proposal skripsi

(1)

PENGARUH PENERAPAN AKUNTANSI

PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP PENGENDALIAN

BIAYA PADA PT. HUTAMA KARYA WILAYAH IV

(PROYEK JEMBATAN PETUK)

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh

HENING CAHYANI 140810301129

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS JEMBER


(2)

Daftar Isi

Halaman Judul...i

Daftar Isi...ii

BAB 1. PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Rumusan Masalah...5

1.3. Tujuan Penelitian...5

1.4. Manfaat Penelitian...6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...7

1.1. Akuntansi Pertanggungjawaban...7

1.1.1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban...7

1.1.2. Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban...7

1.1.3. Syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban...8

1.1.4. Dasar-dasar yang Melandasi Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Biaya...12

1.1.5. Format Umum Laporan Pertanggungjawaban Biaya...13

1.2. Jenis Pusat Pertanggungjawaban...13

2.3. Pengendalian Biaya menggunakan Akuntansi Pertanggungjawaban. 15 2.4. Tujuan dan Manfaat Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban...16

2.4.1. Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban...16

2.4.2. Manfaat Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban...17

2.5. Penelitian Terdahulu...17

2.6. Kerangka Pikir Penelitian...19

2.7. Hipotesis Penelitian...19

BAB 3. METODE PENELITIAN...21

3.1. Rancangan Penelitian...21

3.2. Populasi dan Sampel...21

3.3. Jenis dan Sumber Data...21

3.4. Teknik Pengumpulan Data...22

3.5. Defini Operasional Variabel dan Skala Pengukuran...22

3.6. Analisis Data...27


(3)

3.7.1. Uji Validitas...27

3.7.2. Uji Reliabilitas...27

3.8. Uji Asumsi Klasik...28

3.8.1. Pengujain Normalitas...28

3.8.2. Pengujian Heterokedastisidas...28

3.8.3. Uji Autokorelasi...28

3.8.4. Uji Multikolinearitas...29

3.9. Uji Hipotesis...29

3.10. Kerangka Pemecahan Masalah...30

Kuesioner...33


(4)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan dunia saat ini sangat pesat, salah satunya adalah perkembangan perekonomian. Semakin berkembangnya perekonomian di tandai dengan berkembangnya dunia bisnis saat ini. Dengan semakin berkembangnya dunia bisnis, maka semakin berkembang pula kebutuhan akan peranan akuntansi dalam menjalankan sebuah bisnis. Salah satu peranan akuntansi yang dibutuhkan adalah peran sebagai alat pengendalian biaya. Seperti yang kita ketahui bahwa tujuan dari setiap pelaku bisnis adalah untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya. Agar dapat menghasilkan laba sebesar-besarnya maka diperlukan pengalokasian sekaligus pengendalian atas dana atau anggaran yang telah dianggarkan, hal ini diperlukan untuk meminimalisir kecurangan atau penyimpangan atas dana yang telah dianggarkan.

Akuntansi yang dapat berperan sebagai alat pengendali biaya adalah akuntansi pertanggungjawaban. Menurut Sugiri (1994:199) “Akuntansi pertanggungjawaban adalah penyusunan laporan-laporan prestasi yang dikaitkan kepada individu atau anggota-anggota kelompok sebuah organisasi dengan suatu cara menekankan pada faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh individu atau anggota-anggota kelompok tersebut”. Menurut Mulyadi dalam Wijayani (2014) agar akuntansi pertanggungjawaban dapat dijalankan oleh perusahaan dan berfungsi sebagai pengendali biaya, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Struktur organisasi

Menggambarkan secara tegas aliran tanggung jawab, wewenang dan posisi setiap unit kerja dari setiap tingkat manajemen

2. Anggaran

Merupakan gambaran rencana kerja yang akan dilaksanakan dan sebagai dasar penilaian kinerja, sehingga setiap pusat pertanggungjawaban harus ikut serta dalam penyusunan anggaran.


(5)

3. Penggolongan biaya

Biaya-biaya yang perlu dipertanggungjawabkan oleh setiap pusat pertanggungjawaban adalah biaya-biaya terkendali, karena tidak semua biaya dapat dikontrol oleh manajer.

4. Sistem akuntansi

Setiap tingkatan pusat pertanggungjawaban dalam struktur organisasi merupakan pusat-pusat biaya yang bertanggungjawab atas biaya yang telah terjadi, sehingga perlu dibentuk kode untuk biaya dimasing-masing tingkatan pusat biaya.

5. Sistem pelaporan biaya

Bagian akuntansi setiap bulannya membuat laporan pertangggungjawaban untuk setiap tingkatan pusat biaya yang terdapat dalam struktur organisasi.

Pada umumnya pemilik perusahaan dapat memegang kendali atas masalah dan kendala yang dihadapi apabila perusahaannya merupakan perusahaan yang berskala kecil dan memiliki aktivitas yang sederhana. Namun semakin berkembangnya perusahaan maka pemilik perusahaan tentunya akan kesulitan apabila memegang seluruh kendali atas perusahaan. Oleh karena itu pemilik perlu membentuk sebuah struktur organisasi di dalam perusahaan dimana di dalam struktur tersebut terdapat pendelegasian tanggung jawab yang bertanggungjawab untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi oleh perusahaan. Dengan terbentuknya pendelegasian tanggung jawab maka akan terbentuk pusat-pusat pertanggungjawaban di dalam perusahaan. Menurut Supriyono (1991:24) “Pusat pertanggungjawaban digunakan untuk menunjukkan unit organisasi yang dikelola oleh manajer yang bertanggungjawab”. Salah satu pusat pertanggungjawaban yang ada di dalam perusahaan adalah pusat biaya. Pusat biaya adalah bentuk segmen terkecil dari aktivitas atau pusat pertanggungjawaban yang hanya bertanggungjawab dalam mengendalikan biaya-biaya yang terjadi didalamnya tanpa menghubungkan dengan nilai uang dari keluaran yang dihasilkan.

Setiap biaya yang keluar dalam suatu pusat pertanggungjawaban tidak selalu terjadi akibat keputusan yang diambil oleh manajer pusat pertanggungjawaban. Perlu dilakukan penggolongan biaya antara biaya yang dapat dikendalikan dengan biaya yang tidak dapat dikendalikan. Menurut Supriyono dalam Mely (2014)


(6)

Biaya terkendali adalah biaya yang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban tertentu dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak dipengaruhi secara signifikan oleh seorang manajer pusat pertanggungjawaban tertentudalam jangka waktu tertentu. Karena tidak semua biaya yang terjadi dapat dikendalikan oleh manajer, maka hanya biaya-biaya yang terkendali oleh manajer yang disajikan dalam laporan biaya dan dimintai pertanggungjawaban.

Biaya-biaya yang terjadi dalam satu kali tahun anggaran harus diberi kode dan dipisahkan sesuai dengan tingkatan pusat pertanggungjawaban yang terdapat dalam struktur organisasi. Hal ini diperlukan agar mempermudah memperkirakan anggaran yang dibutuhkan, proses pencatatan, pengklasifikasian dan pelaporan. Kode-kode harus disusun secara konsisten agar mempermudah pemisahan biaya-biaya dari setiap tingkatan pusat pertanggungjawaban.

Laporan biaya untuk pusat-pusat biaya harus mencerminkan perbandingan antara anggaran yang telah direncanakan dengan biaya yang telah terjadi. Selisih antara anggaran dan biaya yang terjadi dapat dikatakan menguntungkan apabila biaya yang teka terjadi lebih kecil dari anggaran yang telah direncanakan. Dan sebaliknya, apabila biaya yang terjadi lebih besar daripada anggaranyang telah direncanakan maka dapat dikatakan merugikan.

PT. Hutama Karya adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara yang dinasionalkan pada tahun 1961 yang bergerak dibidang konstruksi dan jasa kontraktor umum. Dalam perkembangannya, PT. Hutama Karya dibagi menjadi 5 (lima) wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia untuk memudahkan proses pemasaran dan pelayanan. Wilayah I mencakup daerah Riau, Nangro Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sumatera Barat. Wilayah II mencakup DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Lampung. Wilayah III mencakup Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Wilayah IV mencakup daerah Ali,


(7)

Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara timur. Wilayah V mencakup Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku dan Papua. Salah satu proyek besar yang ditangani oleh PT. Hutama Karya adalah proyek pembangunan jembatan Petuk yang terletak di Kelurahan Kolhua, Kecamatan Maulafa, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Proyek ini dimulai sejak tahun 2015 dengan anggaran sebesar Rp. 90 miliar untuk pembangunan jembatan Petuk tahap 1 dan Rp. 235,5 miliar untuk pembangunan jembatan Petuk tahap 2 yang murni dari dana APBN. Sehingga total anggaran untuk pembangunan jembatan petuk ini adalah sebesar Rp. 325,5 miliar. Dengan jumlah anggaran yang cukup besar, maka PT. Hutama Karya perlu menerapkan pengendalian yang ketat terhadap penggunaan anggarannya agar tidak terjadi kecurangan atau penyelewengan anggaran.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hadrinal Bidang (2013) yang meneliti tentang penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian biaya pada PT. Telkomsel Regional Sulawesi dan Papua, dikemukakan bahwa akuntansi pertanggungjawaban pada PT. Telkomsel Regional Sulawesi dan Papua telah diterapkan dan dilaksanakan dengan baik dan hal ini berpengaruh positif terhadap pelaksanaan pengendalian biaya perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Zuhrotun Nisak (2016) pada PT. Telkom Cabang Lamongan terkait pengaruh akuntansi pertanggungjawaban terhadap pengendalian biaya menyimpulkan bahwa pelaksanaan akuntansi pertanggungjawaban berpengaruh secara signifikan terhadap pengendalian biaya. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Aprillia Rahma Wijayani (2014) yang meneliti tentang pengaruh akuntansi pertanggungjawaban terhadap pengendalian disimpulkan bahwa pada PT. Taru Martani dan PT. Jateng Sinar Agung Sentosa pengendalian biaya juga dipengaruhi secara signifikan oleh akuntansi pertanggungjawaban. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ni Made Suari Ardiani dan I Wayan Pradnyantha Wirasedana (2013) yang meneliti pengaruh penerapan akuntansi pertanggungjawaban terhadap efektivitas pengendalian biaya pada 6 (enam) pusat perbelanjaan yang ada di daerah Kabupaten Badung.


(8)

Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa akuntansi pertanggungjawaban berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengendalian biaya.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas dan beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa akuntansi pertanggungjawaban berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengendalian biaya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban terhadap Pengendalian Biaya pada PT. Hutama Karya Wilayah IV (Proyek Jembatan Petuk)”.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah penerapan struktur organisasi akuntansi pertanggungjawaban dengan menetapkan wewenang secara tegas berpengaruh terhadap pengendalian biaya?

2. Apakah sistem perencanaan atau anggaran pada akuntansi pertanggungjawaban berpengaruh terhadap pengendalian biaya?

3. Apakah sistem pelaksanaan atau pengendalian pada akuntansi pertanggungjawaban berpengaruh terhadap pengendalian biaya standar? 4. Apakah sistem pelaporan pada akuntansi pertanggungjawaban

berpengaruh terhadap pengendalian biaya? 1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh struktur organisasi akuntansi pertanggungjawaban dengan menetapkan wewenang secara tegas terhadap pengendalian biaya.

2. Untuk mengetahui pengaruh sistem perencanaan atau anggaran pada akuntansi pertanggungjawaban terhadap pengendalian biaya.

3. Untuk mengetahui pengaruh sistem pelaksanaan atau pengendalian pada akuntansi pertanggungjawaban terhadap pengendalian biaya.

4. Untuk mengetahui pengaruh sistem pelaporan pada akuntansi pertanggungjawaban berpengaruh terhadap pengendalian biaya.


(9)

1. Manfaat Teoritis

Memberikan tambahan pengetahuan wawasan tentang perkembangan akuntansi manajemen khususnya akuntansi pertanggungjawaban.

2. Manfaat Praktis

 Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan pengetahuan selama masa perkuliahan.

 Bagi peneliti selanjutnya dapat bermanfaat menjadi referensi untuk melakukan penelitian.

 Bagi perusahaan dapat bermanfaat sebagai informasi tambahan mengenai akuntansi pertanggungjawaban yang berpengaruh terhadap pengendalian biaya standar.


(10)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Akuntansi Pertanggungjawaban

1.1.1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban

Menurut Sugiri (1994:199) “Akuntansi pertanggungjawaban adalah penyusunan laporan-laporan prestasi yang dikaitkan kepada individu atau anggota-anggota kelompok sebuah organisasi dengan suatu cara menekankan pada faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh individu atau anggota-anggota kelompok tersebut”. Sedangkan menurut Simamora (1999:253) akuntansi pertanggungjawaban adalah bentuk akuntansi khusus yang dipakai untuk mengevaluasi kinerja keuangan segmen bisnis dimana setiap manager disyaratkan untuk ikut serta dalam penyusunan rencana-rencana finansial dan menyediakanlaporan kinerja tepat waktu yang membandingkan hasil aktual dengan yang direncanakan. Menurut Hansen (2005:116) “Akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem yang mengukur setiap pusat pertanggungjawaban dan membandingkan hasil-hasil tersebut dengan hasil yang diharapkan atau dianggarkan”.

Berdasarkan definisi beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan sebuah laporan-laporan yang dibuat atau dilaporkan oleh masing-masing pusat pertanggungjawaban dalam sebuah organisasi yang berisi perbandingan antara biaya aktual dengan anggaran yang telah direncanakan pada tahun anggaran berjalan.

1.1.2. Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban

“Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan bagian dari informasi yang disediakan bagi para manajer. Sistem ini merupakan sistem pengukuran keuangan yang mencatat rencana-rencana dan kinerja menurut variabel-variabel keuangan terhadap manajer yang bertanggungjawab (Simamora, 1994:253)”.

Pada perusahaan yang sudah berskala besar, pemilik tidak dapat mengendalikan seluruh kegiatan yang ada di dalam sebuah perlahan, oleh karena


(11)

itu muncullah pendelegasian wewenang yang bertujuan untuk mengatasi kendala yang dihadapi dan menjalankan perusahaan. Menurut Mulyadi (1997:162) “Sistem akuntansi pertanggungjawaban menghubungkan informasi akuntansi manajemen dengan wewenang yang dimiliki oleh manajer”. Pendelegasian yang dilakukan akan mengakibatkan terbentuknya pusat-pusat pertanggungjawaban dimana pusat-pusat pertanggungjawaban ini memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Pendelegasian wewenang manajer dilakukan oleh manajer yang berada satu tingkat diatasnya. Dengan adanya wewenang yang diberikan, maka manajer dituntut untuk mempertanggungjawabkan pelaksaan wewenang yang telah diberikan kepada manajer yang berada diatasnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa wewenang mengalir dari tingkat manajer yang lebih tinggi ke tingkat manajer yang lebih rendah, sebaliknya, pertanggungjawaban mengalir dari tingkat manajer yang lebih rendah ke tingkat manajer yang lebih tinggi. Informasi akuntansi yang bersangkutan dengan pertanggungjawaban pelaksanaan wewenang disebut dengan informasi akuntansi.

1.1.3. Syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban

Agar akuntansi pertanggungjawaban dapat diterapkan dalam suatu perusahaan, menurut Mulyadi dalam Arie (2015) ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

1.

Struktur Organisasi

Di dalam akuntansi pertanggungjawaban, diasumsikan bahwa pengendalian organisasi dapat dilaksanakan dengan cara menciptakan jaringan pusat pertanggungjawaban yang sesuai dengan struktur organisasi formal yang ada di dalam perusahaan. Dalam akuntansi pertanggungjawaban, struktur organisasi harus menggambarkan aliran tanggung jawab, wewenang, dan posisi yang jelas untuk setiap unit kerja dari setiap tingkat manajemen selain itu harus menggambarkan pembagian tugas dengan jelas pula. Dimana organisasi disusun sedemikian rupa sehingga wewenang dan tanggung jawab tiap pimpinan jelas. Dengan demikian wewenang mengalir dari tingkat manajemen atas ke bawah, sedangkan tanggung jawab adalah sebaliknya. Banyak perusahaan yang memiliki


(12)

kelamahan dalam pendelegasian wewenang dimana pembagian wewenang sering kali tumpang tindih (overlapping) dan sering kali tanggung jawab yang dituntut tidak disertai dengan pendelegasian wewenang yang memadai yang mengakibatkan timbulnya frustrasi dan keenganan dalam melaksanakan tanggung jawab.

2.

Perencanaan/Anggaran

Anggaran biaya dalam akuntansi pertanggungjawaban dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam pengendalian biaya. Dalam akuntansi pertanggungjawaban setiap pusat pertanggungjawaban harus ikut serta dalam penyusunan anggaran karena anggaran merupakan gambaran rencana kerja para manajer yang akan dilaksanakan dan sebagai dasar dalam penilaian kinerja. Anggaran harus disusun sesuai dengan tingkat pusat pertanggungjawaban dalam struktur organisasi perusahaan. Dengan demikian, apabila terjadi ketidaksesuaian antara apa yang terjadi dengan anggaran yang telah direncakan, akan mudah ditunjuk siapa yang bertanggungjawab.

Setiap pusat pertanggungjawaban nantinya akan dimintai pertanggungjawaban atas realisasi anggaran yang telah direncanakan. Namun tidak semua biaya yang terjadi dilaporkan dalam laporan pertanggungjawaban, karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu pusat pertanggungjawaban dapat dikendalikan oleh manajer yang bersangkutan.

3.

Penggolongan Biaya

Karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu bagian dapat dikendalikan oleh manajer, maka di dalam pelaporan setiap pusat pertanggungjawaban biaya-biaya yang terjadi digolongkan menjadi biaya terkendalikan dan biaya tidak terkendalikan. Menururt Garrison (1997:53) “Suatu biaya dipandang merupakan biayayang dapat dikendalikan pada suatu tingkat pimpinan tertentu jika pimpinan tingkat itu memiliki kekuasaan untuk mengesahkan biaya itu. Misalnya, biaya hiburan akan dapat dikendalikan oleh manajer penjualan jika ia memiliki kekuasaan untuk mengesahkan jumlah dan


(13)

jenis hiburan bagi pelanggan. Sebaliknya, penyusutan fasilitas gudang akan tidak dap dikendalikan oleh manajer penjualan, karena ia tidak akan memiliki kekuasaan untuk mengesahkan pembangunan gudang”.

Biaya terkendalikan adalah biaya yang dapat secara langsung dipengaruhi oleh manajer dalam jangka waktu tertentu. Biaya tidak terkendalikan adalah biaya yang tidak memerlukan keputusan dan pertimbangan manajer karena hal ini dapat mempengaruhi biaya karena biaya ini diabaikan.

Menurut Mulyadi (1997:164) pedoman untuk menetapkan apakah suatu biaya dapat dikatakan sebagai tanggung jawab manajer suatu pusat pertanggungjawaban adalah sebagai berikut:

a. Suatu biaya dapat dikatakan sebagai biaya terkendali apabila seorang manajer pusat pertanggungjawaban memiliki wewenang dan hak dalam Perolehan maupun penggunaan dari biaya tersebut.

b. Suatu biaya dapat dikatakan sebagai biaya terkendali apabila seorang manajer pusat pertanggungjawaban dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakannya.

c. Meskipun seorang manajer tidak dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya melalui tindakannya, manajer tersebut tetap berkemungkinan dibebani biaya tersebut apabila manajer puncak menghendaki agar manajer tersebut dapat membantu manajer lain yang bertanggungjawab untuk biaya tersebut.

4. Sistem Akuntansi

“Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem pengolahan informasi biaya, dengan cara menggolongkan, mencatat, dan meringkas biaya dalam hubungannya dengan jenjang manajemen yang bertangggungjawab atas terjadinya biaya dengan tujuan untuk menghasilkan informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berguna untuk pengndalian biaya (Mulyadi, 1997:196)”. Oleh karena biaya yang terjadi akan dikumpulkan untuk setiap tingkatan manajer maka biaya harus digolongkan dan diberi kode sesuai dengan


(14)

tingkatan manajemen yang terdapat dalam struktur organisasi. Setiap tingkatan manajemen merupakan pusat biaya dan akan dibebani dengan biaya yang terjadi didalamnya yang dipisahkan antara biaya terkendalikan dan biaya tidak terkendalikan. Kode perkiraan diperlukan untuk mengklasifikasikan perkiraan-perkiraan baik dalam neraca maupun dalam laporan rugi laba.

Menurut Mulyadi (2014:127) “Kode adalah suatu rerangka (framework) yang menggunakan angka atau huruf atau kombinasi angka atau huruf untuk memberi tanda terhadap klasifikasi yang telah dibuat”. Penggunaan kode digunakan dalam pengolahan data akuntansi untuk mengklasifikasikan, menyimpan dan mengambil data keuangan. Ada 5 metode dalam pemberian kode rekening:

a. Kode angka atau alfabet urut. Dalam metode ini, rekening buku besar diberi kode angka atau huruf yang berurutan. Kelemahan dari metode ini adalah apabila terjadi perubahan jumlah rekening, maka akan mengakibatkan perubahan menyeluruh terhadap kode rekening yang mempunyai kode angka yang lebih besar.

b. Kode angka balok. Dalam metode ini rekening buku besar dikelompokkan menjadi beberapa golongan dan dalam setiap golongan disediakan satu blok angka yang berurutan.

c. Kode angka kelompok. Dalam metode ini, kode dibentuk berdasarkan kombinasi antara dua atau lebih subcodes menjadi satu kode.

d. Kode angka desimal. Dalam metode ini, kelompok-kelompok yang telah dibagi dipecah lagi menjadi beberapa subkelompok yang lebih kecil. e. Kode angka urut didahului dengan huruf. Metode ini menggunakan kode

berupa kombinasi angka dengan huruf dimana huruf ini berupa singkatan kelompok rekening.

5.

Sistem Pelaporan Biaya

Menurut Sugiri (1994:206) laporan keuangan untuk pusat biaya harus selalu mencakup perbandingan antara biaya yang ditetapkan dalam anggaran yang telah direncanakan dan biaya yang sesungguhnya terjadi dengan identifikasi selisih.


(15)

Selisih dikatakan menguntungkan (selisih laba) jika biaya yang sesungguhnya lebih kecil daripada anggaran biaya yang telah direncanakan namun apabila yang terjadi justru sebaliknya, maka dikatakan tidak menguntungkan (selisih rugi).

Bagian akuntansi biaya setiap bulannya membuat laporan pertanggungjawaban untuk tiap-tiap pusat biaya. Setiap bulan dibuat rekapitulasi biaya atas dasar total biaya bulan lalu, yang tercantum dalam kartu biaya. Atas dasar rekapitulasi biaya disajikan laporan pertanggungjawaban biaya. Isi dari laporan pertanggungjawaban disesuaikan dengan tingkatan manajemen yang akan menerimanya. Untuk tingkatan manajemen yang terendah disajikan jenis biaya, sedangkan untuk tiap manajemen diatasnya disajikan total biaya tiap pusat biaya yang dibawahnya ditambah dengan biaya-biaya yang terkendalikan dan terjadi biayanya sendiri.

Prosedur pengumpulan data biaya dalam laporan biaya akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut:

 Atas dasar dokumen sumber, setiap jenis biaya dicatat ke dalam buku pembantu biaya (cost subledger). Dalam kartu biaya digolongkan jenis biaya biaya dan pertanggungjawaban yang bersangkutan.

 Secara periodik (misalnya sebulan sekali) biaya yang dicatat dalam buku pembantu biaya di jumlahkan dan disajikan dalam bentuk laporan pertanggungjwaban biaya.

1.1.4. Dasar-dasar yang Melandasi Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Biaya

Menurut Mulyadi (1997:190) laporan pertanggungjawaban biaya disusun atas dasar-dasar berikut ini:

a. Jenjang terbawah yang diberi laporan ini adalah tingkat manajer Bagian. b. Manajer jenjang terbawah diberi laporan pertanggungjawaba biaya yang

berisi rincian realisasi biaya dibandingkan dengan anggaran biaya yang disusunnya.

c. Manajer jenjang diatasnya diberi laporan mengenai biaya pusat pertanggungjawaban sendiri dan ringkasan realisasi biaya yang


(16)

dikeluarkan oleh manajer-manajer yang berada dibawah wewenangnya, yang dissajikan dalam bentuk perbandingan dengan anggaran biaya yang disusun oleh masing-masing manajer yang bersangkutan.

d. Semakin ke atas, laporan pertanggungjawaban biaya disajikan semakin ringkas.

1.1.5. Format Umum Laporan Pertanggungjawaban Biaya

Mulyadi (1994:190) menyatakan bahwa sebuah laporan pertanggungjawaban biaya harus berisi informasi berikut:

a. Nomor kode rekening

b. Jenis biaya atau pusat pertanggungjawaban c. Realisasi biaya bulan ini

d. Anggaran biaya bulan ini e. Penyimpangan biaya bulan ini

f. Realisasi biaya sampai dengan bulan ini g. Anggaran biaya sampai dengan bulan ini h. Penyimpangan biaya sampai dengan bulan ini

Gambar 2.1 Format umum laporan pertanggungjawaban biaya

Bagian/Departemen/Direktur Laporan Pertanggungjawaban Biaya Bulanan Kod

e Rek

Jenis Biaya/ Pusat Biaya

Bulan Ini Sampai dengan Bulan Ini

Realisasi Anggaran Penyimpangan Realisasi Anggaran Penyimpangan

1.2. Jenis Pusat Pertanggungjawaban

Menurut Supriyono (1991:24) “Istilah pusat pertanggungjawaban digunakan untuk menunjukkan unit organisasi yang dikelola oleh seorang manajer yang bertanggungjawab”. Hansen dan Mowen (2005:116) mengatakan bahwa “Pusat pertanggungjawaban adalah suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggungjawab terhadap serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu”. Suatu pusat pertanggungjawaban secara individual bertujuan untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Dalam akuntansi pertanggungjawaban, laporan kinerja disusun untuk departemen-departemen atau segmen-segmen yang bekerja dibawah kendali dari


(17)

otoritas manajer yang bertanggungjawab. Pusat-pusat pertanggungjawaban dapat digolongkan berdasarkan lingkup tanggung jawab, yaitu:

1. Pusat Biaya

Menurut Sugiri (1994:204) pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban dimana manajernya hanya bertanggungjawab atas biaya terjadi. Simamora (1999:254) mengatakan dalam pusat biaya, manajer yang bertanggungjawab mempunyai kewenangan dan tanggung jawab untuk mengendaslikan dan membuat keputusan terkait dengan biaya yang terjadi. Manajer pusat biaya dapat menggunakan biaya standar dan anggaran fleksibel dalam mengendalikan biaya. Menurut Supriyono (1991:27) “Pusat biaya adalah suatu pusat pertanggung jawaban dalam suatu organisasi yang prestasi manajernya dinilai atas dasar biaya dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya”. Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2005:116) “Pusat biaya adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam organisasi yang yang manajernya bertanggung jawab hanya terhadap biaya”.

2. Pusat Pendapatan

Supriyono (1991:28) mengatakan bahwa “Pusat pendapatan adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi yang prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya”. Hansen dan Mowen (2005:116) mengatakan “Pusat pendapatan adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggung jawab hanya terhadap penjualan”. Sedangkan Sugiri (1994:205) mengatakan bahwa pusat pendapatan merupakan pusat pertanggungjawabab dimana manajer yang memimpin bertanggungjawab penuh atas terjadinya pendapatan, baik pendapatan penjualan barang dagang, barang jadi atau jasa.

3. Pusat Laba

Menurut Sugiri (1994:205) “Pusat laba bertanggungjawab terhadap laba yang didapat oleh perusahaan dimana laba didapat dari selisih antara pendapatam dan biaya”. Sedangkan Simamora (1999:256) mengatakan bahwa Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban dimana kinerja keuangan diukur dari segi


(18)

labanya yang merupakan perbedaan antara pendapatan dan beban. Dalam pusat laba, manajer mempunyai tanggung jawab dan otoritas untuk mengambil keputusan-keputusan yang mempengaruhi biaya maupun pendapatan per unitnya.

4. Pusat Investasi

Supriyono (1991:162) menyatakan bahwa pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban dalam sebuah organisasi yang manajernya dinilai prestasinya atas dasar laba yang diperoleh dari investasinya. Sedangkan menurut Sugiri (1994:206) pusat investasi beratnggungjawab terhadap hubungan antara laba dan seluruh investasi.

2.3. Pengendalian Biaya menggunakan Akuntansi Pertanggungjawaban Pengendalian biaya sangat diperlukan untuk meminimalisir penyimpangan dana yang telah di rencanakan dalam anggaran. Menurut Mulyadi dalam Bidang (2013) tahap pengendalian biaya dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan, dengan menerapkan standar perbandingan melalui sistem anggaran dan standar

b. Tahap operasi dan pengukuran dengan mencatat realisasi pelaksanaan c. Tahap pelaporan dan analisa dengan membandingkan realisasi

pelaksanaan biaya dengan anggaran yang meliputi:

 Menetapkan perbedaan antara realisasi dengan anggaran

 Mengevaluasi sebab-sebab terjadinya perbedaan

 Mengambil tindakan untuk mengendalikan realisasi biaya yang tidak memuaskan agar sesuai dengan anggaran/standar yang telah ditetapkan

Pengendalian sangat perlu dilakukan untuk mendeteksi masalah yang terjadi agar tidak menjadi penghambat besar dalam proses mencapai tujuan perusahaan.akuntansi pertanggungjawaban dapat dijadikan sebagai alat pengendalian biaya dalam perusahaan, karena dalam akuntansi pertanggungjawaban manajer-manajer dalam setiap pertanggungjawaban melaporkan realisasi dari dana yang telah dianggarkan. Dari laporan biaya dalam akuntansi pertanggungjawaban, dapat dilihat seberapa baik suatu divisi/bagian


(19)

dalam menjalankan program dan dalam menggunakan anggaran dalam kegiatannya.

2.4. Tujuan dan Manfaat Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban 2.4.1. Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban

Menurut Mulyadi dalam Bidang (2013) tujuan dari penerapan akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut:

1. Biaya-biaya yang terjadi dapat dikendalikan dan diawasi dengan baik karena dalam akuntansi pertanggungjawaban, manajer tiap tingkat pusat pertanggungjawaban hanya dibebankan biaya-biaya yang berada dibwah tanggung jawabnya sehingga pengelompokan dan pelaporan biaya dilakukan pada setiap manajer pusat pertanggungjawaban.

2. Pengendalian biaya merupakan salah satu tujuan dari diterapkannya akuntansi pertanggungjawaban, karena dalam laporan akuntansi pertanggungjawaban biaya manajer pusat pertanggungjawaban melaporkan biaya-biaya yang telah terjadi yang kemudian dibandingkan dengan anggaran yang telah direncanakan diawal tahun anggaran. 3. Dengan terkendalinya biaya, maka hal ini akan membantu manajer

dalam mengidentifikasi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dari anggaran yang telah direncanakan.

4. Dapat digunakan sebagai salah satu alat perencanaan untuk mengetahui kriteria penilaian prestasi unit usaha tertentu.

5. Dapat digunakan sebagai pedoman penentu langkah yang harus dibuat oleh perusahaan dalam rangka pencapaian sasaran perusahaan.

6. dapat digunakan oleh top manajer untuk menilai kinerja dari bagian yang termasuk ke dalam tanggung jawabnya.

2.4.2. Manfaat Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban

Meneurut Mulyadi (1997:170) “Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa informasi masa yang akan datang dapat bermanfaat untuk penyusunan anggaran. Sedangkan informasi akuntansi pertanggungjawaban yang


(20)

berupa informasi masa lalu bermanfaat sebagai (1) Penilaian kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dan (2) Pemotivasi manajer”.

2.5. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan penunjang dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Handrinal Bidang (2013)

Penelitian yang dilakukan oleh Handrinal Bidang (2013) berjudul “Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Pengendalian Biaya pada PT. Telkomsel Regional Sulawesi dan Papua”. Dalam penilitian ini yang menjadi variabel independen adalah penerapan akuntansi pertanggungjawaban. Sedangkan variabel dependennya adalah pengendalian biaya. Hasil dari penilitian yang dilakukan oleh Handrinal Bidang adalah bahwa struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengendalian biaya pada PT. Telkomsel Regional Sulawesi dan Papua.

2. Aprillia Rahma Wijayani (2014)

Penelitian yang dilakukan oleh Aprillia Rahma Wijayani (2014) berjudul “Pengaruh Akuntansi Pertanggungjawaban terhadap Pengendalian Biaya Standar”. Dalam penilitian ini yang menjadi variabel independen adalah akuntansi pertanggungjawaban. Sedangkan variabel dependennya adalah pengendalian biaya standar. Hasil dari penilitian yang dilakukan oleh Aprillia Rahma Wijayani adalah bahwa adalah struktur organisasi, perencanaan atau anggaran, pelaksanaan atau pengendalian dan pelaporan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengendalian biaya.

3. Zuhrotun Nisak (2016)

Penelitian yang dilakukan oleh Zuhrotun Nisak (2016) berjudul “Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Pengendalian Biaya pada PT. Telkom Cabang Lamongan”. Dalam penilitian ini yang menjadi variabel


(21)

independen adalah struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan. Sedangkan variabel dependennya adalah pengendalian biaya. Hasil dari penilitian yang dilakukan oleh Zuhrotun Nisak adalah struktur organisasi, pelaksanaan dan pelaporan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengendalian biaya pada PT. Telkom Cabang Lamongan. Sedangkan perencanaan tidak berpengaruh positif dan tidak berpengaruh secara signifikan erhadap pengendalian biaya pada PT. Telkom Cabang Lamongan.

4. Ni Made Suari Ardiani dan I Wayan Pradnyantha Wirasedana (2013) Penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Suari Ardiani dan I Wayan Pradnyantha Wirasedana (2013) berjudul “Pengaruh Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban terhadap Efektifitas Pengendalian Biaya”. Dalam penilitian ini yang menjadi variabel independen adalah akuntansi pertanggungjawaban. Sedangkan variabel dependennya adalah pengendalian biaya. Hasil dari penilitian yang dilakukan oleh Ni Made Suari Ardiani dan I Wayan Pradnyantha Wirasedana pada enam pusat perbelanjaan yang ada di daerah Kabupaten Badung adalah bahwa akuntansi pertanggungjawaban berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengendalian biaya.

5. Athena Adharawati (2010)

Penelitian yang dilakukan oleh Athena Adharawati (2010) berjudul “Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban dengan Anggaran sebagai Alat Pengendalian Biaya (Studi Kasus pada PT. PELNI Kantor Cabang Makassar”. Dalam penilitian ini variabel yang menjadi dimensi pengukuran adalah (1) akuntansi pertanggungjawaban dengan indikator syarat-syarat dan karakteristik dari akuntansi pertanggungjawaban, (2) pengendalian biaya dengan indikator kelayakan pengendalian biaya, dan (3) evaluasi efisiensi biaya. Hasil dari penilitian yang dilakukan oleh Athena Adharawati pada PT. PELNI Kantor Cabang Makassar adalah bahwa penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada PT. PELNI Kantor Cabang Makassar sebagai pengendalian biaya belum baik. 2.6. Kerangka Pikir Penelitian


(22)

Alur pikir yang digunakan oleh peneliti dalam meneliti pengaruh akuntansi pertanggungjawaban terhadap pengendalian biaya pada PT. Hutama Karya dalam proyek jembatan petuk disajikan dalam gambar 2.2 berikut ini:

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tinjauan pustaka yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti telah mengambil hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

H1 = Strukur organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengendalian biaya

H2 = Perencanaan/anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengendalian biaya

H3 = Pelaksanaan/pengendalian berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengendalian biaya

H4 = Pelaporan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengendalian biaya

STRUKTUR ORGANISASI (X1)

PERENCANAAN/ ANGGARAN (X2)

PENGENDALIAN BIAYA (Y) PELAKSANAAN/

PENGENDALIAN (X3)


(23)

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan dirancang sebagai penelitian kausal dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Ferdinand (2006:5) penelitian kausal adalah penelitian yang dilakukan untuk mencari penjelasan dari sebuah hubungan sebab-akibat antara satu/lebih variabel yang nantinya akan dapat ditarik sebuah/beberapa kesimpulan. Penelitian yang dilakukan peneliti menekankan pada pengukuran variabel dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Peneliti menggunakan desain penelitian ini untuk mengetahui pengaruh akuntansi pertanggungjawaban terhadap pengendalian biaya pada PT. Hutama Karya Wilayah IV (proyek jembatan petuk).

3.2. Populasi dan Sampel

Menurut Ferdinand (2006:223) “Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang menempati bagian dimana karyawan tersebut dapat mempengaruhi perencanaan maupun penggunaan dana. Populasi dalam peneltian berjumlah 39 orang.

Menurut Arikunto dalam Saraswati (2014) apabila populasi pada suatu penelitian kurang dari 100, maka lebih baik sampel yang diambil merupakan keseluruhan dari total populasi penelitian. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah nonprobably sampling dengan sampling jenuh. Menurut Riduan dalam Saraswati (2014) “Sampel jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel.”

3.3. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian adalah data primer yang merupakan jawaban-jawaban dari responden terkait dengan pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Jenis data dalam penelitian ini berupa


(24)

data subjek yang berasal dari opini responden yang tertuang dalam jawaban atas kuesioner yang diberikan.

3.4. Teknik Pengumpulan

Data

Metode yang digunakan

untuk mengumpulkan

data dalam penelitian ini

adalah kuesioner. Menurut Sugiyono dalam Wijayani (2014) kuesioner adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data dengan cara pemberian beberapa pertanyaan tertulis kepada responden.

3.5. Defini Operasional Variabel dan Skala Pengukuran

Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas atau independen (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan akuntansi pertanggungjawaban yang didalamnya meliputi struktur organisasi, perencanaan/anggaran, pelaksanaan/pengendalian dan pelaporan. Menurut Sugiyono dalam Wijayani (2014) “Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel yang dipengaruhi.” 2. Variabel dependen (Y)

Yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengendalian biaya.

Teknik penentuan skor yang digunakan dalam menilai jawaban dari responden adalah skala likert. Skala likert menurut Ferdinand (2006:261) “skala ini menggunakan lebih dari 1 item pertanyaan, dimana beberapa pertanyaan digunakan untuk menjelaskan sebuah konstruk, lalu jawabannya dijumlahkan.” Skor yang ditentukan untuk setiap pertanyaan dalam penelitian disajikan dalam tabel 3.2 :

Tabel 3.2 Skor pertanyaan dalam kuesioner

Keterangan skor

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Kurang Setuju (KS) 3 Tidak Setuju (TS) 2 Sangat Tidak Setuju (STS) 1


(25)

Semua variabel penelitian akan dijelaskan berdasarkan indikator-indikator yang nantinya indikator ini akan menjadi dasar dalam penyusunan item-item pertanyaan dalam kuesioner. Indikator-indikator yang digunakan adalah:

a. Struktur organisasi (X1)

Di dalam akuntansi pertanggungjawaban, diasumsikan bahwa pengendalian organisasi dapat dilaksanakan dengan cara menciptakan jaringan pusat pertanggungjawaban yang sesuai dengan struktur organisasi formal yang ada di dalam perusahaan. Dalam akuntansi pertanggungjawaban, struktur organisasi harus menggambarkan aliran tanggung jawab, wewenang, dan posisi yang jelas untuk setiap unit kerja dari setiap tingkat manajemen selain itu harus menggambarkan pembagian tugas dengan jelas pula. Dimana organisasi disusun sedemikian rupa sehingga wewenang dan tanggung jawab tiap pimpinan jelas. Dengan demikian wewenang mengalir dari tingkat manajemen atas ke bawah, sedangkan tanggung jawab adalah sebaliknya. Banyak perusahaan yang memiliki kelamahan dalam pendelegasian wewenang dimana pembagian wewenang sering kali tumpang tindih (overlapping) dan sering kali tanggung jawab yang dituntut tidak disertai dengan pendelegasian wewenang yang memadai yang mengakibatkan timbulnya frustrasi dan keenganan dalam melaksanakan tanggung jawab.

b. Perencanaan/anggaran (X2)

Anggaran biaya dalam akuntansi pertanggungjawaban dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam pengendalian biaya. Dalam akuntansi pertanggungjawaban setiap pusat pertanggungjawaban harus ikut serta dalam penyusunan anggaran karena anggaran merupakan gambaran rencana


(26)

kerja para manajer yang akan dilaksanakan dan sebagai dasar dalam penilaian kinerja. Anggaran harus disusun sesuai dengan tingkat pusat pertanggungjawaban dalam struktur organisasi perusahaan. Dengan demikian, apabila terjadi ketidaksesuaian antara apa yang terjadi dengan anggaran yang telah direncakan, akan mudah ditunjuk siapa yang bertanggungjawab.

Setiap pusat pertanggungjawaban nantinya akan dimintai pertanggungjawaban atas realisasi anggaran yang telah direncanakan. Namun tidak semua biaya yang terjadi dilaporkan dalam laporan pertanggungjawaban, karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu pusat pertanggungjawaban dapat dikendalikan oleh manajer yang bersangkutan.

c. Pelaksanaan/pengendalian (X3)

Manajemen dalam melaksanakan tanggungjawabnya harus secara efektif dan efisien agar dapat mencapai tujuan perusahaan, maka perusahaan perlu melakukan suatu pengendalian. Pengendalian perlu dilakukan untuk meminimalisisr penyimpangan-penyimpangan yang dapat menghambat proses dalam mencapai tujuan perusahaan.

d. Pelaporan (X4)

Bagian akuntansi biaya setiap bulannya membuat laporan pertanggungjawaban untuk tiap-tiap pusat biaya. Setiap bulan dibuat rekapitulasi biaya atas dasar total biaya bulan lalu, yang tercantum dalam kartu biaya. Atas dasar rekapitulasi biaya disajikan laporan pertanggungjawaban biaya. Isi dari laporan pertanggungjawaban disesuaikan dengan tingkatan manajemen yang akan menerimanya. Untuk tingkatan manajemen yang terendah disajikan jenis biaya, sedangkan untuk tiap manajemen diatasnya disajikan total biaya tiap pusat biaya yang dibawahnya ditambah dengan biaya-biaya yang terkendalikan dan terjadi biayanya sendiri.

e. Pengendalian biaya (Y)

Pengendalian sangat perlu dilakukan untuk mendeteksi masalah yang terjadi agar tidak menjadi penghambat besar dalam proses mencapai tujuan perusahaan.akuntansi pertanggungjawaban dapat dijadikan sebagai alat


(27)

pengendalian biaya dalam perusahaan, karena dalam akuntansi pertanggungjawaban manajer-manajer dalam setiap pertanggungjawaban melaporkan realisasi dari dana yang telah dianggarkan. Dari laporan biaya dalam akuntansi pertanggungjawaban, dapat dilihat seberapa baik suatu divisi/bagian dalam menjalankan program dan dalam menggunakan anggaran dalam kegiatannya.

Pengembangan indikator variabel independen dan dependen menjadi benatu pertanyaan-pertanyaan disajikan dalam tabel 3.3 berikut ini:

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pengembangan Indikator Variabel

Variabel Sub variabel Indikator

Jumlah pertanyaa

n Akuntansi

Pertanggungja waban

Struktur organisasi

1. Struktur organisasi yang menetapkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab tiap tingkatan manajemen

2. Anggaran biaya disusun oleh tiap tingkatan manajemen

6

Perencanaan /anggaran

1. Menerapkan standar perbandingan melalui sistem anggaran 2. Penggunaan informasi

akuntansi

pertanggungjawaban sebagai alat pengirim pesan dalam proses penyusunan anggaran dan sebagai pengukur kinerja manajer dalam pelaksanaan anggaran


(28)

Pelaksanaan/ pengendalian

1. Menetapkan perbedaan antara realisasi dengan anggaran

2. Menghindari

penyalahgunaan kekuasaan 3. Menjalankan aktivitas

perusahaan dengan baik dan dinamis

4. Menjadi profesional dan mematuhi etika

8

Pelaporan

1. Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggungjawab

2. Mengevaluasi sebab-sebab terjadinya varian

3. Mempublikasikan informasi keuangan dan informasi lain yang material

4. Mengambil tindakan untuk mengendalikan realisasi biaya yang tidak

memuaskan agar sesuai dengan anggaran/standar yang telah diterapkan

8

Pengendalian

Biaya

-1. Adanya penggolongan biaya terkendali dan tidak terkendali

2. Adanya sistem akuntansi biaya yang sesuai dengan struktur organisasi

3. Adanya peningkatan laba dan efisiensi biaya

13


(29)

Analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif menurut Nugroho dalam Bidang (2013) “merupakan analisis yang mengungkapkan data diri responden, yang diperoleh dari jawaban responden melalui kuesioner. Kemudian data yang diperoleh dari jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan, selanjutnya dihitung presentasenya.” 3.7. Uji Kualitas Data

3.7.1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk menilai keakuratan alat ukur yang digunakan, apakah alat ukur yang digunakan dapat mengukur apa yang ingin diketahui oleh peneliti (Ferdinand, 2006:276). Pengujian validitas instrumen/kuesioner dalam penelitian ini menggunakan software statistik berupa SPPS (Statistical Product And Service Solutions). Uji validitas dilakukan dengan metode dari Pearson yaitu metode korelasi products momen. Pengujian ini dilakukan dengan melihat angka koefisien korelasi (rxy) yang menyatakan hubungan antara skor butir pertanyaan dengan skor total.

3.7.2. Uji Reliabilitas

Data yang dihasilkan dari sebuah instrumen atau kuesioner yang digunakan sebagai pengukur data dikatakan reliable atau dapat dipercaya apabila instrumen tersebut secara konsisten memunculkan hasil yang sama setiap kali dilakukan pengukuran (Ferdinand, 2006:278). Uji reliabilitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai cronbac’s Alpha. Apabila nilai cronbac’s Alpha lebih dari 0,60 maka butir-butir instrumen kuesioner pada masing-masing variabel dinyatakan reliable.

3.8. Uji Asumsi Klasik 3.8.1. Pengujain Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal. Ada dua cara menguji moralitas, yang pertama dengan histogram. Histogram membandingkan antara observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Yang kedua adalah dengan normal probabilitas plot dimana distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal.


(30)

3.8.2. Pengujian Heterokedastisidas

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah terdapat ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah heterokedastisidas, dimana varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya berbeda. Pengujian heterokedastisidas dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Dasar analisis dalam pengujian heterokedastisidas adalah:

a. Jika terdapat titik-titik yang menyebar dengan membentuk pola tertentu dengan teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisidas. b. Apabila titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 dan Suu Y serta

tidak membentuk pola yang teratur maka tidak mengindikasikan terjadinya heterokedastisidas.

3.8.3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada suatu pengamatan lain pada model regresi. Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi. Metode yang sering digunakan adalah metode Durbin-Watson (DW-Test) dengan ketentuan:

1. Jika d lebih kecil dari Cl atau lebih besar dari (4-dL), maka hipotesis nol ditolak, dimana hal ini berarti ada autokorelasi

2. Jika d terletak Siantar du dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, dimana hal ini berarti tidak ada autokorelasi

3. Jika d terletak antara Cl dan du atau di antara (4-dL) dan (4dU) maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

3.8.4. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi atas variabel independen. Uji multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan uji tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Model regresi yang baik adalah jika terjadi multikolinearitas. Batas dari nilai tolerance value adalah 0,01 dan VIF adalah 10. Jika tolerance value adalah dibawah 0,01 atau nilai VIF adalah diatas 10 maka hal tersebut mengindikasi terjadi multikolinearitas.


(31)

3.9. Uji Hipotesis

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh akuntansi pertanggungjawaban terhadap pengendalian biaya, peneliti menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression). Model regresi berganda (multiple regression) adalah:

Dimana:

Y = efisiensi biaya

a = nilai intercept (konstanta)

B = koefisien regresi

X1 = nilai untuk struktur organisasi

X2 = nilai untuk perencanaan/anggaran

X3 = nilai untuk pelaksanaan/pengendalian

X4 = nilai untuk pelaporan

1. Uji T (Parsial)

Uji ini digunakan untuk mengetahui signifikansi antara variabel independen dengan variabel dependen secara parsial.

2. Uji F (Simultan)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen

3.10. Kerangka Pemecahan Masalah

a. Start. Menyusun rancangan penelitain dan melakukan evaluasi

terhadap rencana kerja penelitian

b. Penelitian pendahuluan sebagai penjajakan untuk penelitian yang sesungguhnya, dilakukan dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk beberapa responden saja

c. Uji kualitas data. Untuk mengetahui bahwa kuesioner yang dibagikan telah valid dan reliabel


(32)

d. Pengumpulan data lanjutan. Melakukan penyebaran kuesioner terhadap sisa sampel penelitian

e. Analisis data. Dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel independen dan dependen

f. Uji asumsi klasik. Pengolahan data setelah dilakukannya analisis regresi berganda.

g. Uji hipotesis. Pengujian ini dilakukan untuk mengukur nilai dari pengaruh setiap variabel

h. Hasil dan pembahasan. Membahas mengenai hasil yang telah diperoleh selama masa penelitian

i. Kesimpulan dan saran. Menarik suatu kesimpulan data dan memberikan saran sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan


(33)

Gambar 3.1 kerangka Pemecahan Masalah

Start

Penelitian Pendahuluan

Uji Kualitas Data

Pengumpulan Data Lanjutan

Stop Simpulan dan saran

Uji Asumsi Klasik Analisis Data

Uji Hipotesis


(34)

Kuesioner

Variabel X : Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban 1. Indikator Struktur organisasi

Pertanyaan

penilaian ST

S TS KS S SS

(1) (2) (3) (4) (5) 1. Struktur organisasi terbagi atas

unit-unit organisasi yang digolongkan ke dalam pusat pertanggungjawaban

2. Tugas-tugas yang dibebankan kepada setiap unit kerja organisasi harus digolongkan secara jelas, sehingga pelaksanaan terawasi 3. Struktur organisasi mempertegas

tugas dan tanggungjawab

4. Struktur organisasi sangat memudahkan dalam melaksanakan tugas bawahan maupun atasan

2. Indikator Perencanaan/anggaran

Pertanyaan

Penilaian ST

S TS KS S SS

(1) (2) (3) (4) (5) 1. Proses penyusunan anggaran

berdasaarkan pada pusat pertanggungjawaban

2. Setiap manajer pusat pertanggungjawaban berperan serta dalam menyusun anggaran yang dipimpin

3. Anggaran dapat membantu perencanaan

4. Setiap penyimpangan anggaran yang terjadi pada suatu bagian harus dilaporkan manajer pusat


(35)

biaya

5. Dalam mengevaluasi anggaran dilakukan perbandingan antara anggaran dan realisasinya

3. Indikator Pelaksanaan/pengendalian

Pertanyaan

Penilaian ST

S TS KS S SS

(1) (2) (3) (4) (5) 1. Setiap tanggung jawab seorang

manajer pusat biaya selalu konsisten dalam mengendalikan biaya

2. Selalu dilakukan analisis dari manajemen, baik penyimpangan yang merugikan atau yang menguntungkan

3. Seorang manajer pada pusat biaya akan menentukan batas-batas tanggung jawab selama pengeluaran biaya

4. Telah dilakukan pembagian daerah pertanggungjawaban bagi setiap manajer yang diukur kinerjanya 5. Selalu diselenggarakan rapat

secara rutin dalam memecahkan masalah yang timbul

6. Semua laporan kinerja dibuat secara rutin agar dapat dengan mudah diukur sejauh mana hasil yang diperoleh dari seorang manajer pusat biaya

7. Selalu dibuat laporan kinerja kepada manajer apabila terdapat

informasi mengenai

penyimpangan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang ditetapkan


(36)

8. Setiap laporan kinerja akan selalu memberikan gambaran kemajuan atau kemunduran kinerja dalam mencapai kinerja yang diharapkan

4. Indikator Pelaporan

Pertanyaan

Penilaian ST

S TS KS S SS

(1) (2) (3) (4) (5) 1. Adanya sistem pelaporan biaya

kepada manajer yang

bertanggungjawab

2. Mencantumkan laporan pertanggung jawaban wajib yang

dibuat setiap pusat

pertanggungjawaban

3. Dalam laporan

pertanggungjawaban tersebut dapat diketahui prestasi manajer tiap divisi

4. Laporan pertanggungjawaban berisi informasi tentang biaya yang dianggarkan dengan biaya yang terjadi sesungguhnya

5. Seorang manajer pusat pertanggung jawaban selalu melakukan analisa dan evaluasi laporan pertanggung jawaban secara rutin dan berkala

6. Manajer pusat biaya melakukan analisa dan evaluasi pertanggung jawaban secara rutin

7. Laporan kinerja akan selalu memberikan gambaran kemajuan atau kemunduran kinerja


(37)

Pertanyaan

Penilaian ST

S TS KS S SS

(1) (2) (3) (4) (5) 1. Apakah perusahaan telah

melakukan penggolongan biaya terkendali dan tidak terkendali (contoh biaya terkendali: biaya pemasangan iklan termasuk biaya terkendali bagi manajer pemasaran. Biaya tak terkendali: penggunaan bahan baku yang tidak terkendali bagi manajer pembelian)

2. Terdapat kriteria untuk menilai kinerja bagi seorang manajer pusat biaya

3. Penilaian kinerja ditujukan untuk menegakkan perilaku tertentu di dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan

4. Kinerja yang dihasilkan oleh seorang manajer pusat biaya tidak selalu diukur dari anggaran dengan realisasinya

5. Laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan

6. Adanya sistem akuntansi biaya yang sesuai dengan struktur organisasi

7. Terjadinya efisiensi biaya dalam perusahaan

8. Meningkatnya laba perusahaan 9. Meningkatnya pendapatan operasi

perusahaan

10. Adanya evaluasi atas pelaksanaan program dan kegiatan


(38)

11. Laporan pertanggungjawaban yang dibuat oleh perusahaan telah disusun dengan baik sesuai dengan prosedur yang berlaku

12. Adanya evaluasi terhadap ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, apakah telah sesuai dengan target yang telah ditetapkan

13. Penerapan akuntansi pertanggung jawaban menjadikan prestasi manajer bisa menjadi lebih baik


(39)

Daftar Pustaka

Adharawati, Athena. 2010. Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban dengan Anggaran sebagai Alat Pengendalian Biaya (Studi Kasus pada PT. PELNI Cabang Makasar). Skripsi pada Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Ardiani, Ni Made Suari, dan I Wayan Pradnyantha Wirasedana. 2013. Pengaruh Penerapan Akuntansi pertanggungjawaban terhadap Efektivitas Pengendalian Biaya. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 5(3): 561-573.

Bidang, Handrinal. 2013. Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Pengendalian Biaya pada PT. Telkomsel Regional Sulawesi dan Papua. Skripsi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.

Dwijayanti, Arie. 2015. Implementasi Akuntansi Pertanggungjawaban dalam Penilaian Kinerja Manajer Pusat Pendapatan pada PT. Niaga Nusa Abadi cabang Jember. Skripsi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen. Edisi Kedua. Semarang: CV. Indoprint.

Hansen, Don R, dan Maryanne M. Mowen. 2005. Management Accounting, Edisi Tujuh. Buku Dua. Terjemahan Dewi Fitriasi dan Denny Arnos Kwari. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi. 1997. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi 2. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Mulyadi. 2014. Sistem Akuntansi. Edisi 3. Cetakan Kelima. Jakarta: Salemba Empat.


(40)

Napitupulu, Mely Debora. 2014. Pengaruh Akuntansi Pertanggungjawaban terhadap Motivasi Manajer (Survei pada Industri Pemanufakturan di Kota Batam). Skripsi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Nisak, Zuhrotun. 2016. Penerapan Akuntansi pertanggungjawaban sebagai Alat Pengendalian Biaya pada PT. Telkom Cabang Lamongan. Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi. 1(1): 11-16.

Saraswati, Sri Dewi. 2014. Pengaruh Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban dan Komitmen Organisasi terhadap Penyusunan Anggaran (Studi kasus pada Pemerintah Kota Sukabumi). Skripsi Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Indonsia.

Simamora, Henry. 1999. Akuntansi Manajemen. Cetakan Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiri, Slamet. 1994. Akuntansi Manajemen. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Supriyono. 1991. Akuntansi Manajemen 2: Struktur Pengendalian Manajemen. Edisi Pertama. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Wijayani, Aprillia Rahma. 2014. Pengaruh Akuntansi Pertanggungjawaban terhadap Pengendalian Biaya Standar. Skripsi Jurusan Pendidikan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.


(1)

biaya

5. Dalam mengevaluasi anggaran dilakukan perbandingan antara anggaran dan realisasinya

3. Indikator Pelaksanaan/pengendalian

Pertanyaan

Penilaian ST

S TS KS S SS

(1) (2) (3) (4) (5) 1. Setiap tanggung jawab seorang

manajer pusat biaya selalu konsisten dalam mengendalikan biaya

2. Selalu dilakukan analisis dari manajemen, baik penyimpangan yang merugikan atau yang menguntungkan

3. Seorang manajer pada pusat biaya akan menentukan batas-batas

tanggung jawab selama

pengeluaran biaya

4. Telah dilakukan pembagian daerah pertanggungjawaban bagi setiap manajer yang diukur kinerjanya 5. Selalu diselenggarakan rapat

secara rutin dalam memecahkan masalah yang timbul

6. Semua laporan kinerja dibuat secara rutin agar dapat dengan mudah diukur sejauh mana hasil yang diperoleh dari seorang manajer pusat biaya

7. Selalu dibuat laporan kinerja kepada manajer apabila terdapat

informasi mengenai

penyimpangan kinerja


(2)

8. Setiap laporan kinerja akan selalu memberikan gambaran kemajuan atau kemunduran kinerja dalam mencapai kinerja yang diharapkan

4. Indikator Pelaporan

Pertanyaan

Penilaian ST

S TS KS S SS

(1) (2) (3) (4) (5) 1. Adanya sistem pelaporan biaya

kepada manajer yang

bertanggungjawab

2. Mencantumkan laporan

pertanggung jawaban wajib yang

dibuat setiap pusat

pertanggungjawaban

3. Dalam laporan

pertanggungjawaban tersebut dapat diketahui prestasi manajer tiap divisi

4. Laporan pertanggungjawaban berisi informasi tentang biaya yang dianggarkan dengan biaya yang terjadi sesungguhnya

5. Seorang manajer pusat

pertanggung jawaban selalu melakukan analisa dan evaluasi laporan pertanggung jawaban secara rutin dan berkala

6. Manajer pusat biaya melakukan analisa dan evaluasi pertanggung jawaban secara rutin

7. Laporan kinerja akan selalu memberikan gambaran kemajuan atau kemunduran kinerja


(3)

Pertanyaan

Penilaian ST

S TS KS S SS

(1) (2) (3) (4) (5) 1. Apakah perusahaan telah

melakukan penggolongan biaya terkendali dan tidak terkendali (contoh biaya terkendali: biaya pemasangan iklan termasuk biaya terkendali bagi manajer pemasaran. Biaya tak terkendali: penggunaan bahan baku yang tidak terkendali bagi manajer pembelian)

2. Terdapat kriteria untuk menilai kinerja bagi seorang manajer pusat biaya

3. Penilaian kinerja ditujukan untuk menegakkan perilaku tertentu di dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan

4. Kinerja yang dihasilkan oleh seorang manajer pusat biaya tidak selalu diukur dari anggaran dengan realisasinya

5. Laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan

6. Adanya sistem akuntansi biaya yang sesuai dengan struktur organisasi

7. Terjadinya efisiensi biaya dalam perusahaan

8. Meningkatnya laba perusahaan 9. Meningkatnya pendapatan operasi

perusahaan

10. Adanya evaluasi atas pelaksanaan program dan kegiatan


(4)

11. Laporan pertanggungjawaban yang dibuat oleh perusahaan telah disusun dengan baik sesuai dengan prosedur yang berlaku

12. Adanya evaluasi terhadap ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, apakah telah sesuai dengan target yang telah ditetapkan

13. Penerapan akuntansi pertanggung jawaban menjadikan prestasi manajer bisa menjadi lebih baik


(5)

Daftar Pustaka

Adharawati, Athena. 2010. Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban dengan Anggaran sebagai Alat Pengendalian Biaya (Studi Kasus pada PT. PELNI Cabang Makasar). Skripsi pada Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Ardiani, Ni Made Suari, dan I Wayan Pradnyantha Wirasedana. 2013. Pengaruh Penerapan Akuntansi pertanggungjawaban terhadap Efektivitas Pengendalian Biaya. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 5(3): 561-573.

Bidang, Handrinal. 2013. Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Pengendalian Biaya pada PT. Telkomsel Regional Sulawesi dan Papua. Skripsi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.

Dwijayanti, Arie. 2015. Implementasi Akuntansi Pertanggungjawaban dalam Penilaian Kinerja Manajer Pusat Pendapatan pada PT. Niaga Nusa Abadi cabang Jember. Skripsi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen. Edisi Kedua. Semarang: CV. Indoprint.

Hansen, Don R, dan Maryanne M. Mowen. 2005. Management Accounting, Edisi Tujuh. Buku Dua. Terjemahan Dewi Fitriasi dan Denny Arnos Kwari. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi. 1997. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi 2. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Mulyadi. 2014. Sistem Akuntansi. Edisi 3. Cetakan Kelima. Jakarta: Salemba Empat.


(6)

Napitupulu, Mely Debora. 2014. Pengaruh Akuntansi Pertanggungjawaban terhadap Motivasi Manajer (Survei pada Industri Pemanufakturan di Kota Batam). Skripsi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Nisak, Zuhrotun. 2016. Penerapan Akuntansi pertanggungjawaban sebagai Alat Pengendalian Biaya pada PT. Telkom Cabang Lamongan. Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi. 1(1): 11-16.

Saraswati, Sri Dewi. 2014. Pengaruh Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban dan Komitmen Organisasi terhadap Penyusunan Anggaran (Studi kasus pada Pemerintah Kota Sukabumi). Skripsi Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Indonsia.

Simamora, Henry. 1999. Akuntansi Manajemen. Cetakan Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiri, Slamet. 1994. Akuntansi Manajemen. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Supriyono. 1991. Akuntansi Manajemen 2: Struktur Pengendalian Manajemen. Edisi Pertama. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Wijayani, Aprillia Rahma. 2014. Pengaruh Akuntansi Pertanggungjawaban terhadap Pengendalian Biaya Standar. Skripsi Jurusan Pendidikan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.