PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KECERDASAN LINGUISTIK TERHADAP KEMAMPUAN APRESIASI CERPEN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 16 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KECERDASAN LINGUISTIK TERHADAP KEMAMPUAN APRESIASI

CERPEN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 16 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

T E S I S

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh :

EVY OKTOVINA GURNING NIM. 8136122014


(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KECERDASAN LINGUISTIK TERHADAP KEMAMPUAN APRESIASI

CERPEN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 16 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

T E S I S

Disetujui Untuk Melakukan Ujian Mempertahankan Tesis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh

EVY OKTOVINA GURNING NIM. 8136122014

Menyetujui, Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd. Prof. Dr. Busmin Gurning, M.Pd. NIP. 19600705 198601 1 001 NIP. 19590713 198601 1 001

Diketahui:

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd. NIP. 19600705 198601 1 001


(3)

(4)

(5)

(6)

i

ABSTRACT

EVY OKTOVINA GURNING. NIM. 8136122014. The Effect Model Cooperative Learning and Linguistic Intelligence for Appreciation Short Story in Class X student of SMAN 16 Medan Academic Year 2014/2015. Thesis. Graduate Program, State University of Medan.

This study aims are to determine: (1) the ability of appreciation of short stories taught by using cooperative learning model group investigation is higher than the appreciation of the ability of short stories taught by higher cooperative learning model types think pair share; (2) the ability to appreciate short stories that have high linguistic intelligence is higher than the ability to appreciate short stories with low level of linguistic intelligence; and (3) there is an interaction between the use of cooperative learning and linguistic smart on intelligence to appreciate short stories. The population in this study were all students at SMAN 16 Medan, in 6 classes. The sample were randomly assigned using cluster sampling method, by taking two classes with the number of each class of 40 student. The research method used quasi-experimental research. Instruments used in this research are to test the ability to early short stories. Analysis of the data used was the 2 × 2 factorial ANOVA result reveabled: (1) there are differences in the ability of students' appreciation of the short story class cooperative learning model group investigation with the ability appreciation stories graders cooperative learning model Think Pair share with Fcount> Ftable(8.666 > 3.96); (2) there are differences in the ability of appreciation of stories of students who have high linguistic intelligence with the ability appreciation of stories of students who have a low linguistic intelligence with Fcount > Ftable (81.373 > 3.96); and (3) there is an interaction between the learning model and ability early appreciation of the ability of a short story by Fcount> Ftable (4.110 > 3.96). The results obtained are expected to provide information for teachers and schools to use cooperative learning model type group investigation in improving students' ability of appreciation of the short story. In addition it needs improvement of linguistic in the classroom.


(7)

ABSTRAK

EVY OKTOVINA GURNING. NIM. 8136122014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan Linguistik terhadap Kemampuan Apresiasi Cerpen Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 16 Medan Tahun Pelajaran 2014/2015. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kemampuan apresiasi cerpen yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation lebih tinggi daripada kemampuan apresiasi cerpen yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share; (2) kemampuan apresiasi cerpen yang memiliki tingkat kecerdasan linguistik tinggi lebih baik daripada kemampuan apresiasi cerpen yang memiliki tingkat kecerdasan linguistik rendah; dan (3) interaksi antara penggunaan model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik terhadap kemampuan apresiasi cerpen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMA Negeri 16 Medan yang berjumlah 6 kelas. Sampel dalam penelitian ini ditentukan secara acak dengan teknik cluster sampling, dengan mengambil 2 kelas dengan jumlah tiap kelas 40 anak. Metode penelitian menggunakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan apresiasi cerpen dan angket kecerdasan linguistik. Analisis data yang digunakan adalah ANAVA Faktorial 2 × 2. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh: (1) terdapat perbedaan kemampuan apresiasi cerpen siswa kelas model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan kemampuan apresiasi cerpen siswa kelas model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan Fhitung > Ftabel (8,666 > 3,96); (2) terdapat perbedaan kemampuan apresiasi cerpen siswa yang memiliki kecerdasan linguistik tinggi dengan kemampuan apresiasi cerpen siswa yang memiliki kecerdasan linguistik rendah dengan Fhitung> Ftabel(81,373 > 3,96); dan (3) ada interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan linguistik terhadap kemampuan apresiasi cerpen dengan Fhitung> Ftabel (4,110 > 3,96). Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan memberikan informasi bagi guru dan sekolah untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam meningkatkan kemampuan apresiasi cerpen siswa. Selain itu perlu ditingkatkan kecerdasan linguistik siswa dalam pembelajaran di kelas.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah kehadirat Allah SWT, berkat limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis ini di buat untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat bantuan, masukan-masukan serta saran dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Kiranya bantuan, masukan-masukan serta saran yang diberikan akan dibalas Allah SWT dengan kebajikan yang berlipat ganda.

Rasa terimakasih tiada terhingga penulis ungkapkan pada Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd. sebagai Pembimbing I dan Prof. Dr. Busmin Gurning, M.Pd. sebagai Pembimbing II, yang telah begitu banyak memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis. Begitu juga rasa terima kasih penulis sampaikan pada Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd., Prof. Dr. Binsar Panjaitan, M.Pd., dan Dr. Abdurahman Adisyahputera, M.Pd, sebagai narasumber yang begitu banyak memberikan arahan dan masukan dalam rangka menyelesaikan tesis ini dengan sebaik-baiknya.

Tak lupa rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta seluruh staff yang memberikan fasilitas belajar ketika penulis dalam studi,

2. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd., Selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan beserta staff yang banyak memberikan kontribusi dalam menyelesaikan studi penulis,

3. Seluruh teman angkatan XXIII/B1 Prodi Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan: Sabrina, Novita, Nova, Sulastri, Andi, Budiman, Yodia, Annisa, Sulis, Theodora, Fuzie, Lia, Herlin, Roida, Hevy, Suriwati, Dian, Etsas, Ashima yang senantiasa dalam suka dan duka terus bekerja sama dengan penulis dalam menyelesaikan studi,


(9)

4. Dra.Hj. Sri Irawati, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 16 yang telah memberikan motivasi dan dukungannya selama penulis duduk di bangku perkuliahan dan dalam melakukan penelitian.

5. Drs. Hasbi Mansyur, MM. dan Wahidah Ramadhani, S.Pd. selaku guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 16 Medan yang telah membantu penulis dalam penelitian.

6. Ayahanda tercinta H. Albinus Gurning (Alm), Ibunda Hj. Dermawan Siregar sosok yang memberikan teladan, kakanda dan seluruh adinda: Ir. Hj. Masta Juwita Gurning, MM., Srie Dara Rezeki Gurning, H. Dedy Gurning, ST., Safrul Kalkautsar Gurning, SE., yang senantiasa memberikan motivasi serta doa dalam menyelesaikan studi penulis.

7. Sahabatku Dra. Zulkaedah Panggabean yang selalu menemaniku disaat susah dan senang.

8. Kekasih hatiku Teguh Imanto, yang menetap di hatiku selalu...

9. Ananda tersayang M. Rizky Munthazir Sirait yang memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan studi tepat waktu.

Terima kasih yang tiada terhingga dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridho atas apa yang telah dan akan kita kerjakan. Amin.

Medan, Agustus 2015 Penulis,

Evy Oktovina Gurning NIM. 8136122014


(10)

v

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRACT... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Pembatasan Masalah ... 12

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian... 13

F. Manfaat Penelitian... 13

BAB II. KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 16

A. Kajian Teoretis ... 16

1. Kemampuan Apresiasi Cerpen ... 16

2. Model Pembelajaran Kooperatif... 27

3. Kecerdasan Linguistik ... 41

B. Penelitian yang Relevan ... 45

C. Kerangka Berpikir ... 46

D. Pengajuan Hipotesis ... 56

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 57

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 57

B. Populasi dan Sampel... 57

C. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ... 58

D. Metode dan Rancangan Penelitian ... 60

E. Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan ... 61

F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrrumen Penelitian... 67

G. Teknik Analisis Data ... 75

H. Hipotesis Statistik... 78

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 79

A. Deskripsi Data Penelitian ... 79

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data... 91


(11)

D. Pembahasan Hasil Penelitian... 103

E. Keterbatasan Penelitian ... 116

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 118

A. Simpulan... 118

B. Implikasi... 119

C. Saran... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 122


(12)

vii

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal.

1.1. Hasil Rata-Rata Nilai Apresiasi Cerpen Tahun Ajaran 2009/2010

s/d 2012/2013 pada SMA Negeri 16 Medan... 5

2.1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif ... 29

2.2. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ... 39

3.1. Jumlah Siswa Kelas X SMA Negeri 16 Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015... 57

3.2. Sampel Penelitian... 58

3.3. Rancangan Penelitian Desain Faktorial 2 x 2... 61

3.4. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Apresiasi Cerpen ... 69

3.5. Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Linguistik ... 70

4.1. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigation... 79

4.2. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share... 81

4.3. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen pada Kecerdasan Linguistik Tinggi ... 82

4.4. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen pada Kecerdasan Linguistik Rendah... 83

4.5. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigationdengan Kecerdasan Linguistik Tinggi ... 85

4.6. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigationdengan Kecerdasan Linguistik Rendah... 87

4.7. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Sharedengan Kecerdasan Linguistik Tinggi ... 88

4.8. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Sharedengan Kecerdasan Linguistik Rendah... 90

4.9. Rangkuman Hasil Perhitungan Normalitas Data ... 91

4.10. Rangkuman Data Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif... 94

4.11. Ringkasan Analisis Varians Kemampuan Apresiasi Cerpen ... 95


(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Hal.

4.1. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model

Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigation... 80 4.2. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model

Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share... 81 4.3. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen pada Kecerdasan

Linguistik Tinggi... 83 4.4. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen pada Kecerdasan

Linguistik Rendah ... 84 4.5. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model

Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigationdengan

Kecerdasan Linguistik Tinggi ... 86 4.6. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model

Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigationdengan

Kecerdasan Linguistik Rendah... 87 4.7. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model

Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Sharedengan

Kecerdasan Linguistik Tinggi ... 89 4.8. Histogram Skor Kemampuan Apresiasi Cerpen Kelas Model

Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Sharedengan

Kecerdasan Linguistik Rendah... 90 4.9 Garis Interaksi Model Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan


(14)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Uraian Hal.

1. RPP Strategi Pembelajaran Team Investigation Group ... 125

2. RPP Strategi Pembelajaran Think Pair Share ... 133

3. Instrumen Penelitian... 139

4. Sebaran Uji Coba Tes Kemampuan Apresiasi Cerpen... 152

5. Perhitungan Validitas Tes Kemampuan Apresiasi Cerpen ... 154

6. Perhitungan Reliabilitas Tes Kemampuan Apresiasi Cerpen... 156

7. Perhitungan Taraf Kesukaran Tes Kemampuan Apresiasi Cerpen.... 157

8. Perhitungan Daya Pembeda Tes Kemampuan Apresiasi Cerpen... 159

9. Sebaran Uji Coba Instrumen Kecerdasan Linguistik ... 161

10. Perhitungan Validitas Instrumen Kecerdasan Linguistik... 162

11. Perhitungan Reliabilitas Instrumen Kecerdasan Linguistik ... 164

12. Sebaran Data Kecerdasan Linguistik dan Kemampuan Apresiasi Cerpen ... 167

13. Data Pokok Penelitian ... 169

14. Perhitungan Distribusi Frekuensi... 170

15. Uji Normalitas Variabel Penelitian ... 184

16. Uji Homogenitas Varians Data ... 194

17. Perhitungan ANAVA ... 197

18. Uji Scheffe... 200


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Komponen-komponen pendidikan merupakan satu kesatuan yang turut menentukan keberhasilan pendidikan di sekolah, salah satu komponen yang dimaksud adalah bidang pengajaran di antaranya Bahasa Indonesia.

Tujuan pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah menengah lebih diarahkan pada kompetensi murid untuk berbahasa dan berapresiasi cerpen. Pelaksanaan pembelajaran bahasa dan sastra dilaksanakan secara terintegrasi. Kurikulum satuan pendidikan mengemukakan bahwa pembelajaran sastra ditujukan untuk meningkatkan kemampuan menghayati dan memahami karya sastra. Sejalan dengan itu Djuanda (2002:54) mengemukakan “pengetahuan tentang karya sastra dijadikan sebagai penunjang dalam mengapresiasi”.


(16)

2

Bahasa Indonesia erat kaitannya dengan guru bahasa Indonesia, yakni orang-orang yang tugasnya setiap hari membina pelajaran Bahasa Indonesia. Dia adalah orang yang merasa bertanggung jawab atas perkembangan Bahasa Indonesia. Dia juga yang selalu dituding oleh masyarakat bila hasil pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah tidak memuaskan. Berhasil atau tidaknya pengajaran bahasa Indonesia memang di antaranya ditentukan oleh faktor guru, di samping faktor-faktor lainnya, seperti faktor murid, metode pembelajaran, kurikulum (termasuk silabus), bahan pengajaran dan buku, serta yang tidak kalah pentingnya ialah perpustakaan sekolah dengan disertai pengelolaan yang memadai.

Pelajaran sastra adalah bagian dari pelajaran Bahasa Indonesia tingkat menengah selain dari keterampilan menyimak, mendengarkan, menulis dan berbicara sehingga menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karya sastra menjadi obyek publik untuk dikomsumsi pada saat waktu senggang dan dapat dinikmati dalam keadaan apa saja, dimana saja, dan siapa saja. Sastra merupakan ciptaan manusia yang memiliki ciri yang khas karena penyair berhak ingin menjadi apa saja dalam karyanya. Sastra merupakan kegiatan kreatif yang dihasilkan oleh seorang seniman dalam bentuk karya sastra yang fundamental, baik itu dalam bentuk prosa, drama dan puisi sehingga penikmat atau pengapresiasi mampu membedakan jenis dan karakteristik karya itu sendiri.

Karya sastra mengandung unsur estetika yang menimbulkan rasa senang, nikmat, terharu, menarik perhatian, dan menyegarkan perasaan


(17)

3

penikmatnya. Seorang pencipta karya sastra tidak hanya ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya saja, melainkan secara implisit ia bermaksud juga mendorong, memengaruhi pembaca agar ikut memahami, menghayati, dan menyadari masalah serta ide yang diungkapkan di dalam karyanya. Seorang siswa sudah seharusnya diperkenalkan dengan karya sastra. Karena karya sastra bersifat universal dan menjadi bagian yang tak terpisahkan karena merupakan cerminan kehidupan yang nyata yang dituangkan dalam bentuk dokumentasi berupa tulisan.

Sudah bukan rahasia lagi dan seolah-olah sudah menjadi asumsi umum bahwa hasil pengajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah dari sekolah dasar sampai sekolah lanjutan kurang memuaskan. Masalah yang dimaksud adalah dilihat dari hasil ujian sebagai salah satu barometer keberhasilan pengajaran bahasa Indonesia. Kenyataan tersebut juga pernah peneliti jumpai dalam beberapa kali pengalaman mengoreksi hasil ujian mengapresiasi sastra siswa sekolah menengah atas. Dari hasil ujian tersebut banyak para siswa tersebut kesulitan memahami dan menafsirkan karya sastra tersebut terutama dalam menentukan unsur-unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Terlepas dari faktor-faktor lain dari kenyataan tersebut, kita dapat berasumsi bahwa pembelajaran bahasa Indonesia khususnya mengapresiasi karya sastra masih


(18)

4

demikian, tugas guru sastra tidak hanya memberikan pengetahuan (aspek kognitif), tetapi juga keterampilan (aspek psikomotorik) dan menanamkan rasa cinta (aspek afektif), baik melalui kegiatan di dalam kelas maupun di luar kelas.

Pembelajaran apresiasi cerpen di sekolah menengah atas diharapkan terlaksana sesuai harapan. Dalam kenyataan kondisi tersebut sangat mengecewakan. Hal ini dinyatakan Suriyanti (2004:2) bahwa “kondisi pengajaran sastra sejauh ini sangat mengecewakan, kekecewaan terhadap pengajaran sastra dirasakan nyaris banyak kalangan seperti sastrawan oleh pemerhati sastra, masyarakat, murid, bahkan juga kalangan guru sendiri”. Trimansyah (1999:2) mengatakan kondisi sastra dan pembelajarannya terasa terhenti dan jauh tertinggal dan hampir tidak digubris, akibatnya tertinggalnya sastra anak-anak, murid tidak mengetahui keberadaan sastranya. Hafid (2003:5) mengungkapkan “bahan pembelajaran apresiasi di sekolah-sekolah bertumpu pada buku paket”. Kegiatannya hanya menjawab pertanyaan yang ada dalam buku teks, kemampuan apresiasi hanya berupa pemahaman cerita, bukan pengalaman bersastra dan penikmatan cerita, serta tidak terjadi interaksi apresiasi antara murid dengan bacaan cerita.

Noor (2011:75) menyatakan pembelajaran sastra yang idealnya menarik dan besar sekali manfaatnya bagi siswa disajikan hanya sekedar memenuhi tuntutan kurikulum. Namun dalam kenyataannya hakikat pembelajaran sastra tidak ditemukan pada pembelajaran sastra saat ini. Kondisi ini menyebabkan hasil belajar Bahasa Indonesia yang kurang baik hampir di setiap sekolah.


(19)

5

Salah satu sekolah yang peneliti temui adalah SMA Negeri 16 Medan, seperti disajikan pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1. Hasil Rata-Rata Nilai Apresiasi Cerpen Tahun Ajaran 2009/2010 s/d 2012/2013 pada SMA Negeri 16 Medan

No Tahun Pelajaran Nilai Nilai Rata-Rata

Tertinggi TerendahNilai Rata-RataNilai KKM

1 2009/2010 78 50 60 70

2 2010/2011 74 55 65 71

3 2011/2012 82 60 65 72

4 2012/2013 79 55 66 73

Sumber: Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia SMA Negeri 16 Medan, 2014, data diolah

Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa masih terdapat hasil belajar apresiasi cerpen siswa di bawah KKM pada empat tahun ajaran berturut-turut. Menurut keterangan dari guru Bahasa Indonesia dan siswa di SMA Negeri 16 Medan, masalah nilai di atas diakibatkan para siswa SMA cenderung mengalami kesulitan memahami bagaimana mengapresiasi cerpen yang tepat. Artinya, masalah juga terdapat pada guru-guru Bahasa Indonesia, yang kurang mampu menjelaskan materi apresiasi cerpen secara tepat dan sederhana.

Dengan pembelajaran apresiasi cerpen, siswa bisa belajar memahami nilai-nilai agung berupa pergulatan baik dan buruk, realitas sosial, nilai-nilai religiusitas dan moral yang bisa mempertajam kepekaan terhadap kondisi masyarakat dan tingkah laku sesama, baik dari karakter tokoh maupun latar serta budaya yang berkandung dalam karya sastra. Sebagaimana diungkapkan


(20)

6

mengungkapkan apresiasi cerpen adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.

Dalam mengapresiasi cerpen tiga langkah, pertama adalah keterlibatan jiwa, dalam kegiatan ini pembaca memahami masalah-masalah, merasakan perasaan-perasaan, dan dapat membayangkan dunia khayal yang diciptakan sastrawan. Kedua, adalah pembaca menghargai dan mengagumi penguasaan sastrawan di dalam memilih, mengolah, dan menyusun lambang-lambang hingga sastrawan dapat menyampaikan pengalaman secara memadai. Penghargaan dan kekaguman ini menimbulkan rasa puas. Ketiga, tingkat ketika pembaca memasalahkan dan menemukan hubungan (relevansi) pengalaman yang ia dapat dari karya sastra dengan pengalaman kehidupan nyata yang dihadapinya. Pada tingkat ini pembaca memahami bahwa walaupun dunia khayal yang diciptakan bukan kenyataan, tetapi justru dunia itu diciptakan agar dapat memahami dan menghayati dunia dan kehidupan nyata dengan lebih baik.

Bertolak pada permasalahan yang muncul dari berbagai aktivitas pembelajaran di atas, maka perlu adanya kegiatan pembelajaran yang disajikan dengan cara mendorong keaktifan, mampu meningkatkan solidaritas, dan mengoptimalkan keterlibatan siswa. Pemilihan strategi dan metode yang tepat dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajamya. Sanjaya (2011:87) mengemukakan


(21)

7

tanpa suatu model pembelajaran yang cocok, tepat, dan jitu tidak mungkin tujuan tercapai. Oleh karena itu, guru seharusnya mampu mencari model pembelajaran yang dipandang dapat membelajarkan siswa melalui proses pengajaran yang dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan hasil belajar diharapkan dapat lebih ditingkatkan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran apresiasi cerpen adalah model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran think pair share merupakan salah satu model dari pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, yang melibatkan siswa secara aktif belajar dalam suasana kelompok untuk memecahkan masalah belajar dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain (Getter dan Rowe, 2008:117). Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap dan bertanggung jawab memberikan maupun mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain (Nurhadi dan Senduk, 2003:69). Oleh karena itu, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.


(22)

8

siswa dapat terlihat sehingga muncul jawaban-jawaban secara spontan yang bisa memberikan kontribusi pada kelompok yang sedang dihadapinya. Sehingga di sini guru berperan sebagai pembimbing, fasilitator, dan motivator. Siswa yang kesulitan akan tertolong dan materi yang sulit akan lebih mudah untuk dipahami siswa sehingga ketuntasan dalam proses pembelajaran dapat tercapai.

Selain model pembelajaran kooperatif tipe think pair share, salah satu model pembelajaran yang dapat dikedepankan adalah pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual. Eggen dan Kauchak seperti

dikutip Maimunah, 2005:21) mengemukakan group investigation adalah

strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik.

Dalam investigasi kelompok siswa diberikan tanggung jawab terhadap pekerjaan mereka, baik secara individu, berpasangan maupun dalam kelompok. Setiap kelompok investigasi terdiri dari 3 – 5 orang, dan akhirnya siswa dapat menggabungkan, mempersentasikan dan mengikhtisarkan jawaban mereka (Stahl dalam Sani, 2010:113). Model pembelajaran investigasi kelompok


(23)

9

sangat cocok untuk kajian-kajian yang bersifat terpadu yang berkaitan dengan pemerolehan, analisis, dan sintesis informasi untuk menyelesaikan masalah-masalah multidimensi. Sebagai bagian dari investigasi, para siswa mencari dan menemukan informasi dari berbagai macam sumber di dalam maupun di luar kelas. Kemudian para siswa mengevaluasi dan mensintesiskan semua informasi yang disampaikan oleh masing-masing anggota kelompok dan akhirnya dapat menghasilkan produk berupa laporan kelompok. Yang terpenting dalam pembelajaran yang menggunakan model investigasi kelompok, guru harus memberikan contoh (memodelkan) berbagai keterampilan sosial dan komunikasi yang diharapkan dari siswa.

Selain faktor model pembelajaran yang tepat sebagai faktor eksternal, faktor lain sebagai faktor internal siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar apresiasi cerpen siswa adalah kecerdasan linguistik. Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang diucapkan. Gardner (1999:48) mengungkapkan kecerdasan linguistik merupakan kemampuan yang dimiliki individu yang melibatkan kepekaan terhadap bahasa lisan maupun tulisan, kemampuan mempelajari bahasa, dan kemampuan untuk


(24)

10

suka menulis kreatif di rumah, mengarang kisah khayal atau menuturkan lelucon dan cerita, sangat hapal nama, tempat, tanggal, atau hal-hal kecil, menikmati membaca buku di waktu senggang, mengeja kata-kata dengan cepat dan mudah, menyukai pantun lucu dan permainan kata, suka mengisi teka-teki silang atau melakukan permainan seperti scrable atau anagram, menikmati mendengarkan kata-kata lisan (cerita, program radio, pembacaan buku dan lain-lain), mempunyai kosa kata yang luas untuk anak seusianya, dan unggul dalam pelajaran sekolah yang melibatkan membaca dan atau menulis. Siswa yang berbakat dalam bidang ini senang bermain-main dengan bahasa, gemar membaca dan menulis, tertarik dengan suara, arti dan narasi.

Bagi guru mengetahui kecerdasan linguistik siswa sangat diperlukan untuk meningkatkan cara belajar siswa, sehingga siswa terdorong mengikuti setiap proses pembelajaran yang berakhir pada capaian hasil belajar optimal. Tinggi rendahnya kecerdasan linguistik siswa terlihat dari perilakunya seperti keinginan untuk terlibat secara penuh dalam setiap proses belajar, keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, keinginan untuk berhasil, dan sebagainya. Kecerdasan linguistik merupakan dorongan yang diterima siswa untuk berbuat lebih baik dalam mencapai hasil belajar apresiasi cerpen yang tinggi.

Berdasarkan paparan tersebut, maka dalam penelitian ini diberi judul “Pengaruh model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik terhadap hasil belajar apresiasi cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan Tahun Pelajaran 2014/2015”.


(25)

11

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan masalah yang ada sebagai berikut: Berapa besar pemanfaatan model pembelajaran pada siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan? Faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam meningkatkan hasil belajar apresiasi cerpen siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan? Untuk mencapai tujuan pembelajaran apresiasi cerpen, penggunaan model pembelajaran apa yang efektif? Jika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, apakah kelebihan dan kekurangannya? Apakah model pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berpengaruh terhadap hasil belajar apresiasi cerpen siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan? Jika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeGroup investigation, apakah kelebihan dan kekurangannya? Apakah model pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berpengaruh terhadap hasil belajar apresiasi cerpen siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan? Apakah tingkat kecerdasan linguistik berpengaruh terhadap hasil belajar apresiasi cerpen siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan? Model pembelajaran manakah yang sesuai untuk siswa yang memiliki kecerdasan linguistik tinggi? Model pembelajaran manakah yang sesuai untuk siswa yang memiliki kecerdasan linguistik rendah?


(26)

12

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut, maka masalah yang dikaji dalam penelitian dibatasi pada masalah yang berkaitan dengan hasil belajar apresiasi cerpen, yaitu pengaruh model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik terhadap hasil belajar apresiasi cerpen siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan. Model pembelajaran dalam penelitian ini dibatasi hanya pada model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair Sharedan model pembelajaran kooperatif tipeGroup Investigation. Hasil belajar apresiasi cerpen lebih ditekankan pada kemampuan siswa mengapresiasi cerpen yang diukur dengan lembar observasi apresiasi cerpen sesuai pedoman yang dipakai guru. Subjek dalam penelitian dibatasi hanya pada siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan.

D. Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah hasil belajar apresiasi cerpen kelas model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation lebih tinggi dibanding kelas model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share pada siswa kelas X SMA Negeri 16

Medan?

2. Apakah hasil belajar apresiasi cerpen siswa yang memiliki kecerdasan linguistik tinggi lebih tinggi dibanding dengan siswa yang memiliki kecerdasan linguistik rendah pada siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan?


(27)

13

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik terhadap hasil belajar apresiasi cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hasil belajar apresiasi cerpen kelas model pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation lebih tinggi dibanding kelas model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share pada siswa kelas X SMA Negeri 16

Medan.

2. Hasil belajar apresiasi cerpen siswa yang memiliki kecerdasan linguistik tinggi lebih tinggi dibanding dengan siswa yang memiliki kecerdasan linguistik rendah pada siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan.

3. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik terhadap hasil belajar apresiasi cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan.

F. Manfaat Penelitian


(28)

14

bermanfaat untuk menambah sumber kepustakaan dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan penunjang penelitian lebih lanjut pada masa mendatang.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1) Diharapkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan GI melibatkan siswa secara aktif dalam belajar bahasa Indonesia.

2) Diharapkan siswa secara aktif dapat membangun pengetahuannya sendiri dan mampu mengembangkan kemampuan berpikir dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi, memperoleh pengalaman baru dan menjadikan belajar lebih bermakna.

b. Bagi Guru

Diharapkan dapat dijadikan sebagai:

1) Bahan informasi keefektifan penggunaan model pembelajaran dalam apresiasi cerpen siswa.

2) Bahan pertimbangan dan masukan dalam menentukan model pembelajaran yang tepat dan efektif serta sesuai dengan kecerdasan linguistik siswa.

c. Bagi Kepala Sekolah

Diharapkan dapat dijadikan sebagai:

1) Bahan pertimbangan untuk melengkapi model pembelajaran guna mendukung setiap proses pembelajaran di SMA Negeri 16 Medan.


(29)

15

2) Bahan pertimbangan dalam peningkatan kemampuan guru Bahasa Inggris dalam menggunakan model pembelajaran sesuai dengan kecerdasan linguistik siswa.

d. Bagi Dinas Pendidikan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai:

1) Bahan pertimbangan untuk pengembangan model-model

pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengajar di kelas. 2) Bahan pertimbangan dalam peningkatan kemampuan mengajar guru

khususnya dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair SharedanGroup Investigation. e. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menjadi pembelajaran dalam penulisan penelitian ilmiah untuk mengembangkan kemampuan mengajar peneliti sebagai pendidik di masa mendatang.


(30)

118 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan:

1. Kemampuan apresiasi cerpen kelas model pembelajaran kooperatif tipe group investigation lebih tinggi dari kemampuan apresiasi cerpen kelas model pembelajaran kooperatif tipethink pair share.

2. Kemampuan apresiasi cerpen siswa memiliki kecerdasan linguistik tinggi lebih tinggi dari kemampuan apresiasi cerpen siswa memiliki kecerdasan linguistik rendah.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik terhadap kemampuan apresiasi cerpen pada siswa kecerdasan linguistik rendah. Untuk siswa dengan kecerdasan linguistik tinggi lebih unggul bila diajarkan dengan model pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe think pair share, dan sebaliknya untuk siswa dengan kecerdasan linguistik rendah lebih unggul bila diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipegroup investigation.


(31)

119

B. Implikasi

Implikasi penelitian dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian dan simpulan penelitian, di antaranya:

1. Dengan diterimanya hipotesis pertama yang diajukan, yakni kemampuan apresiasi cerpen kelas model pembelajaran kooperatif tipe group investigation lebih tinggi dari kemampuan apresiasi cerpen kelas model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Untuk itu perlu dilakukan upaya dalam pengembangan pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi cerpen. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, siswa akan merasakan bagaimana mengapresiasi cerpen dengan tepat sebelum menuliskannya/ mengucapkannya. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation harus terus dikembangkan mengingat kesimpulan penelitian menyatakan bahwa kemampuan mengapresiasi cerpen yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigationlebih baik dibanding dengan model pembelajaran kooperatif tipethink pair share. 2. Dengan diterimanya hipotesis kedua yang diajukan, yakni kemampuan


(32)

120

bagaimana cara menggunakan mengapresiasi cerpen secara tepat. Peningkatkan kecerdasan linguistik siswa dapat dilakukan dengan memberikan motivasi pada siswa dalam bentuk nasihat-nasihat belajar dan sebagainya. Kecerdasan linguistik siswa dalam belajar harus terus ditingkatkan mengingat kesimpulan penelitian yang menyatakan bahwa kemampuan apresiasi cerpen pada siswa yang memiliki kecerdasan linguistik tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki kecerdasan linguistik rendah.

3. Dengan diterimanya hipotesis ketiga yang diajukan, yakni terdapat terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik terhadap kemampuan apresiasi cerpen pada siswa. Hal ini menggambarkan bahwa ada keterkaitan antara model pembelajaran kooperatif yang digunakan guru dengan tingkat kecerdasan linguistik siswa. Penggunaan model pembelajaran kooperatif yang dapat memaksimalkan kemampuan siswa, baik pada siswa yang memiliki kecerdasan linguistik tinggi maupun rendah akan sangat membantu dalam pencapaian tujuan belajar. Hal ini harus terus dikembangkan mengingat kesimpulan penelitian yang menyatakan bahwa ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik dengan kemampuan apresiasi cerpen pada siswa.

C. Saran

Berdasarkan simpulan, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:


(33)

121

1. Untuk dapat meningkatkan kemampuan apresiasi cerpen pada siswa perlu dilakukan upaya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan: (a) mengharuskan guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam pembelajaran mengapresiasi cerpen pada pelajaran Bahasa Indonesia, (b) pihak sekolah harus menyediakan peralatan belajar yang dipakai untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, dan (c) melaksanakan pelatihan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation kepada seluruh guru.

2. Untuk dapat meningkatkan kecerdasan linguistik pada siswa perlu dilakukan upaya sebagai berikut: (a) melakukan tes kecerdasan linguistik siswa sebelum melakukan pembelajaran Bahasa Indonesia, untuk mengetahui posisi awal pembelajaran dilakukan, dan (b) sekolah memfasilitasi les tambahan untuk melatih kemampuan siswa dalam pembelajaran sastra Bahasa Indonesia.

3. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut tentang keterkaitan kemampuan apresiasi cerpen siswa ditinjau dari penggunaan model


(34)

122

DAFTAR PUSTAKA

Akçay, Nilüfer Okur dan Kemal Doymus. 2012. “The Effects of Group Investigation and Cooperative Learning Techniques Applied in Teaching Force and Motion Subjects on Students’ Academic Achievements”.Journal of Educational Sciences Research Internasional E-Journal. Vol. 2 No. 1 June 2012

Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang: Sinar Baru Algesindo

Arends, Richard. 2008.Learning to Teach. New York: McGraw Hill Company Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka

Cipta

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan. Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Aunurrahman. 2009.Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Effendy, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya

Fadholi, Arif. 2009. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS). http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/kelebihan-kekurangan -tps.html. diakses pada tanggal 16 Oktober 2014

Getter, Kristin L dan D. Bradley Rowe. 2008. “Using Simple Cooperative Learning Techniques in a Plant Propagation Course Using Simple Cooperative Learning Techniques in a Plant Propagation Course”. NACTA Journal, December 2008. pp. 39-43

Huda, Miftahul. 2011.Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ibe, N. 2009. “Metacognitive Strategies on Classroom Participation and Student Achievement in Senior Secondary School Science Classrooms”. Science Education International. Vol. 20, No.1/2, December 2009, 25-31

Ibnian, Salem Saleh Khalaf dan Ala’ Daifallah Hadban. 2013. “Implications of Multiple Intelligences Theory in ELT Field”. International Journal of Humanities and Social Science Vol.3 No.4. Special Issue – February 2013 Ibrahim, N. 2000.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA-Universitas Press Isjoni dan Mohd. Arif Ismail. 2008. Model-model Pembelajaran Mutakhir.


(35)

123

La Iru dan La Ode Safiun Arihi. 2012.Analisis Penerapan: Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo Maimunah. 2005. “Pembelajaran Volume Bola dengan Belajar Kooperatif Model

GI pada Siswa Kelas X SMA Laboratorium UM”. Tesis. Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang

Nurgiyantoro, Burhan. 2010.Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

____________________. 2010.Penilaian Pembelajaran Bahasa: Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Nurhadi, dan Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang

Pitoyo, Andri., Herman J. Waluyo, dan Sarwiji Suwandi, Andayani. 2014. “The Effect of Group Investigation Learning Model, Accelerated Learning Team and Role Playing on Elementary School Students’ Writing Skills Viewed from Cognitive Style”.Journal of Education and Practice Vol.5, No.1, 2014 Sani, Ridwan Abdullah. 2010.Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bina Aksara

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Perdana Media Grup

Saputro, Suprihadi. 2000. Strategi Pembelajaran. Malang: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Malang

Sayuti, Sumitro A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media

Semi, M. Atar. 1988.Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya

Sharan, Shlomo. 2009. Hanbook of Cooperative Learning: Inovasi Pengajaran dan Pembelajaran Untuk Memacu Keberhasilan Siswa di Kelas. Yogyakarta: Imperium

Slavin, Robert E., 2015. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media


(36)

124

Sungur, S., Tekkaya, C. dan Geban, O. 2006. “Improving Achievement Through Problem Based Learning”.Journal of Biology Education, 40(4):155-160 Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Belajar

Suryanti, Budhiyanto J. dan Nugroho, Ika P. 2004, “Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi”, Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. X, No.2, Hal.260-281

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka

Trimansyah, Bambang. 1999.Cerita Anak Kontemporer. Bandung: Nuansa

Unsilster. 2011.Pengertian Cerpen dan Ciri-Ciri Cerita Pendek. unsilster.blog Wikipedia


(1)

119

B. Implikasi

Implikasi penelitian dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian dan simpulan penelitian, di antaranya:

1. Dengan diterimanya hipotesis pertama yang diajukan, yakni kemampuan apresiasi cerpen kelas model pembelajaran kooperatif tipe group investigation lebih tinggi dari kemampuan apresiasi cerpen kelas model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Untuk itu perlu dilakukan upaya dalam pengembangan pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi cerpen. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, siswa akan merasakan bagaimana mengapresiasi cerpen dengan tepat sebelum menuliskannya/ mengucapkannya. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation harus terus dikembangkan mengingat kesimpulan penelitian menyatakan bahwa kemampuan mengapresiasi cerpen yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigationlebih baik dibanding dengan model pembelajaran kooperatif tipethink pair share. 2. Dengan diterimanya hipotesis kedua yang diajukan, yakni kemampuan

apresiasi cerpen siswa yang memiliki kecerdasan linguistik tinggi lebih tinggi dari kemampuan apresiasi cerpen siswa yang memiliki kecerdasan linguistik rendah. Untuk itu perlu dilakukan upaya dalam meningkatkan kecerdasan linguistik siswa dalam belajar. Tingkat kecerdasan linguistik siswa mempengaruhi cara dirinya menerima, menalar, dan mempraktekkan


(2)

bagaimana cara menggunakan mengapresiasi cerpen secara tepat. Peningkatkan kecerdasan linguistik siswa dapat dilakukan dengan memberikan motivasi pada siswa dalam bentuk nasihat-nasihat belajar dan sebagainya. Kecerdasan linguistik siswa dalam belajar harus terus ditingkatkan mengingat kesimpulan penelitian yang menyatakan bahwa kemampuan apresiasi cerpen pada siswa yang memiliki kecerdasan linguistik tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki kecerdasan linguistik rendah.

3. Dengan diterimanya hipotesis ketiga yang diajukan, yakni terdapat terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik terhadap kemampuan apresiasi cerpen pada siswa. Hal ini menggambarkan bahwa ada keterkaitan antara model pembelajaran kooperatif yang digunakan guru dengan tingkat kecerdasan linguistik siswa. Penggunaan model pembelajaran kooperatif yang dapat memaksimalkan kemampuan siswa, baik pada siswa yang memiliki kecerdasan linguistik tinggi maupun rendah akan sangat membantu dalam pencapaian tujuan belajar. Hal ini harus terus dikembangkan mengingat kesimpulan penelitian yang menyatakan bahwa ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik dengan kemampuan apresiasi cerpen pada siswa.

C. Saran

Berdasarkan simpulan, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:


(3)

121

1. Untuk dapat meningkatkan kemampuan apresiasi cerpen pada siswa perlu dilakukan upaya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan: (a) mengharuskan guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam pembelajaran mengapresiasi cerpen pada pelajaran Bahasa Indonesia, (b) pihak sekolah harus menyediakan peralatan belajar yang dipakai untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, dan (c) melaksanakan pelatihan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation kepada seluruh guru.

2. Untuk dapat meningkatkan kecerdasan linguistik pada siswa perlu dilakukan upaya sebagai berikut: (a) melakukan tes kecerdasan linguistik siswa sebelum melakukan pembelajaran Bahasa Indonesia, untuk mengetahui posisi awal pembelajaran dilakukan, dan (b) sekolah memfasilitasi les tambahan untuk melatih kemampuan siswa dalam pembelajaran sastra Bahasa Indonesia.

3. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut tentang keterkaitan kemampuan apresiasi cerpen siswa ditinjau dari penggunaan model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan linguistik siswa.


(4)

122

Force and Motion Subjects on Students’ Academic Achievements”.Journal of Educational Sciences Research Internasional E-Journal. Vol. 2 No. 1 June 2012

Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang: Sinar Baru Algesindo

Arends, Richard. 2008.Learning to Teach. New York: McGraw Hill Company Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka

Cipta

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan. Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Aunurrahman. 2009.Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Effendy, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya

Fadholi, Arif. 2009. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS). http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/kelebihan-kekurangan -tps.html. diakses pada tanggal 16 Oktober 2014

Getter, Kristin L dan D. Bradley Rowe. 2008. “Using Simple Cooperative Learning Techniques in a Plant Propagation Course Using Simple Cooperative Learning Techniques in a Plant Propagation Course”. NACTA Journal, December 2008. pp. 39-43

Huda, Miftahul. 2011.Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ibe, N. 2009. “Metacognitive Strategies on Classroom Participation and Student Achievement in Senior Secondary School Science Classrooms”. Science Education International. Vol. 20, No.1/2, December 2009, 25-31

Ibnian, Salem Saleh Khalaf dan Ala’ Daifallah Hadban. 2013. “Implications of Multiple Intelligences Theory in ELT Field”. International Journal of Humanities and Social Science Vol.3 No.4. Special Issue – February 2013 Ibrahim, N. 2000.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA-Universitas Press Isjoni dan Mohd. Arif Ismail. 2008. Model-model Pembelajaran Mutakhir.


(5)

123

La Iru dan La Ode Safiun Arihi. 2012.Analisis Penerapan: Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo Maimunah. 2005. “Pembelajaran Volume Bola dengan Belajar Kooperatif Model

GI pada Siswa Kelas X SMA Laboratorium UM”. Tesis. Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang

Nurgiyantoro, Burhan. 2010.Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

____________________. 2010.Penilaian Pembelajaran Bahasa: Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Nurhadi, dan Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang

Pitoyo, Andri., Herman J. Waluyo, dan Sarwiji Suwandi, Andayani. 2014. “The Effect of Group Investigation Learning Model, Accelerated Learning Team and Role Playing on Elementary School Students’ Writing Skills Viewed from Cognitive Style”.Journal of Education and Practice Vol.5, No.1, 2014 Sani, Ridwan Abdullah. 2010.Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bina Aksara

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Perdana Media Grup

Saputro, Suprihadi. 2000. Strategi Pembelajaran. Malang: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Malang

Sayuti, Sumitro A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media

Semi, M. Atar. 1988.Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya

Sharan, Shlomo. 2009. Hanbook of Cooperative Learning: Inovasi Pengajaran dan Pembelajaran Untuk Memacu Keberhasilan Siswa di Kelas. Yogyakarta: Imperium

Slavin, Robert E., 2015. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media

Solihatin, Etin. 2005. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara

Sudjana, N. 2002. Penilaian Hasil dan Proses Hasil Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta


(6)

Sungur, S., Tekkaya, C. dan Geban, O. 2006. “Improving Achievement Through Problem Based Learning”.Journal of Biology Education, 40(4):155-160 Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Belajar

Suryanti, Budhiyanto J. dan Nugroho, Ika P. 2004, “Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi”, Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. X, No.2, Hal.260-281

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka

Trimansyah, Bambang. 1999.Cerita Anak Kontemporer. Bandung: Nuansa

Unsilster. 2011.Pengertian Cerpen dan Ciri-Ciri Cerita Pendek. unsilster.blog Wikipedia


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF KANCING GEMERINCING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG

2 10 41

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF KANCING GEMERINCING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG

0 4 10

KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 GEDONGTATAAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 52 64

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DAN TALKING STICK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2012-2013

3 14 45

PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 16 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 7 80

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KETERAMPILAN LOMPAT HARIMAU PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 5 METRO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 8 48

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS SMA NEGERI 16 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 5 70

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SEPUTIH MATARAM TAHUN PELAJARAN 2013-2014

2 18 61

PENGARUH KEMAMPUAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR BERBANTUAN VIRTUAL LABORATORY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 29 63

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA PEMBELAJARAN SEJARAH SISWA KELAS X IPA SMA NEGERI 5 BANDA ACEH Afrita

0 0 7