PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SEPUTIH MATARAM TAHUN PELAJARAN 2013-2014
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS X
SMA NEGERI 1 SEPUTIH MATARAM TAHUN PELAJARAN 2013-2014
Oleh Siti Marfuatun
Penggunaan model pembelajaran time token merupakan salah satu model pembelajaran yang berbeda dengan metode ceramah. Pada pembelajaran time token peserta didik diajarkan untuk saling berinteraksi, berpartisipasi dan bersosialisasi dengan menggunakan kupon bicara, sehingga pembelajaran tidak membosankan dan dapat melatih rasa percaya diri pada siswa. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pengaruh penggunaan model pembelajaran time token dapat meningkatkan aktivitas belajar sejarah siswa kelas X SMAN 1 Seputih Mataram tahun pelajaran 2013-2014? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran time token terhadap peningkatan aktivitas belajar sejarah siswa kelas X SMAN 1 Seputih Mataram semester ganjil tahun pelajaran 2013-2014.
Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen quasi. Populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 Seputih Mataram. Sampel penelitian adalah kelas XA yang dipilih secara purposive sampling. Data penelitian berupa data kualitatif meliputi 8 komponen aktivitas: 1) mendengarkan, melihat, membaca, berpikir dan mencatat, 2) bersoal-jawab, 3) mengerjakan soal latihan atau tugas-tugas, 4) mendiskusikan masalah dan merangkum hasil pembicaraan, 5) membuat ikhtisar uraian sejarah dalam bahasa sendiri, 6) latihan membuat analisa dan sintesis peristiwa sejarah, 7) membuat tafsir (interpretasi) dan rekonstruksi sejarah, 8) menemukan makna afektif dari pelajaran sejarah. Teknik pengumpulan data dengan lembar observasi aktivitas, dokumentasi dan kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model time token meingkatkan aktivitas siswa belajar sejarah. Namun, dari 8 aktivitas siswa yang mengalami peningkatan dengan kategopri baik sekali hanya aktivitas tertentu, seperti aktivitas siswa mendengar, melihat, membaca, berpikir dan mencata dengan persentase pertemuan III sebesar 100%, aktivitas siswa mengerjakan soal latihan sebesar 100% dan aktivitas siswa mendiskusikan masalah dan merangkum pembicaraan mencapai 88.89%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengaruh penggunaan model pembelajaran time token dapat meningkatkan aktivitas siswa belajar sejarah pada kelas Xa.
(2)
Nama Mahasiswa
No. Pokok Mahasiswa Program Studi
.Iurusan
Fakultas
Pembimbing I.
Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial
SEPUTIH MATARAM TAHUN PELAJARAN
20t3t20t4
Siti ${srpatun
0913033017Pendidikan Sejarah
Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial
Keguruan dan ilmu Pendidikan
MENTETUJI-II
1. Komisi Pembimbing
Pembimbi
196107a3 198503
I
0042. Mengetahui
Ketua Program Pendidikan Sei
Drs. Hi. no M.H. M.Hum.
198603 1 001
Drs.
NIP
M.Si.
iful
(,,,
(3)
MENGBSAHKAN
I.
Tim PengujiKetua : Drs. Wakidi, M.Hum.
Sekretaris
: Drs. Syaiful M", M"Si.Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Hi" Maskun, M.H.
Tanggal I-ulus tliian Skripsi : 0I Aprit 20l4
Fakultas Keguman dan llmu Pendii3ikan
P
19600315 1e8503I
003(4)
(5)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Fajar Mataram, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, pada tanggal 02 Mei 1990 sebagai anak keempat dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Tukimin dan Ibu Siti Mahmudah.
Penulis mengawali pendidikan formal di TK Aisyah Bustanul Aftal Fajar Mataram pada tahun (1995-1997), dilanjutkan di SD Negeri 2 Fajar Mataram pada tahun (1997-2003), kemudian dilanjutkan di SMP Negeri 2 Seputih Mataram (2003-2006), dan SMA Negeri 1 Terbanggi Besar (2006-2009). Tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur Penerimaan Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi tingkat jurusan, yaitu HIMAPIS dan pada tingkat Program Studi, yaitu FOKMA. Tahun 2012 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri 2 Gunung Tiga Batanghari Nuban dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Gunung Tiga Batanghari Nuban Lampung Timur.
(6)
M O T O
“Permudahlah (segala urusan) jangan dipersulit dan ajaklah dengan
baik, jangan menyebabkan orang menjauh”
(7)
i
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala kemudahan,
limpahan rahmad dan karunia yang Engkau berikan selama ini. Teriring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati.
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:
Bapakku Tukimin dan Mamakku Siti Mahmudah
Terimakasih untuk cinta dan kasih sayang yang tiada terhingga untukku... I will always love you ..
Mamasku Imam Tarmudzi (Alm), Mbakku Siti Nurhasanah,
Mas Supri, Mbak Yani, (adik Savira, Adik Naviza, Adik Tegar)
Terimakasih untuk segala cinta dan dukungan yang kalian berikan untukku...
Para Pendidikku (Guru-guruku)
Terima kasih atas bimbingan yang diberikan pada ku hingga aku dapat melihat dunia dengan ilmu...
Insan pilihan ALLAH SWT yang kelak akan menjadi imamku
Almamaterku tercinta.. Universitas Lampung
(8)
ii SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim...
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Time Token terhadap Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2013-2014”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M. Si., Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. M. Toha B. S. Jaya, M. S., Pembantu Dekan I FKIP Universitas Lampung;
3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M. Si., Pembantu Dekan II FKIP Universitas Lampung;
4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M. H., Pembantu Dekan III FKIP Universitas Lampung;
5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M. Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung;
(9)
iii 6. Bapak Drs. Maskun, M. H., Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah, dan
Pembahas Mahasiswa, terima kasih atas ilmu dan bimbingannya selama ini; 7. Bapak Drs. Wakidi, M. Hum., Dosen Pembimbing Akademik dan
Pembimbing I terima kasih atas ilmu dan bimbingannya serta nasihat-nasihatnya selama ini;
8. Bapak Drs. Syaiful M., M. Si., Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;
9. Bapak Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Bapak Drs. Ali Imron, M. Hum., Bapak Drs. Tontowi Amsia, M. Si., Bapak M. Basri, S.Pd, M.Pd., Bapak Hendry Susanto, S.S, M. Hum., Ibu Dr. Risma M. Sinaga, M. Hum., Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd., M. Hum., Bapak Suparman Arif, S.Pd., M.Pd., Bapak Cheri Saputra, S.Pd., M.Pd., serta pendidik yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah;
10.Ibu Hi. Nurlina, S.Pd. M.Pd., Kepala SMA Negeri 1 Seputih Mataram;
11.Bapak Drs. Made Tantra, guru pengampu bidang studi pelajaran sejarah sekaligus mitra penulis yang telah memberi izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;
12.Sahabat-sahabatku dan keluarga besar di Program Studi Pendidikan Sejarah angkatan 2009, 2008, 2010, 2011 tanpa terkecuali terima kasih atas semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin hingga saat ini;
13.Sahabat karibku yang selalu membuatku bahagia dan tersenyum Dian Amalia Chasanah, S.Pd., Ida Nuryani, S.Pd., Irwan Yudianto, S.Pd., Rita Wulan Sari, S.Pd., Karsini, S.Pd., Ayoe Diah Sukmawati, S.Pd., Yudi Putra A. S.Pd.,
(10)
iv kebersamaan kalian, doa, dukungan dan motivasi selama ini;
14.Tim KKN dan PPL di SD Negeri 2 Gunung Tiga, Lampung Timur (Aulia Novitasari, S.Pd., Rizky Septiyani, S.Pd., Adi Jauhari Asrori, S.Pd., Arinta Rara Kirana, S.Pd., Elingga Sofiya, S.Pd., Petra Sriyanti, S.Pd., Agus Tristiana, S.Pd., Dikie Firta Herlis, Istya Ningrum) Adikku Imma Shofiana Tsani, meskipun kita semua jauh dari pandangan mata ini, namun akan tetap selalu dekat dihati terimakasih untuk celotehannya yang memotivasi dan kebersamaan yang singkat dan berkesan;
15.Seluruh keluarga besar di Papilaya tanpa terkecuali, (Dwi Heryanti S.E., Astria Devi Pusparini, S.Sos., Eri Purwanti, S.Pd., Tri Winda Wati, S.E., Eti Nopita, S.Pd., Durrotul Muslimah, Tiya Marsela, Arufil Eri Triana, Desi Aryani, Ratna Suri, Dian, Puji, Mega) terimakasih untuk motivasi dan semangat kebersamaannya selama ini;
16.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, April 2014 Penulis,
(11)
v DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Tinjauan Pustaka ... 11
1. Konsep Pembelajaran Kooperatif ... 11
2. Konsep Pembelajaran Time Token ... 15
3. Konsep Aktivitas Belajar ... 20
B. Penelitian yang Relevan ... 23
C. Kerangka Pikir ... 25
D. Paradigma ... 27
E. Hipotesis ... 27
III.METODE PENELITIAN ... 29
A. Metode yang digunakan ... 29
B. WaktuTempat Penelitian ... 29
C. Populasi dan Sampel ... 30
1. Populasi ... 30
2. Sampel ... 30
D. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 31
1. Definisi Operasional ... 31
2. Variabel Penelitian ... 32
E. Prosedur Penelitian... 33
1. Penelitian Pendahuluan ... 33
F. Teknik Pengambilan Data ... 34
1. Observasi ... 34
2. Dokumentasi ... 35
(12)
vi
A. Hasil Penelitian ... 38
1. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Seputih Mataram ... 38
2. Pelaksanaan Pembelajaran ... 42
3. Hasil Aktivitas Siswa Belajar Sejarah Kelas Xa ... 56
4. Rekapitulasi Data Aktivitas Siswa Belajar Sejarah Kelas Xa ... 63
5. Aktivitas Belajar Siswa ditinjau dari 8 Komponen Aktivitas ... 68
B. Pembahasan ... 72
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 79
A. Simpulan ... 79
B. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN
(13)
vii DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tahap-tahap Pembelajaran Kooperatif ... 14
2. Jumlah Anggota Populasi ... 30
3. Jumlah Anggota Sampel ... 31
4. Lembar Obeservasi Aktivitas Siswa. ... 49
5. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa... 50
6. Jumlah Sarana dan Prasarana ... 53
7. Aktivitas Siswa Belajar Sejarah Kelas Xa Pertemuan I ... 56
8. Aktivitas Siswa Belajar Sejarah Kelas Xa Pertemuan II ... 58
9. Aktivitas Siswa Belajar Sejarah Kelas Xa Pertemuan III ... 61
10. Rekapitulasi Data Hasil Aktivitas Siswa Belajar Sejarah Kelas Xa ... 63
(14)
viii DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Paradigma ... 27
2. Halaman depan ruang guru dan staff TU ... 87
3. Papan nama sekolah SMA Negeri 1 Seputih Mataram ... 87
4. Pelataran sekolah kelas X SMA Negeri 1 Seputih Mataram ... 87
5. Kartu bicara time token ... 87
6. Diskusi kelompok pada tahap pembelajaran time token ... 87
7. Kelompok 5 mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas ... 87
8. Salah satu siswa di kelompok 6 bertanya pada kelompok yang presentasi ... 87
9. Salah satu siswa menanggapi pertanyaan dari anggota kelompok lain yang bertanya ... 87
10.Denah Tempat Duduk Siswa Kelas Xa ... 88
(15)
ix DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Daftar hadir dan kelompok belajar sejarah siswa kelas Xa ... 84
2. Daftar penilaian observasi siswa pertemuan I ... 85
3. Daftar penilaian observasi siswa pertemuan II ... 86
4. Daftar penilaian observasi siswa pertemuan III ... 86
5. Dokumentasi foto sekolah dan kegiatan belajar siswa ... 87
6. Denah tempat duduk dan kelompok belajar siswa ... 88
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan I ... 89
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan II ... 90
9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan III ... 91
10.LKS diskusi Pertemuan I ... 92
11.LKS diskusi Pertemuan II ... 93
12.LKS diskusi Pertemuan III ... 94
13.Lembar Observasi Kelompok Aktivitas Siswa Kategori Rendah ... 95
14.Lembar Observasi Kelompok Aktivitas Siswa Kategori Tinggi... 96
15.Rencana Judul Kaji Tindakan/Skripsi ... 97
16.Pengesahan Susunan Komisi Pembimbing ... 98
17.Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 99
18.Surat Izin Penelitian ... 100
19.Surat Keterangan Penelitian ... 101
(16)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan unsur yang sangat mendasar dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Kegiatan pembelajaran dalam kelas sangatlah menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, pemahaman yang benar mengenai arti pembelajaran diperlukan oleh pengajar maupun pendidik yang benar-benar mengerti keadaan dalam kelas. Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan, sebagai berikut :
1. mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan perilaku negatif diperlemah atau dikurangi,
2. membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan penguat,
3. memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya,
4. membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguat, waktu mempelajari perilaku dan evaluasi (Sardiman, 2008: 9-10).
Perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh, sedangkan penguatan negatif ada sesuatu yang dikurangi atau dihilangkan. Misalnya pada penguat positif bentuknya berupa perilaku, seperti memberi penghargaan, tepuk tangan, senyum, mengacungkan jempol, menganggukkan kepala untuk menyetujui sesuatu, selain
(17)
2
itu berupa pemberian hadiah seperti permen, kado kecil, atau makanan dapat dikategorikan sebagai penguat positif. Sedangkan penguat negatif bentuknya antara lain : tidak memberikan penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku yang tidak senang, sehingga proses dalam belajar akan terasa tidak nyaman.
Pembelajaran sejarah merupakan salah satu yang perlu diperhatikan lagi mengenai tingkat keberhasilan pencapaian dari suatu proses belajar. Pada hakikatnya pembelajaran sejarah merupakan suatu peristiwa yang mengandung berbagai aspek kehidupan seperti politik, sosial, ekonomi, budaya, maupun agama. Sejarah merupakan disiplin ilmu yang mempunyai peranan penting dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan sosial. Pelajaran sejarah di SMA adalah mata pelajaran yang mengkaji permasalahan dan perkembangan masyarakat dari masa lampau sampai masa kini, baik di Indonesia maupun di luar Indonesia. Menurut Depdiknas (2003) :
“Pengajaran sejarah di sekolah berfungsi untuk menyadarkan peserta didik akan adanya proses perubahan dan perkembangan masyarakat dalam dimensi waktu dan untuk membangun perspektif serta kesadaran sejarah dalam menemukan, memahami, dan menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu, masa kini dan masa depan di tengah-tengah perubahan dunia.”
Terkait dengan pendidikan sejarah di sekolah dasar sampai sekolah menengah, pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian. Menurut Siswo (2010) mata pelajaran sejarah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
(18)
1. membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa sekarang,
2. melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan,
3. menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia pada masa lampau,
4. menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang,
5. menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional.
Selain itu, tujuan instruksional pembelajaran Sekolah Menengah Atas menurut
Kuncoro (2008) adalah “Mengembangkan pengetahuan, pemahaman, pemikiran
kritis, keterampilan praktis, minat, dan perilaku.”
Berdasarkan observasi pendahuluan di SMA Negeri 1 Seputih Mataram, peneliti menemukan bahwa tujuan pembelajaran sejarah masih belum tercapai secara maksimal. Guru dengan berbagai cara telah mengusahakan agar semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran standar juga telah dilaksanakan, mulai dari berbagai media pembelajaran di sekolah telah dimanfaatkan, berbagai bentuk penugasan telah diberikan untuk dikerjakan oleh siswa, baik dalam maupun di luar kelas. Namun, dalam berbagai kesempatan tanya jawab, diskusi kelas, maupun aktivitas mereka masih terlihat rendah. Sebagian dari siswa bahkan ada yang menunjukkan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran, seperti melamun, kurang memperhatikan saat pembelajaran dimulai, bermain-main sendiri, berbicara dengan teman ketika dijelaskan, canggung berbicara dengan teman waktu diskusi, bahkan ada siswa yang ketika diberi pertanyaan belum bisa
(19)
4
menjawab, meskipun ada yang menjawab hanya siswa-siswa tertentu saja yang berani menjawab dan mendominasi dalam setiap kegiatan.
Salah satu faktor penyebab kurangnya aktivitas belajar sejarah dalam mengikuti proses belajar adalah faktor dalam diri siswa itu sendiri. Siswa memiliki rasa takut yang berlebihan karena menganggap sejarah adalah pelajaran yang paling membosankan, bahkan sebagian dari mereka menganggap sejarah termasuk pelajaran yang paling sulit. Siswa juga merasa malu untuk bertanya kepada guru atau temannya jika tidak mengerti dengan materi tertentu karena takut dianggap bodoh oleh siswa yang lain atau gurunya.
Jika dalam mengembangkan kemampuan mereka seperti kemampuan untuk menyampaikan ide atau gagasan, kemampuan menyelesaikan masalah dan kemampuan-kemampuan lainnya masih terlihat pasif. Hal ini dapat mengakibatkan siswa kurang mengerti dengan materi yang diterangkan, sehingga keinginan siswa untuk mengerjakan hal lain seperti mengerjakan latihan dan pekerjaan rumah menjadi kurang. Siswa juga kurang mempunyai keinginan untuk bekerjasama dalam mengerjakan soal yang diberikan, hal ini terlihat dari kurangnya keinginan siswa untuk berdiskusi mengerjakan tugas yang diberikan. Hanya siswa tertentu saja yang antusias mau mengerjakan tugas yang diberikan sedangkan siswa yang lainnya hanya menunggu pekerjaan temannya, bahkan ada pula yang tidak mengerjakan sama sekali. Masalah ini, jika dibiarkan berlanjut akan berakibat pada hasil belajar yang diperoleh siswa maupun sikap mental siswa yang cenderung kurang mampu berkomunikasi dengan baik dan lancar dalam proses pembelajaran. Melihat data aktivitas siswa yang demikian, tentunya mengindikasikan adanya permasalahan serius dalam kegiatan pembelajaran yang
(20)
harus segera dicarikan pemecahannya. Bertolak dari permasalahan tersebut, kemudian dilakukan refleksi dan konsultasi dengan guru untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab timbulnya masalah. Berikut ini beberapa faktor yang kemungkinan dianggap sebagai penyebabnya, antara lain:
1. Faktor rendahnya minat dan motivasi belajar 2. Faktor penyampaian materi dari guru. 3. Faktor pengelolaan kelas.
4. Faktor kesulitan adaptasi dan kerjasama diantara siswa.
Berbagai faktor penyebab yang disebutkan di atas, guru lebih cenderung pada faktor ke-4, yaitu kesulitan adaptasi dan kerjasama diantara siswa. Hal ini pula sebagai faktor utama penyebab rendahnya aktivitas belajar sejarah siswa kelas X SMAN 1 Seputih Mataram. Dugaan tersebut sangat beralasan karena bagi siswa kelas X, suasana sekolah di lingkungan SMA adalah suasana baru yang jelas berbeda dalam segala sesuatunya dengan suasana lingkungan sekolah mereka sebelumnya, baik itu menyangkut tempat, teman sekolah, mata pelajaran, guru dan lain sebagainya yang semua itu masih memerlukan waktu bagi mereka untuk beradaptasi dengan baik. Kesulitan siswa dalam beradaptasi, terutama dengan materi pelajaran di SMA dan teman-teman sekelas, sangat mungkin menjadi penyebab rendahnya aktivitas belajar mereka dalam pembelajaran sejarah. Oleh sebab itu, guru perlu membuat inovasi yang mampu mengakrabkan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti secara langsung selama proses pembelajaran sejarah dan hasil wawancara dengan guru sejarah serta sebagian siswa dapat disimpulkan bahwa pokok permasalahannya adalah pada faktor proses belajar, yaitu rendahnya
(21)
6
pemberdayaan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, sehingga aktivitas siswa sebagian besar hanya mendengar, menulis (mencatat) penjelasan guru dan latihan soal yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan pokok masalah yang ditemukan, faktor utama yang harus segera dicarikan solusinya adalah, bagaimana meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa tidak hanya mendengar dan mencatat penjelasan guru dan menjawab soal, tetapi juga mampu mengajukan pertanyaan menyampaikan pendapat atau gagasan, menyimpulkan dan mengomunikasikan pesan pelajaran baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelas.
“Paradigma lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Untuk itu guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan beberapa pokok pemikiran, yaitu : 1) pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh siswa, 2) siswa membangun pengetahuan secara aktif, 3) guru perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, 4) pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa” (Anita Lie, 2004:3).
Sebagai salah satu langkah untuk mengatasi permasalahan yang timbul, maka perlu diadakan suatu penerapan model pembelajaran yang baik. Penerapan model pembelajaran yang diperkirakan mampu mengatasi permasalahan ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dalam sejarah diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan sikap positif dalam sejarah. Siswa secara individu diharapkan mampu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah sejarah, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas maupun membosankan yang banyak dialami siswa.
(22)
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam penerapan pembelajaran kooperatif seperti dengan cara berdiskusi. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran time token. Model pembelajaran time token diperkirakan dapat membantu guru dalam mengelola kelompok belajar sejarah. Peneliti memilih model pembelajaran time token atau disebut juga tanda waktu ini tentunya tidak hanya dilatarbelakangi dengan kurangnya aktivitas siswa dalam kelas. Namun, peneliti memilih model pembelajaran ini dikarenakan adanya faktor pendukung penggunaan model tersebut, yaitu waktu.
Kedisiplinan waktu dalam peraturan sekolah yang mengharuskan siswa maupun staff guru untuk hadir tepat waktu guna efisiensi terlaksananya proses pembelajaran dalam kelas, peneliti manfaatkan sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan pembelajaran time token. Hal ini pun didukung dengan kehadiran guru pengampu mata pelajaran sejarah yang selalu datang tepat waktu ketika akan memasuki kelas belajar, tidak menutup kemungkinan peneliti untuk dapat menggunakan model pembelajaran time token dengan modal yang sudah didukung sebelumnya, yaitu waktu. Peneliti manfaatkan guna kelancaran penerapan model time token. Harapan guru maupun siswa dapat memanfaatkan waktunya secara tepat karena didukung dengan adanya peraturan sekolah.
Berikut pelaksanaan model pembelajaran time token, yaitu untuk masing-masing siswa diberikan kupon dalam jumlah tertentu. Ketika siswa menjawab dan mengeluarkan pendapat, maka siswa menyerahkan salah satu kuponnya ditengah kelompok. Jika kuponnya telah habis, maka siswa tidak boleh memulai berbicara sampai semua rekannya juga menghabiskan kupon mereka. Selain itu, siswa juga
(23)
8
mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam kelompok. Tipe pembelajaran ini diharapkan dapat membantu siswa berbagi aktif serta menumbuhkan komunikasi yang efektif dan semangat diantara anggota kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian tentang model pembelajaran model time token dalam proses pembelajaran sejarah dengan suatu
usulan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Time Token
terhadap Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2013-2014”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian yang akan dilakukan adalah : “Apakah pengaruh penggunaan model pembelajaran time token dapat meningkatkan aktivitas belajar sejarah siswa kelas X SMA Negeri 1 Seputih Mataram?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran time token terhadap peningkatan aktivitas belajar sejarah siswa kelas X SMA Negeri 1 Seputih Mataram tahun pelajaran 2013-2014.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan secara praktis. antara lain:
(24)
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan bagi pengembangan pembelajaran sejarah dengan menggunakan model pembelajaran time token. 2. Secara praktis
a. Bagi peneliti, memberikan pengalaman serta wawasan sebagai calon pendidik untuk menggali kemampuan siswa dalam meningkatkan aktivitas belajar sejarah,
b. Bagi siswa, yaitu siswa dapat menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran sejarah. Selain itu, kemampuan siswa dalam mengembangkan kemandirian, melatih berbicara serta mengeluarkan pendapat,
c. Bagi guru, merupakan salah satu referensi model pembelajaran yang diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi serta menambah wawasan dan keterampilan dalam kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,
d. Bagi sekolah, penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam peningkatan mutu pembelajaran khususnya mata pelajaran sejarah.
E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Objek Penelitian
Ruang lingkup objek penelitian ini adalah penggunaan model time token terhadap aktivitas belajar sejarah.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Seputih Mataram, Lampung Tengah.
(25)
10
3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Seputih Mataram, Lampung Tengah.
4. Waktu Penelitian
Waktu dalam penelitian ini adalah semester ganjil tahun pelajaran 2013-2014
5. Konsentrasi Ilmu
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini, yaitu ruang lingkup ilmu pendidikan sejarah.
(26)
REFERENSI
Sardiman, A. M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Halaman 9-10
Depdiknas. 2003. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Siswo Dwi Martanto.2010.Sasaran dan Tujuan Pembelajaran Sejarah,
http://www.pustakasekolah.com/karakteristik-mata-pelajaran-sejarah.html#ixzz2v6UzR6j. (Sabtu, 4 Mei 2013, Pukul 08.32 WIB). Halaman 1
Kuncoro.2008.Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah.
http://www.pustakasekolah.com/karakteristik-mata-pelajaran-sejarah.html#ixzz2v6UzR6j. (Sabtu, 4 Mei 2013. Pukul 08.35 WIB). Halaman 1
(27)
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Konsep Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang terpusat pada siswa. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Siswa bekerja sama dengan anggota kelompok untuk mempelajari materi dan menyelesaikan tugas-tugas, serta memberikan penjelasan pada kelompok. Dengan kata lain pembelajaran kooperatif memiliki gagasan untuk saling memotivasi antara anggotanya untuk saling membantu agar tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang maksimal. Hal ini berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dengan sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat meningkatkan peserta didik dalam belajar. Menurut WinaSanjaya :
“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan model pengelompokkan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan
(28)
interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok” (WinaSanjaya, 2010:241).
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan minat belajar, perhatian, motivasi, dan prestasi siswa. Metode pembelajaran ini mendorong siswa untuk saling membantu teman satu kelompok dan menciptakan suasana belajar yang kondusif, aktif dan penuh kegembiraan dalam memecahkan suatu masalah. Menurut Anita Lie (2004: 17) berpendapat bahwa “Metode pembelajaran kooperatif bisa didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Dalam strategi ketergantungan yang positif diantara peserta didik, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara individu dan dapat melatih keterampilan sosial para peserta didik.” Pada dasarnya pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diatara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok. Keberhasilan kerja tersebut sangat diperlukan oleh keterlibatan dari anggota kelompok itu sendiri.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas kerja kelompok yang menuntut keaktifan siswa untuk saling bekerjasama dan membantu untuk menyelesaikan masalah atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui pendekatan kooperatif siswa didorong untuk bekerjasama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya. Kerjasama yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif adalah setiap
(29)
13
kelompok harus saling membantu menguasai bahan ajar. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan tinggi harus membantu teman sekelompoknya yang berkemampuan rendah karena penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok harus memunyai tanggung jawab terhadap kelompoknya, untuk itu pembelajaran kooperatif ini memunyai unsur-unsur supaya hasil pembelajaran itu dapat tercapai secara maksimal. Menurut Rusman ada beberapa unsur dalam pembelajaran kooperatif, sebagai berikut :
1. siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka hidup sepenanggungan bersama,
2. siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri,
3. siswa haruslah melihat bahwa mereka semua anggota dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama,
4. siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya,
5. siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah maupun penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok,
6. siswa membagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, 7. siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif (Rusman, 2012: 208).
Unsur-unsur di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif atau kelompok merupakan pembelajaran yang setiap anggotanya saling membantu antara satu dengan yang lainnya. Setiap anggota dituntut untuk saling bisa memberikan pendapat, ide, dan pemecahan masalah sehingga dapat tercapai tujuan belajar. Menurut Rusman, pembelajaran kooperatif memiliki enam tahap seperti terlihat pada tabel berikut :
(30)
Tabel 1. Tahap-tahap Pembelajaran Kooperatif
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan
memotivasi siswa belajar. Tahap 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan
Tahap 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.
Tahap 4 Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Tahap 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6 Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Sumber : Rusman, 2012: 211
Berdasarkan tahapan-tahapan yang diterapkan oleh Rusman, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa diajarkan untuk mampu berkolaborasi dan menguasai keterampilan-keterampilan kerja sama antar siswa yang lain. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim :
1. siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya,
2. kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan heterogen (tinggi, sedang, dan rendah),
3. bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-neda,
4. penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu. (M. Ibrahim, dkk 2000: 6)
(31)
15
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa cooperative learning atau yang disebut juga dengan pembelajaran koopertaif merupakan cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2. Konsep Model Pembelajaran Time Token
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti tatap muka maupun tidak langsung seperti menggunakan berbagai media. Model pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan penyelenggaraan proses belajar mengajar dari awal sampai akhir. Menurut Udin dalam Endang “Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar yang akan diberikan untuk mencapai tujuan tertentu” (Udin dalam Endang, 2012: 227).
Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pembelajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar kompetensi akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan kompetensi sosial siswa. Sebagai seorang guru tentunya memiliki peranan yang sangat penting bagi pembelajaran yang terjadi dalam kelas. Terutama peran guru dalam model pembelajaran kooperatif yang mengajarkan keterampilan-keterampilan kelompok untuk bekerja sama secara kooperatif, seperti cara berinterksi satu dengan yang lainnya, cara bagaimana mengoordinasikan sumbangan-sumbangan
(32)
pemikiran dari anggota kelompok dan lainnya. Seorang guru juga bertugas untuk mengatur agar dalam kelompok tidak ditemukan lagi siswa yang mengerjakan tugasnya sendiri atau seorang siswa tidak mengerjakan tugasnya sendiri bahkan mungkin masih ada siswa yang lain hanya duduk saja. Guru juga mengatur semua siswa untuk dapat berbicara tanpa henti atau tanpa memberikan kesempatan kepada teman sekelompoknya sehingga diharapkan dalam pembelajaran kooperatif dapat tercapai dengan baik. Cara mengatasi hal tersebut, maka perlu dikembangkan suatu bentuk pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang disebut dengan time token.
Model time token pertama kali diperkenalkan oleh Arends pada tahun 1998. Model ini merupakan salah satu jenis model pembelajaran aktif yang bisa diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Time token itu sendiri berasal dari
kata “time” artinya waktu dan “token” artinya tanda. Time token merupakan
model belajar dengan ciri adanya tanda waktu atau batasan waktu. Batasan waktu disini bertujuan untuk memacu dan memotivasi siswa dalam mengeksploitasi kemampuan berfikir dan mengemukakan gagasannya. Model pembelajaran time token merupakan model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa aktif dalam berbicara. Dalam pembelajaran diskusi, time token digunakan agar siswa aktif bertanya dalam berdiskusi, yaitu dengan membatasi waktu berbicara misalnya 30 sampai 60 detik dan diharapkan siswa secara adil mendapatkan kesempatan untuk berbicara.
Kemampuan aktivitas siswa dapat mendukung kesuksesan hubungan sosial dan memungkinkan individu untuk bekerja sama dengan orang lain secara
(33)
17
efektif. Selain itu, agar cooperative learning bekerja, guru perlu mengajarkan berbagai keterampilan berbagi dan partisipasi untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar. Dalam keterampilan partisipasi guru dapat membantu mendistribusikan partisipasi siswa dengan lebih merata. Salah satunya adalah dengan model time token, yakni apabila sebagian siswa mendominasi kegiatan kelompok dan sebagian lainnya mungkin justru tidak mau atau tidak mampu berpartisipasi, maka masing-masing siswa dapat diberikan beberapa token yang berharga 30 atau 60 detik waktu bicara.
Pada model time token ini, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Sehingga kemampuan siswa dalam pembelajaran pun turut diperhitungkan untuk meningkatkan aktivitas siswa. Kegiatan dengan pembelajaran model time token diciptakan dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengontruksikan konsep atau menyelesaikan persoalan dengan anggota kelompoknya. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa. Guru memberikan setiap siswa kupon berbicara dengan waktu 30 sampai 60 detik untuk satu kartu. Bila telah selesai bicara, kupon yang dipegang siswa diserahkan pada guru. Siswa yang sudah tidak memegang kupon tidak boleh bicara lagi dan siswa yang lain yang masih memegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis. Semua siswa memiliki hak bicara yang sama sampai semua siswa berbicara (berpendapat). Guru dan siswa membuat kesimpulan hasil diskusi.
Menurut Zainal Aqib, “Model time token adalah model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa aktif berbicara. Selain itu, untuk
(34)
menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali”, Langkah-langkah dari model ini, sebagai berikut.
1. kondisikan siswa untuk melaksanakan diskusi (Cooperative Learning/CL).
2. tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. 3. tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu keadaan.
4. jika telah selesai bicara, kupon yang dipegang siswa diserahkan. setiap berbicara satu kupon.
5. siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi, sedangkan yang masih memegang kuponnya, harus bicara sampai kuponnya habis (Zainal Aqib, 2013: 33).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Suyatno, Langkah-langkah model pembelajaran ini meliputi :
1. kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi.
2. tiap siswa diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit).
3. siswa berbicara (berpidato tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon.
4. setelah selesai kupon dikembalikan (Suyatno, 2009: 76).
Berbagai pendapat di atas, model pembelajaran time token mampu mengatasi masalah yang ada pada pembelajaran sejarah siswa kelas XA. Berikut langkah-langkah model pembelajaran time token :
1. siswa dikondisikan untuk melaksanakan diskusi kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa,
2. siswa akan mendapatkan kupon bicara dengan waktu sekitar 30 detik sampai 60 detik,
3. siswa mendapatkan giliran untuk menyampaikan pendapat, ide, gagasan kepada anggota kelompoknya maupun kelompok lainnya, 4. setiap kali siswa mendapat giliran berbicara, siswa menyerahkan
(35)
19
siswa tersebut telah memberikan sumbangan pemikiran terhadap kelompok,
5. masing-masing siswa diharapkan mengeluarkan pendapatnya dari diskusi kelompok,
6. siswa berbicara sampai kupon habis (bila waktu mendukung).
Model pembelajaran time token mampu mengatasi masalah yang ada dalam kegiatan pembelajaran sejarah. Masalah-masalah tersebut dapat terselesaikan karena adanya kegiatan berbagai informasi antar anggota kelompok. Model pembelajaran ini juga mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, kooperatif, dan kolaboratif.
Pada dasarnya setiap model pembelajaran kooperatif tentunya mempunyai kelemahan dan kelebihan, tidak ada model pembelajaran yang memiliki kelebihan saja dan tidak mempunyai kekurangan. Meskipun, ada kekurangan dalam model pembelajaran, sebisa mungkin seorang guru harus professional dalam menjalankan tugasnya. Jadi, pengajar harus mampu memaksimalkan penggunaan model pembelajaran yang ia pilih untuk mengajar dan meminimalisir kekurangan yang terjadi. Berikut kelebihan model pembelajaran time token menurut Sri Udin:
1. memotivasi siswa untuk belajar mandiri terhadap materi pembelajaran,
2. melatih rasa percaya diri siswa dengan terbiasa tampil saat kegiatan belajar,
3. meningkatkan kemampuan siswa berbicara di depan orang, serta mengemukakan ide,
4. melatih daya ingat siswa dan disiplin dalam memanfaatkan waktu, Kelemahan model pembelajaran time token menurut Sri Udin:
(36)
“Pembatasan waktu dalam aktivitas belajar dapat mengurangi kesempatan berfikir siswa untuk mengemukakan pendapatnya secara maksimal” (Sri Udin, 2012).
Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif time token adalah model pembelajaran kooperatif yang menuntut partisipasi siswa dalam kelompok untuk berbicara (mengeluarkan ide atau gagasannya) dengan diberi kupon berbicara sehingga semua siswa harus berbicara, maka dari itu siswa tidak ada yang mendominasi dalam pelaksanaan diskusi.
3. Konsep Aktivitas Belajar
Pada dasarnya belajar adalah melakukan untuk merubah tingkah laku dan tindakan yang dialami oleh seseorang. Seperti yang diungkapkan oleh Dimyati dan Mudjiono, bahwa “Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa itu sendiri” (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 7).
Menurut Sriyono (2012) aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Kegiatan pembelajaran, aktivitas belajar siswa sangat diperlukan agar proses pembelajaran menjadi berkualitas dengan melibatkan langsung siswa dalam kegiatan pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Sardiman:
“Dalam belajar sangat di perlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas
belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca dan segala kegiatan yang di lakukan yang dapat menunjang prestasi belajar” (Sardiman,2008: 95).
(37)
21
Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru dalam proses pembelajaran tersebut. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar dan lain sebagainya.
Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi proses dan segi hasil. Bagi sebagian orang aktivitas sering dirasakan sebagai sesuatu yang membosankan, tidak menarik, bahkan pada beberapa siswa dinilai sebagai mencemaskan. Adanya perasaan cemas, takut dan khawatir akan menghambat terjadinya proses berpikirnya dan daya ingat yang baik.
Beberapa ahli menemukan kecemasan yang berlebihan dapat menggangu bekerjanya kemampuan mental yang disebut working memory, sehingga informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan tidak mampu dikeluarkan dalam ingatan kita. Sehubungan dengan itu, guru berperan dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif sehingga siswa tidak mengalami
(38)
ketegangan dalam aktivitas belajar sehingga terjalin suatu hubungan (kedekatan emosional) selama terjadinya aktivitas belajar.
Guru hendaknya dapat memotivasi peserta didik agar aktivitas dalam pembelajaran dapat optimal. Dengan demikian, proses belajar akan lebih dinamis dan tidak membosankan. Berikut manfaat aktivitas belajar dalam proses pembelajaran menurut Oemar Hamalik adalah:
1. siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri,
2. berbuat sendiri dan akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa,
3. memupuk kerja sama yang harmonis dikalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok,
4. siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individu,
5. memupuk disiplin belajar dan suasana belajar demokrasi, kekeluargaan, musyawarah, dan mufakat,
6. membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, guru dengan orang tua, siswa yang bermanfaat dalam pendidikan siswa,
7. pembelajaran dan belajar di laksanakan secara realistis dan konkret, sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis, 8. pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana
halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika, (Oemar Hamalik, 2003: 91).
Aktivitas pembelajaran agar dapat berhasil memerlukan keaktifan siswa dalam beraktivitas baik secara personal maupun secara kelompok. Selain itu, dibutuhkan juga kedisiplinan, pemahaman berpikir kritis, minat dan kemampuan sendiri. Dalam beraktivitas pembelajaran dibutuhkan hubungan erat antara sekolah dengan masyarakat, orang tua dengan guru untuk dapat mengukur aktivitas siswa dalam pembelajaran. Selain itu, perlu diketahui terlebih dahulu komponen-komponen aktivitas belajar yang akan digunakan
(39)
23
sebagai penelitian. Menurut Sri Sutjiatiningsih komponen aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar meliputi:
a. mendengarkan, melihat, membaca, berpikir dan mencatat, b. bersoal-jawab,
c. mengerjakan soal latihan atau tugas-tugas,
d. mendiskusikan masalah dan merangkum hasil pembicaraan, e. membuat ikhtisar uraian sejarah dalam bahasa sendiri, f. latihan membuat analisa dan sintesis peristiwa sejarah, g. membuat tafsir (interpretasi) dan rekonstruksi sejarah,
h. menemukan makna afektif dari pelajaran sejarah, (Sri Sutjiatiningsih, 1995: 138).
Berbagai aktivitas tersebut merupakan komponen-komponen aktivitas yang mampu melatih siswa untuk mengembangkan daya pikirnya. Dengan demikian, pelajaran sejarah bagi siswa berperan sebagai sarana untuk mengembangkan daya wawasan keilmuan, wawasan kebangsaan, serta kemanusiaan.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang menunjang penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Novia Yeni Fatmawati dengan judul “Keefektifan Strategi Time Token
Arends terhadap Kemampuan Menyimak Laporan Perjalanan pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Wonosari Gunungkidul.” Jenis penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui (1) ada tidaknya perbedaan kemampuan menyimak laporan perjalanan antara kelompok yang melaksanakan pembelajaran menyimak laporan perjalanan menggunakan strategi time token arends dengan kelompok yang melaksanakan pembelajaran menyimak laporan perjalanan tanpa menggunakan strategi time token arends siswa kelas VIII SMPN 1 Wonosari
(40)
Gunungkidul, (2) keefektifan strategi time token arends terhadap kemampuan menyimak laporan perjalanan pada siswa kelas VIII SMPN 1 Wonosari Gunungkidul. Hasil penelitian ini, yaitu (1) terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok yang melaksanakan pembelajaran menyimak laporan perjalanan menggunakan strategi time token arends dengan kelompok yang melaksanakan pembelajaran menyimak laporan perjalanan tanpa menggunakan strategi time token arends siswa kelas VIII SMPN 1 Wonosari Gunungkidul, (2) pembelajaran menyimak laporan perjalanan yang menggunakan strategi time token arends siswa kelas VIII SMPN 1 Wonosari Gunungkidul lebih efektif dibandingkan dengan kelompok yang melaksanakan pembelajaran menyimak laporan perjalanan tanpa menggunakan strategi time token arends siswa kelas VIII SMPN 1 Wonosari Gunungkidul.
Penelitian lain yang menggunakan model pembelajaran time token adalah penelitian yang dilakukan oleh Ari Fatmawati dan Eko Hariyono dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif STAD yang Mengintegrasikan Keterampilan Time Token terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Khadijah Surabaya pada Materi Pokok Fisika Fluida Statik”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran tipe STAD yang mengintegrasikan keterampilan time token terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari aspek kognitif. Hasil penelitian ini adalah hasil belajar siswa di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa di kelas kontrol. Keterampilan time token yang diterapkan pada penelitian ini membantu siswa saling berdiskusi dan berkomunikasi dalam kelompok belajar yang heterogen, sehingga penguasaan konsep siswa menjadi lebih baik.
(41)
25
Penguasaan konsep dan pengetahuan tentang kosa kata fisika lebih baik, hasil belajar yang diukur dari aspek kognitif melalui nilai post test menjadi lebih baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran time token berpengaruh terhadap efektivitas hasil belajar peserta didik. Sementara itu, penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah penelitian dengan jenis penelitian eksperimen kuasi atau eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran time token terhadap peningkatan aktivitas belajar sejarah siswa kelas X SMA Negeri 1 Seputih Mataram.
C. Kerangka Pikir
Proses pembelajaran terjadi ketika ada interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan antar siswa dengan siswa. Guru berupaya membelajarkan siswa dengan berbagai cara. Salah satunya dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sebagai salah satu metode yang dapat menjadikan siswa lebih aktif selama proses belajar mengajar. Selain itu, melatih siswa untuk mensosialisasikan ilmunya dalam kehidupan bermasyarakat.
Time Token adalah salah satu model pembelajaran kooperatif atau kelompok yang diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran akan terasa hidup dan tidak membosankan. Siswa dapat bekerja sama dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan dan saling membantu sesamanya serta mendapatkan pemerataan kesempatan dalam mengeluarkan pendapat, sehingga masing-masing anggota kelompok dapat
(42)
menghargai pendapat temannya yang lain dan tidak terjadi peranan yang mendominasi dalam suatu kelompok. Langkah-langkah dari model time token, yaitu: kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning/CL), tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu kurang lebih 30 sampai 60 detik, bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan, setiap siswa berbicara satu kupon, siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi. Kemudian, bagi siswa yang masih mempunyai kupon harus berbicara sampai kuponnya habis, begitu seterusnya.
Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar menurut Sri Sutjiatiningsing meliputi : 1. Mendengarkan, melihat, membaca, berpikir dan mencatat, 2. Bersoal-jawab, 3. Mengerjakan soal latihan dan tugas-tugas, 4. Mendiskusikan masalah dan merangkum hasil pembicaraan, 5. Membuat ikhtisar uraian sejarah dalam bahasa sendiri, 6. Latihan membuat analisa dan sintesis peristiwa sejarah, 7. Membuat tafsir (interpretasi) dan rekonstruksi sejarah, 8. Menemukan makna afektif dari pelajaran sejarah (Sri Sutjiatiningsih, 1996: 138). Aktivitas siswa tersebut merupakan komponen-komponen yang mendukung untuk pengembangan aktivitas siswa dalam proses belajar sejarah.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas (X) adalah model pembelajaran time token. Model ini tidak dipengaruhi oleh apapun juga. Variabel ini dapat diukur, dipilih, dibuat berubah, atau dikendalikan oleh peneliti, sedangkan variabel terikatnya adalah aktivitas siswa (Y).
(43)
27
D. Paradigma
Gambar 1. Paradigma
Keterangan :
: Garis Kegiatan : Garis Pengaruh
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang diteliti, jawaban ini dapat benar atau salah tergantung penelitian di lapangan. Sebagaimana telah diungkapkan oleh S. Margono “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya” (S. Margono, 2009: 67-68). Menurut Sugiyono “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan” (Sugiyono, 2012: 96). Menurut Winarno Surahmad berpendapat “Hipotesis adalah kesimpulan yang belum final yang dapat dibuktikan kebenarannya melalui penelitian” (Winarno Surahmad, 2001: 57). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat
Pembelajaran sejarah dengan Model Time Token Kelas XA
(Perlakuan)
Aktivitas Belajar Sejarah Siswa
(44)
disimpulkan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara yang dapat dibuktikan kebenarannya melalui fakta maupun data dari hasil penelitian. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pengaruh penggunaan model pembelajaran time token terhadap aktivitas belajar sejarah , untuk menguji hipotesis tersebut dapat digunakan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Pengaruh penggunaan model pembelajaran time token tidak dapat meningkatkan aktivitas siswa belajar sejarah.
H1 : Pengaruh penggunaan model pembelajaran time token dapat meningkatkan aktivitas belajar sejarah oleh siswa.
(45)
29
REFERENSI
Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media. Halaman 241
Anita Lie.2004. Cooperatif Learning. Jakarta: Grafindo. Halaman 17
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. .Jakarta: Rajawali Pers. Halaman 208
Rusman. Ibid..Halaman 211
M. Ibrahim, dkk. 2000. Pengembangan Kooperatif. Surabaya: Unesa. Halaman 6 Endang Mulyatiningsih. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.
Yogyakarta: Alfabeta. Halaman 227
Zainal Aqib. 2013. Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya. Halaman 33
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka. Halaman 76
Sri Udin. 2012. Kelebihan dan Kelemahan Model Time Token.
http: // www.sriudin.com/ 2012/ 01 /model-pembelajaran-time-token.html. (Sabtu. 04 Mei 2013. Pukul 09.45 WIB).
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 7
Sriyono. 2012. Pengertian Aktivitas. http: //www.ericson.com/2012/03/aktivitas-belajara-menurut-ahli.html. (Minggu. 08 Juli 2013. Pukul 09.58 WIB) Sardiman, A. M. 2008. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :PT.
Raja Grafindo Persada. Halaman 95
Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Halaman 91
Sri Sutjiatiningsih. 1995. Pengajaran Sejarah. Jakarta: CV. Dwi Jaya Karya. Halaman 138
(46)
Skripsi Mahasiswa, Judul: Keefektifan Strategi Time Token Arends terhadap Kemampuan Menyimak Laporan Perjalanan pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Wonosari Gunungkidul.2011, nama peneliti Novia Yeni Fatmawati, NPM 07201241041, Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. http://www.noviayen.com/skripsi-tim-token.html#hfvvvzfgku6h. (Sabtu, 4 Mei 2013. Pukul 11.35 WIB
Skripsi Mahasiswa, Judul: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang Mengintegrasikan Keterampilan Time Token terhadap hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Khadijah Surabaya pada Materi Pokok Fisika Fluida Statik. Nama peneliti Ari Fatmawati dan Eko Haryono, Program Studi Pendidikan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya.
http://www.ariyono.com/skripsi.html#hfvagtlzzgku6h. (Sabtu, 4 Mei 2013. Pukul 12.55 WIB
Sri Sutjiatiningsih. Loc. Cit. Halaman 138
S. Margono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta.Rineka Cipta. Halaman 67-68
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Halaman 96
Winarno Surahman. 2001. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Trasindo. Halaman 57
(47)
29
III. METODE PENELITIAN
A. Metode yang digunakan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen quasi atau eksperimen semu. Menurut Sugiyono bahwa “Penelitian eksperimen quasi yaitu eksperimen yang memiliki perlakuan (treatments), pengukuran dampak (outcome measures), dan unit-unit eksperiment (experimental units). Namun, tidak menggunakan penempatan secara acak” (Sugiyono, 2012: 109) Berdasarkan pendapat tersebut, maka metode eksperimen kuasi dalam penelitian ini bertujuan untuk memaparkan atau menggambarkan tentang pengaruh penggunaan model pembelajaran time token terhadap aktivitas belajar sejarah oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Seputih Mataram tahun pelajaran 2013-2014.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013-2014 di SMA Negeri 1 Seputih Mataram yang beralamatkan di Jalan Merapi Desa Pajar Mataram, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah kode pos 34164. Kegiatan penelitian ini diterapkan dalam materi pokok langkah-langkah dan metode dalam penelitian sejarah, sumber, bukti dan fakta dalam penelitian sejarah dan jenis-jenis sejarah.
(48)
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi merupakan salah satu data penting dalam sebuah penelitian. Menurut S. Margono, “Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam
suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan” (S. Margono, 2009: 118).
Sedangkan menuru Suharsimi Arikunto, “Populasi merupakan keseluruhan
subjek penelitian” (Suharsimi Arikunto, 2002: 108). Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa populasi berhubungan dengan suatu data dan bukan manusianya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Seputih Mataram pada tahun pelajaran 2013-2014, seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 2. Jumlah Anggota Populasi
No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 XA 11 25 36 siswa
2 XB 11 25 36 siswa
3 XC 11 25 36 siswa
4 XD 15 21 36 siswa
5 XE 16 20 36 siswa
6 XF 14 22 36 siswa
Jumlah 78 siswa 138 siswa 216 siswa
Sumber : Dokumentasi Tata Usaha SMAN 1 Seputih Mataram
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 216 siswa kelas X yang terdiri dari 78 siswa laki-laki dan 138 siswa perempuan.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi. Menurut S. Margono, “Sampel adalah bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan
(49)
31
menggunakan cara-cara tertentu” (S. Margono, 2009:121). Sampel dalam penelitian ini adalah satu kelas XA. Sampel tersebut dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono “Teknik purposive sampling, yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2012: 124). Sementara itu, untuk menentukan sampelnya yaitu berdasarkan rekomendasi guru pengampu mata pelajaran sejarah. Berdasarkan hasil konsultasi dan diskusi peneliti dengan guru sejarah lainnya bahwa kelas Xa membutuhkan perhatian dan penanganan karena dalam pembelajaran sejarah siswa sangat tergantung kepada guru bahkan siswa cenderung pasif dalam proses belajar mengajar. Sampel yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Jumlah Anggota Sampel
No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. XA 11 25 36 siswa
Sumber : Data SMA Negeri 1 Seputih Mataram
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 36 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan.
D. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian
1. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasi kegiatan maupun memberikan suatu operasional yang diberikan untuk mengukur konstrak atau
(50)
variabel tersebut. maka perumusan definisi operasional tersebut sebagai berikut :
a. Penerapan model pembelajaran time token merupakan suatu model yang digunakan untuk melatih agar siswa aktif tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Langkahnya adalah dengan mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi. Tiap siswa diberi kupon bicara dengan masing-masing kartu memiliki waktu 30-60 detik, siswa berbicara tidak membaca teks, setelah selesai kupon dikembalikan atau dikumpulkan depan kelompok masing-masing.
b. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakam rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran. Menurut Sri Sutjiatiningsih aktivitas siswa belajar meliputi: a) mendengarkan, melihat, membaca, berpikir dan mencatat, b) bersoal-jawab, c) mengerjakan soal latihan atau tugas-tugas, d) mendiskusikan masalah dan merangkum hasil pembicaraan. e) membuat ikhtisar uraian sejarah dalam bahasa sendiri, f) latihan membuat analisa dan sintesis peristiwa sejarah, g) membuat tafsir (interpretasi) dan rekonstruksi sejarah, h) menemukan makna afektif dari pelajaran sejarah.
2. Variabel Penelitian
Variabel merupakan suatu yang memiliki pengaruh dalam suatu penelitian. Menurut Sudaryanto (2003: 15), dalam penelitian kualitatif akan berhadapan dengan istilah yang dinamakan variabel. Suatu variabel dikatakan bebas apabila peneliti berkemampuan mengubah atau memanipulasi secara bebas
(51)
33
variabel tersebut. Adapun variabel dikatakan terikat apabila peneliti relatif tidak bebas untuk mengubah dan memanipulasi variabel tersebut karena peneliti bermaksud mengetahui keadaan dan keberadaan variabel tersebut.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah model pembelajaran time token. Model pembelajaran time token tidak dipengaruhi oleh apapun juga. Variabel ini dapat diukur, dipilih, dibuat berubah, atau dikendalikan oleh peneliti. Variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah aktivitas belajar sejarah oleh siswa yang terlihat dari hasil observasi yang telah dilakukan.
E. Prosedur penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut :
1. Penelitian Pendahuluan
Kegiatan yang dilakukan pada penelitian pendahuluan ini meliputi :
a. membuat surat izin penelitian pendahuluan ke sekolah;
b. mengadakan observasi ke sekolah tempat akan dilaksanakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan menjadi subjek penelitian;
c. menetapkan sampel untuk objek penelitian;
d. membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);
(52)
e. membuat instrumen penelitian yaitu lembar observasi untuk pengamatan aktivitas belajar sejarah oleh siswa.
F. Teknik Pengambilan Data
Pada penelitian ini peneliti mengambil data dengan menggunakan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa belajar sejarah selama proses pembelajaran berlangsung. Tujuan pembuatan lembar observasi, yaitu untuk merekam data berapa banyak siswa di suatu kelas yang aktif belajar dan bagaimana kualitas aktivitas belajar sejarah oleh siswa-siswa tersebut. Instrument yang digunakan pada penelitian ini berupa lembar observasi aktivitas belajar sejarah oleh siswa.
1. Observasi
Obervasi sebagai alat pengumpul data yang banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi bertujuan untuk mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Melalui observasi dapat diketahui bagaimana sikap dan perilaku siswa, kegiatan yang dilakukan, kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatannya.
Teknik observasi dilakukan untuk mengukur aktivitas belajar yang diperoleh dengan lembar observasi aktivitas siswa yang berisi semua komponen kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model time token. Setiap siswa diamati point kegiatan yang dilakukan dengan
(53)
35
cara member simbol angka 1 (satu) pada lembar observasi sesuai dengan komponen aktivitas yang telah ditentukan dan diberi angka 0 (nol) apabila siswa tidak melakukan aktivitas sesuai komponen aktivitas penilaian. Lembar observasi yang digunakan dalam pengambilan data aktivitas belajar sejarah siswa pada saat pembelajaran sebagai berikut:
Tabel 4. Lembar obrservasi aktivitas siswa
No.
Nama Siswa
Aktivitas Belajar Sejarah Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8
Sumber : Sri Sutjiatiningsih, 1995: 138 Keterangan :
1. Mendengarkan, melihat, membaca, berpikir dan mencatat, 2. bersoal-jawab,
3. mengerjakan soal latihan dan tugas-tugas,
4. mendiskusikan masalah dan merangkum hasil pembicaraan, 5. membuat ikhtisar uraian sejarah dalam bahasa sendiri, 6. latihan membuat analisa dan sintesis peristiwa sejarah, 7. membuat tafsir (interpretasi) dan rekonstruksi sejarah,
8. menemukan makna afektif dari pelajaran sejarah (Sumber: Sri Sutjiatiningsih, 1995:138).
2. Dokumentasi
Menurut S. Margono, “Metode dokumentasi adalah mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan-catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, pretest, notulen rapat, agenda dan sebagainya” (S. Margono, 2009:181). Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan peserta didik kelas X SMA Negeri 1
(54)
Seputih Mataram semester ganjil, yaitu nama dan jumlah peserta didik yang termasuk dalam populasi dan sampel. Selain itu, dokumentasi yang dicantumkan oleh peneliti berupa foto-foto selama kegiatan penelitian berlangsung.
3. Kepustakaan
Teknik kepustakaan ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan penelitian seperti teori dan konsep-konsep yang dibutuhkan dalam penelitian serta data lainnya yang diambil dari beberapa referensi buku.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan suatu langkah yang paling menentukan dalam penelitian karena analisi data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif. Data hasil observasi yang didapat melalui lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk melihat proses dan perkembangan aktivitas yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Data aktivitas siswa dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas dengan menghitung persentase aktivitas siswa menggunakan rumus sebagai berikut:
P =
×
100%Keterangan : P = angka persentase aktivitas siswa; F = frekuensi aktivitas siswa; N = jumlah skor maksimum (Suharsimi Arikunto, 1996 : 251).
Setelah menghitung nilai persentase aktivitas siswa kemudian menentukan kategori indeks aktivitas belajar siswa sesuai klasifikasi pada tabel 5.
(55)
37
Tabel 5. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa
Persentase aktivitas belajar siswa % Kategori 0 % ≤ P < 20% Kurang Sekali
20% ≤ P < 40% Kurang
40% ≤ P < 60% Cukup
60% ≤ P < 80% Baik
80% ≤ P < 100% Baik Sekali Sumber : Suharsimi Arikunto,1996:251
Berdasarkan dari semua proses pembelajaran sejarah yang telah dilakukan, maka dapat dikatakan berhasil apabila aktivitas siswa meningkat. Aktivitas siswa dapat dikatakan meningkat dengan kategori baik sekali apabila minimal persentase keaktifan mencapai 80% atau 28 siswa dari jumlah siswa yang dinyatakan aktif dengan jumlah keseluruhan 36 siswa.
(56)
REFERENSI
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta: Bandung. Halaman 109
S. Margono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta. Halaman 118
Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 108.
Tata Usaha. 2013. Dokumentasi SMA Negeri 1 Seputih Mataram S. Margono. Op.Cit. halaman 121
Sugiyono. Op.Cit. halaman 124
Tata Usaha. 2013. Data SMA Negeri 1 Seputih Mataram
Sudaryanto. 2003. Metodologi Penelitian Pengajaran Bahasa, Sebuah Panduan Singkat dan Praktis. Yogyakarta: FBS UNY. Halaman 15
Sri Sutjiatiningsih. 1995. Pengajaran Sejarah. Jakarta: CV. Dwi Jaya Karya. Halaman 138
S. Margono. Op. Cit. Halaman 181
Suharsimi Arikunto. 1996. ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 251
(57)
79
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: Pengaruh penggunaan model pembelajaran time token dapat meningkatkan aktivitas siswa belajar sejarah, dari delapan aktivitas siswa yang mengalami peningkatan dengan kategori aktivitas baik sekali adalah:
1 siswa mendengarkan, melihat, membaca, berpikir, dan mencatat, 2 siswa mengerjakan soal latihan atau tugas-tugas,
3 siswa mendiskusikan masalah dan merangkum hasil pembicaraan. Aktivitas siswa yang mengalami peningkatan dengan kategori cukup adalah
1. aktivitas siswa bersoal-jawab
Aktivitas siswa yang mengalami peningkatan dengan kategori kurang adalah: 1. siswa membuat ikhtisar uraian sejarah dalam bahasa sendiri,
2. siswa latihan membuat analisa dan sintesis peristiwa. Aktivitas siswa dengan kategori aktivitas kurang sekali adalah:
1. siswa membuat tafsir (interpretasi) dan rekonstruksi sejarah, 2. siswa menemukan makna afektif dari pelajaran sejarah
(58)
B. Saran
Mengingat pentingnya model pembelajaran time token sebagai model pembelajaran yang dapat mempengaruhi aktivitas sejarah siswa, dengan ini penulis menyarankan beberapa hal yang berkaitan dengan masalah tersebut:
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran time token, pada pelajaran sejarah untuk mengetahui pengaruh yang lebih baik lagi tentang aktivitas belajar sejarah siswa kelas X di SMA Negeri 1 Seputih Mataram.
2. Bagi siswa, disarankan untuk berlatih lagi dalam pembelajaran sejarah agar memiliki aktivitas yang lebih baik.
3. Bagi peneliti, perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut untuk mengetahui pemanfaatan model pembelajaran time token dalam pembelajaran sejarah dengan populasi yang lebih luas.
(59)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1995. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi VI. Jakarta: Bina Aksara. 459 halaman.
Aqib, Zainal. 2013. Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya. 122 halaman.
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 290 halaman.
Depdiknas. 2003. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. 242 halaman.
Ibrahim, M. dkk. 2000. Pengembangan Kooperatif. Surabaya: Unesa. 237 halaman.
Lie, Anita. 2004. Cooperatif Learning. Jakarta: Grafindo. 243 halaman.
Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Yogyakarta: Alfabeta. 260 halaman.
Margono, S. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 259 halaman.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. 418 halaman. Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media. 341 halaman.
Sardiman, A. M. 2008. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. 236 halaman.
Sudaryanto. 2003. Metodologi Penelitian Pengajaran Bahasa, Sebuah Panduan Singkat dan Praktis. Yogyakarta: FBS UNY. 234 halaman.
(60)
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. 345 halaman.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. 456 halaman.
Surahman, Winarno. 2001. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Trasindo. 124 halaman.
Sutjiatiningsih, Sri. 1995. Pengajaran Sejarah. Jakarta: CV Dwi Jaya Karya. 200 halaman.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Masmedia Sidoarjo: Buana Pustaka. 176 halaman.
Sumber lain :
Tata Usaha. 2013. Data SMA Negeri 1 Seputih Mataram . 2013. Dokumentasi SMA Negeri 1 Seputih Mataram Kuncoro. 2010. Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah.
http:
//www.pustakasekolah.com/karakteristik-mata-pelajaran-sejarah.html#ixzz2v6UzR6j. (Sabtu, 4 Mei 2013. Pukul 08.35 WIB). 2 halaman.
Siswo Dwi Martanto. 2010. Sasaran dan Tujuan Pembelajaran Sejarah, http:
//www.pustakasekolah.com/karakteristik-mata-pelajaran-sejarah.html#ixzz2v6UzR6j. (Sabtu, 4 Mei 2013, Pukul 08.32 WIB). 1 halaman.
Skripsi Mahasiswa, Judul: Keefektifan Strategi Time Token Arends terhadap Kemampuan Menyimak Laporan Perjalanan pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Wonosari Gunungkidul.2011, nama peneliti Novia Yeni Fatmawati, NPM 07201241041, Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. http://www.noviayen.com/skripsi-tim-token.html#hfvvvzfgku6h. (Sabtu, 4 Mei 2013. Pukul 11.35 WIB
Skripsi Mahasiswa, Judul: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang Mengintegrasikan Keterampilan Time Token terhadap hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Khadijah Surabaya pada Materi Pokok Fisika Fluida Statik. Nama peneliti Ari Fatmawati dan Eko Haryono, Program Studi Pendidikan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya.
http://www.ariyono.com/skripsi.html#hfvagtlzzgku6h. (Sabtu, 4 Mei 2013. Pukul 12.55 WIB
(61)
Sri Udin. 2012. Kelebihan dan Kelemahan Model Time Token.
http: //www.sriudin.com/2012/01/model-pembelajaran-time-token.html. (Sabtu. 04 Mei 2013. Pukul 09.45 WIB). 1 halaman.
(1)
38
REFERENSI
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta: Bandung. Halaman 109
S. Margono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta. Halaman 118
Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 108.
Tata Usaha. 2013. Dokumentasi SMA Negeri 1 Seputih Mataram S. Margono. Op.Cit. halaman 121
Sugiyono. Op.Cit. halaman 124
Tata Usaha. 2013. Data SMA Negeri 1 Seputih Mataram
Sudaryanto. 2003. Metodologi Penelitian Pengajaran Bahasa, Sebuah Panduan
Singkat dan Praktis. Yogyakarta: FBS UNY. Halaman 15
Sri Sutjiatiningsih. 1995. Pengajaran Sejarah. Jakarta: CV. Dwi Jaya Karya. Halaman 138
S. Margono. Op. Cit. Halaman 181
Suharsimi Arikunto. 1996. ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 251
(2)
79
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: Pengaruh penggunaan model pembelajaran time token dapat meningkatkan aktivitas siswa belajar sejarah, dari delapan aktivitas siswa yang mengalami peningkatan dengan kategori aktivitas baik sekali adalah:
1 siswa mendengarkan, melihat, membaca, berpikir, dan mencatat, 2 siswa mengerjakan soal latihan atau tugas-tugas,
3 siswa mendiskusikan masalah dan merangkum hasil pembicaraan. Aktivitas siswa yang mengalami peningkatan dengan kategori cukup adalah
1. aktivitas siswa bersoal-jawab
Aktivitas siswa yang mengalami peningkatan dengan kategori kurang adalah: 1. siswa membuat ikhtisar uraian sejarah dalam bahasa sendiri,
2. siswa latihan membuat analisa dan sintesis peristiwa. Aktivitas siswa dengan kategori aktivitas kurang sekali adalah:
1. siswa membuat tafsir (interpretasi) dan rekonstruksi sejarah, 2. siswa menemukan makna afektif dari pelajaran sejarah
(3)
80
B. Saran
Mengingat pentingnya model pembelajaran time token sebagai model pembelajaran yang dapat mempengaruhi aktivitas sejarah siswa, dengan ini penulis menyarankan beberapa hal yang berkaitan dengan masalah tersebut:
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran time
token, pada pelajaran sejarah untuk mengetahui pengaruh yang lebih baik
lagi tentang aktivitas belajar sejarah siswa kelas X di SMA Negeri 1 Seputih Mataram.
2. Bagi siswa, disarankan untuk berlatih lagi dalam pembelajaran sejarah agar memiliki aktivitas yang lebih baik.
3. Bagi peneliti, perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut untuk mengetahui pemanfaatan model pembelajaran time token dalam pembelajaran sejarah dengan populasi yang lebih luas.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1995. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi VI. Jakarta: Bina Aksara. 459 halaman.
Aqib, Zainal. 2013. Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif). Bandung: Yrama Widya. 122 halaman.
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 290 halaman.
Depdiknas. 2003. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. 242 halaman.
Ibrahim, M. dkk. 2000. Pengembangan Kooperatif. Surabaya: Unesa. 237 halaman.
Lie, Anita. 2004. Cooperatif Learning. Jakarta: Grafindo. 243 halaman.
Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Yogyakarta: Alfabeta. 260 halaman.
Margono, S. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 259 halaman.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. 418 halaman. Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media. 341 halaman.
Sardiman, A. M. 2008. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. 236 halaman.
Sudaryanto. 2003. Metodologi Penelitian Pengajaran Bahasa, Sebuah Panduan
(5)
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. 345 halaman.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. 456 halaman.
Surahman, Winarno. 2001. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Trasindo. 124 halaman.
Sutjiatiningsih, Sri. 1995. Pengajaran Sejarah. Jakarta: CV Dwi Jaya Karya. 200 halaman.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Masmedia Sidoarjo: Buana Pustaka. 176 halaman.
Sumber lain :
Tata Usaha. 2013. Data SMA Negeri 1 Seputih Mataram . 2013. Dokumentasi SMA Negeri 1 Seputih Mataram Kuncoro. 2010. Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah.
http:
//www.pustakasekolah.com/karakteristik-mata-pelajaran-sejarah.html#ixzz2v6UzR6j. (Sabtu, 4 Mei 2013. Pukul 08.35 WIB). 2 halaman.
Siswo Dwi Martanto. 2010. Sasaran dan Tujuan Pembelajaran Sejarah, http:
//www.pustakasekolah.com/karakteristik-mata-pelajaran-sejarah.html#ixzz2v6UzR6j. (Sabtu, 4 Mei 2013, Pukul 08.32 WIB). 1 halaman.
Skripsi Mahasiswa, Judul: Keefektifan Strategi Time Token Arends terhadap Kemampuan Menyimak Laporan Perjalanan pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Wonosari Gunungkidul.2011, nama peneliti Novia Yeni Fatmawati, NPM 07201241041, Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.
http://www.noviayen.com/skripsi-tim-token.html#hfvvvzfgku6h. (Sabtu, 4 Mei 2013. Pukul 11.35 WIB
Skripsi Mahasiswa, Judul: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang Mengintegrasikan Keterampilan Time Token terhadap hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Khadijah Surabaya pada Materi Pokok Fisika Fluida Statik. Nama peneliti Ari Fatmawati dan Eko Haryono, Program Studi Pendidikan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya.
http://www.ariyono.com/skripsi.html#hfvagtlzzgku6h. (Sabtu, 4 Mei 2013. Pukul 12.55 WIB
(6)
Sri Udin. 2012. Kelebihan dan Kelemahan Model Time Token.
http: //www.sriudin.com/2012/01/model-pembelajaran-time-token.html. (Sabtu. 04 Mei 2013. Pukul 09.45 WIB). 1 halaman.