isi dari laporan pertanggungjawaban disesuaikan dengan tingkatan manajemen yang akan menerimanya. Untuk tingkatan manajemen yang terendah disajikan jenis biaya, sedangkan untuk tiap manajemen diatasnya disajikan total biaya tiap pusat biaya yang dibawahnya ditambah dengan biaya-biaya yang terkendalikan dan terjadi biayanya sendiri. Prosedur pengumpulan data biaya dalam laporan biaya akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut:  Atas dasar dokumen sumber, setiap jenis biaya dicatat ke dalam buku pembantu biaya cost subledger. Dalam kartu biaya digolongkan jenis biaya biaya dan pertanggungjawaban yang bersangkutan.  Secara periodik misalnya sebulan sekali biaya yang dicatat dalam buku pembantu biaya di jumlahkan dan disajikan dalam bentuk laporan pertanggungjwaban biaya.

1.1.4. Dasar-dasar yang