Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 19
Persentase Tingkat
Keamanan Pangan
Segar yang di Uji
80 dibawah
ambang batas
91,39 114,24
80 80
3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja
Bagian ini akan menguraikan evaluasi dan analisis capaian kinerja yang menjelaskan laporan kinerja secara umum sebagaimana telah diuraikan dalam sub bab sebelumnya.
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung memiliki satu sasaran yaitu terpenuhinya kebutuhan konsumsi pangan per kapita masyarakat untuk memenuhi
kecukupan energi dan keamanan pangan yang diukur dengan 9 indikator.Penyajian untuk sub bab ini akan disajikan per indikator. Beberapa indikator yang terkait
digabungkan menjadi satu dalam analisis ini.
Sasaran Badan Ketahanaan Pangan terpenuhinya kebutuhan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman untuk memenuhi kecukupan energi
per kapita
Capaian kinerja tahun 2015 merupakan capaian kinerja tahun pertama dari periode 5 lima tahun RPJMD dan Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.
Adapun gambaran pencapaian indikator kinerja pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 12. Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Terpenuhinya Kebutuhan Konsumsi Pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman untuk
memenuhi kecukupan energi per Kapita
NO Sasaran
Srategis
Indikatir Kinerja Satuan
2015 2019
Target Realisasi Target
RPJMD
1. Terpenuhinya
Kebutuhan Konsumsi
Pangan yang beragam,
bergizi, seimbang dan
aman untuk memenuhi
kecukupan energi per
Kapita 1.
Skor Pola Pangan Harapan
PPH Konsumsi
- 84,1
84,1 100
92,5 90,92
2. Jumlah Konsumsi
Energi Kkalkaphr
2.004 2.052
102,4 2.150
95,44 3.
Jumlah Konsumsi Protein
Gramkaphr 56,1
53,25 94,92
57 93,42
4. Skor Pola Pangan
Harapan PPH Ketersediaan
- 87,52
70,31 80,34
96,32 73,0
5. Persentase
Penurunan Jumlah Penduduk
Rawan Pangan Tahun
1 0,68
68 1
68
6. Harga
Gabah Kering
Panen GKP
di Tingkat produsen
RpKg HPP≤
3.700 4.067
109,92 HPP≤ Belum
diketahui HPP nya
7. Coefisien Variasi
pangan beras di tingkat
konsumen 10
6 100
10 100
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 20
NO Sasaran
Srategis
Indikatir Kinerja Satuan
2015 2019
Target Realisasi Target
RPJMD
8. Persentase
Peningkatan Produk
Pangan Segar
yang Tersertifikasi
10 7,4
74,0 10
74
9. Persentase
Tingkat Keamanan
Pangan Segar
yang di Uji 80
dibawah ambang
batas 91,39
114,24 80
114,24
Keberhasilan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam menjalankan Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat diukur
berdasarkan pencapaian outcome. Pengukuran tersebut dilakukan mengingat outcome merupakanhasil dari berfungsinya output yang telah dilaksanakan bidang yaitu
BidangKetersediaan dan Kerawanan Pangan, Bidang Distribusi dan Harga Pangan, BidangPenganekaragaman dan Konsumsi Pangan, Bidang Mutu dan Keamanan Pangan,
UPT serta Sekretariat BadanKetahanan Pangan Daerah. Pengukuran capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah tersebutdilaksanakan secara tahunan, sedangkan
pengukuran realisasi keuangan dan fisikoutput kegiatan dipantau secara bulanan dan triwulanan melalui Laporan realisasi kinerja dan realisasi keuangan.
Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi agar mampu menghasilkan hasil evaluasi kinerja yang relevan dan reliable sebagai bahan
pertimbangan perencanaan selanjutnya.Hasil pengukuran menjadi dasar untuk menyimpulkan kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka mencapai target
kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran. Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja kegiatan
yang mendukung tercapainya sasaran.Beberapa indikator kinerja dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang saling terkait digabung menjadi satu dalam analisis ini.
Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung per indikator dapat dijelaskan sebagai berikut :
SKOR POLA PANGAN HARAPAN PPH
KONSUMSI
,
JUMLAH KONSUMSI ENERGI DAN JUMLAH KONSUMSI PROTEIN
Pembahasan Indikator Skor Pola Pangan Harapan PPH konsumsi, Indikator Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein digabung menjadi satu, karena kegiatan
yang mendukung untuk pencapaian ke 3 indikator tersebut sama.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 21
Bidang konsumsi dan penganekaragaman pangan sebagai salah satu bidang di Badan Ketahanan Pangan memiliki tugas pokok melaksanakan koordinasi, identifikasi,
pembinaan, pengembangan dan pemantauan konsumsi dan penganekaragaman pangan. Meningngkatkan kualitas konsumsi pangan beragam bergizi seimbang dan aman
berbasis pada pangan pokok lokal merupakan salah satu tugas badan ketahanan pangan daerah khususnya bidang konsumsi dan penganekaragaman pangan. untuk
meningkatkan kualitas konsumsi dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain : Analis situasi konsumsi pangan, Bimtek analisis konsumsi pangan pelatihan bagi
petugasaparat KabupatenKota, Lomba cipta menu tingkat Provinsi dan Nasional, Pemantauan, monitoring dan evaluasi percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
P2KP, Promosi P2KP, Pengembangan usaha pangan lokal. Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan PPH Konsumsi, Jumlah
Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 13. Target dan Realisasi Capaian Indikator Skor Pola Pangan Harapan, Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada Tahun
2015
No Indikator Kinerja
Capaian 2014
Tahun 2015 Target Akhir
Renstra Capaian sd 2015
terhadap 2019 Target
Capaian 1.
2. 3.
Skor Pola Pangan Harapan
PPH Konsumsi
Jumlah Konsumsi
Energikkalkaphr Jumlah
Konsumsi Protein Grkaphr
83,4 2.062,4
54,5 84,1
2.004 56,1
84,1 2.052
53,25 100
102,4 94,92
92,5 2.150
57 90,92
95,44 93,42
Sumber data : BKPD Prov. Lampung Keterangan Angka Sementara
Pencapaian indikator skor pola pangan harapan PPH konsumsi, dapat dijelaskan sebagai berikut :
Skor Pola Pangan Harapan PPH Konsumsi Pengertian Pola Pangan Harapan PPH atau Desirable Dietary Pattern adalah susunan
keberadaan pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama baik secara absolut maupun relative dari suatu pola ketersediaan dan atau
konsumsi pangan.FAO –RAPA 1989 mendefinisikan PPH sebagai komposisi kelomok
pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya.Dengan demikian PPH merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan
atas proporsi keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi baik dalam jumlah, maupun mutu dengan pertimbangan segi daya terima,
ketersediaan pangan, ekonomi budaya dan agama.Mutu konsumsi pangan penduduk
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 22
dapat dilihat dari skor pangan dietary score dan dikenalnya sebagai skor PPH. Semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin berimbang dan seimbang.
Pangan yang dikonsumsi secara beragam dalam jumlah cukup dan seimbang akan mampu memenuhi kebutuhan zat gizi. Keanekaragaman pangan tersebut mencakup
kelompok : padi padian, umbi umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buahbiji berminyak, kacang kacangan, gula, sayur dan buah, dll. Skor PPH di nilai dengan angka
100.Kegunaan PPH merupakan instrummen sederhana untuk menilai situasi konsumsi pangan penduduk, baik jumlah maupun komposisi pangan menurut jenis pangan yang
dinyatakan dalam skor PPH. Skor PPH merupakan indikator mutu gizi dan keragaman konsumsi pangan sehingga dapat digunakan untuk merencanakan kebutuhan konsumsi
pangan pada tahun tahun mendatang.PPH dapat digunakan sebagai pedoman dalam evaluasi dan perencanaan penyediaan, produksi dan konsumsi pangan penduduk, baik
secara kuantitas, kualitas maupun keragamannya dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi.Budaya, agama dan cita rasa. Pada tahun 2015 ini, skor PPH di Provinsi
Lampung ditargetkan 84,1 dan ternyata dari hasil analisis target PPH tahun 2015 tercapai yaitu 84,1 Angka Sementara, seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 14. Skor PPH Konsumsi di Provinsi Lampung Tahun 2015
Kelompok Pangan
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan PPH Kalori
AKE Bobot
Skor Aktual
Skor AKE
Skor Maks
Skor PPH
Padi-padian 1.290,9 65,6
64,5 0,5
32,8 32,3
25,0 25,0
Umbi-umbian 37,8
1,9 1,9
0,5 1,0
0,9 2,5
0,9
Pangan Hewani 149,1
7,6 7,5
2,0 15,1
14,9 24,0
14,9
Minyak Lemak 291,1 14,8
14,6 0,5
7,4 7,3
5,0 5,0
BuahBiji Berminyak
56,6 2,9
2,8 0,5
1,4 1,4
1,0 1,0
Kacang-kacangan 59,3
3,0 3,0
2,0 6,0
5,9 10,0
5,9
Gula 95,1
4,8 4,8
0,5 2,4
2,4 2,5
2,4
Sayur dan Buah 115,6
5,9 5,8
5,0 29,4
28,9 30,0
28,9
Lain-lain 35,6
1,8 1,8
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 Total
2.131,2 108,2 106,6 95,5
94,0 100
84,1
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung Keterangan : Penghitungan menggunakan data sementara
Untuk skor pola pangan harapan PPH konsumsi tahun 2015 yang ditampilkan pada tabel diatas merupakan angka sementara ASEM karena angka tetapnya baru akan
keluar sekitar bulan Juni 2016. Pola Pangan masyarakat Provinsi Lampung masih di dominasi oleh beraspadi-padian,
sementara konsumsi umbi-umbian masih dibawah standar, untuk itu perlu ditingkatkan kampanye peningkatan pengolahan makanan yang berbahan pangan dari umbu-
umbian.Konsumsi pangan yang berasal dari hewani juga masih kurang, masih bisa ditingkatkan mengingat Provinsi Lampung merupakan penghasil ikan dan daging yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 23
cukup besar.Untuk itu gerakan makan ikan atau daging dan telur perlu ditingkatkan, namun yang lebih penting lagi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena
harga produk hewani cukup mahal.Maka perlu dipertimbangan di kegiatan kawasan rumah pangan lestari KRPL di kembangkan ternak ayam atau ternak ikan.
Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan untuk membangun bangsa Indonesia dalam menghadapi persaingan era global.Untuk itu, tubuh memerlukan
makanan yang mengandung zat gizi lengkap sesuai dengan kebutuhan untuk dapat menjalankan aktivitas secara aktif dan produktif.
Makanan yang di konsumsi sehari-hari harus mengandunng lima kelompok zat gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup dan
tidak berlebihan namun juga tidak kekurangan. Disamping itu manusia juga memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses dalam tubuh. Zat-zat gizi tersebut
akan terpenuhi bila pangan yang kita konsumsi beragam, karena secara alami komposisi setiap jenis bahan pangan memiliki kelebihan dan kekurangan akan zat gizi tertentu,
sehingga dengan mengkonsumsi jenis pangan yang beragam, pangan satu dengan yang lainnya akan saling melengkapi. Pangan yang bergizi seimbang ini tidak harus berharga
mahal bahkan dapat diperoleh dengan harga yang sangat murah, dengan memanfaatkan apa yang ada di sekitar kita, misalnya pekarangan.
Sehubungan dengan itu, pemerintah melalui kegiatan penganekaragaman konsumsi pangan mengupayakan agar pola konsumsi pangan penduduk lebih beranekaragam,
seimbang serta aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman yang dimulai dari masing-masing rumah tangga.
Tabel 15. Perbandingan Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja Skor Pola Pangan Harapan PPH Konsumsi
2011 2012
2013 2014
2015 Target Nasional
88,1 89,8
91,5 93,3
84,1 Target Renstra
88,9 89,8
91,5 93,3
84,1 Realisasi Kinerja
89,2 86,5
84,3 83,4
84,1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 24
Gambar 2. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja Skor Pola Pangan Harapan PPH Konsumsi Tahun 2011 - 2015
Jumlah Konsumsi Energi kkalkapitahari; Jumlah Konsumsi Protein grkapitahari Pada tahun 2015 untuk indikator jumlah konsumsi energi terealisasi 2.052 kkal
kapitahari dari target 2.004 kkalkapitahari atau 102,40, sedangkan untuk jumlah konsumsi protein terealisasi 53,25 gramkapitahari dari yang ditargetkan sebesar 56,1
atau 94,92. Untuk kedua indikator yaitu jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein capaian kinerjanya termasuk sangat tinggi karena lebih dari 91. Secara rinci
pencapaian jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 16. Target dan Realisasi Capaian Indikator Jumlah Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun 2015
No Indikator Kinerja
Capaian 2014
Tahun 2015 Target Akhir
Renstra Capaian sd
2015 terhadap 2019
Target Capaian
1. 2.
Jumlah Konsumsi Energikkalkaphr
Jumlah Konsumsi Protein grkaphr
2.062,4 54,5
2.004 56,1
2.052 53,25
102,40 94,92
2.150 57
95,44 93,42
Sumber Data BKPD Prov. Lampung Keterangan Angka Sementara
Aspek kuantitas konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi dalam satuan KkalKapHari atau GramKapHari. Penilaian aspek ini ditinjau dari volume pangan
yang dikonsumsi dan konsumsi zat gizi yang dikandung bahan pangan. Kedua hal tersebut digunakan untuk melihat apakah konsumsi pangan sudah dapat memenuhi
kebutuhan yang layak untuk hidup sehat yang dikenal dengan angka kecukupan gizi AKG yang direkomendasikan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi WNPG. Untuk
88,1 89,8
91,5 93,3
84,1 87,3
88,9 89,8
91,5
84,1 89,2
86,5 84,3
83,4 84,1
78 80
82 84
86 88
90 92
94 96
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Target Nasional
Target Renstra Realisasi Kinerja
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 25
menilai kuantitas konsumsi pangan masyarakat digunakan parameter Tingkat Konsumsi Energi TKE dan Tingkat Konsumsi Protein TKP. Beberapa kajian menunjukkan
bahwa bila jumlah konsumsi energi dan protein terpenuhi sesuai dengan norma atau angka kecukupan gizi dan konsumsi pangan beragam, maka zat-zat lain juga akan
terpenuhi dari konsumsi pangan. Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi wilayah lebih ditekankan pada aspek
gizi yang didasarkan pada penganekaragaman pangannya, bukah hanya beranekaragam makanan pokoknya saja tetapi juga beranekaragam konsumsi bahan pangan lainnya.
Perbandingan antara target nasional, target Renstra dan capaian kinerja akan disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 17. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja di Provinsi Lampung Tahun 2015
PPH Jumlah
Konsumsi Energi Jumlah Konsumsi
Protein Target Nasional
Target Renstra Capaian Kinerja
84,1 84,1
84,1 2.004
2.004 2.052
56,1 56,1
53,25
Keterangan Data Sementara
Gambar 3. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kegiatan untuk Skor PPH, Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein Tahun 2015
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa capaian kinerja tahun 2015 untuk indikator skor pola pangan harapan PPH konsumsi dan jumlah konsumsi energi sudah melebihi
target, baik target nasional maupun target di renstra. Sedangkan untuk capaian kinerja indikator jumlah konsumsi protein realisasinya masih di bawah target nasional dan target
di renstra.
84,1 56,1
2.004
84 56
2.004
84,1 53,25
2.052
500 1000
1500 2000
2500
PPH Konsumsi Energi
Konsumsi Protein Target Nasional
Target Renstra Realisasi Kinerja
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 26
Perkembangan skor pola pangan harapan PPH konsumsi, konsumsi energi dan konsumsi protein di Provinsi Lampung dari tahun 2012
– 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 18. Perkembangan PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2012 - 2015
Uraian Tahun 2012
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Skor PPH Konsumsi 86,5
84,3 83,4
84,1 Jumlah
Konsumsi Energi
2.228 2.156
2.067 2.052
Jumlah Konsumsi
Protein 59,5
57,2 54,8
53,25
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung Keterangan : Angka Sementara
Grafik 4. Skor PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2011 – 2015
Grafik 5. Perkembangan Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun 2012-2015
86,5
84,3 83,4
84,1
81,5 82
82,5 83
83,5 84
84,5 85
85,5 86
86,5 87
Tahun 2012 Tahun 2013
Tahun 2014 Tahun 2015
SKOR PPH KONSUMSI
PPH
2.228 2.156
2.067 2.052
1.950 2.000
2.050 2.100
2.150 2.200
2.250
Tahun 2012 Tahun 2013
Tahun 2014 Tahun 2015
Konsumsi Energi
Konsumsi Energi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 27
Grafik 6. Perkembangan Konsumsi Protein di Provinsi Lampung Tahun 2012-2015 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa skor pola pangan harapan PPH konsumsi
masyarakat Provinsi Lampung sudah mulai mengarah kepada beragam, bergizi, Seimbang dan Aman B2SA, walaupun mulai pada tahun 2013 terjadi penurunan, hal
ini dikarenakan terjadi revisi hasil justifikasi data BPS dan BKP Pusat. Dan pada tahun 2015 terjadi peningkatan menjadi 84,1 angka sementara, meningkatnya PPH konsumsi
ini karena adanya dukungan dari Pemerintah Daerah yang terus mensosialisasikan dan mengkampanyekan keseimbangan pangan melalui lomba cipta menu dan makanan
sehat, pameran dan penyuluhan-penyuluhan melalui PPL dan PKK. upaya upaya yang dilakukan dalam meningkatkan angka PPH antara lain :
a. Gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
b. Lomba cipta menu tingkat Provinsi dan Nasional
c. Pengembangan usaha pangan lokal
Penilaian situasi konsumsi pangan dapat dilakukan dengan menganalisa dua aspek penilaian yaitu : aspek kuantitas konsumsi AKE dan aspek kualitas konsumsi mutu
Konsumsi : Skor PPH. Mutu pangan atau kualitas pangan dalam hal ini dapat mencakup aspek fisik pangan, kualitas kimiawi pangan dan mikrobiologiaspek keamanna pangan,
aspek organoleptic dan aspek gizi.Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi wilayah lebih ditekankan pada aspek gizi yang didasarkan pada penganekaragaman
pangannya, bukan hanya beranekaragaman untuk makanan pokok saja tetapi juga anekaragaman konsumsi bahan pangan lainnya. Semakin beragam dan seimbang pangan
yangn dikonsumsi akan semakin baik kualitas gizinya, karena pada hakekatnya tidak ada satu jenis pangan yang mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan cukup jumlah
jenisnya. Untuk menilai keanekaragaman pangan digunakan pendekatan Pola Pangan Harapan PPH.Semakin tinggi skor mutu pangan yang dihitung menggunakan
pendekatan PPH menunjukkan konsumsi pangan semakin beragam dan komposisinya semakin baik dan seimbang.Apabila keragaman konsumsi pangan berada di bawah
59,5 57,2
54,8 53,25
50 52
54 56
58 60
Tahun 2012 Tahun 2013
Tahun 2014 Tahun 2015
Konsumsi Protein
Konsumsi Protein
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 28
anjuran, maka tingkat konsumsi masyarakat perlu ditingkatkan melalui peningkatan pendapatan dan pengetahuan pangan dan gizi.
Pada tahun 2015 untuk meningkatkan PPH di Provinsi Lampung, Badan Ketahanan Pangan Daerah telah melakukan beberapa upaya diantaranya melalui kegiatan gerakan
penganekaragaman konsumsi pangan dengan sasaran anak SDusia dini, petugas KabupatenKota, Kepala sekolah, Dewan guru, dan kelompok wanita tani di 4
KabupatenKota yaitu Kabupaten Pringsewu, Lampung Selatan, Lampung tengah, dan Pesawaran. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
wawasan bagi kelompok tani dan anak-anak SD dalam mewujudkan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman B2SA.Serta mengurangi
ketergantungan terhadap bahan pokok beras. Selain kegiatan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan juga di lakukan sosialisasi
gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dan konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman B2SA kepada tim penggerak PKK, karena tim penggerak PKK
merupakan organisasi wanita yang mempunyai anggota sampai pada tingkat desa, oleh karena itu TP_PKK merupakan mitra yang sangat cocok dan tepat dalam
mensosialisasikan dan menyebarluaskan gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan P2KP dan konsumsi pangan B2SA. TP-PKK bisa dijadikan ujung
tombak dalam menyukseskan program P2KP dan pangan B2SA kepada masyarakat. Guna memotivasi masyarakat agar mau mengkonsumsi makanan yang beragam, bergizi,
seimbanng dan aman B2SA, maka Badan Ketahanan Pangan Daerah harus melakukan sosialisasi secara terus menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat serta mengubah pola konsumsi pangan masyarakat menuju beragam, bergizi, seimbang dan aman. Dalam rangka mempercepat pemahaman masyarakat tentang
konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman, Badan Ketahanan Pangan daerah melaksanakan lomba cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman yangn
diikuti oleh perwakilan dari KabupatenKota se Provinsi Lampung. Pada tahun 2015 ini lomba dilaksanakan di halaman kantor Gubernur pada tanggal 12 Oktober 2015 yang
diikuti oleh 14 tim penggerak PKK KabupatenKota. Lomba cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman IB2SA ini merupakan salah satu upaya untuk mendorong
kemandirian masyarakat khususnya ibu-ibu rumah tangga dalam pengembangan pangan lokal guna mendukung percepatan diversifikasi penganekaragaman pangan, dan
diharapkan dapat diterapkan di tingkat rumah tangga untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga menuju ketahanan pangan nasional.
Dan untuk lebih memacu upaya penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal dilakukan dengan cara pengembangan usaha pangan lokal. Usaha pengolahan pangan
lokal berbasis sumber daya lokal, pada saat ini semakin sulit berkembang dan makin terpinggirkan oleh produk-produk makanan produk industri yang umumya berbahan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 29
baku terigu. Pada tahun 2015, Badan Ketahanan Pangan daerah provinsi Lampung memberikan bantuan alat penepung kepada kelompok wanita di 5 Kabupaten, yaitu
Kabupaten Lampung Timur, Lampung Barat, Lampung Utara, Pesawaran dan Kota Metro.
Masalah dan solusi dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan PPH konsumsi, jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein, sebagai berikut :
Masalah 1.
Pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan secara umum, sehingga menurunya daya beli masyarakat disebabkan oleh kenaikan harga
pangan daripada masalah ketersediaan sehingga kualitas konsumsi pangan masih rendah, kurang beragam dan masih di dominasi pangan sumber karbohidrat serta
masih rendahnya konsumsi protein hewani, umbi-umbian, aneka kacang serta sayur dan buah
2. Keterbatasan dalam memberikan dukukngan program bagi dunia usaha dan asosiasi
yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal 3.
Konsumsi beras per kapita masih tinggi hai ini dikarenakan harga pangan pokok bersumberdaya lokal sebagai pengganti beras harganya masih relative lebih tinggi
daripada harga beras, selain itu juga adanya anggapan yang salah dimasyarakat yaitu belum makan kalau belum makan nasi serta masih terbatasnya dukungan sosialisasi,
promosi dalam penganekaragaman konsumsi pangan melalui berbagai media.
Solusi 1.
Peningkatan pengetahuan kelompok wanita tentang pentingnya pemanfaatan pekarangan untuk tambahan gizi keluarga dan untuk meningkatkan pendapatan
keluarga. 2.
Peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan konsumsi dan keamanan pangan melalui peningkatan pemantauan dan analisis pola konsumsi pangan serta
pengembangan kelembagaan pedesaan dalam diversifikasi konsumsi pangan. 3.
Fasilitasi kepada kelompok pengembangan bisnis pangan lokal dan makanan tradisional serta mendorong peran aktif swasta dan dunia usaha dalam
pengembangan industri dan bisnis pangan lokal MP3L
S
KOR
P
OLA
P
ANGAN
H
ARAPAN
PPH K
ETERSEDIAAN
Ketahanan pangan nasional masih merupakan isu yang strategis bagiIndonesia mengingat kecukupan produksi, distribusi dan konsumsi pangan memiliki dimensi yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 30
terkait dengan dimensi sosial, ekonomi dan politik.Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terintegrasi yang terdiri atas berbagai subsistem, subsistem utamanya adalah
ketersediaan pangan, keterjangkauan dan pemenuhan konsumsi pangan.Terwujudnya ketahanan pangan merupakan sinergi dari interaksi ketiga subsistem tersebut.Subsistem
ketersediaan pangan mencakup aspek produksi dan cadangan pangan. Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian rupa sehingga walaupunproduksi
pangan bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi volume pangan yang tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya serta stabil
penyediaannya dari waktu ke waktu. Untuk itu aspek cadangan pangan merupakan salah satu komponen penting dalamketersediaan pangan yang dapat berfungsi menjaga
kesenjangan antara produksi dengan kebutuhan, disamping itu juga dapat digunakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan pangan yang bersifat
sementara disebabkan gangguan atau terhentinya pasokan bahan pangan, misalnya karena putusnya prasarana dan sarana transportasi akibat bencana alam.
Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan PPH ketersediaan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 19. Rencana dan Realisiasi Indikator Skor Pola Pangan Harapan PPH Ketersediaan
No Indikator Kinerja
Capaian 2014
Tahun 2015 Target
Akhir Renstra
Capaian sd 2015
terhadap 2019
Target Capaian
1. Skor Pola Pangan
Harapan Ketersediaan
73,92 87,52
70,31 80,34
96,32 73
Pada indikator skor pola pangan harapan PPH Ketersediaan pada tahun 2015 ini ditargetkan 87,52 dan terealisasi 70,31 atau 80,34, meskipun pencapaian kinerjanya
belum mencapai 100 tetapi pencapaian kinerjanya sudah tergolong tinggi yaitu mencapai 80,34.
Untuk mengetahui perkembangan skor pola pangan harapan PPH ketersediaan selama lima tahun terakhir di Provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 20. Pola Pangan Harapan PPH Ketersediaan di Provinsi Lampung 2011
– 2015
Kelompok Pangan Skor
Maks Skor Pola Pangan Harapan PPH Ketersediaan
2011 2012
2013 2014
2015 Padi-Padian
Umbi-Umbian Pangan Hewani
Minyak dan Lemak BuahBiji
Berminyak 25
2,5 24
5 1
25 2,3
10,5 3,6
- 25
2,5 7,08
5,0 25
1,97 10,06
2,36 -
25 2,00
9,87 2,82
- 25
1,65 9,40
1,03
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 31
Kacang-Kacangan Gula
Sayur dan Buah Lain-Lain
10 2,5
30 -
2,2 2,5
27,7 -
1,55 2,5
30,0 -
1,97 2,5
30 -
1,72 2,50
30,00 -
0,73 2,50
30.00 -
T O T A L 100
73,7 73,63
73,86 73,92
70,31
Sumber : Badan Ketahanan Pangan daerah Prov. Lampung
Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah prov. Lampung
Gambar 7. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung Tahun 2011 – 2015
Jika dilihat dari tabel diatas menunjukkkan bahwa PPH ketersediaan di Provinsi Lampung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan, hanya
saja pada Tahun 2015 mengalami penurunan hal ini dikarenakanada beberapa komoditas yang mengalami penurunan ketersediaannya sehingga masih dibawah skor maksimal,
untuk komoditi padi-padian, gula, sayur dan buah ketersediaannnya sudah melebihi dari skor maksimal, sementara untuk kelompok pangan umbi-umbian, hewani, minyak dan
lemak, buahbiji berminyak, dan kacang-kacangan ketersediaannya masih di bawah skor maksimal yang menyebabkan skor PPH ketersediaan di Provinsi Lampung belum ideal
yang menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pangan di Provinsi Lampung belum beragamberimbang. Untuk kelompok pangan yang masih dibawah skor maksimal perlu
ditingkatkan produksinya agar skor pola pangan harapan PPH ketersediaan bisa meningkat mendekati skor pola pangan harapan PPH ketersediaan yang ideal yaitu
PPH ketersediaan mencapai 100. Sementara jika dilihat dari surplus atau minus ketersediaan bahan pangan selama lima
tahun terakhir di provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
73,7 73,63
73,76 73,92
70,31
68 69
70 71
72 73
74 75
Tahun 2011 Tahun 2012
Tahun 2013 Tahun 2014
Tahun 2015
SKOR PPH KETERSEDIAAN
Series 1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 32
Tabel 21. SurplusMinus Bahan Makanan Provinsi Lampung Th. 2011 – 2015
No .
Komoditas Surplus +Minus - ton
2011 2012
2013 2014
2015
I 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
8. 9.
10. 11.
Pangan Nabati Beras
Jagung Kedelai
Kacang Tanah Kacang Hijau
Ubi Kayu Ubi Jalar
Sayur Buah
Minyak Goreng Gula Pasir
805.134 1.614.307
-26.578 -86.799
2.309 7.676.122
33.904 -109.341
1.960.998 11.902
725.105 889.523
1.508.442 -87.733
1.671 -2.796
6.810.249 11.125
-340.047 1.230.602
49.240 650.819
952.622 1.506.991
-91.857 1.442
-3.469 6.752.862
8.367 -360.415
1.609.894 -48.954
722.018 780.725
1.557.589 -85.814
274 -77
8.122.537 19.889
-444.243 1.481.576
-63.528 628.267
873.967 1.509.246
-80.588 7.257
-9 6.657.508
14.042 -
20.764.046
II. 1.
2. 3.
4. Pangan Hewani
Daging Telur
Susu Ikan
-13.321 4.694
-28.660 -41.995
-4.528 87.443
-341.961 248.798
19.134 98.106
-350.308 491.323
5.927 3.176
-362.463 367.435
-15.943 7.913
Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
Data Neraca Bahan Makanan NBM menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pangan di Provinsi Lampung telah cukup, dicerminkan dengan tersedianya energi dan protein yang
telah melebihi standar yang ditetapkan melalui Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi WNPG. Sebagai gambaran ketersediaan bahan pangan Provinsi Lampung dapat dilihat
pada Tabel dibawah ini.
Tabel 22. Ketersediaan Energi dan Protein Berdasarkan NBM Provinsi Lampung Tahun 2011
– 2015.
No. Uraian
Standar WNPG
Tahun 2011 ATAP 2010
Tahun 2012 ATAP 2011
Tahun 2013 ATAP 2012
Tahun 2014 ATAP 2013
Tahun 2015 ATAP 2014
1 Energi
kalkaphr 2.200
2.578,28 2.870,04
2.911,84 2.987,84
2.735,29 a. Nabati
2.462 2.791,68
2.800,13 2.877,91
2.630,63 b. Hewani
117 78,36
111,71 109,93
104,66
2 Protein
gramkaphr 57
66,41 58,31
68,23 55,90
67,93 a. Nabati
51,19 49,36
55,47 43,57
55,65 b. Hewani
15,22 8,95
12,76 12,33
12,28 Sumber : Badan Ketahanan Pangan daerah Prov. Lampung
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 33
Gambar 8. Ketersediaan Energi dilihat dari Sumbernya tahun 2011 - 2015
Gambar 9. Ketersediaan Protein Berdasarkan Sumbernya Tahun 2011 – 2015
Dalam upaya pencapaian indikator skor pola pangan harapan PPH ketersediaan, Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung telah melakukan penyusunan Neraca
Bahan Makanan NBM.Tabel Neraca Bahan Makanan ini menyajikan gambaran menyeluruh tentang pola penyediaan pangan di suatu wilayah dalam periode tertentu.
Neraca Bahan Makanan NBM digunakan sebagai salah satu bahan dalam menyusun kebijakan ketersediaan pangan, maka NBM harus disusun secara lengkap, tepat waktu
dan berkelanjutan dari suatu periode ke periode berikutnya. Tabel NBM ini dapat digunakan untuk mengevaluasi pengadaan, penggunaan pangan, komposisi atau pola
ketersediaan energi atau zat gizi lainnya.Selain itu juga digunakan sebagai acuan dalam
- 500,00
1.000,00 1.500,00
2.000,00 2.500,00
3.000,00
Tahun 2011 Tahun 2012
Tahun 2013 Tahun 2014
Tahun 2015 117,00
78,36 111,71 109,93
104,66 2.462,00
2.791,68 2.800,13
2.877,91 2.630,63
2.578,28 2.870,04
2.911,84 2.987,84
2.735,29
Sumber Hewani Sumber Nabati
Total Energi
10 20
30 40
50 60
70
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 15,22
8,95 12,76
12,33 12,28
51,19 49,36
55,47 43,57
55,65 66,41
58,31 68,23
55,9 67,93
Sumber Hewani Sumber Nabati
Total Protein
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 34
perencanaan produksipegadaan pangan serta sebagai bahan dalam penetapan kebijakan pangan dan gizi.
Pada tahun 2015 ini ditargetkan skor Pola Pangan Harapan PPH ketersediaan sebesar 87,52 tetapi dari hasil penyusunan NBM ternyata PPH ketersediaan di Provinsi
Lampung baru mencapai 70,31, masih lebih rendah dari yang di inginkan. Hal ini menunjukkan
bahwa ketersediaan
pangan di
Provinsi Lampung
belum beragamseimbang karena belum mencapai 100. Dari hasil penghitungan ketersediaan
atau hasil dari Neraca Bahan Makanan NBM menunjukan bahwa ketersediaan pangan di provinsi Lampung masih di dominasi oleh kelompok pangan padi padian 74,91,
kelompok sayurbuahan 8,99, kelompok gula 7,72, Pangan hewani 3,78, kelompopk umbi-umbian 2,65, minyak dan lemak 1,66 serta diikuti kelompok
kacang-kacangan dengan kontribusi energy sebesar 0,29. Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena Komposisi
skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan tersebut belum seluruhnya mencapai skor maksimum, kelompok pangan yang masih di bawah skor maksimum
antara lain : umbi-umbian, sebesar 1,65 skor maksimal 2,5, kelompok pangan hewani 9,40 skor maksimal 24, kelompok buahbiji berminyak sebesar 0 maksimal 1,
kelomppok kacang-kacangan 0,73 skor maksimal 10, kelompok minyak dan lemak sebesar 1,03 skor maksimal 5. Hal ini mengakibatkan tidak seimbangnya ketersediaan
kecukupan gizi yang dipersyaratkan. Sedangkan kelompok bahan pangan yang melebihi skor maksimal akan memberikan kelebihan kontribusi ideal pangan dalam komposisi
gizi seimbang. Untuk pemenuhan ketersediaan energi, protein dan lemak yang berimbang, maka untuk
komoditas yang produksinya masih rendah kelompok kacang-kacangan, kelompok ikan dan teluragar dilakukan peningkatan produksi dengan memanfaatkan potensi lahan
yang tersedia, sementara kelebihan ketersediaan untuk bebrapa komoditas pangan di Provinsi Lampung seperti beras dan ubi kayu dapat dimanfaatkan sebagai aset provinsi
untuk di eksport guna meningkatkan pendapatan daerah.
Salah satu cara untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan adalah dengan mengukur rasio ketersediaan dengan konsumsi pangan. Rasio pangan ini berguna sebagai masukan
bagi pemangku kepentingan untuk memperbaiki dan meningkatkan penyediaan pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan Provinsi Lampung.Untuk melihat kecukupan
ketersediaan dan konsumsi, dilakukan perbandingan antara ketersediaan dan konsumsi aktual dengan angka kecukupan ketersediaan dan konsumsi dalam bentuk energi dan
protein.
Ketersediaan pangan per kapita mengindikasikan rata-rata individu memperoleh bahan pangan. Pada tahun 2015 ini angka kecukupan energi tingkat ketersediaan di
targetkan 2.200 kkalkapitahari, dari hasil penyusunan neraca bahan makanan Provinsi Lampung tahun 2015 angka kecukupan energi tingkat ketersediaan mencapai
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 35
2.735,29kkalkapitahari 124,33 dari target angka kecukupan energi di tingkat ketersediaan sebesar 2.200 kkalkapitahari. Dari total ketersediaan energi, sumbangan
terbesar berasal dari pangan nabati yaitu sebesar 2.630,63 kkalkapitahari atau 96,17 dan sisanya 3,83 yang berasal dari pangan hewani. Secara rinci sumber energi dari
kelompok pangan tersebut sebagai berikut :
Tabel 23. Ketersediaan Energi dan Protein Menurut Sumbernya
Sumber Pangan Ketersediaan energi
Ketersediaan Protein Kkalkapitahari
Gramkaphari Nabati
2.630,63 96,17
55,65 81,92
Hewani 104,66
3,83 12,28
18.08 Total
2.735,29 100
67,93 26,83
Sumber : Data NBM Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2015
Gambar 10. Persentase Ketersediaan Energi, Tahun 2015
Gambar 11. Persentase Ketersediaan Protein, Tahun 2015
NABATI; 96,17
HEWANI; 3,83
KETERSEDIAAN ENERGI
Nabati; 81,92 Hewani;
18,08 ; 0; 0
; 0; 0
Ketersediaan Protein
Nabati Hewani
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 36
Total ketersediaan protein adalah sebesar 67,93 gramkapitahari atau lebih besar 19,18 dari angka yang dianjurkan yakni 57 gramkapitahari. Jika dilihat
sumbangannya menurut masing-masing kelompok pangan, ketersediaan energi, protein dan lemak masih di dominasi kelompok padi-padian yaitu sebesar 2.048,95
kkalkapitahari atau 74,90, kemudian diikuti kelompok buah-buahan 8,04, gula 7,72, makanan berpati 2,65, daging 1,39, minyak dan lemak 1,66, ikan 1,49,
sayuran 0,95, telur 0,89, dan buahbiji berminyak 0,29. Sedangkan yang memberi sumbangan yang paling kecil adalah kelompoksusu dengan ketersediaan energi yang
hanya mencapai 1 per 1000 kkalkapitahari. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 12. Persentase Kontribusi Kelompok Pangan Tahun 2015 Berdasarkan penghitungan ketersediaan pangan atau hasil dari Neraca Bahan Makanan
tahun 2015 didapatkan Pola Pangan Harapan PPH Provinsi Lampung menurut kelompok pangan sebagai berikut :
Tabel 24. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung berdasarkan NBM Th. 2015
Kelompok Pangan
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan PPH Kalori
AKE Bobot
Skor Aktual
Skor AKE
Skor Maks
Skor PPH
Padi-padian 2.048,95
74,91 93,13
0,50 37,45
46,57 25,00 25,00
Umbi-umbian 72,52
2,65 3,30
0,50 1,33
1,65 2,50
1,65
Pangan Hewani 103,42
3,78 4,70
2,00 7,56
9,40 24,00
9,40
Minyak Lemak 45,27
1,66 2,06
0,50 0,83
1,03 5,00
1,03
BuahBiji Berminyak
- -
- 0,50
- -
1,00 -
Kacang-kacangan 8,0
0,29 0,36
2,00 0,58
0,73 10,00
0,73
Gula 211,11
7,72 9,60
0,50 3,86
4,80 2,50
2,50
Sayur dan Buah 246,02
8,99 11,18
5,00 44,97
55,91 30,00 30,00
Lain-lain -
- -
- -
- -
- Total
2.735,29 100 124,33
- 96,58 120,08
100 70,31
Padi-Padian 74,91; 74,91
Umbi-umbian 2,65; 2,65
Pangan Hewani 3,78; 3,78
Gula 7,72; 7,72
Minyak dan Lemak 1,66;
1,66 Sayur dan Buah
8,99; 8,99 Kacang-Kacangan
0,29; 0,29
KONTRIBUSI KELOMPOK PANGAN
Padi-Padian 74,91 Umbi-umbian 2,65
Pangan Hewani 3,78 Gula 7,72
Minyak dan Lemak 1,66 Sayur dan Buah 8,99
Kacang-Kacangan 0,29
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 37
Gambar 13. Perbandingan Skor Maksimum dan Skor PPH menurut Kelompok Pangan Bila dilihat dari persentase AKE bahwa situasi ketersediaan pangan berdasarkan pola
pangan harapan Kualitas di Provinsi Lampung pada tahun 2015 memiliki ketersediaan energi sebesar 2.735,29 kkalkapitahari atau lebih 24,33 dari angka kecukupan gizi
2.200 kkalkapitahari dengan skor PPH 70,31 yang menyatakan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum beragamseimbang karena belum mencapai 100.
Meskipun ketersediaan energi berdasarkan Neraca Bahan Makanan Kuantitas telah mencapai 2.735,29 kkalkapitahari atau surplus sebesar 24,33 dari angka kecukupan
gizi 2.200 kkalkapitahari namun secara kualitas skor PPH 70,31 belum ideal. Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena :
1. Komposisi skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan tersebut belum
seluruhnya mencapai skor maksimal hal ini berakibat tidak seimbangnya ketersediaan kecukupan gizi yang dipersyaratkan
2. Kelompok pangan yang terlalu melebihi skor maksimal akan memberikan kelebihan
kontribusi ideal pangan dalam komposisi gizi seimbang 3.
Penyebab belum idealnya kualitas ketersediaan pangan ini juga disebabkan pada beberapa kelompok pangan masih dibawah skor maksimal, yaitu pangan hewani
3,78, minyak dan lemak 1,66, kelompok umbi-umbian 2,65, serta diikuti kelompok kacang-kacangan dengan kontribusi energi sebesar 0,29. Kondisi ini
dikarenakan produksi untuk masing-masing kelompok pangan tersebut relatif masih rendah.
Ketersediaan Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2015 Atap 2014 menunjukkan bahwa ketersediaan yang mengalami surplus antara lain : beras surplus
873.967 ton, Jagung surplus 1.509.246 ton, Kacang Tanah surplus 7.257 ton, Ubi Kayu
25,00
2,50 24,00
5,00 1,00
10,00 2,50
30,00
0,00 25,00
1,65 9,40
1,03 0,00
0,73 2,50
30,00
0,00 0,00
5,00 10,00
15,00 20,00
25,00 30,00
35,00
Skor Maksimum Skor PPH
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 38
surplus 6.657.508 ton, Ubi Jalar surplus 14.042 ton, Buah-Buahan surplus 20.764.046 ton, dan ikan surplus 7.913 ton, sedangkan untuk komoditas kedelai, kacang hijau,
daging sapi, daging ayam ras dan buras, dan telur ayam, itik ketersediaannya mengalami kekuranganminus. Untuk kedelai minus 80.588 ton, kacang hijau minus 9
ton, daging sapi minus 3.159 ton, Daging ayam ras dan buras minus 32.691 ton dan telur ayam, itik minus 15.943. Data lengkap ketersediaan bahan pangan di Provinsi
Lampung tahun 2015 atap 2014 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 39
Tabel 25. Ketersediaan dan Konsumsi Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2015 Atap Tahun 2014
No. Komoditas
Produksi Ton BenihPakanTercecer
Ketersediaan Ton
Jumlah Penduduk
Jiwa Konsumsikapita
KgKapTh Total Konsumsi
Ton SurplusMinus
Ketersediaan Konsumsi
Skor Ton
Padi 3.320.064
7,3 242.365
3.077.699 1.
Beras 1.945.106
3,3 64.188
1.880.917 9.549.079
105,45 1.006.950
873.967 186,79
1 2.
Jagung 1.719.386
11 189.132
1.530.254 9.549.079
2,20 21.008
1.509.246 7.284,16
1 3.
Kedelai 13.777
5 689
13.088 9.549.079
9,81 93.676
- 80.588 13,97
4 4.
Kacang Tanah 9.951
5 498
9.453 9.549.079
0,23 2.196
7.257 430,43
1 5.
Kacang Hijau 2.352
7 165
2.187 9.549.079
0,23 2.196
- 9 99,59
3 6.
Ubi Kayu 8.034.016
15 1.205.102
6.828.914 9.549.079
17,95 171.406
6.657.508 3.984
1 7.
Ubi Jalar 42.000
12 5.040
36.960 9.549.079
2,40 22.918
14.042 161,27
1 8.
Buah-Buahan 23.403.470
10 2.340.347
21.063.123 9.549.079
31,32 299.077
20.764.046 7.042,71
1 9.
Daging Sapi 13.074
- -
13.074 9.549.079
1,70 16.233
- 3.159 80,54
4 10.
Daging ayam ras dan buras
13.813 -
- 13.813
9.549.079 4,87
46.504 - 32.691
29,70 4
11. Telur ayam,itik
62.168 -
- 62.168
9.549.079 8,18
78.111 - 15.943
79,59 4
12. Ikan
231.859 15
34.779 197.080
9.549.079 19,81
189.167 7.913
104,18 2
Keterangan : Skor 1 : Surplus rasio 114 Skor 2 : Swasembada rasio 100
– 114 Skor 3 : Cukup rasio 95
– 100 Skor 4 : Defisit rasio 95
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 40
Jika dibandingkan dengan tahun 2014, pencapaian skor pola pangan harapan PPH ketersediaan pada tahun 2015 mengalami penurunan, pada tahun 2014 skor pola pangan
harapan PPH ketersediaan mencapai 73,92 dan pada tahun 2015 turun menjadi 70,31. Hal ini dikarenakan persentase kontribusi kelompok pangan ada yang mengalami
penurunan seperti kelompok pangan umbi-umbian, kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, dan kelompok kacang-kacangan.
Pencapaian indikator skor pola pangan harapan PPH ketersediaan juga di bandingkan dengan target di renstra dan target nasional jauh lebih rendah target renstra dan nasional
pada tahun 2015 sebesar 87,52, sedangkan pencapaian di tahun 2015 baru 70,31 atau baru mencapai 80,3 dari target renstra dan nasional
Ada beberapa masalah dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan PPH ketersediaan, antara lain :
1. Ketersediaan pangan sangat fluktuatif dari tahun ketahun sehingga untuk
mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan pangan perlu adanya program dan kegiatan yang mendukung tercapainya ketersediaan pangan suatu wilayah.
Solusi 1.
Untuk menghadapi ketersediaan pangan yang sangat fluktuatif kiranya perlu dilakukan penekanan laju pertumbuhan penduduk, penekanan laju alih fungsi lahan,
serta penekanan tingkat konsumsi yang melebihi standar 2.
Ketersediaan pangan di Lampung yang masih rendah perlu ditingkatkan melalui peningkatan produksi dan produktivitas dengan memanfaatkan potensi wilayah
3. Penguatan distribusi pangan karena pergerakan komoditas sangat mobile dan di
Provinsi Lampung masih terdapat beberapa komoditas yang sangat tergantung pasokan dari luar
PERSENTASE PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK RAWAN PANGAN
Realisasi pencapaian indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan, sebagai berikut :
Tabel 26. Target dan Realisasi Pencapaian Sasaran Persentase Menurunnya Jumlah Penduduk Rawan Pangan
No Indikator Kinerja
Capaian 2014
Tahun 2015 Target
Akhir Renstra
Capaian sd 2015
terhadap 2019
Target Capaian
1. Persentase
Penurunan Jumlah Penduduk
Rawan Pangan
0,18 1
0,68 68
1 68
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 41
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa target indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan pada tahun 2015 sebesar 1 hanya bisa dicapai 0,68 atau
terealisasi 68. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran menurunnya jumlah penduduk rawan pangan pada tahun 2015 sebesar 1 tidak tercapai. Berdasarkan skala nilai
peringkat kinerja pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010, indikator
persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan menunjukkan capaian sedang,
Dalam pencapaian target penurunan jumlah penduduk rawan pangan 1 ini sulit untuk tercapai karena kemiskinan terdiri dari banyak faktor yang mempengaruhi dan harus
diselesaikan secara lintas sektoral. kemiskinan berhubungan erat dengan kerawanan pangan yang ditinjau dalam dua dimensi:
a. Kedalaman dengan kategori ringan, sedang, dan berat
b. Jangka waktuperiode kejadian dengan kategori kronis untuk jangka panjang dan
transien untuk jangka pendekfluktuasi Selain itu kemiskinan juga berhubungan erat dengan tingkat pengangguran, karena
terkait dengan pendapatan penduduk faktor ekonomi dan daya beli masyarakat. Berdasarkan tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah penduduk dan
jumlah penduduk miskin sejak tahun 2010 – 2015 cenderung turun :
Tabel 27. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2011
– 2015
Tahun Jumlah Penduduk Miskin Ribu Jiwa
Persentase Penduduk Miskin Kota
Desa Jumlah
Kota Desa
Jumlah 2010 Maret
2011 Maret 2011 Sept
2012 Maret 2012 Sept
2013 Maret 2013 Sept
2014 Maret 2014 Sept
2015 Maret 2015 Sept
301,73 243,61
226,09 241,10
240,11 235,47
224,81 230,63
224,21 233,27
197,94 1.178,20
1.064,09 1.062,48
1.023,39 990,05
939,88 919,95
912,28 919,73
930,22 902,74
1.479,93 1.307,70
1.288,58 1.264,48
1.230,16 1.175,35
1.144,76 1.142,92
1.143,93 1.163,49
1.100,68 14,30
12,27 11,32
12,00 11,88
11,59 10,89
11,08 10,68
10,94 9,25
20,65 18,54
18,39 17,63
16,96 15,99
15,62 15,41
15,46 15,56
15,05 18,94
16,93 16,57
16,18 15,65
14,86 14,39
14,28 14,21
14,35 13,53
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 42
Sumber Data : BPS Provinsi Lampung
Gambar 14. Presentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Th. 2011 - 2015
Berdasarkan penyebaran penduduk miskin tahun 2011 - 2015, bahwa jumlah penduduk miskin di perdesaan lebih tinggi dari perkotaan.Pada tahun 2015 penurunan penduduk
miskin sebesar 0,68 sementara target nasional dan target Rencana Strategis RENSTRA Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Pada tahun 2015
dalam penurunan penduduk rawan pangan yaitu 1, hal ini berarti bahwa kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung tahun 2015 dalam menurunkan jumlah penduduk
rawan pangan sebesar 1 pertahun tidak mencapai target, sementara kalau dilihat dari rata-rata penurunan penduduk rawan pangan selama lima tahun yaitu 1,08
menunjukkan bahwa kinerja Badan ketahanan Pangan Provinsi Lampung selama lima tahun telah melebihi target dalam upaya penurunan penduduk rawan pangan.
Tabel 28. Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja dalam Penurunan Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2011 - 2015
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Target Nasional 1
1 1
1 1
Target Renstra 1
1 1
1 1
Realisasi Capaian Kinerja 2,37
0,92 1,26
0,18 0,68
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
Tahun 2011 Tahun 2012
Tahun 2013 Tahun 2014
Tahun 2015 11,32
11,88 10,89
10,68 9,25
18,39 16,96
15,62 15,46
15,05 16,57
15,65 14,39
14,21 13,53
Kota Desa
Jumlah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 43
Gambar 15.Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja dalam Penurunan Penduduk Rawan Pangan
Kegiatan yang di kelola oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam rangka mewujudkan penurunan penduduk rawan pangan yaitu :
a. Pengembangan desa mandiri pangan
b. Analisa dan pemantauan SKPG dan PDRP
c. Pengembangan cadangan pangan pemerintah
d. Pengembangan lumbung pangan masyarakat
e. Analisa dan penyusunan peta ketahanan dan kerentanan pangan.
f. Akses Pangan
g. Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan
Pada tahun 2015 ini pengembangan desa mandiri pangan selain dilakukan pemantauan dan pembinaan di 97 desa mandiri pangan juga dilakukan pembinaan dan pemantauan di
6 kawasan mandiri pangan.evaluasi dari hasil pemantaun dan pembinaan, dampak dari kegiatan pengembangan desa mandiri pangan ini, sebagai berikut :;
Sedikit meningkatkan usaha produktif, namun keberlangsungan usaha masih harus ditingkatkan
Sedikit meningkatkan ketersediaan pangan, namun belum berhasil meningkatkan ketersediaan pangan, akses dan posisi tawar rumah tangga anggota kelompok
afinitas Meningkatkan kelembagaan khusunya kelompok afinitas dan LKD, namun masih
kurang untuk TPD Sedikit meningkatkan daya beli yang ditandai dengan menurunnya proporsi rumah
tangga miskin yang tidak dapat menjangkau pangan
2,37
0,92 1,26
0,18 0,68
1 1
1 1
1
0,00 0,50
1,00 1,50
2,00 2,50
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Realisasi Kinerja
Target Renstra Target Nasional
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 44
Menurunnya tingkat kemiskinan yang ditandai dengan menurunnya proporsi rumah tangga anggota kelompok afinitas kategori miskin dan meningkatnya proporsi
rumah tangga kelompokm afinitas kategori kurang sejahtera dan sejahtera Menurunnya kerawanan pangan pada rumah tangga kelompok afinitas belum
terlihat, diduga adanya pengaruh berbagai faktor di luar program Meningkatkan ketahanan pangan pada rumah tangga anggota kelompok afinitas,
terlihat pada penurunan proporsi rumah tangga yang kurang tahan pangan Meningkatkan pola pikir pada bebrapa aspek kehidupan masyarakat khusunya
kesadaran akan manfaat pemahaman dan aktualisasi kegiatan berkelompok serta pemahaman akan pentingnya pendamping dalam pelaksanaan program demapan.
Tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok afinitas relatif lebih baik daripada bukan anggota kelompok afinitas. Perbandingan proporsi rumah
tangga anggota kelompok afinitas dan bukan anggota kelompok afinitas berturut- turut untuk kategori tudak tahan pangan 50,4 dan 64,2, kurang tahan pangan
27,9 dan n32,9, serta tahan pangan 6,7 dan 2,9. Potensi luas wilayah yang besar kurang dapat dimanfaatkan untuk mendukung
swasembada pangan karena kurangnya sumberdaya air. Berdasarkan analisa Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi SKPG situasi pangan dan
Gizi di Provinsi Lampung dalam kondisi rawan, dengan faktor penyebab dominan prosentase KK miskin, hanya Kota Metro yang dalam kondisi waspada. Dari hasil
analisa SKPG rasio ketersediaan terhadap konsumsi mormatif serealia dan umbi umbian di provinsi Lampung memiliki rasio ketersediaan pangan yang baik, hanya di Kota
Metro dan Kota Bandar Lampung, Kota Metro di kategorikan waspada karena tingkat rasionya 1,06 Rasio 0,90≤ r ≤ 1,14, sementara Kota Bandar Lampung di kategorikan
deficit karena rasionya 0,9, dengan demikian Kota Bandar Lampung perlu dilakukan intervensi untuk mendatangkan pangan dari luar wilayah. Untuk aspek pemanfaatan
pangan Provinsi Lampung memiliki prevalensi kurang energy protein sebesar 0,09 dengan kata lain semua Kabupaten di provinsi Lampung pada kondisi KEP dengan
status aman, sedangkan akses terhadap pangan, Provinsi Lampung masih dikategorikan provinsi miskin karena dari 2.160.454 KK terdapat 58,84 KK yang berstatus keluarga
pra sejahtera dan keluarga sejahtera I yang tersebar hampir di semua Kabupaten, hanya Kota metro dalam kondisi waspada.
Dari hasil penyusunan peta kerentanan dan ketahanan pangan FSVA di 196 kecamatan di bagi dalam 6 kelompok prioritas, yaitu : 3 kecamatan pada prioritas 3 1,5, 20
kecamatan pada prioritas 4 10,2, 147 kecamatan pada prioritas 5 75 dan 26 kecamatan pada prioritas 6 13,27. Kecatan prioritas 3, yaitu kecamatan Balik Bukit
Kabupaten Lampung Barat, Kecamatan Anak Tuha Kabupaten Lampung Tengah dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 45
kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan. Faktor utama penyebab tingginya kerentanan terhadap kerawanan pangan prioritas 3, yaitu :
a. Tingginya prosentase balita tinggi kurang stunting
b. Tingginya prosentase rumah tangga tanpa akses air bersih
c. Tingginya prosentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yangn
memadai d.
Tingginya jumlah rumah tangga yang tidak memiliki akses ke fasilitas kesehatan dalam jarak 5 km.
Berdasarkan permentan No. 65 tahun 2010 tentang standar pelayanan minimal salah satu indikatornya yaitu bahwasannya di setiap provinsi harus memiliki cadangan pangan
sebesar 200 ton pada tahun 2015, Di Provinsi Lampung pada tahun 2014 telah memiliki cadangan pangan pemerintah sebesar 206.609 ton, yang kemudian pada tahun 2014 di
salurkan ke Kabupaten Mesuji yang terkena bencana kebanjiran sebesar 50,04 ton. Sehingga cadangan pangan pemerintah pada Provinsi Lampung pada akhir tahun 2014
sebesar 156,569, sehingga pada tahun 2015 di rencanakan untuk pengadaan cadangan pangan sebesar 20 ton tetapi kemudian melalui APBD Perubahan berkurang menjadi
10.483 kg, dan tidak direalisasikan karena adanya surat dari bulog Nomor 38408010082015 tanggal 28 Agustus 2015 tentang perjanjian pengelolaan cadangan
pangan yang didalamnya antara lain berisi adanya kenaikan harga berdasarkan keputusan direksi perum bulog no. KD-199DK000072015 ditetapkan sebesar Rp.
8.790kg, dan kita diharuskan melakukan penyesuaian harga terhadap stock milik Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung yang di titipkan di gudang Bulog sebagai
kompensasi terhadap biaya penitipan dan perawatan barang. Dengan adanya surat tersebut Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung tidak merealisasikan
pengadaan cadangan pangan pemerintah yang akan dititipkan ke bulog, karena belum ditemukan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan surat
penyesuaian harga tersebut terhadap stock cadangan pangan pemerintah yang sudah dititipkan di bulog.
Dalam rangka pengembangan cadangan pangan, selain melalui cadangan pangan pemerintah diupayakan juga dari cadangan pangan yang ada di masyarakat yaitu
lumbung pangan masyarakat.Berdasarkan Undang-undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan menyatakan bahwa ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi
rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Peranan lumbung pangan di masa lalu lebih
bersifat sosial dan sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di musim paceklik.
Peranan lumbung ini pernah diupayakan untuk digantikan oleh kelembagaan alternatif dengan mengintegrasikan seluruh lembaga sosial pedesaan dalam suatu organisasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 46
modern. Namun kelembagaan alternatif tersebut ternyata mengalami kegagalan dan menyebabkan petani selalu berada dalam posisi lemah. Berdasarkan hasil penelitian
PSP-LP IPB tahun 2001, menunjukkan bahwa lumbung pangan pedesaan di beberapa daerah terbukti memiliki daya adaptasi yang lebih tinggi dari jenis-jenis lembaga
alternatif yang diintervensi dari luar. Lumbung pangan tersebut tidak hanya efektif dalam melayani kebutuhan pangan anggotanya pada saat krisis tetapi juga melayani
kebutuhan finansial anggotanya dari hasil pengelolaan lumbung. Revitalisasi kelembagaan perlu dilakukan melalui proses pemberdayaan secara
sistematis, utuh terpadu dan berkesinambungan sehingga mampu menjadi salah satu lembaga penggerak ekonomi pedesaan. Lumbung pangan adalah salah satu kelembagaan
yang ada di masyarakat yang telah lama berperan dalam pengadaan pangan terutama dalam musim paceklik. Upaya revitalisasi perlu dilakukan, mengingat 1 keberadaan
lumbung pangan pada akhir-akhir ini sudah semakin memudar seiring dengan kemajuan sistem perdagangan dan berkembangnya lembaga logistik formal pemerintah; 2
terjadinya reformasi peran BULOG pada tahun 1998, lumbung pangan dipandang sebagai salah satu solusi dalam menindaklanjuti berbagai logistik cadangan pangan di
pedesaan dan perkotaan; dan 3 terbatasnya anggaran pemerintah untuk membiayai program stabilisasi harga, sehingga lumbung pangan dipandang sebagai salah satu
alternatif untuk membantu mengatasi kekurangan pangandefisit pangan di musim paceklik, serta merosotnya harga pangan padi pada saat panen raya di wilayah sentra
produksi. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung sejak tahun 2011 melaksanakan kegiatan pengembangan cadangan pangan masyarakat, dan pada tahun
2015 pengembangan lumbung pangan masyarakat di targetkan untuk 5 lumbung dan terealisasi 5 lumbung yaitu :
1. Kelompok Lumbung Mekar Sari, desa Wonosari, Kecamatan Gunung Sugih,
Kabupaten Lampung Tengah 2.
Kelompok Tani Tunas Karya I, Desa Tanjung Pandan, Kecamatan Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah
3. Kelompok Tani Karya Makmur, Desa Tanjung Pandan, Kecamatan Bangun
Rejo, Kabupaten Lampung Tengah 4.
Kelompok Lumbung Mekar Sari, Desa Bala Rejo, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah
5. Kelompok Tani Harapan Jaya, Desa Tyas Bangun, Kecamatan Pabian,
Kabupaten Lampung Tengah. Pelaksanaan akses Pangan dilakukan di 3 kabupaten yaitu Kabupaten Lampung Barat,
Way Kanan, dan Lampung Timur.Kegiatan ini menggunakan metode sampling dalam pengambilan data, adapun kecamatan yang menjadi lokasi uji petik kegiatan monitoring
akses pangan adalah kecamatan Batu Ketulis, Banjit dan Marga Tiga. Secara umum
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 47
seluruh wilayah di kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Barat, Way Kanan dan Lampung Timur memiliki karakteristik yang relatif sama, dimana sebagian
wilayahnya berupa dataran tinggi yang bergelombang berupa lahan kering untuk perkebunan dan pertanian. Sedangkan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian
sebagai petani, nelayan, buruh perkebunan, buruh pertanian dan buruh bangunan. Disetiap Kabupaten dipilih 1 Kecamatan dan 2 Desa di pedesaan yang mewakili zona
penghidupan pertanian, yang masing-masing desa mewakili 2 desa urban dan rural. Adapaun desa yang dipilih yaitu :
1. Desa Bakhu dan Campang Tiga, Kecamatan Batu Ketulis Kab. Lampung Barat 2. Desa Pasar Banjit dan Simpang Asem, Kecamatan Banjit, Kabupaten Way Kanan.
3. Desa Jaya Guna dan Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Marga Tiga, Kabupaten Lampung Timur
Dari hasil pengolahan dan analisis data faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan di tingkat rumah tangga adalah distribusi pengeluaran, pengeluaran perkapita
dan konsumsi pangan rumah tangga.Hal ini diperkuat dengan hasil uji regresi menggunakan SPSS 16 windows yang menunjukkan bahwa distribusi pengeluaran,
pengeluaran perkapita dan konsumsi pangan rumah tangga berpengaruh langsung terhadap ketahanan pangan rumah tangga.
Dari hasil pengolahan dan analisis data diperoleh bahwa di desa Bakhu dan campang tiga memiliki ketahanan pangan yang buruk, faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu
distribusi pengeluaran dan konsumsi yang tinggi namun pendapatan yang diperoleh rumah tangga rendah. Desa Pasar Banjit dan Simpang Asem memiliki ketahanan pangan
yang sedang, hal ini disebabkan karena pengeluaran perkapita rumah tangga yang cukup baik, sedangkan desa Jaya Guna dan Tanjung Harapan memiliki ketahanan pangan yang
baik. Dalam pencapaian indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan ada
beberapa masalah, antara lain : a.
Pendapatan masyarakat masih rendah jika dibandingkan dengan kenaikan harga kebutuhan pangan secara umum
b. Pembinaan dan pemberdayaan kemandirian pangan pada desa rawan pangan dan
kelompok rawan pangan dihadapkan pada kendala sarana dan infrastruktur serta kemampuan tenaga pendamping dan penyuluh lapangan
c. Pola konsumsi pangan yang tidak seimbang
d. Akses pendidikan dan kesehatan yang belum merata
e. Adanya bencana alam, seperti kekeringan, kebanjiran dll
f. Pemberdayaan kelembagaan masyarakat khususnya pemberdayaan perempuan
belum seimbang.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 48
g. Pelaksanaan SKPG belum berjalan secara optimal dan hasil deteksi dini dari SKPG
kurang ditindaklanjuti h.
Belum bekerjanya tim investigasi di beberapa daerah Solusi
a. Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi programkegiatan lintas sektor di desa
rawan pangan b.
Pengurangan kemiskinan dan kerawanan pangan melalui pemberdayaan masyarakat dilakukan secara terencana, terpadu dan berkesinambungan oleh SKPD, instansi
vertical, LSM, perguruan tinggi dan stake holder lainnya. c.
Meningkatkan pendampingan pemberdayaan masyarakat rumah tangga miskin di desa rawan pangan
d. Permasalan di lapangan yang bersifat multi issue, multi sector, multi dimensional
diupayakan untuk diselesaikan bersama.
HARGA GABAH KERING PANEN
GKP
DI TINGKAT PRODUSEN DAN KOEFISIEN VARIASI PANGAN
BERAS DI TINGKAT KONSUMEN
Harga pangan
merupakan salah
satu indikator
yang dapat
menjelaskan kondisi ketahanan pangan suatu wilayah. Pengamatan terhadap kondisi harga
bahan pangan dapat berguna untuk berbagai hal seperti ketersediaan pasokan, permintaan,
kelancaran distribusi
pangan, kondisi
perdagangan di
pasar internasional,
dampak implementasi
kebijakan pemerintah,
daya beli
masyarakat, kesejahteraan
petaniprodusen, dsb.
Dengan menganalisis
informasi harga pangan, akan dapat dirumuskan kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan harga dan
ketahanan pangan. Realisasi pencapaian target sasaran stabilnya harga bahan pangan pokok di tingkat
produsen dan konsumen, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 29. Target dan Realisasi Capaian Indikator Harga Bahan Pangan Pokok di Tingkat Produsen dan Konsumen
No Indikator Kinerja
Capaian 2014
Tahun 2015 Target
Akhir Renstra
Capaian sd 2015
terhadap 2019
Target Capaian
1. 2.
Harga Gabah
Kering Panen
GKP di Tingkat produsen
Koefisien Variasi Pangan beras di
tingkat konsumen 3.557
HPP : 3.300
CV : 6 ≥ HPP
3.700
CV10 ≥ HPP
4.067
CV = 6 109,78
100 ≥ HPP
CV10 HPP tahun
2019 belum diketahui
100
3
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 49
Harga Gabah Kering Panen GKP di Tingkat Produsen Agar
kebijakan dapat
dirumuskan dengan
tepat dan
sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya, diperlukan adanya data dan informasi harga pangan yang akurat, tepat waktu, objektif dan konsisten, melalui rangkaian kegiatan
pemantauan, pengumpulan,
kompilasi, pengolahan
dan analisis
data. Mengingat besarnya implikasi ketersediaan informasi harga pangan terhadap
kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah, diperlukan upaya agar data harga pangan dapat tersedia dan dapat digunakan sebagai acuan dalam
perumusan kebijakan.Oleh
karena itu
diperlukan pedoman
sebagai acuan
pelaksanaan pengumpulan dan analis data harga pangan terutama bagi instansi yang terkait dengan ketahanan pangan di daerah.
Stabilitas pasokan dan harga merupakan indikator penting yang menunjukkan kinerja subsistem distribusi pangan. Stabilnya harga pangan sangat dipengaruhi beberapa aspek
antara lain kemampuan memproduksi bahan pangan, kelancaran arus distribusi pangan dan pengaturan impor pangan, misalnya beras dan kedelai.
Ketidakstabilan harga pangan dapat memicu tingginya harga pangan di dalam negeri sehingga aksesibilitas masyarakat terhadap pangan secara ekonomi akan menurun yang
pada akhirnya dapat meningkatkan angka kerawanan pangan. Situasi harga tahun 2015 pada tingkat produsen, grosir dan eceran di Provinsi Lampung
sebagai berikut :
Tabel 30. Data Harga Tingkat Produsen, Grosir dan Eceran di Provinsi Lampung Tahun 2015
Nama Bahan Pangan Harga Rata-Rata per Kg
Produsen Grosir
Eceran
Padi.Gabah - GKP
- GKPG - GKG
4.067 4.329
5.002 -
- -
- -
- Beras
- Premium - Medium
- Asalan 9.071
8.340 -
10.273 8.994
7.985 10.730
9.862 8.467
Kacang kedelai - Kering
6.268 8.661
9.862 Jagung pipilan kering
- Kering 2.854
4.076 4.882
Cabe - Merah Keriting
19.019 22.639
26.022 Bawang Merah
- Bawang Merah 14.676
19.039 23.392
Daging - Sapi di tingkat pemotong
- Sapi hidup tingkat peternak - Daging sapi murni
- Ayam broilerpotong -
- -
- 94.905
42.404 -
27.111 -
- 108.392
29.849 Telur
- Ayam ras -
18.437 20.276
Gula Pasir - Dalam NegeriLokal
- 11.070
11.985 Minyak Goreng
- -
11.365 Tepung Terigu
- -
7.592
Untuk indikator Harga Gabah Kering Panen GKP di Tingkat Produsen dilihat dari tabel diatas menunjukkan telah mencapai target, yaitu lebih tinggi dari harga pembelian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 50
pemerintah HPP. Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015, Harga HPP Tahun 2015 untuk Gabah kering Panen yaitu Rp. 3.700kg. Berdasarkan Panel harga yang dilakukan
dihasilkan harga gabah kering panen di produsen pada tahun 2015 di Provinsi Lampung mencapai Rp. 4.067kg atau lebih tinggi 9,92 dari harga pembelian pemerintah HPP.
Koefisien Variasi Pangan Beras di Tingkat Konsumen Koefisien variasi CV merupakan suatu ukuran variasi yang dapat digunakan untuk
membandingkan suatu distribusi data yang mempunyai satuan yang berbeda atau perbandingan antara simpangan baku dengan nilai rata-rata yang dinyatakan dengan
persentase. Dalam analisis harga koefisien variasi digunakan untuk mengetahui tingkat kestabilan harga, jika koefisien variasi semakin kecil, maka harga tersebut semakin
stabil, bila CV tersebut lebih besar dari target CV, maka harga komoditas tersebut tidak stabil. Kondisi kestabilan harga pangan tingkat eceran di Provinsi Lampung Tahun 2014
-2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 31. Kondisi Kestabilan Harga Pangan Tingkat Eceran tahun 2015 di Provinsi Lampung
No. Komoditas
Tahun 2015 Target CV
Realisasi CV Ket.
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. 10.
11. 12.
13. Jagung Pipilan Kering
Biji Kedelai Kering Beras Premium
Beras Medium Beras Termurah
Bawang merah Cabai Merah Keriting
Gula Pasir Lokal Daging Ayam Ras
Telur Ayam Ras Daging Sapi Murni
Tepung Terigu Minyak goreng
7 10
10 10
10 25
25
8 10
10 10
15 13
5 2
6 5
7
23 28
4 6
6 6
10 2
S S
S S
S S
TS S
S S
S S
S
Keterangan :CV : Koefisien Variasi S : Stabil
TS : Tidak Stabil
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa indikator Koefisien Variasi Pangan Beras di tingkat konsumen mencapai target yaitu CV 10. Dari Tabel diatas dapat
diketahui bahwa pada tahun 2015 harga beras baik yang kualitas premium, medium ataupun beras termurah dalam kondisi stabil, yang ditunjukkan dengan nilai CV 10.
Tabel 32. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun 2011 - 2015
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Target Nasional HPP Rp. 2.640
Rp. 3.300 Rp. 3.300
Rp. 3.300 Rp. 3.700
Target Renstra HPP Rp. 2.640
Rp.3.300 Rp. 3.300
Rp. 3.300 Rp. 3.700
Capaian Kinerja Rp. 3.010
Rp. 3.453 Rp. 3.350
Rp. 3.557 Rp. 4.067
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 51
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa harga gabah kering panen GKP di tingkat produsen dari tahun 2011
– 2015 sudah diatas harga pembelian pemerintah HPP. Dan pencapaian koefisien variasi pangan beras di tingkat konsumen jika dibandingkan
dengan target nasional dan target renstra dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 33. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun 2011 - 2015
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Target Nasional
CV 10 CV 10
CV 10 CV 10
CV 10 Target Renstra
CV 10 CV 10
CV 10 CV 10
CV 10 Capaian Kinerja
CV : 2 CV : 2
CV : 6 CV : 6
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung
Upaya yang dilakukan dalam mencapai target indikator harga gabah kering panen GKP di tingkat produsen dan koefiisien variasi pangan beras di tingkat konsumen yaitu
melalui kegiatan : a.
Pemberdayaan Gapoktan dalam rangka stabilisasi harga pangan b.
Alur distribusi pangan c.
Pemantauan dan pengendalian mobilitas pangan d.
Pembinaan manajemen kelembagaan Di wilayah sentra produksi pertanian khususnya padi dan jagung memiliki topografi
yang beragam, ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung sektor tersebut produksi, pengolahan, dan penyimpanan bervariasi dari satu wilayah dengan wilayah
lain, waktu panen yang tidak bersamaan di beberapa wilayah, dan iklim yang kurang mendukung pada saat tanam maupun panen raya sehingga petani, kelompok tani
maupun gabungan kelompok tani selalu dihadapkan pada berbagai masalah : -
Keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan, pendistribusianpemasaran
- Posisi tawar petani yanng rendah pada saat panen raya yang bersamaan dengan
datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya dengan harga rendah kepada para pelepas uang pedagang perantara
- Keterbatasan akses pangan beras saat paceklik yang disebabkan karena tidak
memiliki cadangan pangan yang cukup. Dampak dari ketidakberdayaan petani, poktan dan gapoktan dalam mengolah,
menyimpan dan mendistribusikanmemasarkan hasil produksinya dapat menyebabkan : -
Ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat terjadi panen raya
- Kekurangnya pangan pada saat musim paceklik
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 52
Guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani, kelompok tani, gapoktan di daerah sentra produksi padi dan jagung, pemerintah melalui Kementerian pertanian cq
Badan Ketahanan Pangan, sejak tahun 2009 telah mengalokasikan dana APBN untuk memperkuat modal dan kemampuan gapoktan sehingga mempunyai akses terhadap
pangan melalui kegiatan penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat Penguatan- PLDPM. Dan melalui Dana APBD di lakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi
terhadap gapoktan PLDPM yang telah mendapat bantuan modal melalui dana APBN. Dalam pembinaan, monitoring dan evaluasi didapatkan hasil sebagai berikut :
Kegiatan PLDPM di Provinsi Lampung telah dimulai sejak tahun 2009, dan sampai dengan tahun 2015 ini sudah berjumlah 106 Gapoktan, total dana yang sudah
dimanfaatkan oleh gapoktan sebesar Rp. 22.800.000.000,-. Dari hasil evaluasi di dapatkan hasil bahwa Dana PLDPM yang mengalami perkembangan berasal dari unit
distribusipemasaran sebesar Rp. 21.150.000.000,- dan mengalami perkembangan sebesar 8,87 menjadi Rp. 21.388.444.193,-. Untuk kegiatan pada unit cadangan
pangan setiap gapoktan memiliki stok cadangan pangan dibutuhkan pada saat paceklik atau pada saat tidak ada panen, saat ini total cadangan pangan berjumlah 286.145,3 kg
GKG dan setiap tahun mengalami perkembangan rata-rata 6,89 dibandingkan tahun lalu sebesar Rp. 268.411,5 kg GKG.
Dari hasil evaluasi di ketahui beberapa permasalahan-permasalahan yang dihadapi, antara lain :
a. Unit DistribusiPemasaran
- Jaringan pemasaran gapoktan belumkurang luas, masih sebatas antar desakecamatan
- Persaingan dengan tengkulak, dimana tengkulak dapat meminjamkan modal pada saat akan tanam
- Masih ada gapoktan yang takut melakukan kegiatan transaksi yang berulang- ulang karena takut pada saat diperiksa tidak ada gabahberas digudang
- Masih ada petani yang nakal dalam menjual hasilnya kepada gapoktan yaitu mencampur gabah kering dengan gabah basah
- Masih ada gapoktan yang belum memahami kegiatan tutup buku akhir tahun oleh tim pembina
- Banyak pendamping yang tidak aktif terlibat dalam kegiatan jaringan pemasaran gapoktan
b. Unit Cadangan Pangan
- Masih ada anggota yang sulit mengembalikan cadangan pangan dikarenakan merasa bahwa bantuan yang diberikan tidak untuk dikembalikan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 53
- Anggota kesulitan mengembalikan dikarenakan tidak panenpuso pada saat pengembalian.
Dengan adanya kegiatan pemberdayaann gapoktan ini, daya beli kelompok tani terhadap hasil produksi kelompoknya semakin meningkat karena adanya bantuan modal
dari pemerintah, Dengan semakin meningkatnya daya beli kelompok terhadap hasil produksi kelompoknya sehingga diharapkan harga tetap stabil baik pada saat panen raya
ataupun pada saat musim paceklik dan harga bisa diatas harga pembelian pemerintah HPP, harga tidak lagi dipermainkan oleh tengkulak, yang biasanya pada musim panen
raya harga jual turun dan pada saat paceklik harga naik, hal ini sangat merugikan petani. Dan diharapkan melalui kegiatan pemberdayaan gapoktan ini gabungan kelompok
tanikelompok tani sudah mulai berorientasi ke bisnis. Dilema yang belum teratasi dalam berproduksi bahan pangan adalah ketergantungan
pada alam musim dan antisipasi pemasaran . Dengan ketergantungan yang tinggi pada ketersediaan air hujan dan pemasaran menghadapi hari-hari besar, makan sebagian
besar sentra produksi pangan mengikuti pola tanam serempak yang berarti juga mengalami pola panen serempak. Jika panen serempak berlangsung di wilayah yang
luas, maka disebut dengan musim panen raya. Pada saat dilema panen raya, volume hasil panen yang dijual ditingkat petani jauh melebihi permintaan , akibatnya para petani
mengahadapi harga jual yang rendah . Pada usaha tani padi, harga gabah ditingkat petani umumnya berada di bawah Harga Pembeli Pemerintah HPP dan harga panen asal
temakikan di tingkat petani kadang-kadang berada di bawah harga biaya produksi. Sebaliknya, pada musim paceklik ketersediam pangan di tingkat produsen petani
sengat rendah sehingga tingkat harga cukup tinggi. Dampak ketajaman fluktuasi tersebut sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani, yang pada giliranya juga berdampak
pada tingginya resiko ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani. Lemahnya daya Tawar petani sangat dipengaruhi oleh tersedianya modal usaha, tingkat penerapan
teknologi pasca panen , ketersediaan sarana dan prasarana pasca panen, serta kondisi prasarana angkutan. Oleh sebab itu, karena alasan, Cash Flow, petani pada umumnya
segera menjual basil produksinya setelah panen, tanpa melalui proses pengolahan dan penyimpanan terlebih dahulu.
Salah satu upaya untuk mengurangi fluktuasi harga dan over suplay hasil pertanian pada saat panen raya adalah dengan mengembangkan modal sistem tunda jual yang sesuai
dengan kondisi lokal spesifik . pengembangan modal sistem tunda jual di daerah sentra produksi pangan bertujuan untuk memperkuat permodalan kelompok tani yang selama
ini masih menjadi kendala besar di Provinsi Lampung diharapkan melalui kegiatan ini maka posisi tawar dan nilai jual produk pertanian akan meningkat. Dengan demikian,
sasaran untuk meningkatkan pendapatan petani dan ketahanan pangan daerahrumah tangga dapat terealisasi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 54
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung telah melaksanakan kegiatan pengembangan sistem tunda jual mulai tahun 2009 sampai tahun 2014 di 7
kabupatenkota Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur, Tanggamus , Pringsewu , Pesawaran, dan Kota Bandar Lampungdengan jumlah binaan 40 poktan.
Bantuan yang diberikan setara dengan 171.832 kgGKG. Untuk kebutuhan kegiatan ini selain diberi bantuan gabah sebagai modal perlu juga dilakukan pemberdayaan SDM
dan kemampuan manajemen kelembagaan, sehingga pada tahun 2015 ini perlu dilaksanakan pembinaan manajemen pengelolaaan kelembagaan kelompok terhadap 40
gapoktan tundajual.Tujuan dari Kegiatan Pembinaan Manajemen Kelembagaan adalah : a.
Meningkatkan kemampuan manajemen pemasaran kelompok tani, agar posisi tawar dan nilaijual produk petani mampu meningkatkan pendapatan keluarga .
b. Meningkatkan administrasi kelompok pembukuan, pelaporan.
c. Meningkatkan pendapatan petani, kelompok tani melalui penguatan modal usaha
dan menumbuhkembangkanjiwa wirausaha dibidang pertanian. Pencapaian indikator harga gabah kering panen GKP di tingkat produsen dan koefisien
variasi harga pangan beras di tingkat konsumen pada tahun 2015 ini telah memenuhi target, baik itu target di perjanjian kinerja, target di Renstra maupun target nasional.
Dalam pencapaian target indikator Harga gabah kering panen GKP di tingkat Produsen dan indikator koefisien variasi harga pangan beras di tingkat konsumen menemui
beberapa masalah di antaranya : 1.
Ketidakstabilan harga dan rendahnya efisiensi system pemasaran hasil-hasil pangan merupakan kondisi yang kurang kondusif bagi produsen dan konsumen pangan
khususnya pada saat panen raya, pada musim paceklik dan hari-hari besar disebabkan karena lemahnya disiplin dan penegakan peraturan untuk menjamin siste
pemasaran yang adil dan bertanggungjawab, terbatasnya fasilitas perangkat keras dan lunak untuk mendukung transparansi informasi pangan dan terbatasnya
kemampuan teknis petugas dan pelaku pemasaran. 2.
Distribusi pangan yang tidak merata, sarana dan prasarana kurang memadai serta terjadinya bencana alam
3. Modal yang dimiliki oleh gapoktan masih kecil sehingga sering kalah bersaing
dengan para tengkulak 4.
Gapoktan belum memiliki wawasan dan keahlian dalam menjalin kemitraan, baik dengan pihak perbankan maupun pihak swasta
5. Pola pikir anggota gapoktan belum ke arah bisnis dalam menjalankan usahanya
6. Kualitas SDM yang masih kurang
7. Gapoktan belum menguasai pembukuan sehingga rata-rata administrasi masih
berantakan Solusi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 55
1. Peningkatan peran pelaku usaha dalam perdagangan dan jasa pemasaran serta
pemerintah pusat maupun daerah dalam memfasilitasi prasarana umum distribusi serta pengaturan agar proses distribusi pangan terselenggara secara teratur, adil dan
bertanggung jawab. Begitu juga peran masyarakat baik bersifat individu skala kecil, usaha kelompokkoperasi hingga perusahaan besar dalam pengembangan usaha
distribusi di bidang jasa, pemasaran, pengangkutan, pengolahan dan penyimpanan perlu terus di tinngkatkan
2. Koordinasi dalam perumusan kebijakan distribusi pangan, penyempurnaan program
dan kegiatan dalam pengembangan sistem distribusi melalui peningkatan pemantauan dan analisa harga pangan serta pengembangan kelembagaan distribusi
pangan masyarakat serta peningkatan akses pangan. 3.
Pendampingan ke Gapoktan dalam menyusun pembukuan dan menjalin kemitraan agar usahanya lebih berkembang
4. Merubah pola pikir anggota gapoktan agar berorientasi kea rah bisnis melalui
pelatihan dan pendampingan 5.
Meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan dan bimtek
P
ENINGKATAN
P
RODUK
P
ANGAN SEGAR YANG TERSERTIFIKASI
Target indikator peningkatan produk pangan segar yang bersertifikasi pada tahun 2015 sebesar 10 dan terealisasi 3,16 atau 31,6. Secara rinci di sajikan pada tabel di
bawah ini :
Tabel 34.Target dan Realisasi Capaian Indikator Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
No Indikator Kinerja
Tahun 2015 Target Akhir
Renstra Capaian sd
2015 terhadap 2019
Target Capaian
1.. Persentase Peningkatan
Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
10 7,4
74 10
74
Realisasi pencapaian kinerja indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi baru mencapai 74 dari yang ditargetkan. Target renstra dan target
nasional untuk indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi adlah 10, pada tahun 2014 peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi belum dijadikan
indikator kinerja, baru tahun 2015 dijadikan indikator. Peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 56
Tabel 35. Pelaku Usaha dan Kebun yang sudah Teregister sudah Tersertiifikasi
Tahun Jumlah Kebun dan
lahan usaha yang sudah Teregister
Jumlah kebun dan lahan usaha yang sudah tersertifikasi
Presentase Tahun 2014
Tahun 2015 55
75 26
41 47,27
54,67
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi dari tahun 2014 sampai tahun 2015 baru mencapai 7,4 atau 74 dari
yang ditargetkan yaitu 10. Upaya yang dilakukan dalam peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi yaitu
dengan cara merubah pola pikir petani dengan cara sosiallisasi atau pelatihan pelatihan dan bimbingan teknis tentang cara untuk menghasilkan produk yang aman. Dalam
upaya meningkatkan daya saing produk agribisnis dalam perdagangan domestik dan internasional, penerapan sistem jaminanmanajemen mutu dan keamanan pangan produk
food safety agribisnis terutama untuk produk segar adalah sanngat penting dan menjadi satu keharusan, sehingga Petanipelaku usaha dituntut menjalankan proses produksi
yang baik, yang berujung pada penerapan
Hazard analysis critical control point HACCP
, selain hal tersebut, untuk dapat melakukan penanganan keamanan pangan segar dengan benar diperlukan pengenalan teknologi penanganan keamanan pangan
segar sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pengawasan dan pembinaan. Bentuk jaminan mutu produk hasil pertanian adalah sertifikasi jaminan mutu dan atau label yang
menyatakan kesesuaian produk terhadap standar nasional Indonesia SNI atau standar lain yang diacu. Untuk mendapatkan sertifkat jaminan mutu dan keamanan pangan,
petanipelaku usaha harus menerapkan system jaminan mutu dan mengajukan permohonan sertifikat ke lembaga sertifikasi terkait seperti Otoritas Kompeten
Keamanan Pangan Daerah OKKP-D yang ada di Badan Ketahanan Pangan Da
erah
Provinsi Lampung. Dalam pencapaian target indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi
sebesar 10 ini agak mengalami kesulitan dikarenakan beberapa faktor, yaitu : 1.
Dari segi pelaku usaha Dari pelaku usaha ini masih banyak pelaku usaha yang belum memahami tentang
tata cara pengajuan sertifikasi baik sertifikasi prima 3 maupun prima 2 dan belum memahami nilai tambah yang akan diperoleh atas produk yang sudah
bersertifikatteregistrasi sehingga perlu kerja keras dari OKKP-D untuk mensosialisasikan tata cara pengajuan sertifikatregistrasi dan merubah pola pikir
petanipelaku usaha untuk menghasilkan produk yang aman yang mungkin selam ini kurang dipahami dan kurang diperhatikan
2. Dari segi konsumen
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 57
Belum adanya tuntutan dari konsumen agar produk memilliki sertifikasi sehingga pelaku usaha belum begitu memperhatikan dan menganggap penting sertifikat
untuk produk pangan segar asal tumbuhan yang dihasilkannya. 3.
Dari segi pasar Pasar belum menghargai sertifikatregistrasi yang dimiliki oleh petanipelaku usaha,
dipasaran harga produk pertanian baik yang bersertifikat maupun yang tidak memiliki sertifikat tidak ada bedanya, hal ini menjadi salah satu sebab petani
enggan untuk mengajukan sertifikasi atas produk pangan segar yang dihasilkannya. Menghadapi kendala
– kendala dilapangan seperti ini maka UPT melakukan bebrapa upaya, diantaranya yaitu melakukan bimbingan teknis tentang penerapan mutu dan
keamanan pangan, melakukan surveilen terhadap produk yang sudah memiliki sertifikat agar tetap konsisten menerapkan mutu dan keamanan pangan dalam budidaya produk
pangan segarnya, melakukan sosialisasi tentang manfaat sertifikasi dan registrasi produknya, dan juga melakukan pameran untuk produk produk yang sudah disertifikasi
dan registrasi agar lebih dikenal di masyarakat sehingga akan menaikkan nilai jualnya. Masalah yang dihadapi dalam pencapaian indikator peningkatan produk pangan segar
yang tersertifikasi, antara lain : 1.
Konsumen belum menuntut produk yang bersertifikat maupun yang teregister 2.
Petanipelaku usaha belum memahami nilai tambah yang dapat diperoleh atas produk yang telah bersertifikatteregister
3. Sistem pemasaran belum menghargai mutu sertifikasiregistrasi yang dimiliki oleh
petanipelaku usaha 4.
Pasar modern belum menuntut produk segar yang bersertifikatteregistrasi Solusi pemecahan masalah sebagai berikut :
1. Melakukan edukasi konsumen retailer, supplier, dan konsumen akhir untuk lebih
menghargai mutu dan keamanan pangan melalui berbagai media massa secara intensif
2. Melakukan rintisan kerjasama dengan supplier, pasar modern, eksportir dalam hal
pemasaran produk segar bersertifikatteregistrasi 3.
Memperkuat infrastruktur penerapan dan sertifikasiregistrasi 4.
Meningkatkan kepedulian stakeholder tentang pentingnya sertifikasiregistrasi dalam rangka peningkatan keamanan, mutu dan daya saing produk hortikultura.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 58
PERSENTASE MENINGKATNYA
K
EAMANAN PANGAN SEGAR
Untuk mendukung kebijaksanaan pusat, Pemerintah Provinsi Lampung telah menerbitkan Peraturan Gubernur Lampung No. 36 Tahun 2013 tentang Sistem
Keamanan Terpadu Provinsi Lampung dan adanya Surat Keputusan Gubernur Lampung No. G564II.06HK2015, tanggal 2 Desember 2015 tentang Pembentukan Tim
Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi Lampung merupakan revisi dari Surat Keputusan Gubernur Lampung Nomor G744II.05HK2013 tanggal 30
September 2013 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dengan menambahkan tim pelaksana pengawasan terhadap
bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan. Penanganan Keamanan Pangan Segar dilakukan melalui Pemantauan dan Pengawasan oleh Petugas Badan Ketahanan
Pangan Daerah Provinsi Lampung bersama sama dengan Tim Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.
Realisasi pencapaian sasaran meningkatnya pengawasan mutu dan keamanan pangan segar, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 36. Target dan Realisasi Capaian Indikator Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang Diuji
No Indikator Kinerja
Capaian 2014
Tahun 2015 Target Akhir
Renstra Capaian
sd 2015 terhadap
2019 Target
Capaian 1.
Persentase Tingkat Keamanan Pangan
Segar Uji Lab 80,43
80 dibawah ambang batas
91,39 114,24 80 dibawah
ambang batas 114,24
Dalam rangka pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, pada tahun 2015 tim koordinasi jejaring keamanan pangan daerah Provinsi Lampung melakukan
inspeksi mendadak SIDAK ke pasar tradisional dan pasar modern. Sidak dilaksanakan dalam rangka hari besar keagamaan yaitu menjelang hari raya idul fitri 1436 H serta
menjelang hari raya natal tahun 2015 serta saat adanya issue ketidakamanan pangan yang beredar di masyarakat.
Dari hasil pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, di dapatkan hasil tingkat keamanan pangan segar di Provinsi lampung mencapai 91,39 dari target 80.
Meskipun dari uji cepat dan uji laboratorium menunjukkan ada beberapa sampel yang mengandung bahan berbahaya seperti Formalin, borak, residu pestisida dan lain lain tapi
kadarnya masih di bawah ambang batas, sehingga masih aman untuk di konsumsi. Indikator keamanan pangan segar uji lab pada tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan
Daerah menargetkan 80 dan terealisasi 91,39. Upaya Badan Ketahanan Pangan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 59
Daerah Provinsi Lampung dalam mewujudkan keamanan pangan segar antara lain melalui kegiatan :
a. Bimtek mutu dan keamanan pangan
b. Pemantauan, pengawasan dan pengendalian mutu keamanan pangan segar
c. Peningkatan, penerapan standar mutu BMR Batas Maksimum Residu
d. Pengembangan jejaring keamanan pangan dan promosi keamanan pangan segar
Masalah keamanan pangan tidak dapat diselesaikan oleh satu institusi saja, tetapi merupakan tugas bersama antara institusi dan stake holder dengan membentuk jejaring
kerja Networking yang berjalan secara efektif dan efisien. Keamanan pangan menjadi sangat penting mengingat bahwa pada saat ini tuntutan akan mutu dan keamanan pangan
oleh masyarakat dan dunia semakin tinggi. Permasalahan dalam penanganan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung pada
tahun 2015 ini adalah terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan pangan, masih rendahnya kesadaran masyarakat produsenpetanipedagangkonsumen tentang
keamanan pangan, kurangnya monitoring yang terintegrasi antara instansi yang berwenang. Dari permasalahan tersebut tindak lanjut yang diharapkan berupa pengadaan
pelatihan atau bimtek untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas petugas pengawas serta meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pengawas keamanan pangan,
koordinasi dan sinkronisasi dalam wadah jejaring keamanan pangan serta menggiatkan sosialisasi dan promosi keamanan pangan secara berkesinambungan. Jejaring keamanan
pangan daerah menjadi kunci kesuksesan program keamanan pangan di daerah, oleh karena itu memerlukan upaya penguatan berupa penguatan aspek legalitas, mengaktivasi
fungsi-fungsi jejaring keamanan pangan daerah JKPD dan mengintegrasikan program yang ada di daerah.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 60
TABEL 37. REKAP HASIL UJI CEPAT FORMALIN, BORAKS, METHYL YELLOW, PESTISIDADAN RHODAMIN B DAN UJI LABORATORIUM PROV. LAMPUNG TH. 2015 No.
Kabupaten Jenis uji
Jumlah Sampel yang
Diuji Hasil Uji
Jumlah Komoditi
Asal Komoditi Negatif
Positif Terdeteksi
Aman dikonsumsi
1 Lampung Barat
Formalin 5
5 4
Buah dan Sayur Pasar Liwa dan Pasar Hamtobio
Pestisida 11
9 2
11 Buah dan Sayur
Pasar Liwa dan Pasar Hamtobio 2
Pringsewu Formalin
13 12
1 12
Buah dan Sayur Pagelaran, Pasar Pringsewu dan Pasar Gading Rejo
Rhodamin B 1
1 Buah dan Sayur
Pasar Gading Rejo Pestisida
20 14
6 19
Buah dan Sayur Pagelaran, Pasar Pringsewu dan Pasar Gading Rejo
3 Tanggamus
Formalin 5
4 1
4 Buah dan Sayur
Sumberrejo dan Pasar Talang Padang Pestisida
16 13
3 15
Buah dan Sayur Sumberrejo dan Pasar Talang Padang
4 Pesawaran
Formalin 5
5 5
Buah dan Sayur Pasar Wiyono, Tegineneng, dan Pasar Gedong Tataan
Pestisida 21
19 2
20 Buah dan Sayur
Pasar Wiyono, Tegineneng, dan Pasar Gedong Tataan 5
Tulang Bawang Formalin
4 4
4 Buah dan Sayur
Pasar Menggala Pestisida
5 4
1 5
Buah dan Sayur Pasar Menggala
6 Metro
Formalin 10
9 1
9 Buah dan Sayur
Pasar Tejo Agung Pestisida
3 2
1 2
Buah dan Sayur Pasar Tejo Agung
7 Bandar Lampung
Formalin 16
13 3
13 Buah dan Sayur
Pasar tradisional dan pasar modern Bandar Lmpung Bktr Listeria m
2 2
Apel Gala Royal, Granny Smith
Hypermart Bandar Lampung 8
Lampung Timur Formalin
10 10
10 Buah dan Sayur
Pasar Pekalongan dan Pasar Batang Hari Rhodamin B
1 1
1 Buah dan Sayur
Pasar Pekalongan dan Pasar Batang Hari Pestisida
3 2
1 3
Buah dan Sayur Pasar Pekalongan dan Pasar Batang Hari
9 Lampung Selatan
Formalin 6
3 2
3 Buah dan Sayur
Desa Pancasila dan Pasar Natar Pestisida
6 4
2 6
Buah dan Sayur Desa Pancasila dan Pasar Natar
10 Lampung Tengah
Formalin 7
7 7
Buah dan sayur Desa Karang Endah dan Pasar Bandar Jaya
Pestisida 7
5 2
7 Sayuran dan Buah
Desa Karang Endah dan Pasar Bandar Jaya
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 61
11 Lampung Utara
Pestisida 10
5 5
9 Buah dan Sayur
Pasar Pagi Lampung Utara Formalin
Sayuran dan Buah Pasar Pagi dan Pasar Buah Stasiun Kotabumi
12 Way Kanan
Formalin 3
3 3
sayuran dan Buah Pasar Baradatu
Pestisida 7
5 2
7 Buah dan Sayur
Pasar Baradatu 13
Tulang Bawang Barat Pestisida
11 10
1 11
Buah dan Sayur Pasar Panaragan Jaya
Formalin 6
6 6
Sayuran dan Buah Pasar Panaragan Jaya
14 Mesuji
Pestisida 8
7 1
7 Sayuran dan Buah
Pasar Brabasan Formalin
9 8
1 8
Sayuran dan Buah Pasar Brabasan
15 Pesisir Barat
Pestisida 8
6 2
8 Sayuran dan Buah
Pasar Way Batu Krui Formalin
5 4
1 4
Sayuran dan Buah Pasar Way Batu Krui
Jumlah 244
199 44
223
Persentase 100
81,56 18,03
91,39
Ket; Telah dilakukan Uji Lab.terhadap anggur, hasil positif formalin
Telah dilakukan uji Laboraturium pestisida, hasilnya beberapa komoditi positif terdeteksi pestisida, namum masih dibawah batas maksimum residu BMR Masih aman untuk dikonsumsi Telah dilakukan uji Lab bakteri Listeria monocitogenes, hasilnya positif
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 62
Permasalahan : 1.
Terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan pangan 2.
Masih rendahnya kesadaran masyarakat produsenpetanipedagangkonsumen tentang keamanan pangan
3. Kurangnya monitoring yang terintegrasi antara instansi yang berwenang.
4. Belum tersedianya laboratorium pengujian mutu dan keamanan pangan
Solusi : Beberapa solusi dalam menangani permasalahan keamanan pangan segar di Provinsi
Lampung, Badan Ketahanan pangan Daerah, antara lain : 1.
Penguatan kelembagaan keamanan pangan segar termasuk penguatan SDM 2.
Pengawasan keamanan pangan segar, termasuk pengambilan sampel keamanan pangan segar
3. Promosi dan sosialisasi keamanan pangan segar
4. Penguatan koordinasi lintas sektor, baik instansi pemerintah daerah maupun vertical
yang terkait dengan penanganan keamanan pangan dengan membentuk tim koordinasi jejaring keamanan pangan daerah
5. Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penanganan mutu dan
keamanan pangan baik dari segi aturan maupun sarana pendukung seperti pembangunan sarana dan prasarana untuk laboratorium.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung
Page 63
3.3 Realisasi Anggaran Kinerja Tahun 2015