Hal-hal yang Menjadi Dampak Konflik Bersenjata

54 tentara militer Filipina melakukan serangan terhadap markas MILF. Aksi penyerangan tersebut All out War dilakukan untuk menghancurkan markas Abu Bakar, yang tak lain merupakan markas terbesar MILF. Sebab disana terdapat banyak sekali komunitas pemukiman Muslim. Peristiwa penghancuran markas Abu Bakar berhasil dilaksanakan. Pada akhirnya peristiwa ini menyebabkan penginternasionalisasian konflik antara pemerintah Filipina dengan komunitas MILF. Peristiwa tersebut menjadi titik awal bagi MILF untuk melakukan perjuangan secara diplomatik dan mencari bantuan dalam dunia internasional, terutama dalam forum Organisasi Konferensi Islam OKI . 42 Diawali dari adanya perbedaan paham dan sejarah yang berbeda hingga kepada keputusan-keputusan sepihak dari pemerintah pusat yang dianggap merugikan pihak pemberontak, inilah yang menyebabkan konflik antara pemerintah pusat Filipina dengan gerakan-gerakan separatis yang ada di dalam negara itu tidak kunjung terselesaikan.

B. Hal-hal yang Menjadi Dampak Konflik Bersenjata

Konflik bersenjata memiliki beberapa dampak yang bersifat jangka panjang dan jangka pendek. Dampak dari konflik berimbas pada pengembangan negara, lingkungan dan kesejahteraan manusia yang berada di dalam wilayah terjadinya konflik bersenjata. Dampak yang terjadi akibat adanya konflik bersenjata dapat dirasakan di berbagai tingkat kehidupan, mulai dari masyarakat golongan bawah hingga masyarakat golongan atas. Dampak tersebut juga tidak 42 Erni Budiwanti. Tantangan Pembangunan Negara Bangsa di Filipina: Gerakan Separatisme Moro. Pusat Penelitian Sumber Daya Regional PSDR-LIPI dalam katalog.pdii.lipi.go.id diakses pada tanggal 6 Maret 2014. Universitas Sumatera Utara 55 hanya dirasakan di dalam wilayah terjadinya konflik, namun juga dapat dirasakan oleh wilayah-wilayah diluar dari wilayah terjadinya konflik tersebut. Konflik bersenjata mampu menghancurkan lingkungan, manusia, pergerakan ekonomi dan keadaan politik suatu negara. Konflik bersenjata juga mampu memberikan impact terhadap pembangunan berkelanjutan, yaitu dengan cara mengurangi kesempatan yang tersedia untuk pelaksaan pembangunan berkelanjutan. 43 Konflik bersenjata yang terjadi dalam suatu wilayah dapat berdampak kepada kesejahteraan manusia, lingkungan, dan ekonomi. Sangatlah jelas bahwa konflik bersenjata mampu mengurangi kualitas hidup masyarakat, serta mengakibatkan setiap masyarakat menjadi tidak mampu untuk hidup lebih layak. Selain hal tersebut, konflik bersenjata juga mengakibatkan hilangnya nyawa pihak-pihak yang turut dalam pertikaian maupun yang tidak turut dalam pertikaian. Masyarakat juga kehilangan mata pencaharian sebagai sumber penghidupannya dan kehilangan martabat serta hak asasi nya sebagai manusia. 44 Pelanggaran terkait hilang nya hak asasi manusia yang sering terjadi selama konflik terjadi adalah berupa tindakan kekerasan atas jiwa raga seperti pembunuhan, penganiayaan, penyanderaan, perkosaan terhadap kehormatan pribadi. 45 Tindakan ini lebih banyak terjadi terhadap kaum perempuan dan anak- anak dikarenakan kedua kaum ini merupakan kaum yang dianggap lemah. Jutaan anak-anak dan kaum wanita hidup dengan luka dan cacat yang disebabkan oleh 43 http:www.unep.orgdewaAfricapublicationsAEO-2content203.htm, diakses pada tanggal 12 Desember 2013. 44 Loc.cit. 45 Prof. KGPH. Haryomataram, S.H., Op. Cit., hlm 60. Universitas Sumatera Utara 56 konflik bersenjata. Dalam setiap konflik bersenjata yang terjadi di berbagai tempat, tidak jarang ada yang memanfaatkan anak-anak dan wanita untuk turut serta dalam pertikaian. Dalam situasi konflik bersenjata, anak-anak dan wanita dikerahkan, diculik, dipaksa bersekongkol melawan musuh, atau dengan kata lain dipaksa untuk menjadi tentara anak-anak dan tentara wanita. 46 Selain tindakan tersebut, hal lain yang sering terjadi dalam setiap konflik bersenjata ialah tindakan penyanderaan. Tindakan penyanderaan ini biasanya terjadi tidak hanya pada pihak yang turut dalam pertikaian kombatan, tetapi juga sering terjadi kepada warga sipil yang tidak turut dalam pertikaian. Penyanderaan dilakukan sebagai salah satu bentuk ancaman kepada pihak musuh untuk tidak memperkuat serangan atau sebagai salah satu cara agar apa yang menjadi tujuan dari pihak penyandera dapat dengan segera dipenuhi oleh pihak yang menjadi lawannya. Tentunya keadaan ini jelas bertentangan dengan apa yang diamanatkan oleh Pasal 3 Konvensi Jenewa 1949. Konflik bersenjata juga memberikan dampak terhadap lingkungan wilayah tempat berlangsungnya konflik. Dampak konflik terhadap lingkungan dapat berupa: degradasi habitat, hilang nya akses pada titik air dan sumber daya lainnya yang bersifat vital, musnahnya beberapa spesies hewan dan tumbuhan, dan terjadinya perubahan rantai makanan alami. 47 Dampak yang terjadi pada lingkungan disebabkan oleh polusi yang dihasilkan dari senjata-senjata yang 46 “Impact of War” sebagaimana dimuat dalam http:cultureofpeace.orgimpactofwar diakses pada tanggal 14 Desember 2013. 47 United Nations Environment Programme, “Environtmental and Socioeconomic Impacts Armed Conflict”, dalam http:www.unep.orgdewaAfricapublicationsAEO-2content203.htm diakses pada tanggal 14 Desember 2013. Universitas Sumatera Utara 57 digunakan selama konflik berlangsung. Kerusakan lingkungan tidak hanya terjadi pada kondisi alam di wilayah konflik. Konflik bersenjata yang terjadi di suatu wilayah, juga turut menimbulkan kerusakan terhadap infrastruktur bangunan dan jalan yang ada di wilayah konflik. Tempat tinggal warga sipil juga tidak luput terkena dampak serangan senjata yang digunakan oleh para pihak yang bertikai. Hal inilah yang pada akhirnya menyebabkan banyak warga sipil kehilangan tempat tinggal dan mengharuskan mereka mengungsi ke tempat yang lebih aman. Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, konflik bersenjata juga turut mempengaruhi stabilitas ekonomi suatu bangsa. Konflik bersenjata menyebabkan banyak warga sipil yang kehilangan pekerjaan nya dan pada akhirnya tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya. Pada maa konflik sampai masa pasca konflik, angka kemiskinan akan semakin bergerak keatas. Konflik bersenjata memberikan dampak makro terhadap keadaan ekonomi bangsa yang sedang mengalami konflik. Hal ini menyebabkan penurunan kapasitas negara yang berkaitan dengan basis pendapatan yang menyusut dan mengurangi belanja publik serta stagnasi ekonomi sebagai akibat dari turunnya ekspor - impor. 48 Dampak Konflik terhadap keadaan ekonomi juga mempengaruhi keadaan inflasi dari negara yang sedang dilanda konflik. Inflasi akan mengalami kenaikan dan pada akhirnya menyebabkan depresiasi nilai tukar mata uang, penarikan investasi dan pelarian modal. 48 Loc.cit. Universitas Sumatera Utara 58 a. Dampak Konflik Bersenjata di Filipina Selatan Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, konflik bersenjata menimbulkan dampak yang cukup besar bagi wilayah yang menjadi lokasi dari terjadinya konflik tersebut. Dampak yang ditimbulkan akan mempengaruhi sendi- sendi kehidupan masyarakat yang berada di wilayah konflik. Konflik bersenjata yang terjadi antara Bangsa Moro dengan pemerintah pusat Filipina menimbulkan banyak sekali dampak buruk. Dampak buruk yang ditimbulkan dari konflik ini adalah sebagai berikut: 1. Pengungsian Konflik bersenjata yang terjadi di Selatan Filipina pada 8 September 2013 yang lalu, cukup menimbulkan keresahan yang luar biasa pada masyarakat yang berada di daerah Zamboanga City dan sekitarnya. Akibat kontak senjata yang terjadi antara kelompok separatis Moro dengan kelompok militer Filipina, menyebabkan warga sipil harus mengungsi ke daerah yang lebih aman untuk menghindari jatuhnya korban jiwa. Menurut data yang diperoleh, pada hari ketiga sejak gencatan senjata dimulai, yakni pada tanggal 12 September 2013, sekitar 13.000 warga kota melarikan diri dan berlindung di sebuah stadion olahraga yang terletak tiga kilometer dari daerah pertempuran. 49 Zamboanga City menjadi titik pusat pertempuran antara MNLF dengan pasukan militer Filipina. Keadaan kota yang semakin tidak kondusif menyebabkan jumlah warga sipil yang mengungsi terus mengalami peningkatan hingga berjumlah 82.000 jiwa. 50 Peningkatan 49 http:www.suarapembaruan.comhomemnlf-tolak-negosiasi-dengan-pemerintah- filipina41732 diakses pada tanggal 15 Desember 2013. 50 http:berita.plasa.msn.cominternasionalokezonepemberontak-moro-lumpuhkan-filipina- selatan diakses pada tanggal 15 Desember 2013. Universitas Sumatera Utara 59 jumlah warga yang mengungsi terjadi setelah kelompok pejuang pimpinan Nur Misuari itu menembakkan dua roket ke pelabuhan utama kota tersebut dan membakar beberapa rumah di salah satu desa yang berada di kota Zamboanga. 51 2. Meningkatnya korban jiwa Selain menyebabkan banyak nya warga sipil yang harus meninggalkan tempat kediamannya dan mengungsi ke tempat yang lebih aman, konflik ini juga menyebabkan banyak warga sipil yang kehilangan nyawa. 3 hari setelah kontak senjata dimulai, sudah ada 12 warga yang kehilangan nyawanya. Jumlah ini semakin meningkat sampai kepada 14 hari sejak konflik tersebut terjadi. Jumlah korban yang tewas setelah 14 hari konflik dimulai adalah 87 jiwa, yang terdiri dari 6 jiwa dari pihak militer Filipina, 3 jiwa dari personel kepolisian Filipina, 7 jiwa dari warga sipil dan 71 jiwa dari anggota MNLF. 52 Angka kematian yang disebabkan oleh konflik bersenjata antara pasukan pemberontak dengan pasukan militer pemerintah pusat semakin bertambah setiap hari. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan di kota Zamboanga semakin hari semakin chaos. 3. Kerusakan sarana dan prasarana Dampak konflik bersenjata yang terjadi di kota Zamboanga, Filipina Selatan juga berimbas pada sarana dan prasarana umum yang ada di kota tersebut. Properti penduduk sipil yang bersifat vital banyak yang musnah dikarenakan oleh serangan yang terjadi antara pasukan militer MNLF dengan pasukan militer Filipina. Sarana dan prasarana yang terkena dampak dari konflik adalah sebagai 51 http:www.republika.co.idberitakorannews-update130911msytiq-mnlf-harapkan- mediasi-internasional diakses pada tanggal 6 Januari 2014. 52 http:www.suarapembaruan.comhomemiliter-filipina-bebaskan-para-sandera41942 diakses pada tanggal 6 Januari 2014. Universitas Sumatera Utara 60 berikut: tempat tinggal penduduk, jalan raya, bandara sipil, rumah sakit, sekolah, tempat ibadah dan sebagainya. 53 Tindakan ini dapat dipastikan telah melanggar Hak Asasi Manusia HAM dan mengabaikan aturan Hukum Humaniter Internasional HHI seperti yang terdapat dalam Protokol Tambahan Konvensi Jenewa tahun 1977 Pasal 48. Protokol I yang berbunyi “pihak-pihak yang terlibat dalam konflik setiap saat harus dapat membedakan antara penduduk sipil dan kombatan, antara objek sipil dan objek militer dan karena itu pula pihak-pihak yang terlibat dalam konflik harus mengarahkan operasinya semata-mata hanya untuk menyerang objek-objek militer.” 54 4. Eksploitasi anak-anak Tindakan pengeksploitasi anak-anak selama berlangsungnya konflik bersenjata, bukanlah sesuatu hal yang baru. Menurut data dari United Nations of Children’s Fund UNICEF ada 24 studi kasus yang menunjukkan bahwa pemerintah atau pemberontak tentara telah merekrut puluhan ribu anak-anak untuk dijadikan sebagai tentara anak-anak. 55 Sebagian besar adalah remaja laki- laki, tetapi banyak juga yang berasal dari kaum perempuan. Banyak diantaranya direkrut secara paksa, disita dari jalan-jalan, atau bahkan dari sekolah dan panti asuhan. Ada juga yang didorong untuk bergabung dengan kelompok-kelompok 53 http:www.radioaustralia.net.auindonesian2013-09-19militer-filipina-paksa-pemberontak- menyerah1192638 diakses pada tanggal 16 Januari 2014. 54 Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, 2003:61. 55 Information Impact of Armed Conflict on Children: Wars Against Children dalam http:www.unicef.org, diakses pada tanggal 16 Januari 2014. Universitas Sumatera Utara 61 bersenjata oleh rasa takut atau kemiskinan, yang percaya bahwa ini adalah satu- satunya cara untuk mencapai perlindungan dari kekerasan di sekitar mereka. Pada konflik bersenjata yang terjadi di Filipina, tercatat bahwa telah ada 11 insiden perekrutan dan penggunaan anak-anak, yang melibatkan 23 anak laki- laki dan 3 perempuan antara 12 dan 17 tahun. Angka itu menunjukkan penurunan pada tahun 2012, mengingat bahwa ada 26 insiden yang mempengaruhi 33 anak laki-laki dan 21 anak perempuan pada tahun 2011. Melalui kasus tersebut, 2 dilaporkan direkrut dan digunakan oleh Front Pembebasan Islam Moro, 11 oleh Tentara Rakyat Baru NPA , 11 oleh Abu Sayyaf Group dan 2 oleh Angkatan Bersenjata Filipina. 56 Tentara anak sering dijadikan sebagai “pendukung” dalam pertikaian bersenjata. Anak laki-laki berfungsi sebagai kuli atau sebagai utusan. Perempuan menyiapkan makanan dan terkadang juga dapat dipaksa untuk memberikan layanan seksual atau menjadi menikah untuk tentara lainnya. Tindakan ini jelas dapat dikatakan sebagai suatu bentuk pelanggarab terhadap konvensi internasional mengenai perlindungan anak. Badan PBB turut prihatin atas penggunaan anak-anak oleh angkatan bersenjata nasional sebagai panduan dan informan selama operasi militer. 5. Melemahnya keadaan sosial dan ekonomi masyarakat Konflik yang telah terjadi di wilayah selatan Filipina juga turut melemahkan keadaan ekonomi masyarakat yang berada di wilayah tersebut. Kekuatan sentralisasi Filipina gagal mengangkat kesehatan sosial dan ekonomi masyarakat di Filipina selatan. Sementara Mindanao dikenal sebagai salah satu 56 Laporan Sekretaris Jenderal kepada Dewan Keamanan A67845-S2013245 dalam http:childrenandarmedconflict.un.orgcountriesphilippines, diakses pada tanggal 16 Januari 2014. Universitas Sumatera Utara 62 daerah yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. 57 Penduduk yang berada di daerah Mindanao hidup dalam kemiskinan, setelah lebih dari seperempat abad pemerintah Filipina mengklaim telah mengembangkan Mindanao. Namun pada kenyataannya, statistik menggambarkan suatu realitas yang menyedihkan. Pembangunan ekonomi dan segala kepentingan sosial masyarakat di wilayah selatan Filipina tidak mengalami perkembangan yang berarti. Inilah sebabnya mengapa para pemberontak semakin gencar melaksanakan aksi memperjuangkan nasib wilayahnya. Merujuk pada konflik yang kembali terjadi pada September 2013 di kota Zamboanga, kerusuhan di daerah tersebut telah memberikan dampak kerugian ekonomi hanya selang beberapa hari setelah meletusnya gencatan senjata antara pasukan militer MNLF dengan pasukan militer Filipina. Menurut pejabat perkantoran sipil bidang perdagangan Kota Zamboanga, konflik bersenjata yang terjadi telah berimbas buruk pada perekonomian wilayahnya. Kota Zamboanga yang sebelumnya dikenal sebagai pusat industri pengalengan ikan sarden telah mengalami kerugian secara ekonomi diperkirakan mencapai 50 miliar peso atau setara 1,1 miliar dollar AS per hari. 58 57 E. Tadem, J. Reyes, and L.S. Magno, Showcases of Underdevelopment in Mindanao: Fishes, Forests, and Fruits Davao City: Alternative Resource Center, 1984 dalam The State Moro Armed Conflict in The Philippines: Unresolved National Question or Question of Governance https:www.academia.edu3068547The_state Moro_armed_conflict_in_the _Phil ippines_Unresolved_national_question_or_question_of_governance, diakses pada tanggal 19 Januari 2014. 58 Militer Sudutkan Gerak MNLF dalam koran-jakarta.comindex.phpdetailview01128 860 diakses pada tanggal 19 Januari 2014. Universitas Sumatera Utara 63 6. Penyanderaan warga sipil Penyanderaan terhadap warga sipil oleh pasukan pemberontak saat terjadinya konflik bersenjata di kota Zamboanga, menjadi suatu tindakan yang dilakukan secara nyata, berkelanjutan, dan dalam jumlah yang cukup banyak. Pada konflik yang terjadi di awal September 2013, pemberontak terkesan menjadikan tindakan penyanderaan ini sebagai bentuk ancaman yang keras terhadap pemerintah pusat Filipina. Tindakan ini merupakan suatu perbuatan yang ditentang keras oleh peraturan internasional mengenai perlindungan orang-orang yang menjadi korban konflik bersenjata yang tercantum dalam Hukum Jenewa 1949. Tetapi pada kenyataannya, konflik bersenjata yang terjadi di Filipina Selatan menimbulkan aksi penyanderaan warga sipil secara besar-besaran.

C. Upaya-upaya Pemerintah Filipina dalam Menangani Konflik Bersenjata di Filipina Selatan