Pengaturan Hukum Internasional Tentang Nuklir Dalam Tingkat Multilateral dan Regional

IAEA menuduh Korut memiliki 1-2 senjata nuklir. Korut mengakui kepada utusan khusus AS pada waktu itu bahwa terdapat program untuk mengembangkan senjata nuklir dan pengayaan uranium, yang membuat Amerika Serikat menghentikan pemasokan minyak solar. Sampai pada tahun 2007 AS dan Korea Utara mengadakan pertemuan di Jenewa untuk membahas normalisasi hubungan antara kedua negara. Uji coba ke-3 dilakukan pada Februari 2013 yang membawa Dewan Keamanan PBB menetapkan rancangan resolusi nomor 2094 untuk memberlakukan sanksi secara lebih keras. 129

D. Pengaturan Hukum Internasional Tentang Nuklir Dalam Tingkat Multilateral dan Regional

Berbagai pengaturan hukum internasioal dalam bentuk perjanjian internasional berhasil disepakati untuk penggunaan energi nuklir. Khusus dalam tingkat IAEA sendiri, terdapat banyak sekali persetujuan internasional baik dalam hal keamanan dan keselamatan, sains dan teknologi, sistem safeguard dan verifikasi. Selain itu ada juga persetujuan lainnya yang masih yang terkait nuklir seperti pelarangan penyebaran senjata nuklir Non-Proliferation Treaty. Uraian di bawah ini hanya akan menjelaskan beberapa persetujuan yang penting dan paling sering dikaitkan dengan energi nuklir antara lain : 1. Treaty Banning Nuclear Weapon Tests in the Atmosphere, in Outer Space and under Water Traktat Pelarangan Uji Coba Nuklir di Atmosfer, di Angkasa Luar, dan di Bawah Laut 129 dimuat dalam http:world.kbs.co.krindonesianeventnkorea_nuclearnews_02 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Traktat ini berusaha untuk mengadakan penghentian atas uji coba senjata nuklir untuk selamanya dan keinginan untuk mengakhiri kontaminasi radioaktif pada lingkunga hidup. Ketentuan utamanya adalah bahwa setiap pihak dalam perjanjian harus berusaha untuk mencegah, dan tidak melaksanakan uji coba ledak nuklir atau peledak nuklir lainnya di setiap tempat dalam jurisdiksi atau pengawasan di atmosfer, termasuk luar angkasa atau di bawah laut, di laut bebas maupun di wilayah perairan teritorial. Selain itu, di setiap kawasan dimana ledakan yang ditimbulkan akan menimbulkan puing radioaktif yang timbul dari ledakan. 130 Setiap negara yang memiliki senjata nuklir yang menjadi peserta traktat tidak boleh mentransfer kepada suatu negara penerima manapun senjata-senjata nuklir atau perangkat-perangkat peledak nuklir. Termasuk melakukan kontrol terhadap senjata-senjata atau perangkat peledak nuklir itu secara langsung atau tidak langsung. Serta tidak boleh membantu, mendukung, atau membujuk suatu 2. Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons atau NPTTraktat Non- Proliferasi Nuklir Traktat ini dilatarbelakangi pertimbangan bahwa penyebaran senjata nuklir dapat memperbesar kemungkinan timbulnya perang nuklir. Perang nuklir yang dapat membinasakan seluruh umat manusia, untuk itu diperlukan usaha untuk mencegah bahaya dari perang nuklir serta mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi keamanan banyak orang. Oleh karena itu terdapat kerjasama dengan IAEA untuk penerapan safeguard atas aktivitas nuklir yang damai. 130 Pasal I Treaty Banning Nuclear Weapon Tests in the Atmosphere, in Outer Space and under Water Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara negara non-senjata nuklir untuk membuat atau memperoleh atau menguasai senjata-senjata atau perangkat nuklir demikian. 131 Sebaliknya, setiap negara non-senjata nuklir yang menjadi peserta pada traktat tidak boleh menerima pengalihan dari suatu pihak pemasok senjata-senjata atau perangkat-perangkat peledak nuklir dalam bentuk apapun, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya tidak boleh membuat atau mempelajari pembuatan senjata nuklir atau perangkat peledak nuklir demikian. Termasuk mencari atau menerima bantuan dalam bentuk pabrik pembuatan senjata nuklir. 132 Negara-negara non-senjata nuklir yang menjadi peserta untuk menerima sistem safeguard, melalui perjanjian yang dirundingkan dengan IAEA. Hal tersebut sesuai tujuan verifikasi dalam hal pemenuhan kewajiban negara tersebut untuk mencegah pengalihan dari penggunaan damai energi nuklir menjadi senjata nuklir atau peledak lain. 133 Traktat ini dilatarbelakangi perhatian atas aktivits nuklir yang dilaksanakan sejumlah negara, membawa suatu keinginan untuk membentuk adanya suatu kerjasama internasional yang kuat. Oleh karena itu dirasa perlu untuk mengambil langkah untuk memastikan kemanan tingkat tinggi dalam aktivitas nuklir, Hak para peserta, dengan tunduk kepada Pasal I dan Pasal II NPT, untuk memanfaatkan energi nuklir bagi tujuan-tujuan damai adalah dilindungi. 3. Convention on Early Notification of a Nuclear Accident Pemberitahuan Dini atas Kecelakaan Nuklir 131 Pasal I NPT 132 Pasal II NPT 133 Pasal III NPT Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara termasuk juga mencegah kecelakaan nuklir dan meminimalisasi konsekuensi akibat kecelakaan tersebut. Kemudian setiap negara perlu untuk menyediakan informasi relevan sedini mungkin terkait kecelakaan nuklir sehingga efek radiasi bisa diperkecil. Suatu negara, memikul kewajiban untuk memberitahukan, baik kepada negara-negara yang mungkin terkena pengaruh yang merugikan, di satu pihak, dan kepada IAEA di Wina. 134 Pemberitahuan tersebut menyangkut terjadinya suatu kecelakaan nuklir terutama lokasi dan waktu kejadian, fasilitas-fasilitas dan aktivitas-aktivitas, karakteristik umum tentang pelepasan radiasi, hasil pemantauan lingkungan, serta langkah yang telah diambil. Informasi demikian harus diberikan dalam keadaan darurat. 135 134 Pasal 2Convention on Early Notification of a Nuclear Accident 135 Pasal 5 Convention on Early Notification of a Nuclear Accident Upaya mencegah proliferasi nuklir secara global juga dikuti oleh upaya serupa dalam kerangka regional di berbagai kawasan di dunia. Hal ini juga diakui dalam pasal VII NPT yang menegaskan hak negara-negara untuk membuat traktat regional demi adanya jaminan “total absence” senjata nuklir di masing-masing kawasan. Upaya ini dilakukan dengan membentuk kawasan-kawasan bebas senjata nuklir dan juga kawasan damai yang telah berhasil membuahkan berbagai perjanjian multilateral diantaranya Traktat Antartika Antartica Treaty tahun 1959, Traktat Angkasa Luar Outer Space Treaty tahun 1967, dan Traktat Dasar Laut Sea Bed Treaty tahun 1972 yang ditujukan untuk kawasan tak berpenghuni uninhabited atau unpopulatednon-populated region. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Sedangkan untuk kawasan berpenghuni inhabited atau populated region ada beberapa perjanjian regional seperti Traktat Tlatelolco Treaty for the Prohibition of Nuclear Weapons in Latin America and the Carribbean tahun 1967 yang berlaku di Amerika Latin dan Karibia, Traktat Rarotonga South Pacific Nuclear Free Zone Treaty tahun 1985 yang berlaku di Pasifik Selatan, Traktat Bangkok Treaty on the Southeast Asia Nuclear-Weapon-Free Zone tahun 1995 yang berlaku di Asia Tenggara, Traktat Pelindaba Treaty on African Nuclear-Weapon-Free-Zone tahun yang berlaku di Afrika. Kawasan semacam ini dapat membantu mekanisme pengawasan dan perlucutan senjata. Efektivitasnya bergantung pada pengaturan dan pengertian secara umum diantara negara- negara. 136 Perkembangan terakhir dalam hukum internasional terkait nuklir adalah Convention for the Suppression of Acts of Nuclear Terrorism yang merupakan perjanjian multilateral yang diadakan tahun 2005. Nuclear Security Summit atau KTT Keamanan Nuklir terkait terorisme nuklir telah dilaksanakan tiga kali sejak tahun 2010, kedua diadakan pada tahun 2012 dan yang terbaru diadakan pada 24 – 25 Maret 2014 di Den Haag, Belanda. Ini bermula dari pidato Presiden Amerika Serikat, Barack Obama di Praha yang menyebut terorisme nuklir sebagai salah satu ancaman terhadap keamanan internasional. Fokus pertemuan ini adalah mencegah terorisme nuklir terjadi di seluruh dunia dengan upaya memperkecil jatuhnya material nuklir atau radioaktif ke tangan teroris dengan berbagai cara. 137 136 Dian Wirengjurit, Op. cit., hal 393 137 Dirangkum dari https:www.nss2014.com Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB IV PERAN INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY UNTUK MENGAWASI PROGRAM NUKLIR IRAN DALAM KAITANNYA DENGAN JOINT PLAN OF ACTION 2013

A. Urgensi Program Nuklir Iran