Tindakan Penyanderaan Warga Sipil dalam Konflik Bersenjata di Filipina

73 BAB IV PERLINDUNGAN TERHADAP WARGA SIPIL SEBAGAI KORBAN PENYANDERAAN DALAM KONFLIK BERSENJATA DI FILIPINA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

A. Tindakan Penyanderaan Warga Sipil dalam Konflik Bersenjata di Filipina

Hal menarik yang terjadi pada konflik bersenjata yang dilakukan oleh pasukan pemberontak MNLF pada 9 September 2013 yang lalu ialah adanya tindakan penyanderaan terhadap warga sipil civilians hostage di kota Zamboanga, Filipina Selatan. Hari pertama terjadinya konflik bersenjata yakni pada Minggu, 9 September 2013, pasukan MNLF telah berhasil menyandera sebanyak 20 warga sipil. 69 Berdasarkan informasi dari media massa online, jumlah penduduk sipil yang menjadi korban sandera bertambah. Hingga berita terakhir yang diperoleh, ada sekitar lebih dari 200 warga yang di sandera oleh kelompok MNLF. MNLF tidak hanya menyandera warga sipil, namun juga menjadikan mereka sebagai tamen hidup human shields. Para pemberontak MNLF yang mengambil alih desa-desa di kota Zamboanga, menyandera ratusan wrga sipil dan menggunakan mereka sebagai perisai manusia tameng hidup untuk mencegah serangan dari pasukan militer Filipina. Dalam melakukan penyanderaan, MNLF 69 “Timeline: Crisis in Zamboanga City”, sebagaimana dimuat dalam http:www.gmanetwork. comnewsstory325855newsregionstimeline-crisis-in-zamboanga-city, diakses pada tanggal 25 Maret 2014. Universitas Sumatera Utara 74 tidak akan menyakiti sandera nya sepanjang tidak ada perlawanan dari warga yang di sandera. Berdasarkan informasi dari media massa online, pada hari kedua yakni tanggal 11 September 2014, para pemberontak mengikat para warga yang di sandera untuk pidah ke tengah jalan kota Zamboanga. Warga sipil yang di sandera dipaksa untuk berdiri di luar di bawah sinar matahari, dimulai dari jam 10 pagi waktu setempat hingga malam hari. Para sandera akan dipantau oleh sniper sporadic MNLF. 70 Tindakan tersebut dimaksudkan agar ketika pasukan militer Filipina mendekati wilayah tersebut, warga sipil yang di sandera dapat segera memberi tanda kepada pasukan pemberontak. Tentu hal ini membahayakan warga sipil tersebut sebab pasukan militer Filipina melakukan serangan tanpa pandang bulu. 71 Para warga sipil yang dijadikan sebagai tameng hidup oleh kelompok MNLF dimaksudkan sebagai pengawal pasukan MNLF ketika akan menghadapi pasukan militer Filipina. Para sandera akan diperintahkan untuk keluar dari tempat persembunyian dan dituntun turun ke jalan oleh MNLF. Pasukan MNLF memanfaatkan sandera tersebut dengan berlindung tepat di belakang para sandera. Akibat dari pebuatan MNLF yang menjadikan warga sipil sebagai tameng hidup, tidak sedikit warga sipil yang di sandera harus kehilangan nyawa. 72 70 “Philippines Mistreatment Hostage Taking Zamboanga” sebagaimana dimuat dalam http:www.hrw.orgnews20130919philippines-mistreatment-hostage-taking- zamboanga, diakses pada tanggal 2 Maret 2014. 71 Loc. Cit. 72 “Many Hostages Escape Amid Army Assaults in Philippines”, sebagaimana dimuat dalam http:www.arabnews.comnews465009, diakses pada tanggal 2 Maret 2014. Universitas Sumatera Utara 75 Selain kehilangan nyawa, para sandera juga mengalami penganiayaan fisik. Menurut Human Right Watch Filipina, penganiayaan fisik tersebut dilakukan dalam bentuk pemukulan dan pencekikan leher terhadap para sandera. Disamping itu, para sandera dipaksa untuk bergabung menjadi bagian dari MNLF. 73 Para sandera yang tidak mau menuruti perintah MNLF, akan mendapatkan perlakuan kasar seperti memaksa meminum alcohol dari hidung para sandera dan membenamkan kepala mereka ke dalam toilet. 74 Melihat kondisi yang sangat memprihatinkan ini, Presiden Benigno Aquino tidak tinggal diam. Presiden Aquino mengkerahkan lebih dari 8.000 tentara Filipina untuk menyelamatkan dan mengamankan para warga yang terjebak di kota Zamboanga. 75 Melihat aksi yang dilakukan oleh kelompok separatis MNLF, MNLF merupakan pemberontak yang pertama sekali dalam melakukan pelanggaran tata aturan peperangan karena menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia human shields. Hal senada juga dibenarkan oleh Presiden Filipina, yakni Presiden Benigno Aquino III. Konfrontasi yang terjadi di Zamboanga, dimana para pemberontak bersembunyi dibalik warga sipil yang di sandera dan tentara menembaki mereka, menunjukkan bagaimana buruknya pertempuran tersebut terjadi. Kedua belah pihak yakni pemberontak dan tentara militer pemerintah, 73 “Human Right Watch for Philippines: Mistreatment, Hostage Taking in Zamboanga”, sebagaimana dimuat dalam http:www.hrw.orgnews20130919philippines-mistreatment- hostage-taking-zamboanga, diakses pada tanggal 6 Maret 2014. 74 Loc. Cit. 75 ”Philippine: Conflicts Collateral Damage”, sebagaimana dimuat dalam http:blogs.aljazeera. comblogasiaphilippine-conflicts-collateral-damage, diakses pada tanggal 6 Maret 2014. Universitas Sumatera Utara 76 perlu melakukan semua yang mereka bisa untuk mencegah kerugian lebih lanjut dari kehidupan warga sipil.

B. Tindakan Penyanderaan Warga Sipil dalam Konflik Bersenjata Menurut Hukum Humaniter Internasional