16 Gambar 2.8 Rangkaian ekivalen motor induksi pada percobaan beban nol
2.6.2 Pengujian Tahanan Stator DC Test
Untuk menentukan besarnya tahanan stator R1 dilakukan dengan test DC. Pada dasarnya tegangan DC diberikan pada belitan stator motor induksi.
Karena arus yang disuplai adalah arus DC, maka tidak terdapat tegangan yang diinduksikan pada rangkaian rotor sehingga tidak ada arus yang mengalir
pada rotor. Dalam keadaan demikian, reaktansi dari motor juga bernilai nol, oleh karena itu, yang membatasi arus pada motor hanya tahanan stator.
Untuk melakukan pengujian ini, arus pada belitan stator diatur pada nilai rated, yang mana hal ini bertujuan untuk memanaskan belitan stator pada
temperatur yang sama selama operasi normal. Apabila tahanan stator dihubung Y, maka besar tahanan stator phasa adalah :
�
1
= �
��
2 �
��
2.19 Bila stator dihubung delta, maka besar tahanan stator.
�
1
= 3
�
��
2 �
��
2.20 Dengan diketahuinya nilai dari R
1
, rugi – rugi tembaga stator pada beban nol dapat ditentukan, dan rugi – rugi rotasional dapat ditentukan
sebagai selisih dari daya input pada beban nol dan rugi – rugi tembaga stator. Gambar 2.6.2 menunjukkan salah satu bentuk pengujian DC pada stator
17
motor induksi yang terhubung Y.
Gambar 2.9 Rangkaian pengukuran untuk DC test
2.6.3 Pengujian Rotor Tertahan Block Rotor Test
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan parameter – parameter motor induksi, dan biasa juga disebut dengan locked rotor test. Pada
pengujian ini rotor dikunci ditahan sehingga tidak berputar. Untuk melakukan pengujian ini, tegangan AC disuplai ke stator dan
arus yang mengalir diatur mendekati beban penuh. Ketika arus telah menunjukkan nilai beban penuhnya, maka tegangan, arus, dan daya yang
mengalir ke motor diukur. Rangkaian ekivalen untuk pengujian ini ada pada gambar 2.21
Gambar 2.10 Rangkaian ekivalen motor induksi pada percobaan block rotor test
Saat pengujian ini berlangsung s = 1 dan tahanan rotor R
2
s = R
2
. Karena nilai R
2
dan X
2
begitu kecil, maka arus input akan seluruhnya mengalir melalui tahanan dan reaktansi tersebut. Oleh karena itu, kondisi
18
sirkit pada saat ini terlihat seperti kombinasi seri X
1
, R
1
, X
2
, dan R
2
. Sesudah tegangan dan frekuensi diatur, arus yang mengalir pada motor diatur dengan
cepat, sehingga tidak timbul kenaikan temperatur pada rotor dengan cepat. Daya input yang diberikan kepada motor adalah :
�
��
= √3�
�
�
�
2.21 Dimana :
V
T
= tegangan line pada saat pengujian berlansung I
L
= arus line pada saat pengujian berlangsung �
��
= �
�
√3�
�
2.22 Dimana Z
BR
= impedansi hubung singkat �
��
= �
��
+ ��
��
= �
��
cos � + ��
��
sin � 2.23
Tahanan block rotor : �
��
= �
1
+ �
2
2.24 Sedangkan reaktansi block rotor X’
BR
= X
1
’ + X
2
’ X
1
’ + X
2
’ adalah reaktansi stator dan rotor pada frekuensi pengujian
�
2
= �
��
− �
1
2.25 Nilai dari R
1
ditentukan dari test DC. Karena reaktansi berbanding langsung dengan frekuensi, maka reaktansi ekivalen total X
BR
pada saat frekuensi operasi normal
�
��
= �
�����
�
����
� �
�� ′
= �
1
+ �
2
2.25 Untuk memisahkan harga X
1
dan X
2
, maka dapat digunakan tabel 1
19
Tabel 2.1 Distribusi reaktansi X
1
dan X
2
pada berbagai desain motor induksi Desain Kelas
X
1
X
2
A 0.5 X
BR
0.5 X
BR
B 0.4 X
BR
0.6 X
BR
C 0.3 X
BR
0.7 X
BR
D 0.5 X
BR
0.5 X
BR
Rotor Belitan 0.5X
BR
0.5X
BR
2.7 Tegangan Tidak Seimbang