commit to user 82
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Latar
Menurut buku bahan yang resmi menjadi acuan bagi Yayasan Pembina Pendidikan Perguruan Tinggi Veteran Sukoharjo menyatakan bahwa para pendiri
Perguruan Tinggi Veteran Sukoharjo adalah : Soenaryo AS, FX Sri Widodo, BA, Soetasno, BA, Karsono AS, BA, Sarwoko, SH, Sulbekti, Drs. Mursidi, Soeroso, BA.
Kesembilan orang tersebut yang telah diakui dan ditetapkan sebagai pendiri berdasar kriteria tertentu dari hasil penelitian yang mendapat tugas resmi dari Lembaga, dalam
hal ini Rektor Universitas Veteran Bangun Nusantaara. Hasil penelitian tersebut diberi judul : Perguruan Tinggi Veteran Sukoharjo Selayang Pandang 1977 : 157.
Pada awal berdirinya memang tidak langsung menjadi Universitas seperti sekarang ini, melainkan berupa Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan IKIP
Veteran Semarang Cabang Sukoharjo, kemudian memisahkan diri menjadi IKIP Veteran Sukoharjo tahun 1968. pada masa ini masih berupa IKIP Muda karena baru
meluluskan sampai tingkat Sarjana Muda dan memiliki 8 delapan jurusan dengan status terdaftar. Salah satu jurusan yang ada ialah jurusan pendidikan sejarah dengan
mahasiswa campuran, artinya ada yang baru lulus SLTA dan para pegawai terutama para guru SD, SMP dan SMA. Meskipun masih berupa IKIP muda dengan status
terdaftar tetapi jumlah mahasiswa masing-masing jurusan yang ada cukup memadai
commit to user 83
artinya berkisar antara 30 sd 50 orang dengan tenaga pengajar yang berasal dari para praktisi dan tenaga pengajar dari IKIP Surakarta.
Dapat juga kiranya IKIP Veteran Muda ini merupakan kelanjutan dari PGSLP Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama Negri Sukoharjo, sebab setelah PGSLP
ini tidak dibuka kembali para lulusan PGSLP ini meminta kepada para dosen agar bisa dibuka pendidikan sampai tingkat sarjana muda, dan usaha para dosen PGSLP
ini ternyata berhasil. Para dosen PGSLP ini kebanyakan baru bergelar Sarjana Muda, namun kemudian banyak yang melanjutkan ke IKIP Surakarta dan dapat mencapai
S1. Setelah Yayasan Pembina Pendidikan Perguruan Veteran Sukoharjo berdiri
tahun 1979 dengan Akta Notaris, maka diusahakan ada perubahan dari IKIP Muda menjadi IKIP penuh, artinya para mahasiswa yang diterima menjadi mahasiswa
dengan status S1 dan tidak menerima tingkat Sarjana Muda lagi. Usaha ini berhasil dan mendapat ijin dari Dirjen Dikti melalui Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah tahun
1983. Pada awalnya penerimaan mahasiswa masih terbatas masing-maisng jurusan 8 hanya menerima 1 satu kelas dengan jumlah antara 40-70 mahasiswa berdasar
data dari Buku Selayang Pandang Perguruan Veteran Sukoharjo 1977 : 53. Hal ini karena tempat dan ruang kuliah yang terbatas.
1. Tempat Perkuliahan
Pada awal berdiri IKIP Muda tahun 1968 tempat perkuliahan ada di Panti Marhaen Jln. Slamet Riyadi Sukoharjo, tetapi karena jumlah mahasiswa
semakin banyak, maka tempat kuliah berpindah-pindah yakni ke SMP Negeri I
commit to user 84
Sukoharjo, kemudian SMA Negeri I Sukoharjo, SMP Negeri 2 Sukoharjo. Setelah dapat membangun kampus sederhana milik lembaga sendiri, perkuliahan tetap
ada yang di kampus dan di SMP Negeri 2, karena waktu itu jumlah mahasiswa sangat banyak karena dibuka kelas-kelas parallel. Setelah tahun 1983 Yayasan
Veteran membangun kampus baru dengan luas ± 4 ha, maka sambil menunggu lengkapnya kampus baru, tempat kuliah masih menempati kampus lama di Jalan
Dokter Muwardi dari SMP Negeri 2 sebagai kampus baru. Dengan 6 fakultas pada IKIP, jumlah mahasiswa cukup signifikan apalagi ditunjang dengan dosen
Negeri yang diperbantukan semakin banyak. Seiring dengan perkembangan jumlah mahasiswa regular, maka ada
desakan dari para lulusan Sarjana Muda untuk membuka kelas Extention Course dan permintaan ini dapat diakomodasi. Hamper semua jurusan membuka kelas
extention cours dengan perkuliahan pada sore hari. Berdasar prediksi dan studi kelayakan serta adanya tuntutan jaman, maka diusulkan adanya perubahan bentuk
dari IKIP menjadi Universitas, meskipun sarana dan prasarana belum lengkap trutama masalah laboratorium; namun hal itu lambat laun dapat dipenuhi. Usaha
ini trnyata berhasil yakni perubahan bentuk IKIP menjadi Universitas pada tahun 1993. universitas ini tetap memiliki 4 fakultas yakni : Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, FISIP, Pertanian, Teknik. Sejak dari IKIP hingga berubah menjadi Universitas hanya ada 2 jurusan yang berstatus diakui yakni : Sejarah dan
Bahasa Indonesia dari FKIP, sedang yang lain masih terdaftar. Dari 2 dua jurusan tersebut kemudian satu mengalami peningkatan status disamakan ialah
commit to user 85
jurusan Pendidikan Sejarah pada tahun 1995. Setelah ada perubahan cara evaluasi dengan system akreditasi, maka Pendidikan Sejarah merupakan satu-satunya
jurusan di Univet Bantara yang terakreditasi pertama kali. Dari status terdaftar, diakui, disamakan dan terakreditasi yang menjabat Ketua ProgramJurusan adalah
Bapak Muhadi Mariyun Surawidjaya. Sejak status disamakan beliau beruhasa keras agar Program Sejarah memiliki suatu Laboratorium.
Dengan bantuan para dosen sejarah dalam membangun kerjasama yang baik dan suasana yang kondusif, maka usaha beliau berhasil membangun suatu
laboratorium sejarah, dengan catatan bahwa lembaga tidak mengeluarkan beaya sedikitpun. Mempergunakan cara yang cukup unik, laboratorium sejarah itu
terwujud berkat kerjasama antara Universitas Bangun Nusantara, Kantor Suaka Penginggalan Sejarah dan Purbakala Propinsi Jawa Tengah dan Pemerintah
Daerah Kabupaten Sukoharjo yang pada waktu itu dipimpin Bupati Ir. Tedjosuminto setelah melalui proses yang panjang dan beberapa kali rapat
gabungan, akhirnya disepakati pembangunan laboratorium sejarah dengan ketentuan sebagai berikut :
1 Universitas Veteran Bangun Nusantara menyediakan tempat tanah seluas 300 m².
2 Pemda Sukoharjo mengisi benda-benda bersejarah dan Purbakala yang dimiliki.
3 Gedung dan biaya transportasi yang menanggung Kantor Suaka yang pada waktu itu sebesar Rp. 20 juta rupiah untuk bangunan induk
commit to user 86
sedang bangunan tambahan pada tahun anggaran 19971998 ini gagal karena terjadi krisis ekonomi dan politik. Bangunan tambahan ini
sedianya untuk barang-barang koleksi laboratorium yang dimiliki program sejarah.
4 Kantor Suaka menyediakan 1 satu tenaga honorer dan dihaji dari Kantor Suaka Tenaga honorer ini sekarang telah diangkat sebagai
Pegawai Negeri Sipil 5 Laboratorium ini juga dapat dipergunakan untuk umum khususnya
masyarakat se Kabupaten Sukoharjo. 6 Secara khusus dipergunakan bagi para mahasiswa Program Stuadi
Sejarah karena akan menjadi gurutenaga pengajar, sehingga perlu sekali memahami dan belajar tentang nilai-nilai masa lalu
Karena laboratorium ini mengoleksi benda-benda yang tidak ternilai harganya, maka ditempatkan pada tempat yang strategis namun aman. Sewaktu-
waktu laboratorium ini dapat dipergunakan oleh para mahasiswa, maupun umum karena ada penjaganya. Halaman laboratorium ini memang tidak terlalu luas
namun cukup asri dan teduh karena dihiasi tanaman pot dan ditanamai tanaman langka yang diusahakan oleh beliau Bapak Muhadi sendiri yakni tanaman langka
dari Flores Nusa Tenggara Timur : Bidara Laut, cirinya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, cukup untuk berteduh dari sinar matahari beberapa orang. Ada
2 dua batang tanaman dikanan dan kiri jalan masuk. Bidara laut adalah juga termasuk tanaman obat-obatan, khususnya untuk penyakit Gula diabetes. Para
commit to user 87
peramu obat herbal dari Sukoharjo sering mengambil buah tanaman ini yang sudah jatuh.
Benda-benda koleksi laboratorium sejarah ini merupakan benda-benda masa lalu yang asli dan dibuat oleh nenek moyang bangsa Indonesia sehiangga
tak ternilai harganya. Ada yang terbuat dari batu ondesit dan ada yang terbuat dari kayu sehingga nilai kekunoannya tidak dapat diragukan. Yang tersimpan di
program ada yang tiruan dan ada yang terbuat dari batu ondesit seperti arca Ganesa dan Arca Parwati dll.
Sebagai calon pendidik guru sejarah dalam penanaman Nilai-nilai kepada anak didik tidak bisa melepaskan diri dari wujud bendahasil budaya karya
nenek moyang seabgai bentuk nyata nilai budaya. Jadi sewaktu terjadi proses belajar mengajar, seorang guru tidak hanya bersifat perbalisan, utamanya adalah
guru sejarah. Seorang guru sejarah tidak akan menyampaikan pewarisan nilai- nilai hanya dengan dongeng dan anak didik disuruh menghayalkan sesuatu yang
maya, oleh sebab itu guru sejarah dituntut untuk memberikan suatu bukti nyata yang ia katakana atau ia ajarkan. Dengan bukti nyata tersebut anak didik menaruh
kepercayaan tetapi juga melihat suatu kebenaran tentang sejarah. Penanaman nilai-nilai seperti ini yang diharapkan oleh semua kalangan
sehingga anak didik tidak kehilangan arah dalam mencari jati diri. Memang harus diakui selama ini guru sejarah lebih banyak mengajarkan sejarah berorientasi
pada angka tahun, tokoh-tokoh, sebab-sebab, peristiwa-peristiwa, sehingga anak didik tahunya sejarah itu adalah sejarah tokoh, sejarah peristiwa dsb. Ini semua
commit to user 88
juga tidak salah, namun perlu dipahami oelh seorang guru sejarah, bahwasannya sejarah itu bukan hanya angka tahun, bukan hanya tokoh. Apabila sejarah itu
hanya berorientasi demikian itulah yang disebut sejarah naratif atau berdasar sumber berita. Padahal yang dikembangkan itu adalah sejarah non naratif atau
yang lebih dikenal dengan istilah sejarah kritis atau sejarah analistis. Dengan mengembangkan sejarah analistis maka penanaman nilai-nilai akan lebih
menghasilkanberhasil jika dibanding dengan sejarah naratif. Bahkan dalam sejarah naratif akan terjadi kecenderungan pengkultusan terhadap seorang tokoh.
Padahal pengkultusan ini tidak akan melihat kelemahan atau kekurangan seorang tokoh tetapi yang dilihat hanya hal-hal yang baik dan hebat saja. Inilah
yang dinamakan suatu penyelewengan sejarah. Kalau sudah begini sejarah itu sudah tidak obyektif lagi, padahal sejarah itu harus obyektif, seperti harapan Ibnu
Khaldun sejarawan terkenal itu. Oleh sebab itu apabila seorang guru sejarah telah melihat suatu obyek yakni benda sejarah masa lalu, maka akan mampu
mengembangkan suatu pemikiran dalam bentuk analisa. Pengembangan analisa itu sangat penting sebab menganalisa tentang masa lalu berarti telah memiliki
gambaran masa lalu secara luas yang menyangkut tentang kehidupan nenek moyang meliputi : tingkat social, ekonomi, politik dan budaya maupun tingkat
peradaban yang telah dicapai. Guna mendapatkan bekal materi seperti inilah pentingnya suatu
laboratorium sebagai tempat menimba pengetahuan sebagai sumber belajar yang tidak akan pernah usang atau kering. Pendidikan dan pengajaran sejarah bukan
commit to user 89
sekedar menimba suatu ilmu melainkan pendidikan dan pengajaran yang memiliki roh penanaman nilai guna membangkitkan rasa kebanggaan sebagai bangsa.
Selain itu penanaman nilai-nilai itu sekaligus sebagai pembentukan karakter, sebab pembentukan karakter yang sekarang akan diajarkan mustahil dapat
tercapai tanpa melibatkan pendidikan dan pengajaran sejarah yang ditanamkan terhadap anak didik. Apalagi grant designer dalam pendidikan karakter secara
konseptual ingin menyatukan ilmu-ilmu sosial sebagai landasannya, ini lebih tidak masuk akal.
Yang perlu disayangkan dalam pembentukan watak bangsa dan penanaman nilai-nilai justru mata pelajaran sejarah tidak mendapatkan porsi yang
cukup dan benar. Akibatnya bangsa terutama generasi mudanya tidak memiliki jati diri sebagai bangsa, sehingga arah kedepan tidak ada atau boleh jadi tidak ada
yang dapat diharapkan sebagai generasi penerus yang handal untuk kemajuan, kemandirian dan ketahanan bangsa. Betapa pentingnya guru sejarah yang
sekarang sebagai mahasiswa, dibekali kemampuan menyampaikan pendidikan dan pengajaran sejarah sebagai penanaman nilai sehingga anak didik sebagai out
put dapat memiliki tingkat kesadaran sejarah yang tinggi. Dengan demikian generasi penerus dapat memiliki kesadaran sejarah, selanjutnya dapat dan mampu
memikul tanggung jawab sebagai generasi penerus yang dapat diandalkan. Guna mencetak tenaga kependidikan yang handal diperlukan sarana dan
prasarana yang memadai. Dalam hal pendidikan dan pengajaran sejarah sarana dan prasarana yang diperlukan salah satunya yakni laboratorium sejarah sebagai
commit to user 90
sumber belajar dalam usaha penanaman nilai-nilai. Oleh sebab itu program studi pendidikan sejarah Universitas Veteran Bangun Nusantara telah memiliki salah
satu sarana sumber belajar yang disebut laboratorium yang dapat dimanfaatkan seluruh mahasiswa pendidikan sejarah dalam menggali nilai-nilai masa lalu
2. Laboratorium Sejarah
Laboratorium sejarah sangat berbeda dengan laboratorium ilmu-ilmu lain terutama ilmu exsata dan kimia. Oleh sebab itu dalam ilmu sejarah ada yang
terkait dengan istilah : kapan, apa, dimana suatu peristiwa itu terjadi. Disamping itu juga terdapat suatu pertanyaan mengapa itu terjadi. Untuk memberikan
jawaban-jawaban tersebut bukan merupakan pekerjaan yang mudah tetapi membutuhkan ketajaman berfikir serta bagaimana memenit dan pertanyaan
tersebut sehingga dapat dan mampu memberikan suatu analisa terbatas. Artinya yang memberikan jawaban tersebut dapat memberikan kesimpulan sementara
sebelum memberikan analisa lebih lanjut. Hal ini diketengahkan mengingat peristiwa sejarah dapat berlangsung dimanapun dan kapanpun seperti tanah
longsor, gempa bumi, pembunuhan, perkelahian dsb. Sehubungan dengan hal itu maka, tempat, waktu, siapa dan mengapa, itu
akan terjadi diluar lingkungan kampus, sehingga diperlukan suatu pembuktian. Bentuk semacam ini yang dimaksudkan terbuka. Selain itu mungkin peristiwanya
atau kejadiannya telah lama berlalu atau bahkan sudah ratusan tahun seperti adanya bangunan dan peninggalan kuno berupa : candi, benteng, situs, gedung
kuno yang kesemuanya memiliki nilai sejarah tinggi. Gambaran seperti ini
commit to user 91
dikatakan bahwa laboratorium tidak ada dalam suatu ruangan khusus dan bersifat Common Use yang berupa Benda Cagar Budaya. Dalam ilmu sejarah
peninggalan-peninggalan tersebut dikatakan peninggalan masa lalu dan dapat dilihat secara langsung oleh siapapun. Karena peninggalan tersebut memiliki nilai
sejarah yang tinggi maka dalam kontek kesejarahan sering disebut Benda Cagar Budaya yang berfungsi sebagai laboratory bagi mahasiswa pendidikan sejarah
bersifat Common Use yakni dimanfaatkan untuk umum. Penggunaan istilah ini bukan merupakan sesuatu yang baru, sebab sebelum adanya laboratorium
tertutup, bentuk laboratorium sejarah terbuka ini yang dipergunakan oleh ilmuan sejarah dan mahasiswa sejarah mengamati dan mengembangkan suatu penelitian.
Ilmuan sejarah dan mahasiswa sejarah tempo dulu apabila ada kunjungan ke obyek sejarah misalnya ke Candi Prambanan, Borobudur, Kalasan dll.
Biasanya menggunakan istilah Research kuliah lapangan yang berarti penelitian dan pengamatan. Namun sebelum diadakan tersebut para mahasiswa telah
diberikan suatu bekal teori tentang obyek yang mau dikunjungi misal Prambanan. Para mahasiswa telah dibekali suatu teori tentang bagaimana candi Prambanan itu
dibuat, Relief apa saja yang ada di Candi Prambanan, di komplek candi ini ada 3 tiga candi besar dan didepannya ada candi-candi binatang serta masih banyak
candi-candi kecil yang lain dsb. Setelah di obyek para mahasiswa tinggal mencocokkan tentang apa yang didapat waktu kuliah, tentu saja dalam research
ini ada dosen pembimbing khusus. Selain itu juga diterangkan tentang ciri khusus Candi, misalnya Prambanan adalah candi Hindu dengan berbagai ciri-ciri ke-
commit to user 92
hindu-annya akan adanya relief cerita Ramayana. Cara membacanya juga menggunakan bahasa sejarah dan arkeologi, yakni Pradaksina.
Dengan mengamati dan mencocokkan apa mereka dapat tentu saja para mahasiswa akan dapat menggambarkan bagaimana nenek moyang telah mampu
membuat suatu bangunan yang sedemikian megah dan rumit itu. Disitu para mahasiswa dituntut untuk mengadakan suatu diskusi yang boleh jadi jawaban
kesimpulan akan mengatakan bahwa kurang lebih seribu tahun yang lalu teknologi nenek moyang kita telah tinggi dan tidak kalah dengan apa yang terjadi
sekarang ini. Ini jika hanya dilihat dari satu sisi, belum sisi-sisi yang lain yang membutuhkan kecermatan dan ketepatan cara memasang batu, membuat relief,
menggandengkan dan bagaimana membuat Grant Disignernya. Inilah laboratorium terbuka yang merupakan sumber pembelajaran luar biasa, penuh
dengan teori-teori keilmuan dan tidak aka nada habisnya untuk dipelajari tak pernah kering atau mungkin sebanding dengan teknologi yang sekarang
berkembang. Apa yang diutarakan didepan baru merupakan salah satu contoh obyek
laboratorium terbuka sebagai sumber belajar yang tidak akan habis-habisnya jika ditimba. Masih banyak peninggalan masa lalu yang merupakan koleksi
laboratorium terbuka bagi program studi Pendidikan sejarah dan tersebar di seluruh Nusantara. Namun untuk mengadakan kuliah lapangan dengan wilayah
akan sangat sulit untuk diatur, apalagi para mahasiswa masih harus menyelesaikan teori pada tiap-tiap semesternya, disamping itu juga biaya yang
commit to user 93
harus dikeluarkan. Jika sumber-sumber belajar di laboratorium terbuka sewilayah Nusantara ini mampu dikuasai mahasiswa calon guru ini, sekurang-kurangnya
yang bersangkutan akan mumpuni dan menguasahi nilai-nilai kesejahteraan untuk dapat ditularkan kepada anak didik, sehingga akan menghasilkan tingkat
kesadaran sejarah anak didik yang tinggi. Yang jelas ranah laboratorium terbuka sebagai sumber belajar bagi para
mahasiswa calon guru itu sekurang-kurangnya meliputi arkeologi Hindu Budha, arkeologi Islam dan arkeologi klasik yang terdapat dan tersebar di wilayah Jawa
Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Disamping itu kedua wilayah ini juga terdapat situs dan artevak yang belum dapat diketahui masuk dalam kategori yang
mana dan ini sangat menarik untuk diselidiki dan diteliti para mahasiswa dan para arkeologi serta sejarawan. Namun sayangnya situs-situs yang belum jelas ini
banyak terkontaminasi oleh tambahan bangunan yang dibuat oleh para penguasa zaman Orde Baru sehingga di Kabupaten Karanganyar yang terdapat unsur Hindu
dan Budha, dan ada tambahan bangunan baru dan tidak jelas maksud, tujuan dan fungsinya.
Untuk mengatasi dan mensiasati agar laboratorium terbuka yang sarat sebagai sumber belajar ini. Jurusan atau program studi telah membuat suatu Grant
designer untuk keperluan program yang berkesinambungan. Bagi Program Studi Pendidikan Sejarah Univet Bantara Sukoharjo sudah dibuat sejak tahun 1993
hingga sekarang terus berjalan yakni berupa penambahan waktu dan semester. Adapun bentuk dan susunannya berdasarkan tingkat dan kemampuan menyikap
commit to user 94
sinyal-sinyal masa kelampauan dan dibarengi dengan pemasangan suatu kuliah yang mendukung ditempatkan pada semester berapa pembagiannya sebagai
berikut dalam kuliah lapangan para mahasiswa program sejarah Univet Bantara Sukoharjo :
a. Semester I, II, III
dengan sasaran arkeologi HinduBudha yang terletak di Jawa Tengah Selatan yakni : Borobudur, Mendut,
Prambanan, Kalasan dan Sari menjadi satu paket. b.
Semester IVV dengan sasaran kelanjutan arkeologi HinduBudha di
Jawa Timur yakni : Kidal, Jago, Sanggariti menjadi satu paket dan Penataran.
c. Semester VIVII
dengan sasaran arkeologi Islam yakni di pantai utara Jawa Tengah yakni : Demak, Kudus dan Jepara.
Biasanya kuliah lapangan ini dilakukan setelah berakhirnya ujian semester, sehingga tidak mengganggu perkuliahan.
d. Semester VIII dst
mestinya dilanjutkan ke Jakarta yakni ke Musium Gajah dan Arsip Nasional atau ke Pulau Bali. Namun selama ini belum pernah
terlaksana sebab terbentur waktu, biaya dan kegiatan kampus seperti Praktek Keguruan dan Kuliah Kerja Nyata untuk : a, b, dan c selama ini dapat berjalan
lancar karena sejak awal para mahasiswa sejarah telah mendapatkan sosialisasi. Namun dalam implementasinya, sebelum dibekali pemahaman
tentang macam, bentuk dan jenis peninggalan sejarah di Laboratorium Sejarah telah dibekali teori lebih dahulu oleh dosen yang menguasai dalam bidang ini.
commit to user 95
Pada laboratorium sebagai sumber belajar ini kepada para mahasiswa dikenalkan dengan bentuk ciri-ciri, jenis dari arkeologi HinduBuha, arkeologi
Islam dan arkeologi klasik. Sebab ada perbedaan dilapangan terutama bentuk bangunan biasanya utuh misal Prambanan, Borobudur dll, sedang di
Laboratorium kampus merupakan bagian dari bangunan yang utuh tersebut, namun ciri-cirinya dapat diketahui, sedang bentuknya mengikuti gerak zaman
dan lingkungan. Ada perbedaan misalnya bangunan HinduBudha Jawa Tengah dan
Daerah Istimewa Yogyakarta berbeda dengan Jawa Timur. Pada laboratorium sumber belajar mahasiswa sejarah Universitas Veteran Bangun Nusantara
Sukoharjo kebetulan juga ada koleksi bangunan Hindu Jawa Timur dalam bentuk reflika seperti Candi Kidal berciri Hindu dan reflika Candi Prambanan Hindu,
untuk Candi Kidal tambun, sedang Prambanan Ramping dan reliefnya juga berbeda, tetapi ciri khas Hindu sama seperti Lingga dan Yoni. Itulah pentingnya
suatu laboratorium sejarah sebagai salah satu pusat dan sebagai sumber belajar. Jika meminjam istilah dalam pewayangan, sebelum mahasiswa sejarah
terjun ke dunialapangan yang lebih luas, digodok dulu pada kawah condrodimuka yang berbentuk laboratorium sumber belajar, sehingga di
hamparan lapangan luas itu para mahasiswa mampu memberikan identifikasi yang tepat dan benar. Berbeda dengan arkeologi Islam misalnya soal bangunan
masjid, dimana-mana memiliki bentuk dan struktur yang sama, tetapi yang berupa pemahaman ada juga perbedaannya.
commit to user 96
Selain itu juga sering terjadi dan dijumpai tentang peninggalan arkeologi Hindu dan Budha sebagian tersebar bahan bakunya berupa batu andesit seperti
koleksi laboratorium sejarah Univet Bantara, namun ada yang berbahan batu bata seperti di Jawa Timur dan Candi Gembirowati di Kabupaten Gunung Kidul
Daerah Istimewa Yogyakarta. Demikian halnya bangunan Menara Kudus yang bercirikan Islam juga batu bata. Arsitekturnya mencerminkan Hindu tetapi cirinya
adalah Islam. Reflika Menara Kudus ada di laboratorium sejarah Univet Bantara. Benda Cagar Budaya yang berfungsi sebagai laboratorium bagi para
mahasiswa sejarah Univet Bantara tidak terbatas pada bentuk bangunan HinduBudhaIslam tetapi juga menyangkut hasil budaya dan peradaban nenek
moyang yang kini telah langka. Secara kebetulan di wilayah Kabupaten Sukoharjo ada suatu desakalurahan yang masyarakatnya masih mengerjakan
pertanian dengan cara tradisional, seperti bajak dari kayu, garu dari kayu yang ditempat lain sangat sulit didapat termasuk ani-ani ketan yakni desa Tegalmade.
Peralatan yang disebut ini hamper tidak dikenal lagi oleh generasi muda, sebagian terbesar pengerjaan pertanian telah mempergunakan mesin. Berkaitan dengn ini,
peralatan suatu daerah dengan daerah lain kadang namanya tidak sama meskipun penggunaannya sama, seperti sabit, ditempat lain pecok, bendo ditempat lain
namanya gobang dsb. Cara pengerjaan tanah sawah dan tanah tadah hujan pun peralatannya berbeda.
Untuk menyiangi tanaman padi pada tanah persawahan alatnya dengan didorong, tetapi di tanah tadah hujan seperti di Wonogiri, Gunungkidul, alatnya disebut
commit to user 97
gathul, bentuknya seperti cangkul tapi kecil dan agak miring. Alat ini multi guna, sayangnya laboratorium sejarah dulu punya namun sekarang dimana rimbanya
tidak diketahui, yang jelas hilangnya sewaktu terjadi perpindahan kampus, dari kampus lama Jln. Dr. Muwardi ke kampus baru Jln. Letnan Jendral Sujono
Humardani. Benda Cagar Budaya berfungsi laboratory sebagai sumber belajar yang
tidak kalah pentingnya yakni yang berupa bangunan rumah maupun gedung. Bangunan rumah yang paling banyak dibawah naungan Benda Cagar Budaya
adalah bangunan joglo serta memiliki nilai sejarah tinggi atau hasil budaya leluhur yang hingga sekarang masih berdiri kokoh seperti yang masih ada di
kawasan Kota Gede, Yogyakarta. Bentuk ini sangat artistic dan masih erat hubungannya dengan bangunan pada masa kerajaan Majapahit. Selain itu juga
bangunan Keraton dan bekas keratin, bangunan bergaya Indies, Gereja, Masjid, sekolah dan masih banyak lagi. Sebenarnya para mahasiswa seandainya dapat
sampai Jakarta banyak sekali peninggalan sejarah bernilai tinggi seperti Gedung Stovia yang masih berdiri megah, Istana Negara termasuk Monumen Nasional
yang berdiri Hindu. Monument Nasional Monas memiliki nilai filosofis sangat tinggi karena memiliki roh Lingga dan Yoni sehingga melahirkan Bangsa
Indonesia. Sedangkan koleksi laboratorium terbuka kebanyakan tersimpan pada
museum seperti Museum Randyo Pustoko, Sono Budaya dan Museum yang lain.
commit to user 98
Sebagian juga masuk dalam wilayah BCB karena menggambarkan tentang kehidupan prasejarah yang sekarang telah menjadi fosil.
3. Laboratorium Sejarah Universitas Veteran Bangun Nusantara
Sebenarnya laboratorium sejarah Univet Bantara rintisannya dimulai sejak masih menjadi IKIP, sewaktu jurusan menemukan fosil kepala kerbau melalui
mahasiswa sejarah di desa Buk Gentur Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen tahun 1985, pada waktu itu sebagai Ketua Jurusan adalah Bapak Muhadi Mariyun
Surawidjaya yang menginginkan adanya koleksi benda-benda bersejarah dalam wujud apapun. Namun karena keterbatasan tempat dan pemeliharaan, akhirnya
fosil kepala kerbau ini diserahkan kepada Kantor Suaka dan Peninggalan Sejarah Propinsi Jawa Tengah di Prambanan dan diterima oleh petugas perlindungan
yakni Bp. Drs. R. Tri Hadmadji sekarang sebagai Kepala Kantor Suaka Peninggalan Sejaah Propinsi Jawa Tengah.
Sewaktu kerjasama dibuat, Kantor Suaka dikepalai oleh Dra. R. Ay. Sumiyati sekarang sudah almarhum dan Drs. R. Tri Hatmadji pada waktu itu
sebagai Kepala Bagian Perlindungan. Bentuk kerjasama ini dapat dikatakan sebagai simbose mutualistis sebab :
Pertama : Bagi Kantor Suaka dan Peninggalan Sejarah Purbakala Jawa Tengah, itu berarti benda-benda peninggalan sejarah di wilayah Kabupaten
Sukoharjo dapat dikumnpulkan dalam satu tempat yang aman dan mapan dan tidak ada pengrusakanvandalisme pemujaan berarti syirik dari sudut agama dan
tidak ada penggelapan atau dicuri. Selain itu juga mendapatkan kemudahan dalam
commit to user 99
pemeliharaan dan pengawasan, meskipun masih ada yang belum dapat diambil karena dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Bahkan ada Yoni dan batu
semacam Umpak oleh masyarakat Pajang Kecamatan Lawiyan diminta kembali karena diyakini itu merupakan tempat duduk raja Pajang Sultan Hadiwidjaya.
Pengambilan kembali ini dilakukan upacara resmi dan cukup besar karena melibatkan 4 lembaga yakni : Pemda Sukoharjo, Univet Bantara, Kantor Suaka
dan Pemerintah Kalurahan Pajang. Kedua : Bagi Pemerintah Daerah dengan terkumpulnya benda-benda
bersejarah bernilai tinggi itu sebagai bukti bahwa wilayah Sukoharjo sejak ratusan tahun bahkan ribuan tahun yang silam telah dihuni oleh suatu komunitas manusia
yang memiliki budaya dan peradaban tinggi ditandai oleh bukti nyata. Selain itu, setelah benda-benda sejarah tersebut dapat terkumpul, pemerintah daerah dapat
memanfaatkan sebagai sumber sejarah sekaligus sebagai sumber pembelajaran bagi masyarakat Sukoharjo dan sekitarnya, khususnya bagi para siswa dalam
dunia pendidikan dapat memetik selain nilai kesejarahan juga menimbulkan kesadaran sejarah serta kesadaran nasional utamanya dalam pembentukan
karakter serta pemahaman tentang jati dirinya. Pemerintah Daerah sendiri dapat menjadikan koleksi benda-benda bersejarah bernilai tinggi ini sebagai sumber
inspirasi. Ketiga : Bagi Lembaga yakni Universitas Veteran Bangun Nusantara
khususnya Program Studi Sejarah, dan lebih dikhususkan untuk membekali para mahasiswa pendidikan sejarah nanti yang akan menjadi guru sejarah. Koleksi
commit to user 100
benda-benda bersejarah ini benda-benda asli, bukan tiruancopy-an, sehingga para mahasiswa dapat mempergunakan sebagai sumber belajar sejarah dan mengambil
nilai-nilai kesejarahan yang tinggi untuk dapat ditularkan atau disampaikan kepada anak didiknya sebagai penanaman nilai-nilai, disamping nilai ke-
ilmuannya. Dengan Laboratorium pendidikan sejarah ini mahasiswa digodog dalam kawah Condrodimukonya pendidikan sejarah dan ilmu sejarah yang
mumpuni sehingga profesi sebagai guru sejarah itu benar-benar professional. Hasil kerjasama yang sinergis dari lembaga yang terkait ini dapat memberikan
daya dorong kepada mahasiswa untuk mengembangkan suatu penelitian lebih lanjut guna membuka tabir berbagai sector yang terjadi sewaktu benda-benda
bersejarah itu dibuat, misalnya bagaimana kira-kira kehidupan social, pllitik, ekonomi dan budaya pada zamannya.
Memang ini bukan suatu pekerjaan yang mudah, namun apabila dikerjakan secara terus menerus setidak-tidaknya akan berhasil mendekatinya.
Selain dari pada itu semua, Universitas Veteran sebagai lembaga Pendidikan Tinggi mendapatkan suatu kehormatan dan keuntungan besar. Kehormatan karena
lembaga ini dipercaya untuk menjaga dan mengungkap nilai-nilai yang terkandung didalam benda-benda koleksi agar dapat diimplementasikan kepada
dunia ilmu dan kemasyarakatan. Untung karena tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun dapat membangun suatu laboratorium pendidikan sejarah yang tidak
dapat diukur dengan nilai uang, apalagi benda koleksinya asli dan tidak ada di pasaran.
commit to user 101
4. Laboratorium Sumber Belajar dan Karya Seni Adiluhung.
Didepan telah banyak disinggung dan diuraikan tentang laboratorium sejarah sangat berbeda dengan laboratorium yang lain atau jenis laboratorium
lainnya. Kebanyakan laboratorium yang menyangkut ilmu ke-alam-an, fisika, kimia, kawasan dll, merupakan tempat uji coba atau tes guna mendapat hasil atau
pembuktian dan yang di uji cobakan, seperti tes darah, untuk mengetahui jenis penyakit yang ada dalam kandungan darah, untuk kimia ada tes persenyawaan
antara dua jenis benda wujudnya jadi apa dsb. Sedangkan untuk ilmu sosial seperti sejarah, geografi, antropologi, ekonomi, politik, laboratoriumnya bukan
alat tes melainkan jenis benda dan barang tersebut, jadi untuk diketahui. Khusus untuk laboratorium pendidikan sejarah, benda-benda koleksi
merupakan ciri khas karena benda-benda ini berkaitan dengan peristiwa sejarah sehingga berisi suatu pengetahuan sejarah. Artinya benda koleksi seakan
memancarkan suatu hal pengetahuan yang harus digali, dicermati, diurai dan disimpulkan dalam pengertian berdasar dalil dan hukum-hukum ilmu sosial
khususnya. Contohnya dalam ilmu kimia, eksata 2 x 2 hasilnya 4, sangat berbeda dengan ilmu sosial, yakni tidak ada dalil perkalian, campuran atau penambahan,
tetapi yang ada adalah persoalanmasalah sosial. Suatu masalah sosial misal kenakalan anak jika diuari hasilnya akan banyak persoalan bisa 4, bisa 5, 6 dst.
Sedangkan untuk koleksi laboratorium sejarah, benda-benda koleksi merupakan benda-benda mati namun dapat diajak bisara dalam arti bukan komunikasi secara
langsung melainkan melalui suatu kajian.
commit to user 102
Benda-benda ini berasal dari hasil budaya dan peradaban manusia, sebab sejarah akan selalu bicara tentang manusia dan peristiwa. Oleh karena benda-
benda tersebut dapat diajak bicara maka perlu dipelajari bagaimana teknik pembicaraan disusun sehingga benda tersebut dapat memberikan jawaban atas
pertanyaan yang disodorkan. Dalam menyusun pertanyaan dan hasil dari jawaban pertanyaan itu merupakan wahana keilmuan yang perlu penelitian, kajian,
pengertian serta pemahaman tentang benda tersebut sebagai sumber. Oleh sebab itu karena kedudukannya sebagai sumber maka dapat dijadikan sebagai obyek
kajian atau sebagai obyek sumber belajar, sumber belajar yang dimaksud adalah sumber belajar tentang benda yang tercipta dari peristiwa masa lalu yang disebut
sejarah. Benda sejarah hasil peristiwa masa lalu itu harus dipelajari agar dapat
diterjemahkan tentang apa, siapa, mengapa dan bagaimana peristiwa itu terjadi. Proses pengungkapan itulah yang menempatkan benda dan peristiwa tersebut
sebagai sumber belajar. Jika ada sumber belajar tentu ada yang mempelajari yakni pengamat, pecinta, ilmuan yang ingin tahu tentang benda dan peristiwa sejarah,
utamanya adalah pelajar dan mahasiswa sejarah. Koleksi benda bersejarah dalam suatu laboratorium ini dapat hidup dalam arti kiasan selama dipelajari dan
dijadikan obyek pembelajaran atau sumber belajar. Inilah yang dimaksud bahwa laboratorium sejarah sebagai sumber belajar.
Dalam ranah sejarah yang dimaksud benda-benda bersejarah adalah benda-benda hasil kebudayaan dan peradaban manusia masa lalu. Karya-karya
commit to user 103
manusia ini berkaitan erat dengan kebutuhan hidup dan kehidupan manusia pada zamannya, tentu dan pasti mengandung nilai seni sesuai selera manusia yang
menciptakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Inilah yang disebut dengan budaya Karya Budaya nenek moyang kita biasanya dituangkan dalam
bentuk lukisan, pahatan, ukiran, goresan, tulisan dsb. Dari karya-karya ini biasanya pula mengandung pesan moral yang diturunkan kepada anak cucu atau
pewaris untuk dipahami dan dipelajari. Pesan-pesan moral yang tertuang dalam karya seni tentulah yang lebih dikenal atau disebut karya adiluhung. Oleh akrena
itu sewaktu mencipta suatu karya semua nalar budinya dicurahkan penuh pada karya ciptanya, maka seakan-akan hasil karya adiluhung ini mampu
memancarkan suatu daya kehidupan. Pancaran daya kehidupan inilah dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran dan sumber belajar terhadap siapapun
yang ingin menggali dan mempelajarinya. Karya adiluhung sebagai nilai budaya seakan memancarkan cahaya dan nuansa kehidupan mereka pada zamannya.
Itulah makna dari koleksi benda-benda laboratorium sejarah Universitas Veteran Bangun Nusantara.
B. Sajian Data