Fenomena Evaporative Cooling TINJAUAN PUSTAKA

26 desalinasi vakum sumber: http:aldis-asia.blogspot.co.id201309stainless-steel- food-grade_11.html adalah 1. Fabrikasinya yang umum, sehingga mudah diperoleh dipasaran. 2. Mudah dibersihkan, anti korosif, dan tahan terhadap bakteri. 3. Sifat mekanik yang cukup baik secara keseluruhan Pilihan stainless Austenitic type 304.  Grade 304 adalah standar 188 stainless steel yang mengandung 18 chromium, 8 nickel dengan maximum 0.08 carbon. 1810 SS yang mengandung 18 chromium 10 nickel juga dikenal sebagai grade 304.  Grade 304 memiliki karakteristik pembentukan dan pengelasan yang sangat baik dan daya tahan karat yang baik. SS-304 adalah stainless steel yang paling umum digunakan, misalnya pada bak cuci piring sinks, teko kopi coffe pot, dispenser, thermos, panci pans, perlengkapan makan flatware, dishware, alat-alat masak, perabot rumah tangga utensil.  Grade 304 juga banyak digunakan untuk pipa uap panas steam pipes, system pembuangan uapgas exhaust systems, tangki penyimpanan storage tank, ketel uap steam-heated boilers.  Grade 304 SS mampu tahan terhadap air garam salt water, artinya daya tahan korosinya kurang jika bersentuhan dengan air garam untuk beberapa waktu cukup lama.

2.7. Fenomena Evaporative Cooling

Fenomena yang terjadi pada evaporator untuk mengevaporasikan sejumlah fluida kerja bukan hanya bergantung pada pemanas air listrik, namun lebih bergantung pada fenomena evaporative cooling. Untuk lebih memahami mekanisme evaporative cooling, bayangkan evaporasi air dari kolam renang ke udara. Asumsikan air dan udara bertemperatur sama pada kondisi awal. Jika udara bersaturasi humiditas relatif 100, maka tidak akan ada perpindahan panas atau massa selama kondisi isotermal terjadi. Namun apabila udara tidak bersaturasi humiditas relatif 100, maka akan ada perbedaan diantara konsentrasi uap air pada lapisan antara uap air dan udara yang mana selalu tersaturasi dan posisi di atas lapisan tersebut lapisan batas 27 konsentrasi. Perbedaan konsentrasi adalah gaya penggerak untuk perpindahan massa, dan oleh karena itu perbedaan konsentrasi ini akan menggerakkan air ke udara. Akan tetapi air harus berevaporasi terlebih dahulu, dan untuk berevaporasi air membutuhkan panas laten evaporasi. Pada kondisi awal, seluruh panas penguapan berasal dari air di dekat lapisan uap air – udara karena tidak ada perbedaan temperatur diantara air dan sekitarnya sehingga tidak mungkin ada perpindahan panas. Temperatur air yang dekat dengan permukaan harus turun sebagai akibat kehilangan panas sensibel, dimana juga menurunkan tekanan saturasi sehingga terbentuk uap air pada lapisan air – udara. Penurunan temperatur ini membentuk perbedaan temperatur pada bagian atas air dan juga diantara air dan udara sekitarnya. Perbedaan temperatur ini akan menyebabkan perpindahan panas ke permukaan air dari udara dan bagian lebih dalam dari air, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.16. Jika laju evaporasi tinggi dan kebutuhan panas penguapan lebih tinggi daripada jumlah panas yang dapat disuplai dari bagian bawah air dan sekitarnya, kekurangan panas akan disuplai oleh panas sensibel air pada permukaan, yang menyebabkan temperatur air pada permukaan akan jatuh lebih jauh. Fenomena ini akan berlangsung secara kontinu hingga panas laten penguapan sama dengan laju perpindahan panas ke air pada permukaan. Saat kondisi tetap tercapai dan temperatur lapisan telah stabil, keseimbangan energi pada lapisan tipis cairan pada permukaan dapat diberikan dengan rumus sebagai berikut. atau ............................................................................................. 2.1 Gambar 2.16. Mekanisme Evaporative Cooling Yunus A. Cengel, 2002 28

2.8 Analisis di Evaporator