Keaslian Penulis Tinjauan Kepustakaan

6 Sedangkan manfaat yang dipetik dari penulisan ini antara lain : a. Manfaat Teoritis Sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk melahirkan konsep ilmiah yang mampu memberikan sumbangsih terhadap perkembangan ilmu hukum khususnya dalam bidang hukum internasional terutama mengenai tindakan penyanderaan warga sipil dalam konflik bersenjata dan solusi yang dapat ditempuh berdasarkan hukum humaniter internasional. Hal ini sebagai wujud penjelmaan penerapan dalam belajar Hukum Internasional secara akademis. b. Manfaat Praktis Menjadi suatu pedoman atau bahan referensi pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara secara khusus dan pembaca pada umumnya serta dapat dijadikan bahan referensi bagi pihak akademisi dalam menambah wawasan mengenai masalah penyanderaan warga sipil dalam perspektif Hukum Humaniter Internasional.

D. Keaslian Penulis

Penulisan skripsi ini yang berjudul: PERLINDUNGAN TERHADAP WARGA SIPIL SEBAGAI KORBAN PENYANDERAAN DALAM KONFLIK BERSENJATA DI FILIPINA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL merupakan tulisan yang masih baru yang berasal dari hasil pemikiran penulis sendiri tanpa adanya jiplakan dari hasil tulisan milik orang lain. Dan belum ada tulisan dalam bentuk skripsi yang membahas tentang hal ini. Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan adanya pengesahan pihak administrasi Universitas Sumatera Utara 7 perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang menyatakan tidak ada judul dan tulisan yang sama dengan judul skripsi ini. Dengan demikian penulis dapat mempertanggungjawabkan keaslian skripsi ini, baik secara ilmiah ataupun secara akademik.

E. Tinjauan Kepustakaan

Salah satu akibat dari konflik bersenjata adalah terjadinya tindakan penyanderaan terhadap warga sipil. Sudah dapat dipastikan bahwa tindakan ini menjadi fenomena yang sering dijumpai pada setiap pertikaian senjata. Sandera dalam bahasa inggris disebut dengan Hostage adalah seseorang yang ditawan seseorang hingga keinginannya dituruti. 4 Seorang sandera sering ditawan dengan tujuan untuk memaksa orang lain atau pihak lain untuk melakukan sesuatu yang diinginkan oleh penyandera. Tindakan penyanderaan dalam suatu pertikaian bersenjata menjadi salah satu cara yang ditempuh oleh pihak pemberontak untuk memperoleh tuntutan nya. Sasaran dari tindakan penyanderaan dalam konflik bersenjata, salah satu nya adalah warga sipil. Sementara, warga sipil merupakan salah satu pihak yang harus dilindungi selama pertikaian bersenjata itu berlangsung. Dalam suatu sengketa bersenjata, orang-orang yang dilindungi meliputi kombatan dan penduduk sipil. Penduduk sipil berhak mendapatkan perlindungan sebagaimana diatur dalam Konvensi Jenewa IV dan Protokol Tambahan 1977. 5 4 “Sandera”, sebagaimana dimuat dalam http:id.wikipedia.orgwikiSandera, diakses pada tanggal 12 Oktober 2013. 5 Arlina Permanasari, dkk, Op Cit., hlm 163. Universitas Sumatera Utara 8 Menurut Konvensi Jenewa IV, perlindungan terhadap warga sipil meliputi perlindungan umum general protection yang diatur dalam Bagian II dari Konvensi tersebut. Sedangkan pada Protokol Tambahan, perlindungan tersebut diatur dalam Bagian IV tentang penduduk sipil. Berdasarkan Konvensi Jenewa, perlindungan umum yang diberikan kepada penduduk sipil tidak boleh dilakukan secara diskriminatif. 6 Dalam segala keadaan, penduduk sipil berhak atas penghormatan pribadi, hak kekeluargaan, kekayaan dan praktek ajaran agamanya. Terhadap warga sipil tersebut, tidak boleh dilakukan tindakan-tindakan sebagaimana disebutkan di dalam pasal 27-34, yaitu : 1. Melakukan pemaksaan jasmani maupun rohani untuk memperoleh keterangan. 2. Melakukan tindakan yang menimbulkan penderitaan jasmani. 3. Menjatuhkan hukuman kolektif . 4. Melakukan intimidasi, terorisme dan perampokan. 5. Melakukan pembalasan reprisal. 6. Menjadikan mereka sebagai sandera. 7. Melakukan tindakan yang menimbulkan penderitaan jasmani atau permusuhan terhadap orang yang dilindungi. Berdasarkan uraian diatas, menjadikan warga sipil sebagai sandera adalah salah satu tindakan yang dilarang oleh konvensi ini. Pasal Umum III dari Konvensi Jenewa melarang pengambilan sandera. Tindakan penyanderaan 6 Ibid. hlm 170. Universitas Sumatera Utara 9 terhadap penduduk sipil menurut Konvensi Jenewa IV juga dianggap sebagai suatu pelanggaran yang berat. 7 Ketetapan-ketetapan yang terdapat dalam Konvensi Jenewa menunjukkan bahwa larangan penyanderaan kini tertanam kuat dalam hukum kebiasaan internasional dan dianggap sebagai kejahatan perang. Larangan penyanderaan diakui sebagai jaminan mendasar bagi warga sipil dan orang yang termasuk dalam hors de combat dalam Protokol Tambahan I dan II. Statuta Mahkamah Pidana Internasional juga mengaskan bahwa yang mengambil sandera merupakan kejahatan perang di kedua konflik bersenjata internasional dan non-internasional. Larangan ini juga diatur dalam undang-undang di berbagai negara.

F. Metode Penelitian