SMP - PKn Kelas VIII
97
Disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan DPR
ditanda tangani sekurang- kurangnya 10 orang
anggota DPR RI Dalam Rapat Paripurna
Ketua rapat memberitahukan kepada
para anggota DPR RI Rapat Badan
Musyawarah menentukan waktu pembicaraan
Disampaikan kepada Presiden oleh Pimpinan
DPR dengan permintaan agar Presiden menunjuk
Menteri yang akan mewakili pemerintah
dalam melakukan pembahasan RUU tersebut
bersama-sama dengan DPR
Apabila disetujui dengan perubahan, DPR
menugaskan kepada Komisi, Badan Legislatif, atau Panitia
Khusus untuk membahas dan menyempurnakan RUU
usul dari DPR Rapat paripurna memutus-
kan apakah usul RUU ter- sebut secara prinsip dapat
diterima menjadi RUU usul DPR atau tidak, yang
didahului oleh : - Penjelasan Pengusul
- Pendapat fraksi-fraksi
Disetujui tanpa Perubahan
Pembicaraan di DPR RI - Pembicaraan Tingkat I
- Pembicaraan Tingkat II
Tingkat Pembicaraan RUU dari DPR
PEMBICARAAN TINGKAT I Dalam Rapat Komisi, Rapat Badan
Legislatif, Rapat Panitia Anggaran, atau Rapat Panitia Khusus, bersama-sama
pemerintah dengan cara : 1. tanggapan pemerintah terhadap
rancangan undang-undang yang berasal dari DPR;
2. jawaban pimpinan Komisi, pimpinan Badan Legislatif, pimpinan Panitia
Anggaran, atau Pimpinan Panitia Khusus atas tanggapan pemerintah;
3. pembahasan RUU oleh DPR dan pemerintah dalam rapat kerja
berdasarkan Daftar Inventaris Masalah DIM
PEMBICARAAN TINGKAT II Dalam Rapat Paripurna
dengan cara : a. Pengambilan keputusan, yang didahului
oleh : 1 Laporan hasil pembicaraan Tingkat I
2 Pendapat akhir Fraksi yang disampai- kan oleh anggotanya. Apabila
dipandang perlu, dapat pula disertai dengan catatan tentang sikap
fraksinya. b. Penyampaian sambutan pemerintah.
SMP - PKn Kelas VIII
98
Sumber : www.jawatengah.go.id
Gambar 3.7 Dengar pendapat antara masyarakat dengan pejabat negara
atau anggota DPR tentang rencana penyusunanpengesahan Undang-Undang perlu dilakukan agar sesuai kebutuhan
masyarakat
b. Proses Pembentukan Undang-Undang dari Pemerintah
Undang Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa Presiden mempunyai hak untuk mengajukan RUU kepada DPR. Adapun
tata cara persiapannya dituangkan dalam Keppres No. 188 tahun 1998 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan
Undang-Undang. Adapun tata cara mempersiapkan rancangan Undang-Undang
adalah :
1 Prakarsa Penyusunan RUU
a Menteri atau pimpinan Lembaga Pemerintah Non- Departemen dapat mengambil prakarsa penyusunan RUU
untuk mengatur masalah yang menyangkut bidang tugasnya.
SMP - PKn Kelas VIII
99
b Prakarsa tersebut wajib dimintakan persetujuan terlebih dahulu kepada Presiden dengan disertai penjelasan
selengkapnya mengenai konsepsi pengaturan yang meliputi latar belakang dan tujuan penyusunan, sasaran yang ingin
diwujudkan; pokok-pokok pikiran, lingkup atau obyek yang akan diatur; jangkauan dan arah pengaturan.
c Menteri atau pimpinan Lembaga pemrakarsa tersebut wajib mengkonsultasikan terlebih dahulu konsep tersebut kepada
Menteri Kehakiman serta pimpinan Lembaga lain yang terkait dalam rangka pengharmonian, pembulatan, dan
pemantapan.
d Menteri atau pimpinan Lembaga pemrakarsa dapat pula terlebih dahulu menyusun rancangan akademik mengenai
RUU yang akan disusun bersama Departemen Kehakiman dan pelaksanaannya dapat diserahkan kepada perguruan
atau pihak ketiga yang mempunyai keahlian untuk itu.
e Selanjutnya, Menteri atau pimpinan Lembaga pemrakarsa secara resmi mengajukan pennintaan persetujuan prakarsa
penyusunan RUU kepada Presiden. f Persetujuan Presiden terhadap prakarsa tersebut
diberitahukan secara tertulis oleh Menteri Sekretaris Negara kepada Menteri atau pimpinan Lembaga pemrakarsa dengan
tembusan Menteri Kehakiman.
2 Panitia AntarDepartemen dan Lembaga.
a Berdasarkan persetujuan prakarsa, Menteri atau pimpinan Lembaga pemrakarsa membentuk Panitia Antardepartemen
dan Lembaga yang diketuai pejabat yang ditunjuknya. b Kepala Biro Hukum atau kepala satuan kerja yang
menyelenggarakan fungsi di bidang perundang-undangan pada Departemen atau Lembaga pemrakarsa, secara
fungsional bertindak sebagai Sekretaris Panitia Antardepartemen.
SMP - PKn Kelas VIII
100
c Kegiatan Panitia Antardepartemen menitikberatkan pembahasan pada permasalahan yang bersifat prinsip,
sedangkan kegiatan secara teknis dilaksanakan oleh Biro Hukum atau satuan kerja. Kemudian hasil perumusannya
disampaikan kepada Panitia Antardepartemen untuk diteliti kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip yang telah disepakati.
d Selanjutnya Ketua Panitia Antardepartemen secara berkala melaporkan perkembangan penyusunan RUU kepada
Menteri atau pimpinan Lembaga pemrakarsa dengan disertai penjelasan secukupnya.
3 Konsultasi RUU
a Menteri atau pimpinan Lembaga pemrakarsa menyampaikan RUU yang dihasilkan Panitia kepada
Menteri Kehakiman dan Menteri atau pimpinan Lembaga lainnya yang terkait untuk memperoleh pendapat dan
pertimbangan terlebih dahulu. b Menteri Kehakiman membantu mengolah seluruh bersama-
sama dengan pendapat dan pertimbangannya. c Apabila RUU tersebut telah memperoleh kesepakatan dan
tidak mengandung permasalahan yang berkaitan dengan aspek idiologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, atau
pertahanan keamanan, Menteri atau pimpinan Lembaga pemrakarsa mengajukan RUU tersebut kepada Presiden,
dan selanjutnya Menteri Sekretaris Negara mempersiapkan Amanat Presiden bagi penyampaiannya kepada pimpinan
DPR.