Pemeriksaan fungsi hati Pengamatan makropatologi organ Penimbangan organ

32 Sediaan uji diberikan secara oral setiap hari selama 28 hari. Kemudian dilakukan pengamatan hewan uji terhadap gejala toksik yang muncul, untuk kelompok uji pengamatan dilakukan setiap hari selama 28 hari. Sedangkan untuk kelompok satelit pengamatan dilanjutkan selama 14 hari untuk mendeteksi proses penyembuhan kembali dari pengaruh toksik. Hewan ditimbang setiap hari selama 28 hari untuk menentukan volume sediaan uji yang akan diberikan. Perubahan berat badan dianalisis seminggu sekali. Pada akhir penelitian, hewan yang masih hidup ditimbang dan diotopsi OECD., 2008. Pengamatan terjadinya gejala-gejala toksik dan gejala klinis yang berupa perilaku fisik seperti diare, salivasi, lemas, gerak-gerik aneh seperti berjalan mundur dan menggunakan perut, hewan uji diletakkan di atas bidang yang datar dilakukan pengamatan secara umum pada masing-masing kelompok selama 2 jam setelah 1 jam pemberian sediaan uji. Sedangkan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi ditimbang setiap 1 minggu sekali BPOM RI., 2011.

3.9.5 Pemeriksaan fungsi hati

Pemeriksaan fungsi hati dilakukan dengan menghitung kadar ALT Alanin Aminotransferase menggunakan alat spektrofotometer UV yang dikerjakan oleh Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara. Darah diambil dari jantung sebanyak 0,5 ml darah dimasukkan ke dalam microtube, didiamkan ± 5 menit, disentrifuse selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm hingga dihasilkan serum yang bening. Penetapan kadar ALT dengan cara sejumlah 100 µl serum uji direaksikan dengan 1000 µl pereaksi uji untuk pemeriksaan ALT dalam tabung reaksi 5 ml, dihomogenkan dengan bantuan Universitas Sumatera Utara 33 vortex. Absorbansi diukur dengan spektrofotometer UV pada suhu 37°C tepat setelah menit ke 1, 2, dan 3 pada panjang gelombang 340 nm.

3.9.6 Pengamatan makropatologi organ

Tikus yang telah dikorbankan harus segera diotopsi dan dilakukan pengamatan secara makropatologi berupa perubahan warna, permukaan dan konsistensi dari organ.

3.9.7 Penimbangan organ

Organ yang akan ditimbang absolut harus dikeringkan terlebih dahulu dengan kertas penyerap, kemudian segera ditimbang, sedangkan yang dianalisis adalah bobot relatif indeks organ, yaitu bobot organ absolut dibagi bobot badan. 3.9.8 Pemeriksaan histopatologi Pemeriksaan histopatologi dilakukan di laboratorium anatomi kedokteran Sumatera Utara. Organ yang diperiksa adalah hati. Organ yang sudah dipisahkan dicuci dengan menggunakan larutan fisiologis 0,9, kemudian dimasukkan dalam larutan dapar formalin 10 dan dibuat preparat histopatologi dengan pewarnaan hematoxylin eosin kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Prosedur pembuatan preparat histopatologi: a. Organ yang akan dihistologi direndam di dalam larutan dapar formalin 10 pada suhu kamar. b. Organ yang akan dihistologi dipotong, untuk hati dilakukan pemotongan pada lobus terbesar hati. c. Untuk menghilangkan sisa formalin dilakukan pencucian dengan air mengalir. Universitas Sumatera Utara 34 d. Dilakukan proses dehidrasi dengan etanol 70, 80, 90 dan etanol absolut. Kemudian dilanjutkan dengan penjernihan menggunakan xylol sebanyak tiga kali selama 1 jam. e. Proses penanaman dilakukan dengan cara: sampel direndam dalam campuran xylol dan parafin cair pada suhu 60–70 o C, dengan perbandingan xylol : parafin berturut-turut 3 : 1,1 : 1 dan 1 : 3 masing-masing selama 2 jam. f. Dilakukan pencetakan dan dibiarkan membeku, kemudian blok parafin dipotong dengan menggunakan alat mikrotom dengan ketebalan irisan 5-7 µm. Setelah memperoleh potongan yang bagus, potongan tersebut ditempelkan pada kaca obyek. Sayatan organ yang telah menempel pada kaca obyek segera diletakkan pada permukaan pemanas dengan suhu 56-58°C selama kurang lebih 10 detik, sehingga organ meregang dan menempel pada kaca obyek sambil diatur jangan sampai organ berkerut atau melipat. Selanjutnya preparat disimpan dalam suhu kamar untuk dilakukan pewarnaan. g. Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan hematoxylin-eosin. Pertama sediaan direndam dengan larutan xylol untuk proses deparafinasi masing- masing selama 12 menit. Dilakukan proses dehidrasi dengan merendam preparat dalam etanol 70, 80, 90 dan etanol absolut selama 5 menit, dicuci dengan air mengalir. Selanjutnya direndam dengan larutan hematoxylin selama 5 menit, dicuci dengan air mengalir, dilakukan pewarnaan dengan eosin. Kemudian, dicelupkan ke dalam etanol 70, 80, 90 dan etanol absolut masing-masing selama 10 menit. Terakhir dimasukkan kedalam xylol selama 12 menit. Preparat diamati di bawah mikroskop. Universitas Sumatera Utara 35

3.10 Analisis Data

Dokumen yang terkait

Formulasi Sediaan Lipstik Dengan Ekstrak Kubis Merah (Brassica oleraceae var capitata L.f. rubra (L) Thell) Sebagai Pewarna

42 173 64

Uji aktivitas antibakteri ekstrak kubis (brassica oleracea l.var. capitata l.) terhadap bakteri Escherichia Coli

0 5 0

Stabilitas Pigmen Antosianin Kubis Merah (Brassica Oleraceae Var Capitata L.F. Rubra (L) Thell) Terenkapsulasi Pada Minuman Ringan Yang Dipasteurisasi (Stability Of Encapsulation Red Cabbage (Brassica Oleraceae Var Capitata L.F. Rubra (L) Thell) Anthocyan

1 3 19

Karakterisasi Simplisia dan Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Etanol Kubis Ungu (Brassica oleracea L. Var. Capitata F. Rubra) pada Tikus Jantan

0 1 15

Karakterisasi Simplisia dan Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Etanol Kubis Ungu (Brassica oleracea L. Var. Capitata F. Rubra) pada Tikus Jantan

0 0 2

Karakterisasi Simplisia dan Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Etanol Kubis Ungu (Brassica oleracea L. Var. Capitata F. Rubra) pada Tikus Jantan

0 1 6

Karakterisasi Simplisia dan Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Etanol Kubis Ungu (Brassica oleracea L. Var. Capitata F. Rubra) pada Tikus Jantan

0 0 13

Karakterisasi Simplisia dan Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Etanol Kubis Ungu (Brassica oleracea L. Var. Capitata F. Rubra) pada Tikus Jantan

0 1 4

Karakterisasi Simplisia dan Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Etanol Kubis Ungu (Brassica oleracea L. Var. Capitata F. Rubra) pada Tikus Jantan

0 2 14

Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Kubis (Brassica oleracea var. capitata f. alba) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro

0 0 5