11
menyatakan bahwa sebetulnya untuk hal non akademik itupun menjadi suatu penentu juga untuk suatu keberhasilan, mahasiswa kesehatan masyarakat dituntut bagaimana
pendekatan kemasyarakat, terampil, pandai berkomunikasi, mampu mengorganisasi masyarakat, mandiri dan seterusnya. Dan MD berpendapat bahwa dalam koridor
akademik paling mudah itu adalah bagaimana aktifitas pengembangan diri mahasiswa itu masuk dalam kurikulum dan idealnya aspek pengembangan diri itu melekat pada
masing-masing mata kuliah.
3. Pemberian kredit poin dapat meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam
aktifitas non-akademik
Dalam pernyataan ini DA menyatakan bahwa mahasiswa dituntut untuk memenuhi kredit karakter dengan berperan aktif di luar pembelajaran kelas sehingga
mahasiswa terpacu dalam meningkatkan potensinya yang dimiliki melalui keaktifannya dalam sebuah kepanitiaan, keorganisasian dan kegiatan kemasyarakatan.
Dalam buku Pedoman Sistem Kredit Karakter Mahasiswa dalam Anonim, 2012 menyatakan tata laksana penilaian karakter mahasiswa yang terdiri dari: Pertama,
penetapan domain karakter yang dinilai. Kedua, penetapan satuan angka SKKM. Ketiga, prosedur pelaksanaan dan pihak terkait. Keempat, metode sosialisasi SKKM.
Dalam wawancara dengan S menyatakan bahwa harapakan kami dengan diterapkan soft skills atau life skills ini dalam tanda petik agak di post agak dipaksa supaya
mahasiswa dipaksa untuk mengembangkan diri dalam bentuk terlibat di dalam organisasi, atau panitiaan dan lain sebagainya baik internal kampus atau ekternal
kampus. Jadi tidak hanya di dalam kampus saja.
4. Perumusan kebijakan sistem kredit karakter mahasiswa
Penetapan kebijakan mempunyai peran dalam kemajuan sebuah kelompok, Karft Furlong dalam Hamdi, 2014 mengataka penetapan kebijakan policy
legitimation merupakan mobilisasi dari dukungan politik dan penegasan kebijakan secara formal termasuk justifikasi untuk tindakan kebijakan. Dalam hal ini terdapat
dua makna dari penetapan kebijakan. Pertama, penetapan kebijakan merupakan
12
proses yang dilakukan pengambil kebijakan untuk melaksanakan suatu pola tindakan tertentu atau sebaliknya, untuk tidak melakukan tindakan tertentu. Kedua, penetapan
kebijakan berkaitan dengan pencapaian konsensus dalam pemilihan alternatif- alternatif yang tersedia. Tahap ini juga berkenaan dengan legitimasi dari alternatif
yang dipilih, yakni berupa suatu rancangan tindakan-tindakan yang ditetapkan menjadi peraturan baru yang dilaksanakan. MD berpendapat bahwa perumusan
kebijakan sistem kredit karakter mahasiswa berorientasi pada KKNI mulai dari pembuatan penyusunan kurikulum baru, struktur kurikulum sampai implementasinya
yang diarahkan pada capaian dimana di setiap mata kuliah ada aktifitas pengembangan diri dan pemberian nilaikredit dalam setiap SKSnya.
5. Pendekatan top down dan bottom up dalam implementasi kebijakan