manual Teknologi perontokan gabah teknik manual dan mekanis

166 Tabel 6. Kelayakan usahatani padi tanam menggunakan cara manual, rice transplanter sistem tanam tegel dan ricetransplanter sistem tanam jajar legowo 2:1 di Desa Jungke Kec.Kab. Karangaanyar pada MT-3 2014 No. Uraian Transplanter Tegel Rp. Transplanter Jarwo Rp. Manual Rp. 1 Biaya - Bibit siap tanam 1.200.000 1.200.000 1.650.000 - Saprodi 3.855.000 3.855.000 3.760.000 - Tenaga kerja 6.460.000 6.460.000 6.610.000 - Biaya lain PBB, P3A 575.000 575.000 575.000 Jumlah Biaya\ 12.090.000 12.090.000 12.595.000 2 Penerimaan 31.500.000 35.000.000 29.255.814 3 Keuntungan 19.410.000 22.910.000 16.660.814 4 Peningkatan keuntungan - Transplanter tegel ke transpalnter jarwo 3.500.000 18,03 - Manual tegel ke ricetransplanter tegel 2.749.186 16,50 - Manual tegel ke ricetransplanter jarwo 6.249.186 27,28 4 Kelayakan usahatani - RC 2,61 2,89 2,32 - BC 1,61 1,89 1,32 - MBCR manual ke ricetransplanter tegel 5,4 - MBCR manual ke ricetransplanter jarwo 12,4 Secara finansial tanam menggunakan rice transplanter sistem tanam tegel dapat meningkatkan pendapatankeuntungan Rp. 2.749.186 dengan Margin Benefit Cost Ratio MBCR 5,4 dibandingkan tanam secara manual. Sementara tanam menggunakan rice transplanter sistem jajar legowo 2:1 keuntungannya meningkat Rp. 6.249.186 dengan MBCR 12,4 dibandingkan tanam secara manual. Malian 2004 berpendapat bahwa teknologi usaha pertanian yang dikaji akan menarik petani bila secara intuitif nilai MBCR lebih besar atau sama dengan dua. Ini berarti bahwa perubahan cara tanam dari tanam secara manual menjadi tanam menggunakan ricetransplanter sistem tanam tegel dan rice transplanter sistem jajar legowo 2:1 layak untuk dijalankan dan dikembangkan Gambar 1. Besaran nilai peningkatan pendapatankeuntungan petani akibat perubahan penggunaan teknologi cara tanam baik dari cara manual menjadi mekanis menggunakan rice transplanter maupun dari rice transplanter sistem tanam tegel menjadi rice transplanter sistem tanam jajar legowo 2:1 sangat dipengaruhi oleh harga gabah dan volume kenaikan hasil gabah. Tanam: rice transplanter tegel Tanam: rice transplanter jarwo a 167 Tanam: jarwo cara manual Tanam: rice transplanter jarwo Gambar 1. Perubahan dari tanam rice transplanter sistem tanam tegel ke rice transplanter jarwo a dan dan manual jarwo ke rice transplanter jarwo b KESIMPULAN 1. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah anakan produktif dan produktivitas penerapan paket ricetransplanter sistem tanamjajar legowo 2:1lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan hasil penerapan paket ricetransplantersistem tanam tegel. 2. Kinerja rice transplanter sistem tanam jajar legowo 2:1 relatif sama dengan rice transplanter sistem tanam tegel yaitu menggunakan tiga tenaga kerja dengan produktivitas kerja antara 6-7 jam. 3. Secara finansial usahatani padi tanam menggunakan rice transplanter sistem tanam jajar legowo 2:1 dan ricetransplanter sistem tanam tegel layak untuk dikembangkan dengan MBCR 12,4 dan 5,4. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan PPL Kecamatan Karanganyar, PPL Desa Jungke, dan Kelompok Tani Sido Makmur III Desa Jungke Kecamatan Karanganyar serta Teknisi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Jawa Tengah yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian ini. DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balitbangtan, 2013a. Sistem tanama jajar legowo. Balitbangtan. Jakarta. 26 pp Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balitbangtan, 2013b. Indo jarwo transplanter dan indo combine harvester mendukung swasembada beras berkelanjutan. Balitbangtan. Jakarta. 12p Malian, A.H., 2004. Analisis Ekonomi dan Kelayakan Finansial Teknologi pada Skala Pengkajian. Makalah disampaikan pada Pelatihan Analisa Finansial dan Ekonomi bagi Pengembangan Sistem dan Usahatani Agribisnis Wilayah, Bogor, 29 November – 9 Desember 2004. 27pp. Suhendrata, T. 2013. Prospek pengembangan mesin tanam pindah bibit padi dalam rangka mengatasi kelangkaan tenaga kerja tanam bibit padi. Jurnal SEPA, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta. 10 1:97-102 Suhendrata, T., 2014. Penerapan mesin tanam bibit padi jajar legowo 2:1 rice transplanter jajar legowo 2:1 pada lahan sawah irigasi di Kabupaten Sragen. Dalam Prosiding Seminar Nasionalyang diselenggarakan pada tanggal 13 September 2014 di Fakultas Pertanian UGMYogyakarta, Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kedaulatan pangan. Suhendrata, T., 2015. Dampak perubahan penerapan teknologi cara tanam bibit padi terhadap produktivitas usahatani padi di Kabupaten Sragen. Dalam Prosiding Seminar Nasional yang diselenggarakan pada tanggal19 September 2015 di Fakultas Pertanian UGM b 168 Yogyakarta, Peningkatan Sinergi dan Inovasi Teknologi untuk Kedaulatan Pangan: 165 - 169 Suhendrata, T., 2015a. Penerapan mesin tanam bibit padi dalam mendukung swasembada padi berkelanjutan. Bagian dari Buku Inovasi Mekanisasi Pertanian Untuk Swasembada Beras: Implementasi dan Diseminasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. IAARD Press: 33 - 51 Suhendrata, T., dan E. Kushartanti, 2013. Pengaruh penggunaan mesin tanam pindah bibit padi transplanter terhadap produktivitas dan pendapatan petani di Desa Tangkil KecamatanKabupaten Sragen. Dalam Prosiding Seminar Nasional yang diselenggarakan pada tanggal17 April 2013 di Fakultas Pertanian UNS Solo, Akselerasi pembangunan pertanian berkelanjutan menuju kemandirian pangan dan energi. 169 PENGARUH PAKET TEKNOLOGI PUPUK HAYATI TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH DAN HASIL PADI SAWAH FERTILIZER PACKAGE TECHNOLOGY EFFECT ON CHARACTERISTICS OF LAND AND YIELD OF PADDY FIELD Iskandar Ishaq, Oswald Marbun dan Liferdi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No 80 Lembang, Bandung Barat 40371 e_mail: iskandarishaqyahoo.co.id ABSTRAK Pupuk hayati dimaksudkan sebagai mikroorganisme hidup yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk inokulan atau bentuk lain untuk memfasilitasi atau menyediakan hara tertentu bagi tanaman. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh empat jenis pupuk hayati terhadap hasil dan pendapatan petani padi sawah. Penelitian dilakukan di Desa Kodasari, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka pada MK II 2013. Tanaman indikator yang digunakan adalah padi sawah varietas Inpari-19. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 5 perlakuan dan 4 orang petani sebagai ulangan. Perlakuan terdiri atas trakA Petani yang menerapkan paket pemupukan N 90 kgha + P 2 O 5 19 kgha + K 2 O 19 kgha + Pupuk hayati Probio 15 ltha, B Petani yang menerapkan paket pemupukan N 90 kgha + P 2 O 5 19 kgha + K 2 O 19 kgha + Pupuk hayati Agrimeth 400 gha, C Petani yang menerapkan paket pemupukan N 90 kgha + P 2 O 5 19 kgha + K 2 O 19 kgha + Pupuk hayati Biovam 17,5 kgha, D Petani yang menerapkan paket pemupukan N 90 kgha + P 2 O 5 19 kgha + K 2 O 19 kgha + Pupuk hayati Remicr 6 ltha, dan E Petani yang menerapkan pemupukan N 180 kgha + P 2 O 5 38 kgha + K 2 O 38 kgha tanpa menggunakan pupuk hayati Kontrol. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa penggunaan pupuk hayati berpengaruh terhadap kadar liat, bahan organik, nitrogen, fosfat dan kalium tanah, selain mampu meningkatkan hasil 17,7-43,3. Kata Kunci: Pupuk hayati; Hasil; Padi Sawah; Tanah; Karakteristik. ABSTRACT Biological fertilizer intended as living microorganisms that are added to the soil in the form of inoculant or other forms to facilitate or provide specific nutrients for plants. The purpose of the study determines the effect of four biological fertilizer on agronomic characteristics and yield of rice. The study was conducted at Kodasari Village, District Ligung, Majalengka in second dry season 2013. Plant indicatorsused arepaddyricevariety of Inpari-19.Research using a randomized block design with 5 treatments and 4 farmers as a replication. The treatments consist of A Famers that applied fertilizer package N 90 kg ha -1 + P 2 O 5 19 kg ha -1 + K 2 O 19 kg ha -1 + Probio biofertilizer 15 l ha -1 , B Famers that applied fertilizer package N 90 kg ha -1 + P 2 O 5 19 kg ha -1 + K 2 O 19 kgha -1 + Agrimeth biofertilizer 400 g ha -1 , C Famers that applied fertilizer package N 90 kg ha -1 + P 2 O 5 19 kg ha -1 + K 2 O 19 kg ha -1 + Biovam biofertilizer 17,5 kg ha -1 , D Famers that applied fertilizer package N 90 kg ha -1 + P 2 O 5 19 kg ha -1 + K 2 O 19 kg ha -1 + Remicr 6 l ha -1 , and E Famers that applied fertilizer package N 180 kg ha -1 + P 2 O 5 38 kg ha -1 + K 2 O 38 kg ha -1 without biofertilizer check.The results showed that application of biological fertilizer has effect to soil characteristic clay, organic matter, nitrogen, phosphate and potassium respectively and also beable to increase of yield from 17.7 to 43.3. Keywords: Biological fertilizer; Yield;Paddy Rice; Soil; Characteristic 170 PENDAHULUAN Peningkatan produksi padi pasca revolusi hijau, diantaranya disebabkan penggunaan varietas unggul yang memiliki respons serapan hara pemupukan lebih tinggi yaitu 3,02 kali dibandingkan dengan varietas lokal Dierolf et al., 2001 dalam Yuwono, 2007 dan sebagian besar kebutuhan pupuk tersebut dipenuhi oleh pupuk kimia. Oleh karena itu penggunaan pupuk kimia cenderung meningkat dari tahun ke tahun dengan laju pertumbuhan kebutuhan pupuk 1,5-1,7 per tahun Saraswati, 2000; Simanungkalit, 2000. Menurut Sumarno dan Suyamyo 2008, beberapa dampak negatif penggunaan pupuk kimia yang cenderung terus meningkat pada lahan sawah, diantaranya dapat menyebabkan: 1 penurunan mutu lingkungan lahan sawah; 2 jaminan keberlanjutan sistem produksi padi; 3 cemaran residu yang berasal dari sarana produksi berupa bahan kimia berbahaya; dan 4 penurunan mutu lahan dan kesuburan tanah. Pupuk hayati dimaksudkan sebagai mikroorganisme hidup yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk inokulan atau bentuk lain untuk memfasilitasi atau menyediakan hara tertentu bagi tanaman. Menurut Saraswati 2000, manfaat dari penggunaan pupuk hayati: 1 menyediakan sumber hara bagi tanaman, 2 melindungi akar dari gangguan hama dan penyakit, 3 menstimulir sistem perakaran agar berkembang sempurna sehingga memperpanjang usia akar, 4 memacu mitosis jaringan meristem pada titik tumbuh pucuk, kuncup bunga, dan stolon, 5 sebagai penawar beberapa logam berat, 6 sebagai metabolit pengatur tumbuh, dan 7 sebagai bioaktivator. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka mengurangi dampak negatif penggunaan pupuk kimia berlebih, peningkatan efisiensi penggunaan pupuk kimia sekaligus peningkatan produktivitas tanaman, seiring dengan tumbuhnya kesadaran terhadap bahaya pencemaran lingkungan melalui penggunaan pupuk kimia yang berlebihan adalah melalui penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati. Aplikasi mikroorganisme dalam pupuk hayati mampu menurunkan dosis pupuk kimia 25-83 pada tanaman pangan Arifin, 2012; Goenadi, 1995; Young et al., 1988, menurunkan dosis pupuk kimia 50 pada tanaman buah semangka Antonius dan Agustiyani, 2011 dan dapat meningkatkan hasil padi 15-30 Saraswati et al., 1999 dalam Suhartatik dan Sismiyati, 2000; Okon et al., 1989 dalam Saraswati, 2000, dan merupakan bagian dari sistem produksi pertanian berkelanjutan Agus et al., 2008; Simanungkalit, 2000. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh empat jenis pupuk hayati terhadap karakteristik tanah dan hasil panen padi sawah. Hipotesis yang diajukan adalah: a HO : rata-rata hasil panen padi sawah dan pendapatan petani yang menerapkan paket pemupukan yang ditambahkan pupuk hayati dengan hasil panen padi sawah yang tidak menerapkan paket pemupukan yang ditambahkan pupuk hayati adalah sama, dan b H1: rata-rata hasil panen padi sawah dan pendapatan petani yang menerapkan paket pemupukan yang ditambahkan pupuk hayati dengan hasil panen padi sawah dan pendapatan petani yang tidak menerpakan paket pemupukan yang ditambahkan pupuk hayati adalah berbeda. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Desa Kodasari, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka pada MK II 2013 April-Agustus 2013. Topografi wilayah datar sampai sedikit bergelombang dengan tingkat kemiringan lahan 2-5, ketinggian tempat 25 –30 m dpl. Iklim sedang dengan suhu harian 22-30 O C, dalam setahun terdiri atas 5 bulan basah dan 7 bulan kering. Curah hujan selama 10 tahun terakhir rata-rata 304 mm per bulan dengan jumlah hari hujan setiap bulannya rata-rata 10,6 hari hujan BPP Ligung, 2012. Tanaman indikator yang digunakan adalah padi sawah varietas INPARI-19, sistem tanam yang digunakan adalah Legowo 2:1 dengan jarak tanam 25x15x40 cm, jumlah bibit yang ditanam 2-3 bibit per rumpun. Pupuk hayati yang dipergunakan 4 jenis, yakni Probio, Agrimeth, Biovam, dan Remicr. Penelitain menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 5 perlakuan dan 4 orang petani sebagai ulangan. Rancangan perlakuan diatur sebagai berikut : A Petani yang menerapkan paket pemupukan N 90 kgha + P2O5 19 kgha + K2O 19 kgha + Pupuk hayati Probio 15 ltha, B Petani yang menerapkan paket pemupukan N 90 kgha + P2O5 19 kgha + K2O 19 kgha + Pupuk hayati Agrimeth 400 gha, C Petani yang menerapkan paket pemupukan N 90 kgha + P2O5 19 kgha + K2O 19 kgha + Pupuk hayati Biovam 17,5 kgha, D Petani yang menerapkan paket pemupukan N 90 kgha + P2O5 19 kgha + K2O 19 kgha + Pupuk hayati Remicr 6 ltha, dan E Petani yang menerapkan pemupukan N 180 kgha + P2O5 38 kgha + K2O 38 kgha tanpa menggunakan pupuk hayati Kontrol. 171 Luas seluruh petak percobaan adalah 10 ha, sedangkan luas petak perlakuan masing-masing perlakuan bervariasi tergantung penguasaan lahan petani, yakni berkisar 1.400-7.000 m 2 . Ubinan merupakan cara pendugaan hasil panen yang dilakukan dengan menimbang hasil tanaman contoh pada petak panen. Tanaman contoh diambil pada pertengahan petak, tidak pada dua baris paling pinggir dekat pematang. Ukuran ubinan 9,75 m 2 di tengah petakan. Jumlah rumpun tanaman dalam ubinan 128-198 rumpun, sebab jarak tanam yang digunakan adalah 40cmx25x15cm. Posisi batas ubinan ditentukan pada pertengahan jarak antar tanaman. Panen dengan cara memotong batang bagian bawah pada kondisi 90 gabah pada malai telah berwarna kuning. Gabah dirontok dari malainya dan dibersihkan dari kotoran, kemudian ditimbang dan diukur kadar airnya sebagai gabah kering panen GKP. Konversi hasil ubinan ke dalam gabah kering giling GKG dihitung dengan menggunakan rumus berikut Ishaq dan Ramdhaniati, 2009: Hasil GKG 14 = 100-Ka86 x GKP Keterangan: Ka : Kadar air GKP : Gabah Kering Panen GKG : Gabah Kering Giling Variabel yang diamati, meliputi : a karakteristik tanah meliputi komposisi pasir, debu dan liat; pH tanah, kandungan bahan organik tanah, kandungan unsur hara N, P, K dalam tanah, b karakteristik tanaman meliputi tinggi tanaman cm, jumlah anakan produktif, umur berbunga hari, umur panen hari, jumlah gabah per malai, dan hasilproduktivitas tha. Analisis data karakteristik agronomis tanaman dilakukan dengan menggunakan uji berganda duncan DMRT pada taraf 95. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data curah hujan diatas, rata-rata selama lima tahun terakhir adalah 2.143 mmth atau 179 hari hujanbln, dengan rata-rata bulan basah 6,4; rata-rata bulan lembab 3,4; dan rata-rata bulan kering 2,2. Berdasarkan nilai Q=0,36 menunjukan bahwa kecamatan Ligung termasuk dalam kategori hujan tipe C yang sifatnya sedang agak basah. Keadaan curah hujan tersebut cukup menguntungkan bagi kegiatan usahatani. Curah hujan akan berpengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pembentukan bunga dan buah pada tanaman tropis Sutarno et al., 1997. Di wilayah dengan empat musim, pengaruh suhu berlaku ganda. Pada waktu awal pertumbuhan suhu harus cukup tinggi agar pertumbuhan tidak terhambat. Suhu sebelum perubahan fase pertumbuhan itu terjadi sangat penting. Faktor lain yang memicu pembungaan adalah panjang hari atau panjang periode selama setiap 24 jam. Lingkungan merupakan gabungan dari berbagai macam unsur yang dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu unsur penyusun lingkungan di atas tanah dan lingkungan di dalam tanah. Unsur lingkungan di dalam tanah umumnya dapat dikendalikan, sedangkan unsur yang terdapat di atas tanah pada umumnya sulit atau tidak dapat dikendalikan. Unsur penyusun lingkungan tersebut sering terdapat dalam kuantitas bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dan dari waktu ke waktu, sehingga lingkungan merupakan faktor potensial penyebab keragaman pertumbuhan tanaman di lapangan. Faktor lingkungan akan mempengaruhi proses fisiologi dalam tanaman. Unsur iklim yang mempengaruhi proses fisiologi dalam tanaman, diantaranya a tinggi tempat dari permukaan laut, b curah hujan dan distribusi hujan Ashari, 2006, c radiasi matahari, dan d suhu Guslim, 2007; Mugnisjah dan Setiawan, 1995. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman padi untuk berbunga dan menghasilkan malai gabah lebih baik. Ketinggian tempat adalah ketinggian dari permukaan air laut elevasi. Tinggi tempat dari permukaan laut menentukan suhu udara dan intensitas sinar yang diterima oleh tanaman. Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu udara tempat tersebut dan intensitas radiasi matahari akan semakin berkurang. Perbedaan regional dalam topografi, geografi dan cuaca menyebabkan terjadinya perbedaan dalam pola tanam dan usahatani serta sistem sosial ekonomi. Pola tanam pada tanaman padi yang ditanam secara terus menerus akan meningkatkan kompleksitas serangan hama, penyakit dan gulma. Hama seperti mahluk hidup lainnya perkembangannya dipengaruhi oleh faktor faktor iklim baik langsung maupun tidak langsung. Temperatur, kelembaban udara relatif dan foroperiodisitas berpengaruh langsung terhadap siklus hidup, keperidian, lama hidup, serta kemampuan diapause serangga. Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh faktor iklim terhadap vigor dan fisiologi tanaman 172 inang, musuh alami hama baik predator, parasitoid maupun patogen yang akhirnya mempengaruhi ketahanan tanaman terhadap hama. Karakteristik Tanah Hasil analisistanah sebelum dan sesudahpercobaan pada perlakukan pertanaman padi sawah yang menggunakan pupuk hayati menunjukkan, bahwa terjadi perubahan baik pada tekstur tanah, pH tanah maupun kandungan bahan organik tanah. Kandungan liat meningkat 2 dari semula 33 awal menjadi 35 akhir pada perlakukan pupuk hayati Remicr dan Biovam, sedangkan pada perlakuan aplikasi Probio dan Agrimeth peningkatan kandungan liat relatif lebih kecil 1 yaitu dari semula 33 menjadi 34. Berdasarkan kandungan bahan organik, aplikasi pupuk hayati mampu meningkatkan kandungan C-organik tanah dari semula 0,98 sangat rendah menjadi berturut-turut 1,48 rendah pada perlakuan Probio, 1,31 rendah pada perlakuan Remicr, 1,2 rendah pada perlakuan Agrimeth dan 1,12 rendah pada perlakuan Biovam. Tabel 1. Karakteristik tanah pada saat sebelum dan sesudah aplikasi paket pupuk hayati di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. MK-II 2013. No . Perlakuan Tekstur pH Bahan Organik Pasir Debu Liat H 2 O KCl Walkiey Black C Kyeldahl N CN Sebelum 9 58 33 5,58 5,32 0,98 0,12 8 Sesudah 1. Pupuk anorganik 50 + Remicr 7 58 35 5,8 5,58 1,31 0,18 7 2. Pupuk anorganik 50 + Probio 8 59 33 6,26 6,05 1,48 0,25 6 3. Pupuk anorganik 50 + Agrimeth 9 57 34 5,75 6,62 1,20 0,15 8 4. Pupuk anorganik 50 + Biovam 8 57 35 5,87 5,7 1,12 0,17 7 Sumber : Hasil analisis tanah di Laboratorium Balai Penelitian Tanah, Bogor 2013 Setelah aplikasi pupuk hayati kandungan nitrogen N dalam tanah meningkat 0,03-0,13 dibandingkan kondisi sebelumnya, yaitu 0,12 menjadi 0,25 setelah aplikasi Probio meningkat 0,13, menjadi 0,18 setelah aplikasi Remicr meningkat 0,06, menjadi 0,17 setelah aplikasi Biovam meningkat 0,05 dan menjadi 0,15 setelah aplikasi Agrimeth meningkat 0,03. Rasio CN setelah aplikasi umumnya terjadi penurunan CN=6-7, kecuali pada perlakuan aplikasi Agrimeth relatif tetap CN=8. Aplikasi pupuk hayati dapat meningkatkan P 2 O 5 dari semula 7 mg100g sedang berturut- turut menjadi 8 mg100g sedang pada Remicr dan Agrimeth, 10 mg100g sedang pada Biovam, dan menjadi 12 mg100g sedang pada Probio. Selain itu aplikasi pupuk hayati mampu meningkatkan kandungan P total potensial dan P tersedia. Kandungan K 2 O menunjukkan peningkatan dari semula sebelum pengkajian 8 mg100g tinggi menjadi berturut-turut 9 mg100g tinggi pada Agrimethh, 10 mg100g tinggi pada Remicr, 11 mg100g tinggi pada Biovam, dan menjadi 13 mg100g tinggi pada Probio. Kandungan total unsur hara mikro Ca, Mg, K, Na mengalami peningkatan dari semula sebelum pengkajian 10,22 cmol +kg setelah pengkajian berturut-turut menjadi 10,95 cmol +kg pada Agrimeth, 11,77 cmol +kg pada Biovam, 12,67 cmol +kg pada Remicr dan 13,88 cmol +kg pada Probio. Kapasitas tukar kation KTK menunjukkan peningkatan setelah aplikasi dari semula sebelum pengkajian 17,58 cmolkg berturut-turut menjadi 18,29 cmolkg pada Agrimeth, 19,04cmol kg pada Biovam, 19,45 cmolkg pada Probio dan menjadi 20,14 cmolkg pada Remicr. 173 Tabel 2. Kandungan fosfat, kalium, hara mikro dan kapasitas tukar kation KTK dan kejenuhan basa KB dalam tanah saat sebelum before dan setelah after aplikasi pupuk hayati di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. MK-II 2013. No. Perlakuan Ekstrak HCl 25 Bray 1 P 2 O 5 Morgan K 2 O Ekstrak NH 4 P 2 O 5 K 2 O Jml Ca, Mg, Na KTK KB Sebelum 7 8 34,27 36,12 10,22 17,58 58 Sesudah 1. Pupuk anorganik 50 + Remicr 8 10 36,25 37,88 12,67 20,14 63 2. Pupuk anorganik 50 + Probio 12 13 54,22 60,25 13,88 19,45 71 3. Pupuk anorganik 50 + Agrimeth 8 9 39,67 42,23 10,95 18,29 60 4. Pupuk anorganik 50 + Biovam 10 11 43,12 47,38 11,77 19,04 62 Sumber : Hasil analisis tanah di Laboratorium Balai Penelitian Tanah, Bogor 2013 Kelas status hara dikategorikan rendah, sedang dan tinggi memberikan informasi tentang respon hasil yang diharapkan Rosmarkam dan Yuwono, 2002; Wijanarko dan Taufik, 2008, yaitu : a status hara rendah mengindikasikan kebutuhan pupuk yang lebih banyak, respon pemupukan tinggi, bila tidak dipupukgejala kahat hara akan muncul, pertumbuhan tanaman tidak normal, ada kemungkinan tanaman mati meskipun kecil dan tanaman tidak berbuah, b status hara sedang menunjukkan kebutuhan hara sedang, respon pemupukan sedang bila tidak dipupuk pertumbuhan tanaman kurang normal, gejala kahat hara tidak muncul dan produksinya rendah, dan c status hara tinggi memerlukan pupuk lebih sedikit, respon pemupukan rendah, tambahan pemberian pupuk hanya untuk pemeliharaan kesuburan tanah. Karakteristik Agronomis Tanaman Keragaan tinggi tanaman rata-rata dari semua perlakuan 120 cm. Pertumbuhan tanaman padi varietas Inpari-19 paling rendah adalah pada perlakuan Remicr 111 cm dan tanaman tertinggi adalah pada perlakuan Biovam 126 cm berturut-turut diikuti oleh perlakuan Agrimeth 123 cm, Probio 121 cm dan Cara Petani Kontrol yaitu 119 cm. Bila dibandingkan dengan varietas Inpari-19 di dalam Deskripsi Varietas Padi Sawah BB Padi, 2012, maka keragaan tanaman pada pengkajian lebih tinggi 17-24 cm diandingkan dalam deskripsi varietas. Tabel 3. Keragaan beberapa karakter agronomis pada pertanaman padi sawah di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. MK-II 2013. No. Perlakuan Tinggi Tanaman cm Jml Anakan Produktif Umur hari setelah tanamHST Awal berbunga 50 Berbunga Panen 1 Pupuk anorganik 50 + Remicr 110,61a 20,17a 30a 50a 85a 2 Pupuk anorganik 50 + Probio 121,28b 18,94a 30a 50a 85a 3 Pupuk anorganik 50 + Agrimeth 122,83b 18,94a 30a 50a 85a 4 Pupuk anorganik 50 + Biovam 125,56b 22,94a 30a 50a 85a 5 Kontrol 119,28ab 20,22a 30a 50a 85a Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 95 berdasarkan uji berganda duncan DMRT. Jumlah anakan produktif rata-rata dari semua perlakuan adalah 20 anakan. Jumlah anakan produktif paling banyak pada perlakuan Biovam 23 anakan dan paling sedikit adalah pada perlakuan Probio dan Agrimeth masing-masing 19 anakan lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan Cara 174 Petani Kontrol yakni 20 anakan. Keragaan anakan produktif hasil pengkajian 20 anakan rata-rata lebih banyak 5 anakan dibandingkan dengan deskripsi varietas, yakni 15 BB Padi, 2012. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa umur awal berbunga adalah 30 hari setelah tanamHST atau 47 hari setelah semaiHSS dan umur panen adalah 85 HST atau 102 HSS. Hal itu sesuai dengan deskripsi varietas yaitu 102 hari BB Padi, 2012. Ketinggian tempat dari permukaan laut juga sangat menentukan waktu pembungaan dan panen tanaman. Tanaman yang ditanam di dataran rendah berbunga dan panen lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran lebih tinggi Ashari, 2006; Mugnisjah dan Setiawan, 1995. Dengan demikian pertumbuhan tanaman padi pada pengkajian dem-area PHUN di Desa Kodasari, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka dengan ketinggian tempat dari permukaan laut sekitar 25 m dpl adalah tergolong wilayah dataran rendah diperkirakan akan berbunga dan panen lebih awal dibandingkan dengan wilayah yang lebih tinggi. Keragaan tinggi tanaman, anakan produktif dan umur disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan jumlah gabah total pada setiap malainya, diketahui rata-rata jumlah gabah dari percobaan ini adalah 211 bulir per malai. Diantara empat perlakuan pupuk hayati yang diuji, maka hanya pupuk hayati Probio 232 bulir per malai yang lebih banyak dibandingkan dengan cara petani kontrol yaitu 219 bulir per malai, sebaliknya pupuk hayati Remicr 192 bulir per malai, Agrimeth 209 bulir per malai, dan Biovam 205 bulir per malai memiliki jumlah gabah lebih sedikit dibandingkan dengan cara petani kontrol yakni 219 bulir per malai. Namun demikian berdasarkan karakteristik jumlah gabah isi per malai diketahui, bahwa perlakuan pupuk hayati Probio 187 bulir per malai memiliki jumlah gabah isi per malai lebih banyak dibandingkan dengan cara petani kontrol, tetapi perlakuan pupuk hayati Biovam menunjukkan jumlah gabah isi per malai sama dengan cara petani kontrol 181 bulir per malai dan memiliki jumlah gabah hampa paling sedikit 24 bulir per malai dibandingkan dengan semua perlakuan pengujian 28-45 bulir per malai. Komponen hasil jumlah gabah total, jumlah gabah isi dan jumlah gabah hampa per malai disajikan pada Tabel 4. Penampilan komponen hasil panjang malai dari seluruh perlakuan yang diuji menunjukkan rata-rata sepanjang 28,37 cm dengan malai terpanjang berturut-turut pada perlakuan pupuk hayati Probio 28,87 cm; cara petani kontrol 28,64 cm; Biovam 28,45 cm; Agrimeth 27,99 cm; dan Remicr 27,90 cm. Ukuran malai relatif panjang pada perlakuan Probio dipengaruhi jumlah gabah total yang relatif banyak. Namun demikian jumlah gabah total relatif banyak pada perlakuan Probio tersebut diikuti pula peningkatan jumlah gabah hampa Tabel 4. Tabel 4. Keragaan komponen hasil pada pertanaman padi sawah di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. MK-II 2013 No. Perlakuan Jumlah Gabah Panjang malai cm Produktivitas tha Total Isimalai Hampamalai GKP GKG 1 Pupuk anorganik 50 + Remicr 191,91 164,44a 27,47ab 27,90a 5,06ab 4,65ab 2 Pupuk anorganik 50 + Probio 231,98 187,12a 44,86c 28,87a 5,24ab 4,81abc 3 Pupuk anorganik 50 + Agrimeth 208,97 178,68a 30,29ab 27,99a 5,86bc 5,12bc 4 Pupuk anorganik 50 + Biovam 205,01 181,39a 23,62a 28,45a 6,35c 5,66c 5 Kontrol 218,67 180,56a 38,11bc 28,64a 4,42a 3,95a Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 95 berdasarkan uji berganda duncan DMRT. Secara umum aplikasi pupuk hayati berpengaruh terhadap peningkatan hasil, baik dalam bentuk gabah kering panen GKP dengan kadar air 22-26 maupun gabah kering giling GKG dengan kadar air 14-15. Hal itu ditunjukkan dalam data produktivitas hasil panen sebagaimana disajikan pada Tabel 3. Peningkatan hasil panen padi varietas Inpari-19 berturut-turut pada pupuk hayati Remicr 0,7 tha 17,72; Probio sebesar 0,86 tha GKG 21,77; Agrimeth sebesar 1,17 tha GKG 29,62; dan pada pupuk hayati Biovam 1,71 tha GKG 43,29. Secara umum aplikasi pupuk hayati berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman padi. Hal itu ditunjukkan berdasarkan adanya peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman rata- rata 3,94 cm kecuali pada Remicr dan penambahan jumlah anakan produktif sebanyak 2 anakan per rumpun tanaman kecuali pada Remicr, Probio dan Agrimeth. Pupuk hayati Probio menunjukkan 175 jumlah gabah total dan jumlah gabah isi per malai lebih banyak dibandingkan dengan kontrol, tetapi diikuti pula dengan peningkatan jumlah gabah hampa per malai yang lebih banyak dibandingkan dengan kontrol. Selain itu, pupuk hayati Probio menunjukkan pengaruh terhadap panjang malai. Namun demikian, karakteristik malai yang relatif lebih panjang panjang malai 28,87 cm dibandingkan dengan perlakuan pupuk hayati lainnya tetapi karena diikuti pula oleh karakteristik jumlah gabah hampa lebih banyak jumlah gabah hampa 45 bulir per malai atau 19,34, maka hasil panen yang dapat dicapai relatif lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan pupuk hayati lainnya Biovam dan Agrimeth. Hal itu sejalan dengan penelitian Arifin 2012, Saraswati 2000, dan Simarmata 1994, bahwa terdapat pengaruh pupuk hayati, dosis pupuk nitrogen dan fosfor terhadap komponen pertumbuhan, komponen hasil dan meningkatkan hasil panen tanaman padi. KESIMPULANDAN SARAN Aplikasi pupuk hayati berpengaruh terhadap karakteristik tanah dan karakter agronomis tinggi tanaman, jumlah anakan produktif dan hasil tanaman padi sawah. Dengan demikian hipotesis H0 ditolak. Penggunaan pupuk hayati terhadap tanaman padi sawah mampu meningkatkan hasil panen produktivitas17,7-43,3. Pengaruh pupuk hayati Remicr dan Probio berbeda tidak nyata dengan kontrol. Oleh karena itu disarankan untuk disempurnakan formulasinya. DAFTAR PUSTAKA Adiningsih, Sri J., M. Soepartini, A. Kusno, Mulyadi, dan Wiwik Hartati. 1995. Teknologi untuk meningkatkan produktivitas lahan sawah dan lahan kering. Prosiding Temu Konsultasi Sumberdaya Lahan Untuk Pembangunan Kawasan Timur Indonesia di Palu 17-20 Januari 1995. Agus, F. dan A. Mulyani. 2006. Judicious use of land resources for sustaining Indonesian rice self sufficiency. Proceedings International Rice Conference, 12-14 Sept. Denpasar, Bali. Indonesian institute of Rice Research, Sukamandi. Agus, F., D. Setyorini, dan Ai Dariah. 2008. Pelestarian sumberdaya lahan tanaman padi. h221-249 dalam Suyamto et al., Eds. Buku I Padi : Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi. 499h. Antonius, S., dan D. Agustiyani. 2011. Pengaruh pupuk organik hayati yang mengandung mikroba bermanfaat terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman semangka serta sifat biokimia tanahnya pada percobaan lapangan di Malinau-Kalimantan Timur. Berk. Penel. Hayati 16:203-206. Arifin, J. Juniawan. 2012. Pengaruh pupuk hayati dan dosis pupuk nitrogen dan fosfor terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi Oryza sativa L. varietas Ciherang. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung. 89h. Ashari, S 2006, Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis Indonesia, Penerbit Andi, Yogyakarta. Badan Litbang Pertanian. 2005. Prospek dan arah pengembangan agribisnis: Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Badan Litbang Pertanian. 2013.Deskripsi varietas unggul baru padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.65h. BPS, Jawa Barat. 2010. Jawa Barat dalam angka Tahun 2009. BPS Jawa Barat, Bandung. BPP Ligung. 2012. Programa Penyuluhan Pertanian. Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka. 23h. Danapriatna, N dan T. Simarmata, 2011. Viabilitas pupuk hayati penambat nitrogen Azotobacter dan Azospirillum ekosistem padi sawah pada berbagai formulasi bahan pembawa. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah 31:2011. Guslim, 2007. Agroklimatologi, USU Press, Medan. Ishaq, I dan S. Ramdhaniati, 2009. Petunjuk teknis display varietas. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, Badan Litbang Pertanian. h6-7. Ishaq, I. 2011. Konsumsi dan strategi pemenuhan kebutuhan beras pada 2015 di Jawa Barat h.217-229 dalam Sumarno et al Eds.: IPTEK Tanaman Pangan 62:2011. 274h. Katupitya, S., and K. Vlassak. 1990. Colonization of wheat roots by Azospirillum brasilense. In: Organic recycling in Asia and the Pacific. Rapa Bull. 6:8. 176 Mashar Ali Zum, 2000. Teknologi Hayati Bio P 2000 Z sebagai upaya untuk memacu produktivitas pertanian organik di lahan marginal. Makalah disampaikan pada Lokakarya dan Pelatihan Teknologi Organik di Cibitung 22 Mei 2000. Mugnisjah,W.Q. dan Setiawan, A. 1995, Produksi Benih, Penerbit Bumi Aksara Jakarta, bekerjasama dengan Pusat antar Universitas-Ilmu Hayat, Institut Pertanian, Bogor. Rosmarkam, A., dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius. 224h. Saraswati, R. 2000. Peranan pupuk hayati dalam peningkatan produktivitas pangan. h46-54 dalam Suwarno et al., Eds.: Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. 347h. Simanungkalit, R.D.M. 2000. Apakah pupuk hayati dapat menggantikan pupuk kimia?. h33-45 dalam Suwarno et al., Eds.: Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. 347h. Simarmata, T. 1994. Prospek pemanfaatan bioteknologi tanah Azotobacter sp. dengan pupuk kandang dalam meningkatkan produktivitas lahan marginal Ultisol dengan indikator tanaman tomat Lycopersicon esculentum. J. Agrikultura 5 1 : 60 –74 Suhartatik, E. Dan R. Sismiyati. 2000. Pemanfaatan pupuk organik dan agen hayati pada padi sawah. h81-98 dalam Suwarno et al., Eds.: Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. 347h Sumarno dan Suyamto. 2008. Budidaya padi ramah lingkungan dan berkelanjutan. h360-387 dalam Suyamto et al., Eds. Buku I Padi : Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi. 499h. Wahid, A. S. 2003. Peningkatan efisiensi pupuk nitrogen pada padi sawah dengan metode bagan warna daun. Jurnal Litbang Pertanian, 224, 2003 Wijanarko, A dan A. Taufiq. 2008. Penentuan kebutuhan pupuk P untuk tanaman kedelai, kacang tanah dan kacang hijau berdasarkan uji tanah di lahan kering masam ultisol. Bul. Palawija No 15:1-8. Young, C.C., T.C. Juang, and C.C. Chao. 1989. Effect of rhizobium and vesicular arbuscular mycorrhizae inoculation on nodulation, symbiotic nitrogen fixation, and soybean yield in subtropical field. Biol. Fertil. Soils 6:165-169. Yuwono, N.W. 2007. Kesuburan dan produktivitas tanah sawah. http:nasih.wordpress.com20100607permentan-no-28-th-2009-pupuk- organikpupukhayati . Diakses 14 September 2013. 177 KERAGAAN POPULASI F2 KETURUNAN HASIL PERSILANGAN PADI GOGO LOKAL “PENDEK” DENGAN PADI IR 78581 PADA BEBERAPA TARAF CEKAMAN AL ALUMUNIUM PERFORMANCES OF F2 UPLAND RICE POPULATION GENERATED FROM CROSS BETWEEN “PENDEK” AND IR 78581 AT DIFFERENT LEVVELS OF ALUMINUM STRESS Kiky Nurfitri Sari, Catur Herison dan Mohammad Chozin Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,Universitas Bengkulu Jl. W. R. Supratman Kandang Limun Bengkulu Telp. 0736 21290 e-mail : nurfitrisarikikygmail.com ABSTRAK Cekaman Al dapat menyebabkan kerusakkan pada akar tanaman dan menurunkan produksi tanaman. Persilangan padi gogo lokal “pendek” dengan IR 78581 diarahkan untuk menghasilkan varietas padi gogo yang toleran Al dan produksi tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keragaan populasi F2 dari persilangan padi gogo lokal “Pendek” dengan IR 78581 pada berbagai tingkat cekaman Al pada kultur hara dan mengevaluasi hasil tanaman populasi F2 terseleksi pada tanah Ultisol. Penelitian dilakukan di rumah kaca dan lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan Mei 2013 melalui dua tahap percobaan yaitu skrining genotipe pada kultur hara dan evaluasi hasil skrining pada tanah Ultisol. Pada tahap skrining, percobaan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan untuk mengalokasikan 3 taraf konsentrasi Al. Hasil skrining menunjukkan bahwa cekaman Al nyata mempengaruhi panjang akar relatif dan volume akar relatif. Hasil evaluasi di lapangan menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan pada kultur hara tidak berkorelasi erat terhadap variabel pertumbuhan dan hasil evaluasi tanaman di tanah Ultisol karena tingkat cekaman Al pada kultur hara lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat cekaman Al di tanah Ultisol. Kata kunci : cekaman alumunium, Oryza sativa L, toleran. ABSTRACT Aluminum Al stress can damage plant root system and reduce yield of rice. A cross between upland local variety “Pendek” and IR 78581 was made to generate a high yielding rice variety that tolerant to Al stress. Objectives of this study were to determine the Al concentration in nutrient media that best discriminating the Al tolerance of F2 population of pendek and IR 78581 cross and to evaluate their performances in Ultisol.The study was carried out at the greenhouse and experimental orchid of Agronomy Laboratory, Faculty of Agriculture, University of Bengkulu from December 2012 to May 2013. The greenhouse experiment was conducted on nutrient media containing three levels of Al concentrations and arranged in a completely randomized design with three replications. Significant differences in relative root length and relative root volume of seedlings were found among the Al concentrations. A completely randomized design with three replications was also used conduct field experiment with ultisol in polybag as the growing media for the seedlings resulted from nutrient culture. The correlation analysis showed low correlation between seedling characteristics and plant performances in Ultisol media, implying that seedlings performancesin nutrient culture containing 60 ppm Al cannot be used as selection criteria for the plant performances on Ultisol. Keywords : aluminum stress, Oryza sativaL, tolerance. 178 PENDAHULUAN Padi Oryza sativa L. merupakan tanaman pangan utama penghasil beras yang menjadi sumber makanan pokok bagi sebagian besar penduduk di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS 2012, produksi padi di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 65,7 juta ton Gabah Kering Giling GKG. Namun demikian, untuk terus dapat memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan produksi padi di dalam negeri harus tetap dilakukan. Peningkatan produksi padi akan sulit dilakukan jika hanya mengandalkan lahan sawah. Hal tersebut disebabkan oleh semakin sempitnya lahan sawah akibat alih fungsi lahan sehingga ektensifikasi merupakan alternatif yang tepat untuk meningkatkan produksi padi di lahan kering. Lahan kering di Indonesia banyak didominasi oleh tanah Ultisol. Jika ditinjau dari segi luasnya, tanah Ultisol memiliki pontesi yang besar untuk dikembangkan dalam sistem pertanian. Namun demikian, Ultisol merupakan tanah masam dengan kendala utama pH rendah dan kejenuhan Al yang tinggi Hairil 2013. Kejenuhan Al yang tinggi di dalam tanah dapat bersifat racun bagi tanaman karena mengganggu pertumbuhan akar dan penyerapan hara di dalam tanah. Saat ini upaya pengembangan varietas-varietas padi gogo toleran Al khususnya telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti seperti Santika 2011 dan Purnamaningsih et al. 2008. Pujiwati et al. 2012, telah menyilangkan padi gogo lokal “Pendek” dengan padi IR 78581 yang diarahkan untuk menghasilkan genotipe yang sesuai untuk lahan masam, namun demikian evaluasi varietas toleransi hasil persilangan tersebut terhadap cekaman Al masih perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi keragaan populasi F2 keturunan hasil persilangan padi gogo lokal “Pendek” dengan padi IR 78581 pada berbagai tingkat cekaman Al melalui kultur hara dan mengevaluasi tanaman populasi F2 terseleksi pada tanah Ultisol. METODOLOGI Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan Mei 2013 di rumah kaca dan lahan percobaan Faklutas Pertanian, Universitas Bengkulu. Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap percobaan yang meliputi skrining dan evaluasi. Larutan hara yang digunakan terdiri dari unsur hara makro dan mikro. Komposisi hara makro yang digunakan adalah 45,7 g N + 20,15 g P + 35,7 g K + 44,3 g Ca + 162 g Mg yang masing-masing unsur tersebut dilarutkan ke dalam 500 ml air. Sedangkan komposisi hara mikro terdiri dari 0,75 g Mn + 0,037 g Mo + 0,467 g B + 0,0175 g Zn + 0,031 g Cu + 3,85 g Fe + 5,95 g asam sitrat Yoshida et al., 1976. Masing-masing unsur hara mikro tersebut dicampurkan menjadi satu dan kemudian dilarutkan ke dalam 500 ml air. Untuk pencampuran unsur hara mikro ditambahkan 2,5 ml H2SO4 pekat. Selanjautnya penambahan larutan Al stok 2000 AlCl 3 disesuaikan dengan konsentrasi perlakuan yang diberikan. Benih F2 yang telah dikecambahkan pada media pasir, dipilih dan dipindahkan ke media hara untuk ditumbuhkan selama 30 hari dengan menggunakan styrofoam. Evaluasi dilakukan terhadap 10 tanaman hasil skrining di kultur hara yang mewakili 8 kelompok toleransi tanaman berdasarkan tinggi bibit, panjang akar dan volume akar. Tanaman sampel dipindahkan ke polibag dengan menggunakan media tanam berjenis tanah Ultisol. Variabel yang diamati pada tahap skrining terdiri atas tinggi bibit cm, panjang akar cm, volume akar ml, PAR panjang akar relatif dan VAR volume akar relatif. Sedangkan pada tahap evaluasi variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, umur berbunga, jumlah anakan produktif, panjang malai, bobot gabah kering dan bobot 1000 butir gabah. Data skrining dianalisis secara statistik dengan analisis varian uji F taraf 5, peubah yang berpengaruh nyata pada uji F dianalisis dengan Dunc an’s Multiple Range Test DMRT pada taraf 5. Selanjutnya data hasil evaluasi di lapangan dianalisis secara statistik dengan mengkorelasikan antara variabel pertumbuhan di kultur hara dengan variabel pertumbuhan dan hasil evaluasi di tanah ultisol yang dilakukan dengan regresi korelasi sederhana. 179 HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Penampilan Keragaan Populasi F2 terhadap Cekaman Al Penampilan populasi F2 selama 30 hari di kultur hara menunjukkan bahwa tinggi bibit tanaman, panjang akar, volume akar, panjang akar relatif PAR dan volume akar relatif VAR memiliki frekuensi keragaman berbeda-beda setelah diberi perlakuan cekaman Al. Keragaan tinggi tanaman populasi F2 menunjukkan bahwa rentang tinggi bibit tanaman rendah pada cekaman 0 ppm, 30 ppm Al dan 60 ppm Al berkisar dari 2,0 cm sampai dengan 16,0 cm. Frekuensi tinggi bibit tanaman terendah adalah 0 0 ppm Al, 1,1 30 ppm Al dan 1,4 60 ppm Al. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi cekaman Al akan semakin mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Wiwik 2012, karakter vegetatif yang dipengaruhi oleh cekaman Al diantaranya adalah tinggi tanaman. Hasil keragaan panjang akar populasi F2 terhadap cekaman Al menunjukkan bahwa frekuensi akar terpanjang 15 – 21,1 cm pada cekaman 60 ppm Al 8,5 lebih rendah dibandingkan frekuensi pada cekaman 0 ppm Al 12,0 dan 30 ppm Al 12,1 . Hal ini mengindikasikan bahwa cekaman Al yang diberikan mampu mempengaruhi pertumbuhan panjang akar tanaman. Penghambatan pertumbuhan tanaman khususnya pada akar merupakan dampak dari kerusakan sel akar oleh tingginya akumulasi Al Utama 2015. Silva et al. 2012 dalam penelitiannya menunjukkan bahwa akar kedelai varietas Tanggamus yang diuji tidak mengalami gangguan pertumbuhan yang diduga karena memiliki sifat toleran terhadap Al. Cekaman Al juga mempengaruhi pembesaran volume akar pada tanaman. Alumunium akan menghambat pertumbuhan akar adventif khususnya yang sangat erat hubungannya dengan jumlah akar dan volume akar Nurlaela, 2007. Hal ini sesuai dengan hasil dari keragaan populasi F2 bahwa frekuensi volume akar terkecil lebih banyak terdapat pada cekaman 60 ppm Al 61,3 dari pada cekaman 0 ppm Al 53,4 dan 30 ppm Al 45,0 . Kondisi serupa juga dapat dilihat dari besarnya frekuensi PAR terendah yang dihasilkan pada cekaman 60 ppm Al 61,1 dibandingkan dengan cekaman 0 ppm Al 51,4 dan 30 ppm Al 35,8 dengan kisaran angka PAR yaitu 3,0 – 9,0 cm. Hasil dari penelitian Santika 2011, menyatakan bahwa dari 100 galur padi yang diuji, 50 galur diantaranya positif peka terhadap Al yang dihitung berdasarkan PAR. Keragaan VAR populasi F2 tertinggi dan terendah didominasi pada cekaman 60 ppm Al. Namun demikian Al tetap dikatakan menurunkan VAR pada tanaman karena frekuensi VAR terendah 3,0 – 8,0 mm pada cekaman 60 ppm Al lebih besar 61,3 dibandingkan dengan frekuensi VAR tertinggi 15,0 – 20,8 mm pada cekaman 60 ppm Al 6,3 . Analisis Varian terhadap Karakter Tanaman Padi pada Kondisi Tercekam Alumunium melalui Metode Kultur Hara Hasil analisis varian menunjukkan bahwa cekaman Al tidak mempengaruhi tinggi tanaman, panjang akar dan volume akar pada populasi F2 Tabel 1. Hal tersebut mengindikasikan bahwa cekaman Al dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Tabel 1. Nilai hasil analisis varian terhadap karakter tanaman padi pada kondisi tercekam Al di kultur hara Karakter KT Tinggi tanaman 1.671 ns Panjang akar 0.286 ns Volume akar 0.359 ns PAR 38.734 VAR 122. 928 Keterangan : ns : Berpengaruh tidak nyata, : Sangat berpengaruh nyata, taraf nyata 5. Sumber : Data primer 2013. Hasil pengujian DMRT menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata PAR maupun VAR pada cekaman 30 ppm Al dan 60 ppm Al Tabel 2. Artinya, bahwa cekaman Al yang relatif rendah mempunyai dampak yang setara dengan cekaman Al yang lebih tinggi. Menurut Pratiwi 2002, gejala cekaman Al mulai terlihat pada saat tanaman berumur 7 hari setelah perlakukan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian dari Nurlaela 2007, yang menyatakan bahwa 180 semakin lama periode cekaman Al maka akan semakin besar peluang terhambatnya pertumbuhan akar tanaman. Tabel 2. Rata-rata nilai PAR dan VAR populasi F2 terhadap cekaman Al di kultur hara Perlakuan PAR VAR 0 ppm Al 100.00 a 100.00 a 30 ppm Al 29.44 b 22.17 b 60 ppm Al 13.41 b 9.00 b Keterangan : Angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda pada BNT 5, PAR : panjang akar relatif, VAR : volume akar relative. Sumber : Data primer 2013. Korelasi antara Variabel Pertumbuhan pada Kultur Hara dengan Variabel Pertumbuhan dan Hasil Evaluasi di Tanah Ultisol Pada Tabel 3 disajikan derajat keeratan antara variabel pertumbuhan pada kultur hara dengan variabel pertumbuhan dan hasil evaluasi di tanah Ultisol. Secara umum, tinggi bibit pada kultur hara tidak menunjukkan korelasi yang erat dengan variabel yang diamati pada tanah Ultisol. Tabel 3. Korelasi antara hasil kultur hara dengan hasil evaluasi di lapangan Variabel Pertumbuhan Hasil di Tanah Ultisol Variabel Pertumbuhan di Kultur Hara Tinggi Bibit Panjang Akar Volume Akar Tinggi tanaman 0,034 ns 0,035 ns -0,001ns Jumlah anakan 0,012 ns -0,030 ns 0,105 ns Jumlah biji bernas -0,156 ns -0,089 ns -0,014 ns Bobot 1000 butir -0,081 ns -0,270 -0,260 ns Umur berbunga -0,152 ns 0,003 ns 0,037 ns Keterangan : ns : Berpengaruh tidak nyata, : Sangat berpengaruh nyata, taraf nyata 5. Sumber : Data primer 2013. Rendahnya korelasi antara variabel pertumbuhan tinggi bibit, panjang akar dan volume akar di kultur hara dengan variabel yang diamati pada tanah Ultisol diduga disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat cekaman Al yang di berikan pada kultur hara dengan tingkat cekaman Al di tanah Ultisol. Cekaman Al pada kultur hara empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan cekaman Al di tanah Ultisol 3,31 x Aldd. Artinya tanah Ultisol yang digunakan sebagai media tanam belum memberikan cekaman Al yang berarti pada tanaman yang dievaluasi. Sehingga tanaman yang ditanam pada tanah Ultisol masih dapat tumbuh dan berproduksi tanpa ada perbedaan yang nyata. Hal tersebut mengindikasikan bahwa cekaman Al pada kultur hara belum sepenuhnya mewakili cekaman Al pada tanah Ultisol Bakhtiar et al., 2010. KESIMPULAN 1. Populasi F2 berdasarkan tinggi tanaman, panjang akar, volume akar, panjang akar relatif dan volume akar relatif mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya cekaman Al. 2. Cekaman Al pada tanah Ultisol yang digunakan tidak dapat menunjukkan perbedaan toleransi genotipe padi yang ditetapkan melalui seleksi kultur hara. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Catur Herison yang telah mendanai dan membantu dalam penyelesaian penelitian skripsi ini. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi padi tahun 2011. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Jakarta. Bakhtiar, Bambang, S.P., Trikoesoemaningtyas dan Dewi, I.S. 2010. Analisis korelasi dan koefisien lintas antara beberapa sifat padi gogo pada media tanah masam. J. Floratek. 5: 86-93. 181 Hairil, I. 2013. Soil ph and Solubility of Aluminum, Iron, and Phosphorus in Ultisols:the Roles of Humic Acid. J. Trop Soils 183: 203-208. Makarim, A.K. 2006. Cekaman abiotik utama dalam peningkatan produktivitas tanaman. Balai Penelitian Tanaman. Sukamandi. Jurnal litbang pertanian. 252. Nurlaela. 2007. Distribusi dan akumulasi alumunium pada akar padi dalam kondisi cekaman alumunium pada larutan hara. Skripsi Program Sarjana. IPB. Bogor tidak dipublikasikan. Pratiwi, C. 2002. Pewarisan sifat ketenggangan alumunium pada padi gogo oryza sativa l. di kultur hara. Skripsi Program Sarjana. IPB. Bogor tidak dipublikasikan. Pujiwati, H., Herison, C dan Herawati, R. 2012. Seleksi galur dari populasi persilngan pendek x IR 78581 dalam rangka perbaikan sifat padi gogo adaptif lahan masam. Laporan akhir penelitian hibah bersaing. UNIB. Santika, A. 2011. Teknik pengujian galur padi gogo terhadap keracunan alumunium dirumah kaca. Buletin Teknik Pertanian. 16: 43-47. Silva, S.O.P., Carnide, P.M., Lopes, M., Matos, H.G., Pinto, C., Santos. 2012. Zonal responses of sensitive vs tolerant wheat roots during Al exposure and recovery. J. Plant Physiol. 169: 760-769. Utama, M.Z. 2015. Budidaya padi pada lahan marjinal kiat meningkatkan produksi padi. Yogyakarta: Andi Offset. Utama, M.Z.H., Haryoko, W., Munir, R., Sunadi. 2009. Penapisan varietas padi toleran salinitas pada lahan rawa, di Kabupaten Pesisir Selatan. J. Agron. Indonesia 37: 101-106. Wiwik, M.S. 2012. Karakter vegetatif dan generatif beberapa varietas padi terhadap cekaman alumunium. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan tidak dipublikasikan. Yoshida, S., Forno, D.A., Cook, J.H., and Gomez, K.A. 1976. Laboratory Manual for Physiological Studies of Rice 3 rd ED. . IRRI. Los Banos. Philippines. 182 APLIKASI KOMPOS JANJANG KOSONG KELAPA SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS THE APPLICATION WAS COMPOSTING RUNGS EMPTY PALM TOWARDS GROWTH AND CROP YIELD OF SWEET CORN Ummul Khair Hade, Fahrurrozi, Entang Inoriah Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,Universitas Bengkulu Jl. W. R. Supratman Kandang limun Bengkulu Telp. 0736 21290 e_mail : ummulk16gmail.com ABSTRAK Jagung manis merupakan tanaman hortikultura yang menginginkan keadaan tanah yang kaya unsur hara. Permasalahan pada tanah yang digunakan yaitu ketersediaan unsur hara seperti N, P dan K yang tergolong rendah. Kompos janjang kosong kelapa sawit dipilih untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian bertujuan untuk menentukan dosis kompos janjang kosong kelapa sawit yang optimum terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april sampai dengan juni 2016, di lahan percobaan Universitas Bengkulu, Kelurahan Kandang Limun, Kecamatan Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu, pada ketinggian ± 10 m diatas permukaan laut dpl. Penelitian menggunkan Rancangan Acak Kelompok Lengkap RAKL faktor tunggal dengan perlakuan dosis kompos janjang kosong kelapa sawit yaitu K0 : 0 tonha, K1 : 5 tonha, K2 : 10 tonha, K3 : 15 tonha, K4 : 20 tonha, K5 : 25 tonha. Variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman, diameter batang, diameter tongkol berkelobot, berat tongkol berkelobot, diameter tongkol tanpa kelobot, berat tongkol tanpa kelobot, panjang tongkol, tingkat kemanisan. Hasil Penelitian menunjukan bahwa pemberian kompos janjang kosong kelapa sawit 20 ton.ha -1 merupakan dosis terbaik yang mampu meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, diameter tongkol berkelobot, diameter tongkol tanpa kelobot dan dosis 33,5 tonha merupakan dosis optimum untuk tingkat kemanisan sebesar 8 Brix o Kata kunci : Jagung, Janjang Kosong Kelapa Sawit, Kompos ABSTRACT Sweet corn is a horticultural crop who want a state of nutrient rich soil. Problems on the land used are the availability of nutrients such as N, P and K are relatively low. Compost oil palm empty bunch have to overcome these problems. The study aims to determine the dose of oil palm empty bunch compost optimum on the growth and yield of sweet corn. This research was conducted in April to June 2016, at the University of Bengkulu field trials, Kandang Limun Village, Bangkahulu Muara District, the city of Bengkulu, at a height of ± 10 m above sea level asl. Research using the Random Group Complete RAKL single factor with a dosage of compost bunch of oil palm empty ie K0: 0 tons ha, K1: 5 tons ha, K2: 10 tons ha, K3: 15 tons ha, K4: 20 tons ha, K5: 25 tons ha. Variables observed were plant height, diameter rod, cob + husk diameter, cob+ husk weight, diameter cob without husk, weight cob without husk, cob length, degree of sweetness. Results showed that introducing oil palm empty bunch compost 20 tonha is the best dose that can improve plant height, stem diameter, the diameter cob + husk, husk and cob diameter without a dose of 33.5 tons ha was the optimum dose to the level of sweetness by 8 Brix . Keywords : Corn, palm oil empty rungs, compost 183 PENDAHULUAN Jagung manis dibutuhkan dalam keadaan segar karena tingkat kemanisan yang dimiliki masih tinggi. Jagung manis memiliki peranan penting sebagai sumber karbohidrat, protein, gula, vitamin dan lemakPurwono, 2007 Salah satu kendala yang menyebabkan rendahnya produktivitas jagung manis yaitu pembudidayaan di lahan yang berkesuburan rendah. Sebagian besar tanah di Indonesia yaitu tanah ultisol. Prasetyoet al., 2011 menyatakan bahwa Tanah Ultisol umumnya memiliki kejenuhan basa 35, pH tanah umumnya agak masam hingga sangat masam, serta memiliki kapasitas tukar kation yang tergolong rendah. Kandungan unsur hara tanah ultisol yang rendah ini dapat ditangani dengan pemupukan.Untuk meningkatkan produktivitas ultisol maka diperlukan masukan seperti pupuk organik yang dapat berasal dari pupuk kandang, pupuk kompos dan sisa-sisa tanaman. Salah satu pupuk organik yang dapat memperbaiki kesuburan tanah di lahan ultisol adalah pupuk kompos tandan kosong kelapa sawit. Didukung dengan penelitian Ermadani 2011 dimana residu dari kompos tandan kosong kelapa sawit dapat memperbaiki sifat kimia tanah, seperti peningkatan pH, C-Organik, P tersedia, K-dd dan penurunan al-dd. Pupuk kompos yang berasal dari tandan buah kosong TBK dikomposkan selama 4 bulan yang didapat dari PT Bio Nusantara Bengkulu. Pemberian kompos dapat meningkatkan produksi tanaman dan memperbaiki sifat-sifat kimia, fisika dan biologi tanah.Kompos limbah kelapa sawit ini mengandung unsur hara makro kompleks yang terdiri dari 4,59 N-Total, 7,67 P2O3, 4,93 K2O, 21,11 C-Organik dan 32,75 Kadar Air Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2014. Menurut Fauziet al., 2012 kompos tandan kosong kelapa sawit mengandung hara yang penting bagi tanaman dan dapat diaplikasikan pada berbagai tanaman sebagai pupuk organik.Hasil penelitian Susana 2012 pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit hingga dosis 150gpolibeg dapat meningkatkan tinggi bibit tanaman jahe pada umur 12 mst mencapai 17,61 cm. Pemanfaatan kompos tandan kosong kelapa sawit belum banyak informasi yang dapat dijadikan sebagai bagian dari budidaya tanaman jagung manis. Pupuk yang berasal dari kompos tandan kosong kelapa sawit telah banyak digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi pada tanaman kedelai Ermadani, 2011 tanaman melon Tiara, 2016 kacang tanah Eleni, 2013 tanaman jahe Susana, 2009, tanaman tomat dan cabe Mercy, 2009 dan tanaman pakchoy Sundari, 2011. Dengan demikian perlu diteliti pemberian pupuk kompos janjang kosong kelapa sawit pada tanaman jagung manis. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis kompos tandan kosong kelapa sawit yang optimum terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. METODE PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2016, di lahan percobaan Universitas Bengkulu, Kelurahan Kandang Limun, Kecamatan Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu, pada ketinggian ± 10 m diatas permukaan laut dpl. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung manis varietas Bonanza, pupuk kompos janjang kelapa sawit produksi PT. Bio Nusantara Teknologi Bengkulu, pupuk urea 150 kgha, TSP 100 kgha, KCL 100 kgha dosis rekomendasi dan Furadan 3G. Alat yang digunakan adalah cangkul, sabit, parang, meteran, timbangan, gunting, gembor, ember, tugal kayu, alat tulis, meteran, mistar, ajir, penetrometer, hand – held refractrometer, timbangan dan tali rapia.Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap RAKL faktor tunggal dengan tiga ulangan. Perlakuan dengan aplikasi kompos janjang kosong kelapa sawit : K0 = Tanpa penggunaan kompos janjang kosong kelapa sawit K1 = 5 ton ha Setara 2,5 kg per petakan K2 = 10 ton ha Setara 5 kg per petakan K3 = 15 ton ha Setara 7,5 kg per petakan K4 = 20 ton ha Setara 10 kg per petakan K5 = 25 ton ha Setara 12,5 kg per petakan 184 Tahapan Penelitian Pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan traktor. Kemudian dilakukan pencangkulan dan dibuat petakan berukuran 1m x 5m Pemupukan kompos janjang kosong kelapa sawit dengan dosis K0 = Tanpa penggunaan kompos, K1 = 5 ton ha, K2 = 10 ton ha, K3 = 15 ton ha, K4 = 20 ton ha, K5 = 25 ton ha diberikan setelah pengolahan tanah ketika petakan telah dibuat lalu kompos dicampur dengan tanah menggunakan cangkul. Benih yang digunakan yaitu varietas bonanza. Benih jagung ditanam dengan jarak tanam 25 cm x 75 cm. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi: penjarangan, penyulaman, penyiangan, pembumbunan, penyiraman dan pengendalian hama. Penjarangan dilakukan 7 hari setelah tanam, dilakukan dengan cara memotong batang tanaman dan meninggalkan satu tanaman dari setiap lubang tanam. Tanaman yang dipertahankan adalah yang pertumbuhannya sama baik dengan tanaman lainnya dalam petak perlakuan. Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari jika tidak turun hujan. Penyiangan dilakukan 2 minggu setelah tanam dan dilakukan setiap minggu sekali dengan menggunakan sabit dan pembumbunan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat tanaman mulai memasuki umur 15 dan 30 hari setelah tanam.Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 65 hari. Variabel Pengamatan 1. Tinggi tanaman cm, diukur 2 mst – 6 mst. Tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi terhadap 5 tanaman sampel yang ditentukan secara acak dari dua barisan tanaman plot dengan menggunakan meteran. 2. Diameter batang mm, dilakukan dengan cara mengukur diameter batang pada ruas kedua dari tanah dengan menggunakan jangka sorong digital pada akhir fase vegetatif tanaman sampel. 3. Diameter tongkol berkelobot mm, diukur pada pertengahan tongkol dengan menggunakan jangka sorong pada 5 tanaman sampel setelah tanaman dipanen. 4. Berat tongkol berkelobot g dilakukan dengan cara menimbang tongkol dengan menggunakan timbangan dari 5 tanaman sampel. 5. Diameter tongkol tanpa kelobot mm diukur pada pertengahan tongkol dengan menggunakan jangka sorong pada 5 tanaman sampel setelah tanaman dipanen. 6. Berat tongkol tanpa kelobot g, dilakukan dengan cara menimbang tongkol dengan menggunakan timbangan dari setiap tanaman sampel. 7. Panjang tongkol cm, dilakukan dengan cara mengupas kelobotnya, diukur dari pangkal hingga ujung biji terakhir dengan menggunakan mistar. 8. Tingkat kemanisan diukur dengan hand-held refractometer 185 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa dosis kompos janjang kosong kelapa sawit berpengaruh tidak nyata terhadap variabel jumlah daun, tingkat kehijauan daun, bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol tanpa kelobot dan panjang tongkol. Variabel pengamatan pertumbuhan tanaman dengan perlakuan ini berpengaruh terhadap tinggi tanaman, diameter batang, diameter tongkol berkelobot, diameter tongkol tanpa kelobot dan tingkat kemanisan. Tabel 1. Nilai F hitung hasil analisis varians pada berbagai variabel dan nilai P 0,05 uji linieritas pada perlakuan kompos janjang kosong kelapa sawit No Variabel Pengamatan F-hitung Linier Quadratik 1 Tinggi Tanaman 11,16 7,89 - 2 Jumlah Daun 0,73 ns - - 3 Tingkat Kehijauan Daun 4,14 ns - - 4 Diameter Batang 4,06 25,57 - 5 Diameter Tongkol Berkelobot 7,94 48,16 - 6 BobotTongkol Berkelobot 1,07 ns - - 7 Diameter Tongkol Tanpa Kelobot 6,19 26,19 - 8 Bobot Tongkol Tanpa Kelobot 1,08 ns - - 9 Panjang Tongkol 2,80 ns - - 10 Tingkat Kemanisan 10,76 - 4,94 Ket: = berpengaruh sangat nyata pada taraf α 1 = berbeda nyata pada taraf α 5 ns= tidak berbeda nyata pada taraf α 5 nilai F-Tabel= 3,33 dan taraf α 1 nilai F-Tabel= 4,10 Sumber : Data Primer 2016 Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi Tanaman Hubungan antara dosis pupuk kompos janjang kosong kelapa sawit dan tinggi tanaman membentuk hubungan linier dengan persamaan garis Y = 2,323x + 144,1 dengan nilai R² = 0,935 yang menunjukan bahwa tinggi tanaman jagung dipengaruhi oleh dosis kompos janjang kosong kelapa sawit sebesar 93. Gambar 1. Hubungan antara dosis kompos JJKS dan tinggi tanaman Tinggi tanaman dipengaruhi oleh unsur N yang membantu pada proses metabolisme. Pemberian dosis kompos 20 tonha menghasilkan pertumbuhan tinggi tamanan tertinggi yaitu 194,93cm. Akan tetapi dosis kompos janjang kosong masih dapat ditingkat lagi untuk mendapatkan dosis kompos janjang kosong kelapa sawit yang optimum. Ermadani 2011 melaporkan residu kompos janjang kosong kelapa sawit mampu meningkatkan dengan nyata pH dan menurunkan kandungan Al-dd tanah. Hal ini sejalan dengan penilitian Thomas 2013 sidik ragam tinggi tanaman jagung pada pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit memberikan pengaruh sangat nyata. Lanjut Jemrifs 2013 melaporkan bahwa adanya interaksi bahan organik dan urea pada tingkat tinggi tanaman jagung manis. y = 2,323x + 144,1 R² = 0,935 T inng i T ana m an cm Dosis kompos janjang kosong kelapa sawit tonha 186

2. Diameter Batang

Hubungan antara dosis pupuk kompos janjang kosong kelapa sawit dan diameter batang membentuk hubungan linier dengan persamaan garis Y = 0,203x + 22,65. Gambar 2. Hubungan antara dosis kompos JKKS dan diameter batang Hasil percobaan menujukan bahwa pemberian kompos janjang kosong kelapa sawit dengan perlakuan tanpa penggunaaan kompos menunjukan hasil diameter batang terendah yaitu 22,06 dan dosis 20 tonha menunjukan hasil diameter batang tertinggi sebesar 27,24. Akan tetapi penggunaan kompos janjang kosong kelapa sawit masih dapat ditingkatkan untuk mendapatkan dosis yang optimum. Kompos janjang kosong kelapa sawit mengandung hara K yang cukup tinggi. Sebagian besar N dan P dibawa ke titik tumbuh batang, daun dan bunga jantan lalu dialihkan ke biji. Sebanyak 23-34 unsur K tertinggal dibatang Syafrudin et al., 2007. Pembesaran diameter batang dipengaruhi oleh ketersediaan unsur K yang mempercepat pertumbuhan meristematik terutama pada batang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Oktavia 2016 yang membuktikan bahwa pemberian pupuk organik padat limbah sawit berpengaruh nyata terhadap variabel diameter batang tanaman jagung manis. Hasil Tanaman Jagung Manis

1. Diameter Tongkol Berkelobot dan Diameter Tongkol Tanpa Kelobot

Hubungan antara kompos janjang kosong kelapa sawit dan diameter tongkol berkelobot membentuk hubungan linier dengan persamaan garis Y = 0,385x + 45,33 dan hubungan antara kompos janjang kosong kelapa sawit dan diameter tongkol tanpa kelobot membentuk hubungan linier dengan persamaan garis Y = 0,257x + 37,52 dengan Gambar 3. Hubungan antara dosis kompos JJKS dan diameter tongkol berkelobot y = 0,203x + 22,65 R² = 0,928 D iam et er bat an m m Dosis kompos janjang kosong kelapa sawit tonha y = 0,385x + 45,33 R² = 0,982 D iam et er t ong k ol ber k el obot m m Dosis kompos janjang kosong kelapa sawit tonha 187 Gambar 4. Hubungan antara dosis kompos JKKS dan diameter tongkol tanpa kelobot Hasil jagung yang baik dicirikan dengan ukuran tongkol yang besar. Dilihat dari gambar bahwa semakin tinggi pemberian dosis semakin tinggi pula tingkat diameter tongkol berkelobot maupun tanpa kelobot. Perlakuan 20 tonha memberikan respon yang paling besar. Akan tetapi dosis kompos janjang kosong kelapa sawit masih dapat ditingkatkan untuk mendapatkan dosis kompos janjang kosong kelapa sawit yang optimum. Kompos janjang kosong kelapa sawit mengandung P dan K yang cukup tinggi serta ditambah pupuk urea dan TSP sehingga mampu mencukupi kebutuhan hara pada tanaman yang dapat membantu perkembangan dan pembesaran buah yang menghasilkan diameter tongkol semakin baik.Hasil ini bertentangan dengan penelitian Thomas 2013 yang membuktikan bahwa pemberian kompos janjang kosong kelapa sawit memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap variabel lingkar tongkor jagung, diduga karena dosis yang diberikan masih rendah sehingga belum tercukupi untuk pertumbuhan dan hasil tanaman.

2. Panjang Tongkol

Rata-rata panjang tongkol jagung manis disajikan dalam tabel 4. Tabel 4. Rerata panjang tongkol jagung manis dengan pemberian perlakuan dosis kompos janjang kosong kelapa sawit Dosis Kompos JKKS Panjang Tongkol cm K0 : Tanpa Penggunaan kompos 19,93 K1 : 5 tonha 20,86 K2: 10 ton ha 21,06 K3 : 15 tonha 21,53 K4 : 20 tonha 22,2 K5 : 25 tonha 23 Sumber : Data Primer 2016 Pemberian kompos janjang kosong kelapa sawit belum memberikan makna terhadap panjang tongkol jagung. Namun secara angka menunjukan kecenderungan meningkat sesuai dengan taraf perlakuan hingga dosis janjang kosong kelapa sawit 25 tonha dan panjang tongkol terendah pada perlakuan tanpa penggunaan kompos janjang kosong kelapa sawit. Hal ini diduga karena ada kecenderungan perilaku tanaman jagung dalam pembeian kompos janjang kosong kelapa sawit. Kalium di jaringan tanaman tetap berbentuk ion K+ Hutapea, 2013. Jaringan tumbuhan mengandung unsur hara tertentu dengan konsentrasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan maksimum, maka pada kondisi ini diduga tumbuhan dalam kondisi komsumsi mewah luxury consumption.Hasil ini sejalan dengan dengan penelitian Kurniawan 2016 yang melaporkan bahwa formulasi kompos janjang kosong kelapa sawit memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap panjang tongkol jagung manis.

3. Bobot Tongkol Berkelobot dan Bobot Tongkol tanpa Kelobot

Semakin besar bobot jagung diidentifikasikan karena diameter tongkol besar, jumlah biji, tingkat kebernasan biji dan panjag tongkol. Rata-rata bobot tongkol berkelobot dan bobot tongkol tanpa kelobot jagung manis disajikan dalam tabel 5. y = 0,257x + 37,52 R² = 0,894 D iam et er t ong k ol t anpa k el obot m m Dosis kompos janjang kosong kelapa sawit tonha