Pendekatan top down dan bottom up dalam implementasi kebijakan Implementasi kebijakan sistem kredit karakter mahasiswa

12 proses yang dilakukan pengambil kebijakan untuk melaksanakan suatu pola tindakan tertentu atau sebaliknya, untuk tidak melakukan tindakan tertentu. Kedua, penetapan kebijakan berkaitan dengan pencapaian konsensus dalam pemilihan alternatif- alternatif yang tersedia. Tahap ini juga berkenaan dengan legitimasi dari alternatif yang dipilih, yakni berupa suatu rancangan tindakan-tindakan yang ditetapkan menjadi peraturan baru yang dilaksanakan. MD berpendapat bahwa perumusan kebijakan sistem kredit karakter mahasiswa berorientasi pada KKNI mulai dari pembuatan penyusunan kurikulum baru, struktur kurikulum sampai implementasinya yang diarahkan pada capaian dimana di setiap mata kuliah ada aktifitas pengembangan diri dan pemberian nilaikredit dalam setiap SKSnya.

5. Pendekatan top down dan bottom up dalam implementasi kebijakan

Matland dalam Hamdi, 2014 mencatat bahwa literatur mengenai implementasi kebijakan secara umum terbagi dalam dua kelompok, yakni kelompok dengan pendekatan dari atas top-down dan kelompok dengan pendekatan dari bawah bottom-up. Dalam wawancara ditemukan pernyataan dari S bahwa semula itu adalah dari usulan dari bawah. dari kemahasiswaan kemudian membentuk tim merumuskan itu, kemudian kami berusaha menyampaikan keberbagai pihak di kampus ini kemudian terakhir muncullah yang namanya rapat kerja yang khusus membicarakan tentang itu, rapat kerja itu merekomendasikan artinya justru malah bottom up ini bukan top down. Menurut S mengenai kebijakan sistem kredit karakter mahasiswa, semula itu adalah dari usulan dari bawah, dari kemahasiswaan kemudian membentuk tim merumuskan itu, kemudian menyampaikan keberbagai pihak di kampus ini sehingga kebijakan baru diproses dalam rapat kerja dan merekomendasikan kepada pimpinan supaya life skills atau sofs skills ini menjadi sesuatu yang harus dimiliki mahasiswa. Pendapat ini dikuatkan MD bahwasannya semua mekanisme pembahasannya kebijakan baru melibatkan semua program studi sehingga ketika melibatkan semua program studi diharapkan program yang kita luncurkan ini dampaknya besar bisa beresonansi dengan dosen, prodi dan mahasiswa. 13

6. Implementasi kebijakan sistem kredit karakter mahasiswa

Dalam wawancara ditemukan pernyataan dari S kalau dari versi di WR 1 itu adalah SKS tetapi SKS itu tentu menurut konsep kami itu ada kredit poin yang harus dicapai misalkan disetarakan SKSnya 2 misalnya kredit poin maksimal itu berapa? Levine Moreland dalam Cottam, Beth, Elena, Thomas, 2012 berpendapat bahwa setiap kelompok atau organisasi dapat dipastikan memiliki sebuah struktur dan struktur cenderung berkembang dengan cepat dan berubah dengan lambat dalam kebanyakan kelompok. Dan DA menyatakan bahwa kita terapkan untuk persyaratan, persyaratan pengambilan. persyaratan pendadaran. Jadi bisa ujian skripsi kalau minimal dia punya poin 20 poin gitu, sampai sekarang karena SKKM belum diterapkan di fakultas terutama fakultas ilmu kesehatan kan belum, kami masih memakai model kami. Dari OSP menyatakan bahwa ini rencana kami, dulu kita sudah sosialisasikan ke mahasiswa tentang pemberlakuan SKKM itu, ditahun ini kita nanti akan koordinasi dengan koordinator skripsi untuk sebagai salah satu syarat maju ujian skripsi bagi mahasiswa kami itu dengan memulai SKKM ini.

7. Hambatan dan tantangan dalam penerapan kebijakan