13
6. Implementasi kebijakan sistem kredit karakter mahasiswa
Dalam wawancara ditemukan pernyataan dari S kalau dari versi di WR 1 itu adalah SKS tetapi SKS itu tentu menurut konsep kami itu ada kredit poin yang harus
dicapai misalkan disetarakan SKSnya 2 misalnya kredit poin maksimal itu berapa? Levine Moreland dalam Cottam, Beth, Elena, Thomas, 2012 berpendapat
bahwa setiap kelompok atau organisasi dapat dipastikan memiliki sebuah struktur dan struktur cenderung berkembang dengan cepat dan berubah dengan lambat dalam
kebanyakan kelompok. Dan DA menyatakan bahwa kita terapkan untuk persyaratan, persyaratan pengambilan. persyaratan pendadaran. Jadi bisa ujian skripsi
kalau minimal dia punya poin 20 poin gitu, sampai sekarang karena SKKM belum diterapkan di fakultas terutama fakultas ilmu kesehatan kan belum, kami masih
memakai model kami. Dari OSP menyatakan bahwa ini rencana kami, dulu kita sudah sosialisasikan ke mahasiswa tentang pemberlakuan SKKM itu, ditahun ini kita
nanti akan koordinasi dengan koordinator skripsi untuk sebagai salah satu syarat maju ujian skripsi bagi mahasiswa kami itu dengan memulai SKKM ini.
7. Hambatan dan tantangan dalam penerapan kebijakan
Munculnya permasalahan dalam penerapan kebijakan sitem kredit karakter mahasiswa disebabkan oleh bermacam faktor. Ada yang terkendala dengan skripsi
belum selesai, sehingga belum tersosialisasi, pendapat OSP. Pendapat lain dari S yang menyatakan tidak semua mahasiswa memiliki kesadaran untuk mengembangkan
soft skills. Dan pendapat lain dari DA yang menyatakan hanya mahasiswa yang bener-bener pasif yang kesulitan untuk memenuhi dan mendapatkan poin standar,
dalam hal ini mahasiswa hanya kuliah lalu pulang artinya dia tidak mau tahu dengan kegiatan organisasi di kampus atau di luar kampus.
8. Solusi yang diberikan atas permasalahan yang muncul
Van Meter dan Van Horn dalam Hamdi, 2014 pada dasarnya dimaksud untuk mengidentifikasi hubungan antara kepentingan yang beragam dari analis
kebijakan, perhatian langsung pada faktor penentu dari kebijakan publik dan
14
memberikan penekanan pada keterkaitan yang sering kali tidak sempurna antara kebijakan yang ditetapkan dengan pelayanan yang nyata dilakukan. Dalam hal ini
TK berpendapat hanya saja implementasinya perlu di elek-projekkan, karena program-program kebijakan-kebijakan baru di UMS sangat banyak dan kalau itu
fokusnya ada dibidang intern bidang satu serta klause mekernya sekarang ada dibidang tiga universitas, kalau itu ambil klausenya gak bisa menerapkan ya kita kan
kerepotan. Pendapat secara teknis atas kekurangan poin disampaikan oleh OSP yang menyatakan sebenarnya mahasiswa bisa koordinasi dengan progdi karena progdi
mempunyai rencana penguatan program studi sehingga banyak sekali kegiatan yang bisa memfasilitasi mahasiswa baik itu berupa work shop, kuliah pakar, pertemuan
ilmiah, pengabdian masyarakat, penelitian. Atau mereka juga bisa koordinasi dengan dosen untuk mengikuti pengabdian dosen, menjadi asisten peneliti, dan
diberlakukannya surat keterangan pendamping ijazah dari progdi.
V. Simpulan