Pengujian hipotesis pasar efisien bentuk lemah pasar modal di Indonesia : studi ksus pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks lq 45

(1)

PENGUJIAN HIPOTESIS PASAR EFISIEN BENTUK LEM AH

PASAR M ODAL DI INDONESIA

PERIODE 2009-2010

(Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Indeks LQ 45)

Oleh :

Nasruldin

NIM: 207081000195

JURUSAN M ANAJEM EN FAKULTAS EKONOM I DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu, 15 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa :

1. Nama

: Nasruldin

2. NIM

: 207081000195

3. Jurusan

: Manajemen

4. Judul Skripsi

: Pengujian Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah Pasar Modal Di

Indonesia Periode 2009-2010

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan

selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus

dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada

Fakultas Ekonomi Dan Bsnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Juni 2011

1.

Herni Ali HT, SE. M M (____________________)

NIDN : 0422125902 Ket ua

2.

M . Arif M ufraini, LC, M .Si (____________________)

NIP.19770122 200312 1 001 Sekret aris

3.

Indo Yama Nasarrudin, SE, M AB (____________________)

NIP . 19741127 200112 1 002 Penguji Ahli

4.

Prof. Dr. Abdul Hamid, M S (____________________)

NIP . 19570617 198503 1 002 Pembimbing I

5.

Tit i Dewi Warninda. SE. M ,Si (____________________)


(3)

i

LEMBAR PERNYATAAN

KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Mahasiswa

: Nasruldin

NIM

: 207081000195

Fakultas

: Ekonomi dan Bisnis

Jurusan

: Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini, saya :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau

tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan

telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata

memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka

saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta , 7 juni 2011


(4)

ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Nasruldin

Tempat, Tanggal Lahir

: Bekasi, 12 April 1988

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Warga Negara

: Indonesia

Status

: Belum Menikah

Alamat

: Kp.Utan Rt : 03 Rw : 08 No : 20

Kec : Cibitung - Kab : Bekasi

No telp

: 0856 1760 574

Pendidikan Formal

-

SDN Wanasari 11

-

SLTPN 1 Cikarang Barat

-

SMAN 2 Tambun Selatan

Pengalaman Organisasi

-

Wakil Divisi Kemahasiswaan Dan Komunikasi Informasi Badan Eksekutif Mahasiswa

Program Non Reguler Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Periode 2010-2011.

Seminar

-

Entrepreneur And Inspiring Story Seminar “Memulai Bisnis Sejak Dini”

-

Launching Buku Dan Seminar Nasional “Kekuatan Lembaga Keuangan Syariah Dalam

Menghadapi Krisi

s Financial Global”

-

Seminar Nasional “Prospek Dan Pengembangan SDM Asuransi Syariah Pasca Krisis

Ekonomi Global”


(5)

iii

ABSTRACT

All perpetrator capital market, ability to obtain get the relevant information,

quickly, precise, and needed absolute accurate. This matter because of each every

decision in investment very relate to the information, a weak form efficiency capital

market to have the past values which cannot use the past for predicted of price now so

that investor cannot use the past information to get abnormal return. a weak form

efficiency showing that the present price of stocks fully reflects the past information.

This study makes use of daily stock prices gathered form 44 large scale capital

companies classified in index of LQ 45 during the periods of 2009-2010.

To examine a weak form efficiency capital market hypotheses two models. Run

test and serial correlation, Run test is used for examining the randomness of change in

stock prices, where as serial correlation test is utilized for examining the independence of

the prices change between the periods, I,e. the periods of the present day and the day

before.

The finding of this study suggest that in the periods of 2009-2010, Indonesian

stock Exchange has been categorized as a weak form efficiency capital market.


(6)

iv

ABSTRAK

Bagi para pelaku pasar modal, kemampuan untuk memperoleh informasi yang

relevan, cepat, tepat dan akurat mutlak diperlukan. Hal ini dikarenakan setiap keputusan

dalam investasi sangat berkaitan dengan informasi. Pasar modal dalam bentuk lemah

memiliki nilai-nilai masa lalu yang tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga

sekarang sehingga investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk

mendapatkan

abnormal return. Efisiensi pasar modal bentuk lemah menunjukkan bahwa

harga saham mencerminkan sepenuhnya informasi masa lalu.

Penelitian ini menggunakan data harga saham harian, dari 44 perusahaan yang

termasuk dalam Indeks LQ 45 selama periode pengamatan 2009-2010.

Untuk menguji hipotesis efisiensi pasar modal bentuk lemah ada dua model.

Run

test dan korelasi seri,

run test digunakan untuk menguji kerandoman perubahan harga

saham. Sedangkan uji korelasi seri adalah untuk menguji korelasi antara perubahan harga

saham saat ini dengan perubahan harga sebelumnya.

Hasil dari penelitian ini adalah pada periode 2009-2010 Bursa efek Indonesia

efisien dalam bentuk lemah.


(7)

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr,wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul ”Pengujian

Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah Pasar Modal Di Indonesia Periode 2009-

2010”.

Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna

mencapai gelar sarjana ekonomi jenjang pendidikan strata satu program studi manajemen

keuangan pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa penulis tidak

dapat menyelesaikan karya ini tanpa bantuan, dukungan, bimbingan, dan pengarahan

yang tak terhingga dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih

yang tak terhingga kepada :

1. Keluarga saya, Ibu yang tak pernah berhenti melimpahkan perhatian dan

mencurahkan kasih sayang yang tak dapat dibalas dengan apapun. Bapak yang

banyak memberi dukungan, perhatian dan materi, tapi semoga karya kecil ini dapat

sedikit membahagiakanmu Bapak dan Ibu.

2. Bpk. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah dan selaku pembimbing I, yang selalu memberi arahan dan

bimbingan untuk setiap permasalahan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Titi Dewi Warninda, SE. M.Si selaku pembimbing II, atas bimbingan,arahan

petunjuk, kebaikan serta kemurahan hati beliau, yang sangat membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah atas semua curahan ilmu bantuan dan pelayanannya.

5. Kakak, dan Keponakan tersayang, atas setiap dukungan, masukan, perhatian, kasih

sayang, semangat, dll

6. Temen-temen yang slalu ada saat liburan dirumah, Asep, Agunk, Manto, Model,

Windy, Dkk


(8)

vi

7. Sahabat-sahabatku tercinta, Ade Riana, Ade Wirda, Atin, Nuyuy, Reyhan, Rury,

Kurnia, Deni, Dan Semua Anggota DPR Club. Yang sudah memotivasi dan slalu

menghibur. Dan semua mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis angkatan 2007.

8. Teman-teman

Kost’an, Kak Aziz, Muchtar, Fikri, Ofik, Ozi, Arif, Muslih, Aufar,

yang sudah memberikan kenangan-kenangan bersama dalam satu atap. Thankz All.

Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun dari

pembaca sekalian.

Jakarta, 7 Juni 2011

Penulis


(9)

vii

DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi ……….…….…...…...….. i

Daftar Riwayat Hidup ………..……… ii

Abstract ………...……….. iii

Abstrak ………...…………..……….….. iv

Kata Pengantar ………..………..…………...……. v

Daftar Isi ………..…………..…...….…… vii

Daftar Tabel ………... ix

Daftar Gambar ………..…..………..…….…... x

Daftar Lampiran ………..……... xi

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang ……… 1

B.

Pe

rumusan Masalah ………..……….………. 10

C.

Tujuan Penelitian ………..

.

……….……… 10

D.

Mamfaat Penelitian ………..………….……….………. 1

1

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Pasar Modal …..………..………...………

..

…... 1

2

B. Investasi

……….….…...

. 15

C. Indeks Saham

…….………

..

……….…. 20

D. Pasar Efisien ……….…..…….…… 38

E. Definisi Efisiensi Pasar ……….…..……. 44

F. Efisiensi pasar secara informasi ………...……… 52

1. Efisiensi Pasar

Bentuk Lemah………..…………. 53

2.

Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat ..………..…………. 54

3.

Efisiensi Pasar Bentuk Kuat …………...……….…………. 56

G. Random Walk ………..…………...………….…...……….…. 58

H. Penelitian Sebelumnya

………..………

.

………

...

….

63

I. Kerangka Pemikiran

………..………

..

……….

. 65


(10)

viii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

……….……..……….…..

68

B. Metode Penentuan Sample

……….…..…

68

C. Metode Pengum

pulan Data ………..…

69

D. Metode Analisis Data .

………...…….

69

1.

Return Saham ……….………..……… 69

2.

Run Test ………...………

69

3.

Uji Korelasi Seri ……….. 71

E. Operasional Variabel

Penelitian ………..……….. 73

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Singkat

Objek Penelitian ………..……… 74

B. Analisis dan P

embahasan ……….……...

74

1.

Run Test ………..………..…..……. 74

2.

Uji Korelasi Seri ………. 80

3.

Interpretasi ………85

BAB V Kesimpulan dan Implikasi

A.

Kesimpulan ………..….………… 86

B.

Implikasi ………..……….……… 86


(11)

ix

DAFTAR TABEL

No

Keterangan

Hal

2.1

Studi Terdahulu ……… 6

3

4.2

Tabel Sample Yang Digunakan ……… 7

4

4.3

Tabel Run Test ……….

76

4.4

Tabel Uji Korelasi Seri ………. 80


(12)

x

DAFTAR GAMBAR

No

Keterangan

Hal

2.1

Gambar Hubungan Pasar Efisien Berdasarkan Informasi ……… 57

2.2

Kerangka Pemikiran ………. 65


(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No

Keterangan

Hal

1

Hasil Output

SPSS Run Test ……… 91

2

Hasil Output K

orelasi Seri ……… 113


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar modal sebagai salah satu instrumen ekonomi yang tidak dapat

dipisahkan dari berbagai macam unsur yang berada disekitarnya. Semakin

pentingnya peran pasar modal dalam perekonomian maka semakin sensitif

dan banyak faktor yang ikut mempengaruhi pasar modal. Isu seputar

masalah ekonomi, sosial, politik, lingkungan maupun hak azasi manusia

tentu tidak dapat dipisahkan begitu saja dari pasar modal. Meskipun isu

masalah sosial dan politik tidak mempunyai kaitan langsung terhadap

aktifitas pasar modal, namun sering kali isu tersebut justru mampu

mengguncangkan bursa dunia.

Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan

kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan

obligasi kepada investor yang tertarik kepada perusahaan tersebut. Untuk

menarik penjual dan pembeli berpartisipasi, pasar modal harus bersikap

liquid dan efisien. Suatu pasar modal bisa dikatakan liquid jika pembeli

dapat membeli dan penjual dapat menjual surat berharga dengan cepat

secara formal. Pasar modal yang efisien diartikan sebagai pasar yang


(15)

secara penuh informasi yang tersedia. Semakin cepat informasi baru

tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut.

Pasar modal bagi investor merupakan alternatif investasi yang

memberikan return yang optimal. Untuk itu seorang investor membutuhkan

informasi yang dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Informasi mengenai perkembangan harga saham dan volume perdagangan

maupun informasi lain menjadi pedoman dalam mengambil keputusan.

Ketersediaan informasi yang lengkap menyebabkan investor akan mudah

menentukan keputusan. Banyak informasi yang diberikan oleh perusahaan,

baik laporan keuangan maupun pengumuman lain seperti pengumuman

dividen, right issue, stock split, maupun informasi lainnya. Umumnya perusahaan emiten menggunakan pembayarandividensebagai sinyal kepada pelaku pasar. Dengan meningkatkan nilai dividen yang dibayar, perusahaan emiten mencoba memberi sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek

yang baik di masa depan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari Kamis

30 Desember 2010 ditutup menguat tipis 4,295 poin (0,12%) ke level

3.703,512. Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia, Anny Ratnawati

secara resmi menutup perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). IHSG

BEI mencatat kinerja terbaik dengan perubahan indeks dari level 2.534,36

(penutupan tanggal 31 Desember 2009) menjadi 3.073,51 atau mengalami


(16)

Berikut adalah rekapitulasi dari kinerja IHSG, kinerja bursa terbaik

dan terburuk di Asia Pasifik, nilai kapitalisasi pasar, nilai kapitalisasi

saham BUMN, transaksi obligasi dan reksadana untuk tahun 2010:

Kinerja saham sepanjang tahun 2010, IHSG menguat hampir

1.200 poin. Pada pembukaan awal tahun, 4 Januari 2010, IHSG ditutup

pada level 2.575,41. IHSG terakhir menyentuh rekor tinggi pada

perdagangan 9 Desember 2010, sementara titik terendah pada 8 Februari

2010 di level 2.475,572, turun 43,404 poin (1,72%).

Bursa Terbaik di Asia Pasifik, peringkat pertama Indonesia (IHSG BEI): IHSG ditutup menguat tipis 4,295 poin (0,12%) ke level

3.703,512, dengan kenaikan 46,13%. kedua, Thailand (Bangkok SET): Bangkok SET ditutup pada posisi 1.034,59 pada 29 Desember 2010,

dengan kenaikan 40,85%. Ketiga, Filipina (Phillipine SE): Phillipine SE ditutup pada level 4.119,31 di 29 Desember 2010, dengan kenaikan

37,56%. Keempat, Korea (Korea Composite): Korea Composite ditutup pada posisi 2.043,49 pada 29 Desember 2010, dengan kenaikan 21,44%.

Kelima, Malaysia (Bursa Malaysia KLCI) : KLCI ditutup 1.524,34 pada 29 Desember 2010, dengan kenaikan 19,77%.Keenam, India (Sensex 30): Sensex 30 ditutup 20.256,03 di 29 Desember 2010, dengan kenaikan

15,98%. Ketujuh, Singapura (Straits Times) : Straits Times ditutup pada level 3.207,91 di 29 Desember 2010, dengan kenaikan 10,71%.

Kedelapan, Taiwan (Taiwan SE/TAIEX) : SE/TAIEX ditutup pada level 8.866,35 di 29 Desember 2010, dengan kenaikan 8,28%. Kesembilan,


(17)

Hongkong (Hangseng) : Hangseng ditutup di level 22.969,30 di 29

Desember 2010, dengan kenaikan 5.02%. Kesepuluh, China (Shenzen Composite) : Shenzen ditutup pad alevel 1.255,66 di 29 Desember 2010 ,

dengan kenaikan 4,52%.

Bursa Terburuk di Asia Pasifik. Pertama, Jepang (Nikkei 225): Nikkei 225 mencatatkan indeks saham per 29 Desember 2010 di level

10.344,54 atau minus 1,91 %. Kedua, Australia (S&P)/ASX200): S&P/ASX200 ditutup pada level 4.755,20 di 29 Desember 2010 yang

tumbuh minus 1,96 %. Ketiga, China (Shanghai Composite): Shanghai Composite ditutup pada level 2.751,53 di 29 Desember 2010 yang

mengalami pertumbuhan minus 16,04 %. Financeindonesia org,

Pasar modal di Indonesia merupakan suatu wahana untuk

menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat. Hal ini berarti di

dalam pasar modal terdapat dua pihak yang berkepentingan, yaitu emiten

dan pemodal. Emiten sebagai pihak yang membutuhkan dana dapat

memperoleh alternatif dana eksternal jangka panjang. Sedangkan pemodal

sebagai pihak yang berkelebihan dana dan dapat melakukan alternatif pada

financial assets. Jadi pasar modal memiliki fungsi ekonomi sekaligus fungsi keuangan (Husnan: 1994, 4).

Fungsi ekonomi pasar modal tercermin dalam penyediaan dana dari

pihak lender (pihak yang mempunyai kelebihan dana) ke borrower (pihak yang membutuhkan dana). Masing - masing pihak baik pemodal maupun


(18)

mengharapkan adanya imbalan investasi atas dana yang diinvestasikan,

sedangkan emiten memperoleh manfaat dari pemodal untuk suatu investasi

atau perluasan usaha tanpa harus menunggu ketersediaan dana dari

operasional perusahaan. Sedangkan fungsi keuangan yang dilakukan pasar

modal adalah dalam menyediakan dana yang dilakukan oleh pemodal untuk

digunakan emiten.

Para pemodal dapat memberikan dana kepada emiten tanpa harus

terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang dibutuhkan oleh

borrower. Adanya fungsi - fungsi tersebut, maka pasar modal memiliki daya tarik bagi para investor untuk menanamkan dananya dan bagi perusahaan

yang memerlukan dana. Bagi pihak yang memerlukan dana, pasar modal

dapat digunakan sebagai alternatif pembiayaan selain bank. Adapun bagi

pemodal, pasar modal ini digunakan sebagai alternatif penanaman dana

mereka selain diinvestasikan di aktiva riil maupun di bank. Sebelum

memutuskan untuk membeli atau menjual saham, para pemodal sangat

memerlukan informasi, baik yang dipublikasikan maupun yang tidak

dipublikasikan. Apabila para pemodal tidak memiliki keyakinan tentang

kebenaran informasi, akan sulit bagi pemodal untuk berminat menanamkan

modalnya dipasar modal. Hal ini dapat dimengerti, karena dalam pasar

modal yang diperdagangkan bukan hanya barang yang bersifat fisik, tetapi

bersifat abstrak.

Dalam pasar modal efisien, harga yang terjadi adalah harga "wajar"


(19)

yang dapat memperoleh abnormal return. Apabila pasar modal efisien, maka kondisi ini akan menguntungkan berbagai pihak (Bawazer dan

Rahman, 1991), yaitu: pertama, Emiten akan lebih mudah membuat keputusan produksi dan investasi, karena tidak biasanya ukuran - ukuran

yang dipakai. Kedua, Para pemodal dapat bebas memilih berbagai penawaran sekuritas yang menjanjikan hasil optimal.

Sebaliknya apabila pasar modal tidak efisien, maka kondisi seperti ini

akan menyulitkan dan merugikan berbagai pihak (Bawazer dan Rahman,

1991), yaitu: Pertama, Emiten akan kesulitan dalam mengukur kekayaan pemegang saham yang maksimal, karena harga saham tidak mencerminkan

nilai yang sebenarnya dilakukan atau apa yang terjadi pada operasi

perusahaan. Kedua, Para pemodal tentu banyak dirugikan karena kondisi tidak efisien, segala manipulasi bisa dilakukan untuk dapat menaikkan harga

saham. Ketiga, Mendorong pemodal untuk mengurangi investasi mereka di pasar modal, karena mereka akan mengalami kesulitan dalam mendeteksi

return, resiko dan likuiditas.

Pelaku pasar yang canggih tidak akan mudah di bodohi (fooled) oleh emiten dan pelaku pasar yang canggih akan menganalisa sinyal peningkatan

nilai dividen lebih lanjut untuk menentukan apakah benar sinyal tersebut

merupakan sinyal yang valid dan dapat dipercaya sebelum mengambil

keputusan. Dengan demikian apabila investor dalam mengolah informasi

dan mengambil keputusan sudah tepat dan benar maka pasar sudah bisa


(20)

Tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga

macam bentuk dari informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi masa

sekarang yang sedang dipublikasikan dan informasi privat sebagai berikut

ini (Jogiyanto: 2000, 18) yaitu Pertama, Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form efficiency), Kedua, Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form efficiency) Ketiga, Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form efficiency).

Hubungan ketiga pasar efisien ini berupa tingkatan kumulatif, yaitu

bentuk lemah merupakan bagian dari bentuk setengah kuat dan bentuk

setengah kuat merupakan bagian dari bentuk kuat. Efisiensi pasar secara

keputusan juga merupakan efisiensi pasar bentuk setengah kuat menurut

versi Fama yang didasarkan pada informasi yang di distribusikan.

Penelitian yang dilakukan Suad Husnan, pengujian empiris

menggunakan data 24 saham dan IHSG di Bursa Efek Jakarta (BEJ), dengan

uji statistik run test, dan koefisien autokorelasi. Penelitian menunjukkan

bahwa pasar modal indonesia sudah termasuk efisiensi dalam bentuk lemah.

Penelitian Hari Sunarto, periode juni 1995 hingga juli 1997

menggunakan sample harga saham IHSG penutupan harian dengan uji

statistic run test, dan koefisien autokorelasi. Penelitiannya menyatakan bahwa

periode juni 1995 hingga juli 1997 pada Bursa Efek Jakarta mengikuti pola

acak (random), dan pengamatannya pun membuktikan bahwa Bursa Efek Jakarta sudah efisien dan termasuk kedalam efisien dalam bentuk lemah.


(21)

Penelitian Novita Santi Astuti periode 1999 dengan menggunakan

sample 11 indeks yang ada yaitu IHSG, LQ 45, dan Sembilan sektor industri,

dengan uji statistik Run Test dan uji Kolmogorov Smirnov dan disimpulkan bahwa hampir seluruhnya indeks saham yang diperdagangkan Bursa Efek

Jakarta efisien dalam bentuk lemah, kecuali indeks saham infrastruktur yang

belum efisien dalam bentuk lemah.

Penelitian Moudy Hermawan dan Heru Subiyantoro (2006), dengan

menggunakan sample JSX composite index pada periode 2002-2004 dan menggunakan uji statistik Run Test, uji Kolmogorov Smirnov,

Autocorrelation Test, ARCH dan GARCH. Penelitiannya menyatakan bahwa

return saham tidak berdistribusi normal pada tingkat keyakinan 1%, Pengujian terhadap return harga saham secara parametrik maupun non parametrik membuktikan bahwa terdapat penolakan terhadap EMH bentuk

lemah minimal dalam bentukrandom walk, namun beberapa peneliti bahwa penolakan terhadap random walk belum tentu mencerminkan penolakan EMH bentuk lemah secara seutuhnya, karena ada faktor yang belum

diperhitungkan dalam model random walk seperti biaya transaksi yang hakikatnya pasti mempengaruhi return saham.

Penelitian sekitar tahun 2008 (Retno: 2009) dengan sample indeks LQ

45 dan uji statistik yang digunakan adalah Uji Kolmogorov Smirnov, Mann U-whitneyy test, ARCH dan GARCH menyatakan bahwa pasar modal Indonesia belum efisien dalam bentuk lemah. Apakah kondisi pasar modal


(22)

lemah? Efisien tidaknya suatu pasar juga akan memberikan implikasi kepada

investor dalam melakukan strategi investasinya. Untuk menjawab pertanyaan

tersebut tidak cukup dengan acuan secara kualitatif, namun perlu dilakukan

dengan pembuktikan secara kuantitatif. Hal itulah yang menarik perhatian

peneliti untuk melakukan analisis terhadap harga saham di pasar modal

Indonesia guna mengetahui apakah pasar modal Indonesia telah efisien?,

sehingga mendorong untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam skripsi

dengan judul“Pengujian Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah Pasar Modal

Di Indonesia Periode 2009-2010”

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, perbedaannya

adalah pada data, data yang digunakan adalah harga saham harian yang

terdiri dari saham perusahaan yang masuk dalam Indeks LQ 45 dan terus

tetap ada di tahun 2009-2010. Uji statistik yang digunakan adalah Run Test


(23)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang

diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah harga saham di Indonesia bergerak secara historis (Periode

2009-2010) mengikuti polarandom walk?

2. Bagaimanakah hubungan antar perubahan harga saham harian di BEI

pada periode 2009-2010?

3. Apakah pasar modal Indonesia dikategorikan sebagai efisiensi pasar

bentuk lemah (Weak Form Efficiency)?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui harga saham di Indonesia bergerak secara historis


(24)

2. Untuk mengetahui hubungan antar perubahan harga saham harian di

BEI pada periode 2009-2010.

3. Untuk mengetahui pasar modal Indonesia dikategorikan sebagai

efisiensi pasar bentuk lemah (weak form efficiency).

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Akademisi dapat memberikan alternatif metode pengujian

efisiensi pasar bentuk lemah dan menjadi bahan kajian untuk

pengembangan penelitian selanjutnya.

2. Bagi Regulator pasar modal, dapat dijadikan bahan evaluasi pasar

modal di Indonesia dan menjadi pertimbangan untuk tujuan

pengembangan pasar modal dimasa yang akan datang.

3. Memberi gambaran kepada investor seberapa efisien pasar modal


(25)

(26)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Pengertian Pasar Modal

Di dalam Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pengertian

pasar modal dijelaskan lebih spesifik sebagai kegiatan yang bersangkutan

dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, perusahaan publik yang

berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang

berkaitan dengan Efek.

Menurut Sunariyah (2004), pasar modal secara umum adalah suatu

sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank

komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta

keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.

Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa

gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham,

obligasi-obligasi, dan sejenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para

perantara pedagang efek.

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004: 3), pasar modal adalah pasar

untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa

diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik

yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.


(27)

Menurut Dahlan (1995), pasar modal adalah pasar konkret atau

abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang

memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka waktu satu tahun ke atas.

Pasar modal adalah pasar untuk dana jangka panjang dimana saham biasa,

saham preferen dan obligasi yang diperdagangkan.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pasar modal

Secara rinci faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar

modal antara lain adalah: (Husnan; 2001, 8-9)

a.Supply Sekuritas

Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia

menerbitkan sekuritas di pasar modal.

b.Demand akan sekuritas

Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat

yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan

membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan. Calon pembeli sekuritas

berasal dari individu, perusahaan non keuangan, maupun

lembaga-lembaga keuangan.

c. Kondisi politik dan ekonomi

Faktor ini akan mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. Kondisi politik yang stabil akan ikut membantu


(28)

pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi supply dan

demandakan sekuritas.

d. Masalah hukum dan peraturan

Pembelian sekuritas mengandalkan diri pada informasi yang

disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas.

Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar

dan menyesatkan menjadi mutlak diperlukan.

2. Fungsi Pasar Modal

Pasar modal menjalankan dan mempunyai dua fungsi yaitu

fungsi ekonomi dan keuangan. Suad Husnan (2001:4), dalam

melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas

untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana

kepada pihak yang memerlukan dana. Dengan menginvestasikan

kelebihan dana yang mereka miliki, lenders mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Dari sisi

peminjam tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka

melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil

operasi perusahaan. Fungsi ini sebenarnya juga dilakukan oleh

intermediasi keuangan lainnya, seperti lembaga perbankan. Hanya


(29)

Husnan (2001:4), fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan

dana yang diperlukan oleh para peminjam (borrowers) dan para lenders

menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva

riil yang diperlukan untuk investasi tersebut.

B. Investasi

1. Pengertian Investasi

Menurut Tandellin (2001), investasi adalah komitmen atas sejumlah

dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan

memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang.

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004:47), proses investasi

menunjukkan bagaimana pemodal seharusnya melakukan investasi dalam

sekuritas, yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak investasi

tersebut dan kapan investasi tersebut dilakukan.

Menurut Abdul Halim (2005:4-6), investasi pada hakikatnya

merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk

memperoleh keuntungan mendatang. Umumnya investasi dibedakan

menjadi dua, yaitu: investasi pada asset-aset financial (financial asset) dan investasi pada aset-aset real (real asset). Investasi pada asset-aset financial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga dipasar uang, dan lainnya. Investasi juga dapat


(30)

dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi dan

lain-lain. Sedangkan investasi pada aset-aset real dapat berbentuk pembelian

asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan

perkebunan dan lain-lain.

2. Proses Investasi

Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang

investor membuat keputusan pada efek-efek yang dapat dipasarkan, dan

kapan dilakukan. Untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut:

a. Menentukan Tujuan Investasi

Ada tiga hal yang perlu diperlukan dalam tahap ini, yaitu:

tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return),

tingkat resiko (rate of risk), dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan. Apabila dana cukup tersedia, maka investor

menginginkan pengembalian yang maksimal dengan resiko

tertentu. Umumnya hubungan antara risiko (risk) dan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) bersifat linier, artinya semakin tinggi tingkat risiko, maka semakin tinggi

pula tingkat pengembalian yang diharapkan.

b. Melakukan Analisis

Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu


(31)

untuk mengidentifikasi efek yang salah harga (mispriced), apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk itu, ada dua

pendekatan yang dapat digunakan, yaitu:

1) Pendekatan Fundamental

Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi

yang diterbitkan oleh emiten maupun oleh administrator

bursa efek. Karena kinerja emiten dipengaruhi oleh kondisi

sektor industri dimana perusahaan tersebut berada dan

perekonomian secara makro, maka untuk memperkirakan

prospek harga sahamnya dimasa mendatang harus dikaitkan

dengan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya.

Jadi analisis ini dimulai dari siklus usaha perusahaan secara

umum, selanjutnya ke sektor industrinya, akhirnya

dilakukan evaluasi terhadap kinerjanya dan saham yang

diterbitkannya.

2) Pendekatan Teknikal

Pendekatan ini didasarkan pada data (perubahan) harga

saham di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan

harga saham di masa mendatang. Dengan analisis ini para

analisis para analis memperkirakan pergeseran penawaran


(32)

serta mereka berusaha untuk cenderung mengabaikan risiko

dan pertumbuhan laba dalam menentukan barometer dari

penawaran dan permintaan. Namun demikian, analisis ini

lebih mudah dan cepat dibanding analisis fundamental,

karena dapat secara simultan diterapkan pada beberapa

saham. Analisis ini tidak menganggap bahwa analisis

fundamental tidak berguna, namun mereka menganggap

bahwa analisis fundamental terlalu rumit dan terlalu banyak

mendasarkan pada laporan keuangan emiten. Oleh karena

itu, analisis teknikal mendasarkan diri pada premis bahwa

harga saham tergantung pada penawaran dan permintaan

saham itu sendiri. Data finansial historis yang tergambar

pada diagram dipelajari untuk mendapatkan suatu pola

yang berarti, dan pola tersebut digunakan untuk

memprediksi harga di masa mendatang, serta untuk

memperkirakan pergerakan individual saham maupun

pergerakan indeks pasar(market index).

c. Membentuk Portofolio

Dalam tahap ini dilakukan indentifikasi terhadap efek-efek

mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan

diinvestasikan pada masing-masing efek tersebut. Efek yang dipilih


(33)

mempunyai koefisien korelasi negatif (mempunyai hubungan

berlawanan). Hal ini dilakukan karena dapat menurunkan risiko.

d. Mengevaluasi Kinerja Portofolio

Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio

yang telah dibentuk, baik terhadap tingkat pengembalian yang

diharapkan maupun terhadap risiko yang ditanggung. Sebagai tolak

ukur digunakan dua cara, pertama, pengukuran (measurement)

adalah penilaian kinerja portofolio atas dasar asset yang telah

ditanamkan dalam portofolio tersebut, misalnya dengan menilai

tingkat pengembalian. Kedua, perbandingan (comparison) yaitu penilaian berdasarkan pada perbandingan dua set portofolio dengan

tingkat resiko yang sama

e. Merevisi Kinerja Portofolio

Dalam tahap ini tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja

portofolio. Dari hasil evaluasi inilah selanjutnya dilakukan revisi

(perubahan) terhadap efek-efek yang membentuk portofolio

tersebut jika dirasa bahwa komposisi portofolio yang sudah

dibentuk tidak sesuai dengan tujuan investasi, misalnya tingkat

pengembaliannya lebih rendah dari yang disyaratkan. Revisi

tersebut dapat dilakukan secara total, yaitu dilakukan likuidasi atas

portofolio yang ada, kemudian dibentuk portofolio yang baru. Atau


(34)

atau komposisi dana yang dialokasikan dalam masing-masing efek

yang membentuk portofolio tersebut. (Abdul halim, 2005:4-6)

C. Indeks Saham

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan

pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang

tercatat di bursa. Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus

1982 dengan nilai 100. Sedangkan jumlah emiten yang tercatat pada waktu

itu adalah sebanyak 13 emiten. Sekarang ini (Desember 2009) jumlah

emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sudah mencapai 398 emiten.

Seiring dengan perkembangan dan dinamika pasar, IHSG mengalami

periode naik dan turun. Pada tanggal 9 Januari 2008, IHSG mencapai level

tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia yaitu ditutup pada level

2.830,263.


(35)

Indeks sektoral BEI adalah sub indeks dari IHSG. Semua emiten

yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor menurut

klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEI, yang diberi nama JASICA

(Jakarta Industrial Classification). Kesembilan sektor tersebut adalah: a. Sektor-sektor Primer (Ekstraktif)

1) Sektor 1 : Pertanian

2) Sektor 2 : Pertambangan

b. Sektor-sektor Sekunder (Industri Pengolahan / Manufaktur)

3) Sektor 3 : Industri Dasar dan Kimia

4) Sektor 4 : Aneka Industri

5) Sektor 5 : Industri Barang Konsumsi

c. Sektor-sektor Tersier (Industri Jasa / Non-manufaktur)

6) Sektor 6 : Properti dan Real Estate

7) Sektor 7 : Transportasi dan Infrastruktur

8) Sektor 8 : Keuangan

9) Sektor 9 : Perdagangan, Jasa dan Investasi

Selain sembilan sektor tersebut di atas, BEI juga menghitung

Indeks Industri Manufaktur (Industri Pengolahan) yang merupakan

gabungan dari emiten-emiten yang terklasifikasikan dalam sektor 3, sektor

4 dan sektor 5. Indeks sektoral diperkenalkan pada tanggal 2 Januari 1996

dengan nilai awal indeks adalah 100 untuk setiap sektor dan menggunakan


(36)

3. Indeks LQ 45

Indeks LQ 45 terdiri dari 45 emiten dengan likuiditas (LiQuid) tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian

atas likuiditas, seleksi atas emiten-emiten tersebut juga

mempertimbangkan kapitalisasi pasar.

a. Kriteria Pemilihan Saham Indeks LQ45

Sejak diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama

likuiditas transaksi adalah nilai transaksi di pasar reguler. Sesuai dengan

perkembangan pasar dan untuk lebih mempertajam kriteria likuiditas,

maka sejak review bulan Januari 2005, jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi dimasukkan sebagai ukuran likuiditas. Sehingga

kriteria suatu emiten untuk dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ45

adalah mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan.

2. Aktivitas transaksi di pasar reguler yaitu nilai, volume dan frekuensi

transaksi.

3. Jumlah hari perdagangan di pasar regular.

4. Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu.

5. Selain mempertimbangkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar

tersebut di atas, akan dilihat juga keadaan keuangan dan prospek

pertumbuhan perusahaan tersebut.


(37)

Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja

emiten-emiten yang masuk dalam penghitungan indeks LQ45. Setiap tiga

bulan sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham-saham

tersebut. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali,

yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus.

c. Komisi Penasehat

Untuk menjamin kewajaran (fairness) pemilihan saham, BEI juga dapat meminta pendapat kepada komisi penasehat yang terdiri dari para

ahli dari Bapepam-LK, Universitas dan profesional di bidang pasar modal

yang independen.

d. Hari Dasar Indeks LQ45

Indeks LQ45 diluncurkan pada bulan Februari 1997. Untuk

mendapatkan data historikal yang cukup panjang, hari dasar yang

digunakan adalah tanggal 13 Juli 1994, dengan nilai indeks sebesar 100.

4. Jakarta Islamic Index (JII)

Pada tanggal 3 Juli 2000, PT Bursa Efek Indonesia bekerja sama

dengan PT Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan

indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam yaituJakarta Islamic Index (JII). Indeks ini diharapkan menjadi tolak ukur kinerja saham-saham yang berbasis syariah serta untuk lebih mengembangkan pasar modal

syariah. Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Pada awal peluncurannya,


(38)

pemilihan saham yang masuk dalam kriteria syariah melibatkan pihak

Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management. Akan

tetapi seiring perkembangan pasar, tugas pemilihan saham-saham tersebut

dilakukan oleh Bapepam - LK, bekerja sama dengan Dewan Syariah

Nasional. Hal ini tertuang dalam Peraturan Bapepam - LK Nomor II.K.1

tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.

a. Kriteria Pemilihan Saham yang Memenuhi Prinsip-prinsip Syariah

Dari sekian banyak emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia,

terdapat beberapa emiten yang kegiatan usahanya belum sesuai dengan

syariah, sehingga saham-saham tersebut secara otomatis belum dapat

dimasukkan dalam perhitunganJakarta Islamic Index.

Berdasarkan arahan Dewan Syariah Nasional dan Peraturan

Bapepam - LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, jenis

kegiatan utama suatu badan usaha yang dinilai tidak memenuhi syariah

Islam adalah:

1) Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan

yang dilarang.

2) Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawi,

jual beli resiko yang mengandunggharardanmaysir.

3) Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan atau

menyediakan :


(39)

(b) Barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI, dan atau

(c) Barang dan atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.

4) Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi tingkat

(nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih

dominan dari modalnya, kecuali investasi tersebut dinyatakan

kesyariahannya oleh DSN-MUI.

Sedangkan kriteria saham yang masuk dalam katagori syariah adalah:

1) Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana yang diuraikan di atas.

2) Tidak melakukan perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan

barang/jasa dan perdagangan dengan penawaran dan permintaan palsu

3) Tidak melebihi rasio keuangan sebagai berikut:

(a) Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total

ekuitas tidak lebih dari 82% (hutang yang berbasis bunga

dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 45% : 55%).

(b) Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya

dibandingkan dengan total pendapatan (revenue) tidak lebih dari 10%.

b. Kriteria Pemilihan SahamJakarta Islamic Index

Untuk menetapkan saham-saham yang masuk dalam perhitungan

Jakarta Islamic Index dilakukan proses seleksi sebagai berikut:

1) Saham-saham yang akan dipilih berdasarkan Daftar Efek Syariah (DES)


(40)

2) Memilih 60 saham dari Daftar Efek Syariah tersebut berdasarkan

urutan kapitalisasi pasar terbesar selama 1 tahun terakhir.

3) Dari 60 saham tersebut, dipilih 30 saham berdasarkan tingkat likuiditas

yaitu nilai transaksi di pasar reguler selama 1 tahun terakhir.

c. Evaluasi Indeks dan Penggantian Saham

Jakarta Islamic Index akan direview setiap 6 bulan, yaitu setiap bulan Januari dan Juli atau berdasarkan periode yang ditetapkan oleh

Bapepam-LK yaitu pada saat diterbitkannya Daftar Efek Syariah.

Sedangkan perubahan jenis usaha emiten akan dimonitor secara terus

menerus berdasarkan data publik yang tersedia.

d. Hari DasarJakarta Islamic Index

Jakarta Islamic Index diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000. Akan tetapi untuk mendapatkan data historikal yang cukup panjang, hari dasar

yang digunakan adalah tanggal 2 Januari 1995, dengan nilai indeks sebesar

100.

5. Indeks Kompas 100

Pada perayaan HUT PT Bursa Efek Jakarta ke-15 tanggal 13 Juli 2007

dan bertepatan dengan ulang tahun pasar modal ke 30, BEJ meluncurkan

indeks Kompas 100. Indeks ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pada

investor, pengelola portofolio serta fund manager sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam menciptakan kreatifitas (inovasi) pengelolaan dana yang


(41)

indeks Kompas 100 ini mempertimbangkan faktor likuiditas, kapitalisasi pasar

dan kinerja fundamental dari saham-saham tersebut.

a. Kriteria Pemilihan Saham Indeks Kompas 100

Kriteria pemilihan saham adalah dengan mempertimbangkan

faktor-faktor sebagai berikut:

1) Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan.

2) Aktivitas transaksi di pasar reguler yaitu nilai, volume dan frekuensi

transaksi.

3) Jumlah hari perdagangan di pasar regular.

4) Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu.

5) Sebagai saringan terakhir, BEI juga mengevaluasi dan

mempertimbangkan faktor-faktor fundamental dan pola perdagangan.

6) BEI memiliki tanggung jawab penuh dalam pelaksanaan pemilihan

saham-saham yang masuk dalam daftar indeks ini, dimana semua keputusan akan

diambil dengan mempertimbangkan kepentingan investor maupun

stakeholderslainnya.

b. Hari Dasar dan Evaluasi Indeks

Untuk mendapatkan data historikal yang lebih lengkap, BEI

menggunakan hari dasar penghitungan indeks pada tanggal 2 Januari 2002

dengan nilai indeks pada saat itu sebesar 100. Sedangkan pergantian

saham dan evaluasi akan dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu bulan


(42)

6. Indeks BISNIS -27

PT Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan harian Bisnis

Indonesia meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks

BISNIS-27. Sebagai pihak yang independen, harian Bisnis Indonesia dapat

mengelola indeks ini secara lebih independen dan fleksibel, dimana

pemilihan konstituen indeks berdasarkan kinerja emiten dengan kriteria

seleksi secara fundamental, historical data transaksi (teknikal) dan

akuntabilitas. Indeks ini diharapkan dapat menjadi salah satu indikator

bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.

a. Kriteria Pemilihan Saham Indeks BISNIS-27

Indeks BISNIS-27 terdiri dari 27 saham yang dipilih berdasarkan

kriteria fundamental, likuiditas transaksi dan akuntabilitas. Kriteria

pemilihan saham tersebut adalah sebagai berikut:

1) Kriteria Fundamental

Kriteria fundamental yang dipertimbangkan dalam pemilihan

saham-saham yang masuk dalam perhitungan indeks BISNIS-27 adalah

Laba Usaha, Laba Bersih, Return on Asset (ROA), Return on Equity

(ROE) dan DER. Khusus untuk emiten di sektor Perbankan, akan

dipertimbangkan juga faktor LDR dan CAR.

2) Kriteria Teknikal atau Likuiditas Transaksi

Kriteria teknikal yang dipertimbangkan dalam pemilihan


(43)

volume dan frekuensi transaksi serta jumlah hari transaksi dan kapitalisasi

pasar.

3) Akuntabilitas dan Tata Kelola Perusahaan

Untuk meningkatkan kualitas pemilihan saham-saham yang masuk

dalam indeks BISNIS- 27, dibentuk suatu komite indeks yang anggotanya

terdiri dari para pakar di bidang pasar modal maupun dari akademisi.

Anggota komite indeks tersebut memberikan opini dari sisi akuntabilitas,

tata kelola perusahaan yang baik maupun kinerja saham.

b. Evaluasi dan Penggantian Saham

Bursa Efek Indonesia dan harian Bisnis Indonesia secara rutin akan

memantau komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks.

Reviewdan pergantian saham yang masuk perhitungan indeks BISNIS-27 dilakukan setiap 6 bulan yaitu setiap awal bulan Mei dan November.

c. Hari Dasar

Indeks BISNIS-27 diluncurkan pada tanggal 27 Januari 2009, akan

tetapi untuk mendapatkan data historikal, hari dasar yang digunakan untuk

perhitungan indeks adalah tanggal 28 Desember 2004 dengan nilai indeks

adalah 100.

7. INDEKS PEFINDO 25

PT Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan lembaga rating

PEFINDO, meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks


(44)

investasi bagi pemodal yaitu dengan membuat suatu benchmark indeks baru yang secara khusus membuat kinerja saham emiten kecil dan menengah

(Small Medium Enterprises / SME) melalui kriteria dan metodologi yang konsisten.

a. Kriteria Pemilihan Saham Indeks PEFINDO 25

Indeks PEFINDO 25 terdiri dari 25 saham yang dipilih berdasarkan

kriteria sebagai berikut:

1) Seleksi Awal

Seleksi awal dilakukan untuk memilih saham yang berpotensi menjadi

anggota indeks, yaitu dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria sebagai

berikut:

(a) Total Aset

Total aset mempresentasikan size dari emiten SME, yaitu emiten-emiten yang memiliki total aset di bawah Rp1 triliun berdasarkan laporan

keuangan tahunan auditan.

(b) Tingkat pengembalian atas modal (Return on Equity/ ROE)

ROE emiten yang termasuk dalam kriteria ini adalah emiten yang

memiliki ROE sama atau lebih besar dari rata-rata ROE emiten di Bursa Efek

Indonesia.

(c) Opini akuntan publik atas laporan keuangan Auditan adalah Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP)

(d) Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia adalah sekurang-kurangnya 6


(45)

(e) Pemeringkatan

Dari seleksi awal tersebut diperoleh daftar nama emiten yang

berpotensi masuk dalam anggota indek PEFINDO 25. Selanjutnya untuk

memilih 25 saham yang terbaik, dilakukan pemeringkatan lebih lanjut dengan

mempertimbangkan aspek likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki oleh

publik (free float).

b. Hari Dasar dan Evaluasi

Indeks PEFINDO 25 diluncurkan pada tanggal 18 Mei 2009. Untuk

mendapatkan data historikal yang lebih lengkap Indeks PEFINDO 25

menggunakan hari dasar tanggal 29 Desember 2005 dengan nilai awal indeks

adalah 100. Review dan pergantian saham yang masuk perhitungan indeks

PEFINDO 25 dilakukan setiap 6 bulan yaitu setiap awal bulan Februari dan

Agustus.

8. INDEKS SRI-KEHATI

PT Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan Yayasan

Keanekaragaman Hayati Indonesia (Yayasan KEHATI), meluncurkan indeks

harga saham yang diberi nama Indeks SRI-KEHATI. SRI adalah kependekan

dari Sustainable and Responsible Investment. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan pedoman investasi bagi pemodal yaitu dengan


(46)

yang memiliki kinerja yang sangat baik dalam mendorong usaha-usaha

berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan hidup, sosial dan

tata kelola perusahaan yang baik.

a. Kriteria Pemilihan Saham Indeks SRI-KEHATI

Indeks SRI-KEHATI terdiri dari 25 saham yang dipilih berdasarkan

kriteria sebagai berikut:

1. Seleksi Awal

Seleksi awal dilakukan untuk memilih saham yang berpotensi menjadi

anggota indeks, yaitu dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria sebagai

berikut:

(a) Total Aset

Total aset yang mempresentasikan ukuran dari Emiten SRI, yakni

emiten-emiten yang memiliki total aset di atas Rp1 triliun berdasarkan laporan

keuangan auditan tahunan.

(b) Price Earning Ration(PER)

PER emiten yang termasuk dalam kriteria ini adalah yang memiliki

PER positif.

(c ) Free Float Ratio.

Free float atau kepemilikan saham publik harus lebih besar dari 10% Fundamental.


(47)

Dari seleksi awal tersebut diperoleh daftar nama emiten yang

berpotensi masuk dalam anggota indeks SRI-KEHATI. Selanjutnya untuk

memilih 25 saham yang terbaik, dilakukan pemeringkatan lebih lanjut dengan

mempertimbangkan aspek fundamental yaitu dengan mempertimbangkan 6

faktor utama sebagai berikut:

1. Environmental 2. Community

3. Corporate Governance 4. Human Rights

5. Business Behaviour

6. Labour Practices & Decent Work

Dalam menentukan dan memilihan saham-saham yang masuk dalam

kriteria fundamental, Yayasan KEHATI menjalin kerja sama dengan

independent data provideryaitu OWW-Consulting. b. Evaluasi dan Penggantian Saham

Bursa Efek Indonesia dan Yayasan KEHATI secara rutin akan

memantau komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks. Review

dan pergantian saham yang masuk perhitungan indeks SRI-KEHATI

dilakukan setiap 6 bulan yaitu setiap awal bulan Mei dan November.

c. Hari Dasar

Indeks SRI-KEHATI diluncurkan pada tanggal 8 Juni 2009, akan


(48)

perhitungan indeks adalah tanggal 28 Desember 2006 dengan nilai indeks

adalah 100.

9. Indeks Papan Utama Dan Papan Pengembangan

Emiten-emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dibagi atas 2

papan pencatatan yaitu Papan Utama dan Papan Pengembangan dimana

penempatan dari emiten dan calon emiten yang disetujui pencatatannya

didasarkan pada persyaratan pencatatan pada masing-masing papan

pencatatan. Papan Utama ditujukan untuk emiten yang mempunyai ukuran

(size) besar dan mempunyai track record yang baik. Sementara Papan Pengembangan dimaksudkan untuk perusahaan-perusahaan yang belum dapat

memenuhi persyaratan pencatatan di Papan Utama, termasuk perusahaan yang

mempunyai prospektif bagus namum belum menghasilkan keuntungan dan

merupakan sarana bagi perusahaan yang sedang dalam penyehatan.

a. Kriteria Pencatatan di Papan Utama

Calon emiten akan dicatatkan di Papan Utama apabila memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

1) Telah memenuhi persyaratan umum pencatatan.

2) Sampai dengan diajukannya permohonan pencatatan, telah melakukan

kegiatan operasional dalam usaha utama (core business) yang sama minimal 36 bulan berturut-turut.

3) Laporan keuangan telah diaudit 3 tahun buku terakhir, dengan ketentuan


(49)

auditan intern terakhir (jika ada) memperoleh pecatatan Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP).

4) Berdasarkan laporan keuangan auditan terakhir memiliki Aktiva Berwujud

Bersih (Net Tangible Asset) minimal Rp100 miliar.

5) Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang bukan merupakan

Pemegang Saham Pengendali (minority shareholders) setelah Penawaran Umum atau perusahaan yang sudah tercatat di Bursa Efek lain atau bagi

Perusahaan Publik yang belum tercatat di Bursa Efek lain dalam periode 5

hari bursa sebelum permohonan pencatatan, sekurang-kurangnya 100 juta

saham atau 35% dari modal disetor (mana yang lebih kecil).

6) Jumlah pemegang saham paling sedikit 1.000 (seribu) pemegang saham

yang memiliki rekening Efek di anggota Bursa Efek dengan ketentuan:

(a) Bagi calon perusahaan tercatat yang melakukan penawaran umum,

maka jumlah pemegang saham tersebut adalah pemegang saham

setelah penawaran umum perdana.

(b) Bagi calon perusahaan tercatat yang berasal dari perusahaan publik,

maka jumlah pemegang saham tersebut adalah jumlah pemegang

saham terakhir selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum

mengajukan permohonan pencatatan.

(c) Bagi calon perusahaan tercatat yang tercatat di Bursa Efek lain, maka

jumlah pemegang saham tersebut adalah dihitung berdasarkan rata-rata

per bulan selama 6 (enam) bulan terakhir.


(50)

Calon emiten akan dicatatkan di Papan Pengembangan apabila

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Telah memenuhi persyaratan umum pencatatan saham

2) Sampai dengan diajukan permohonan pencatatan, telah melakukan

kegiatan operasional dalam usaha utama (core business) yang sama minimal 12 bulan berturut-turut.

3) Laporan keuangan auditan tahun buku terakhir yang mencakup minimal

12 bulan dan laporan keuangan auditan intern terakhir (jika ada)

memperoleh pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

4) Memiliki Aktiva Berwujud Bersih (net tangible asset) minimal Rp5 miliar. 5) Jika calon emiten mengalami rugi usaha atau belum membukukan

keuntungan atau beroperasi kurang dari 2 tahun, wajib:

(a) Selambat-lambatnya pada akhir tahun buku ke-2 sejak tercatat sudah

memperoleh laba usaha dan laba bersih berasarkan proyeksi keuangan

yang akan diumumkan di Bursa.

(b) Khusus bagi calon emiten yang bergerak dalam bidang yang sesuai

dengan sifatnya usahanya memerlukan waktu yang cukup lama untuk

mencapai titik impas (seperti: infrastruktur, perkebunan tanaman

keras, konsesi Hak Pengelolaan Hutan (HPH) atau Hutan Tanaman

Industri (HTI) atau bidang usaha lain yang berkaitan dengan

pelayanan umum, maka berdasarkan proyeksi keuangan calon


(51)

buku ke-6 sejak tercatat sudah memperoleh laba usaha dan laba

bersih.

6) Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang bukan merupakan

Pemegang Saham Pengendali (minority shareholders) setelah Penawaran Umum atau perusahaan yang sudah tercatat di Bursa Efek lain atau bagi

Perusahaan Publik yang belum tercatat di Bursa Efek lain dalam periode 5

(lima) hari bursa sebelum permohonan pencatatan, sekurang-kurangnya 50

juta saham atau 35% dari modal disetor (mana yang lebih kecil).

7) Jumlah pemegang saham paling sedikit 500 (lima ratus) pemegang saham

yang memilik rekening efek di Anggota Bursa Efek, dengan ketentuan:

(a) Bagi calon perusahaan tercatat yang melakukan penawaran umum,

maka jumlah pemegang saham tersebut adalah pemegang saham

setelah penawaran umum perdana.

(b) Bagi calon perusahaan tercatat yang berasal dari perusahaan publik,

maka jumlah pemegang saham tersebut adalah jumlah pemegang

saham terakhir selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum

mengajukan permohonan pencatatan.

(c) Bagi calon perusahaan tercatat yang tercatat di Bursa Efek lain,

maka jumlah pemegang saham tersebut adalah dihitung berdasarkan

rata-rata per bulan selama 6 (enam) bulan terakhir.

(d) Khusus calon emiten yang ingin melakukan IPO, perjanjian

penjaminan emisinya harus menggunakan prinsip kesanggupan


(52)

tercatat di Bursa Efek Indonesia, 177 emiten masuk dalam Papan

Utama sedangkan sisanya sebanyak 221 emiten masuk dalam Papan

Pengembangan. Indeks Papan Utama dan Indeks Papan

Pengembangan adalah indeks harga saham yang diharapkan dapat

menggambarkan pergerakan indeks di masing-masing papan

tersebut. Jumlah saham yang digunakan untuk penghitungan indeks

adalah seluruh saham yang tercatat di masing-masing papan

(kecuali beberapa saham yang berdasarkan pertimbangan tertentu

tidak masuk dalam perhitungan seluruh indeks yang ada). Indeks

Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan diluncurkan pada

tanggal 8 April 2002, dengan menggunakan nilai dasar tanggal 28

Desember 2001 dengan nilai indeks 100. Pada saat itu, jumlah

emiten yang tercatat di Papan Utama adalah 34 emiten dan di Papan

Pengembangan adalah 287 emiten serta porsi kapitalisasi pasar

untuk masing-masing papan adalah 62% dan 38%. (www.idx.co.id)

D. Pasar Efisien

Pasar efisien terbagi menjadi tiga macam yaitu, pasar efisien secara

informasi (informationally efficient market), pasar efisien secara operasional(operationally efficient market), pasar efisien secara keputusan

(decitionally efficient market), pasar efisien secara informasi didasarkan pada ketersediaan informasi yang ada, pasar efisien secara operasional


(53)

keputusan didasarkan pada kepintaran pasar dalam mengambil keputusan.

(Jogiyanto: 2005, 1)

1. Efisiensi pasar secara informasi

Dipasar yang kompetitif, harga ekuilibrium suatu aktiva

ditentukan oleh tawaran yang tersedia dan permintaan agregat. Harga

keseimbangan ini mencerminkan konsensus bersama antara semua

partisipan pasar tenntang nilai dari aktiva tersebut berdasarkan

informasi yang tersedia. Jika suatu informasi baru yang relevan masuk

ke pasar yang berhubungan dengan suatu aktiva, informasi ini akan

digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan nilai dari

aktiva yang bersangkutan. Akibatnya adalah kemungkinan pergeseran

ke harga ekuilibrium yang baru. Harga ekuilibrium ini akan tetap

bertahan sampai suatu informasi baru lainnya merubahnya kembali ke

harga ekuilibrium yang baru.

Bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap suatu informasi untuk

mencapai harga keseimbangan yang baru merupakan hal yang penting.

Jika pasar bereaksi cepat dan akurat untuk mencapai harga

keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang

tersedia, kondisi pasar seperti ini disebut pasar efisien. Dengan

demikian ada hubungan antara teori pasar modal yang menjelaskan


(54)

menjelaskan bagaimana pasar secara informasi, yaitu bagaimana pasar

bereaksi terhadap informasi yang tersedia.

2. Efisiensi pasar secara operasional

Pasar efisien secara informasi didasarkan pada ketersediaan

informasi untuk semua pelaku pasar supaya terjadi perdagangan yang

adil. Pasar efisien secara operasional jika operasi pasar dapat

dilakukan dengan cepat dan dengan biaya yang tidak mahal. Kondisi

pasar seperti ini disebut pasar yang likuid, sehingga Efisiensi pasar

secara operasional juga disebut sebagai pasar yang beroperasi secara

likuid.

3. Efisiensi pasar secara keputusan

Efisiensi pasar secara informasi hanya menggunakan informasi

untuk menentukan efisiensi dari suatu pasar. Pasar dikatakan efisien

jika informasi sudah menyebar secara merata dan cepat, sehingga

harga sekuritas dengan cepat mencerminkan informasinya. Jogiyanto

Hartono (2001) menjelaskan bahwa informasi saja tidak cukup untuk

membuat pasar menjadi efisien. Pasar efisien memerlukan vaiabel

kedua yaitu kepintaran pasar. Pasar yang pintar dapat mengambil

keputusan dengan benar dan sebaliknya, pasar yang tidak pintar akan

mengambil keputusan secara tidak benar. Walaupun informasi sudah


(55)

pemegang informasi tidak pintar dan tidak dapat mengambil

keputusan dengan benar, pasar yang bodoh ini akan disebut tidak

efisien. Investor yang bodoh dapat ditipu oleh mereka yang lebih

pintar dan konsep pasar yang adilpun tidak terjadi. Konsep pasar

efisien adalah pasar dimana pelakunya bertransaksi dengan adil(Fair game). Secara adil berarti tidak ada pihak yang dirugikan secara tidak normal. Pasar yang efisien seperti ini hanya dapat terjadi jika

informasi sudah menyebar secara penuh dan cepat serta pasarnya

pintar dan dapat mengambil keputusan yang benar. (Jogiyanto: 2005,

5)

Pasar-pasar dapat terjadi karena peristiwa-peristiwa berikut ini:

a. Investor adalah penerima harga (price taken), yang berarti bahwa sebagai pelaku pasar, investor seorang diri tidak dapat mempengaruhi

harga dari suatu sekuritas. Harga suatu sekuritas ditentukan oleh

banyak investor yang menentukandemand dansupply, hal seperti ini dapat terjadi jika pelaku-pelaku pasar terdiri dari sejumlah besar

institusi dan individu rasional yang mampu mengartikan dan

menginterpretasikan informasi dengan baik untuk menganalisis,

menilai dan melakukan transaksi penjualan dan pembelian sekuritas


(56)

b. Informasi tersedia secara luas kepada semua pelaku pasar pada saat

yang bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut

murah. Umumnya pelaku pasar menerima informasi lewat radio,

Koran, atau media massa lainnya, sehingga informasi tersebut dapat

diterima pada saat yang bersamaan. Untuk pasar yang efisien, harga

informasi tersebut juga relatif sangat murah bagi publik. Umumnya

pelaku pasar dapat memperoleh informasi tersebut melalui surat

kabar atau majalah bisnis dengan hanya membeli surat kabar atau

majalah tersebut. Bahkan informasi tersebut dapat diperoleh secara

cuma-cuma oleh pelaku pasar dengan mendengarkan radio atau

menonton televisi.

c. Informasi dihasilkan secara acak (random) dan tiap-tiap pengumuman informasi sifatnya random satu dengan yang lainnya.

Informasi dihasilkan secara randommempunyai arti bahwa investor tidak dapat memprediksi kapan emiten akan mengumumkan

informasi yang baru.

d. Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan

cepat, sehingga harga dari sekuritas berubah dengan semestinya

mencerminkan informasi tersebut untuk mencapai keseimbangan

yang baru. Kondisi ini dapat terjadi jika pelaku pasar merupakan

individu-individu yang canggih (sophisticated) yang mampu memahami dan menginterpretasikan informasi dengan cepat dan


(57)

Sebaliknya, jika kondisi-kondisi diatas tidak terpenuhi,

kemungkinan pasar tidak efisien dapat terjadi. Dengan demikian,

pasar dapat menjadi tidak efisien jika kondisi-kondisi berikut ini

terjadi:

1) Terdapat sejumlah kecil pelaku pasar yang dapat mempengaruhi

harga dari sekuritas.

2) Harga dari informasi adalah mahal dan terdapat akses yang tidak

seragam antara pelaku pasar yang satu dengan yang lainnya terhadap

suatu informasi yang sama. Kondisi ini terjadi jika informasi tidak

merata sehingga ada sebagian pelaku pasar yang menerima informasi

tepat pada waktunya, sebagian lagi terlambat mendapatkan informasi,

dan sisanya mungkin tidak menerima informasi sama sekali.

Kemungkinan lain dari kondisi ini adalah pemilik informasi memang

tidak berniat untuk menyebarkan informasinya untuk kepentingan

mereka sendiri. Kondisi seperti ini, yaitu sebagian pelaku pasar

mmpunyai informasi sedangkan sebagian lain tidak mempunyainya,

disebut informasi yang tidak simetris. Mereka yang mempunyai akses

privat terhadap informasi dan menggunakannya informasi privat ini

disebut insider trading yang merupakan kegiatan yang melanggar hukum karena merugikan pelaku pasar lainnya yang tidak

mendapatkan informasi tersebut. Insider trader biasanya adalah orang-orang yang mempunyai akses privat ke sistem informasi,


(58)

lebih tahu persis tentang informasi perusahaannya dibandingkan

orang lain diluar perusahaan.

3) Informasi yang disebarkan dapat diprediksi dengan baik oleh

sebagian pelaku-pelaku pasar.

4) Investor adalah individual-individual yang lugu dan tidak canggih.

Untuk pasar yang tidak efisien, masih banyak investor yang bereaksi

terhadap informasi secara lugu. Karena mereka mempunyai

kemampuan yang terbatas dalam mengartikan dan

menginterpretasikan informasi yang mereka terima. Karena mereka

tidak canggih, maka mereka sering kali melakukan keputusan yang

salah sehingga sekuritas bersangkutan dinilai secara tidak tepat.

Sering kali pasar tampaknya tersesat oleh informasi yang harus

diinterpretasikan (misalnya informasi tentang perubahan prosedur

akutansi). Briloff (1972) menunjukkan bahwa dalam sejumlah kasus

laporan-laporan akutansi dapat menyesatkan pasar, sehingga

harga-harga sahamnya dinilai secara tidak tepat dalam jangka waktu

tertentu. (Jogiyanto: 2005, 6-7)

E. Definisi Efisiensi Pasar

Secara umum, efisiensi pasar (market efficiency) didefinisikan oleh Beaver (1989) sebagai hubungan antara harga-harga sekuritas

dengan informasi. Secara detail, efisiensi pasar dapat didefinisikan


(59)

1. Definisi pasar didasarkan pada nilai intrinsik sekuritas,

2. Definisi efisiensi pasar didasarkan pada akurasi dari harga

sekuritas (Fama,1970),

3. Definisi efisiensi pasar didasarkan pada distribusi dan

informasinya (Beaver,1989) dan

4. Definisi efisiensi pasar didasarkan pada proses dinamik (Jones,

1995)

1. Efisiensi Pasar Berdasarkan Nilai Intrinsik Sekuritas

Konsep awal dari efsiensi pasar yang berhubungan dengan

informasi laporan keuangan berasal dari praktek analisis sekuritas yang

mencoba menemukan sekuritas-sekuritas dengan harga yang kurang

benar (mispriced). Sekuritas sekuritas yang dihargai kurang benar (mispriced) merupakan sekuritas-sekuritas yang harganya menyimpang dari nilai intrinsiknya atau nilai fundamentalnya

Untuk konteks seperti ini, maka efisiensi pasar (market efficiency) diukur dari seberapa jauh harga-harga sekuntas menyimpang dari nilai

intrisiknya (Beaver, 1989) . Dengan demikian suatu pasar yang efisien

menurut konsep ini dapat didefinisikan sebagai pasar yang nilai-nilai

sekuritasnya tidak menyimpang dari nilai-nilai intinsiknya.

Perkembangan konsep efisiensi pasar selanjutnya tampaknya tidak


(60)

menjurus ke aspek akurasi return yang diharapkan oleh investor, ketersediaan informasi, dan kecepatan pasar menyerap informasi

tersebut.

2. Efisiensi Pasar Berdasarkan Akurasi Ekspektasi Harga

Fama (1970) mendefinisikan efisiensi pasar sebagai berikut "Suatu

pasar sekuritas dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas

"mencerminkan secara penuh" informasi yang tersedia (a security market

is efficient if security price “full reflect" the information available).

Definisi fama ini menekankan dua aspek, yaitu “full reflect” dan “information available”. “full reflect” menunjukkan bahwa harga sekuritas secara akurat mencerminkan informasi yang ada. Menurut versi

fama, pasar dikatakan efisien jika dengan menggunakan informasi yang

ada “information available”, investor-investor secara akurat dapat mengekspektsi harga dari sekuritas bersangkutan.

Definisi efisiensi pasar ini menimbulkan banyak perdebatan,

Beaver (1989) menyatakan bahwa definisi ini tidak jelas, tidak

operasional, dan sirkular. Misalnya terdapat informasi baru yang masuk

ke pasar dan menjadi tersedia untuk semua pelaku pasar dan kemudian

terlihat bahwa harga sekuritas yang berhubungan dengan informasi ini

berubah. Karena informasi yang dibutuhkan tersedia (information available) dan harga yang berubah secara penuh mencerminkan informasi


(61)

ini. Maka secara definisi dapat dikatakan bahwa pasar efisien. Inilah yang

disebut sirkular oleh Beaver, yaitu harga tersebut tentu saja berubah karena

informasi tersedia. Tetapi apakah keadaan seperti ini dapat disebut pasar

efisien? Definisi ini tidak menunjukkan seberapa cepat dan tepat

perubahan harga tersebut diakibatkan oleh informasi yang tersedia

“information available”. Definisi Fama (1970) hanya menunjukkan bahwa perubahan harga saja sudah cukup untuk mengatakan pasar sudah

efisien.

Dyckman dan Morse (1986) menyatakan bahwa istilah “full

reflect” tidak jelas. Harga sekuritas tersebut berubah karena adanya perubahan kepercayaan (belief) investor akibat adannya informasi baru. Proses penyebaran (disseminating) informasi untuk membentuk kepercayaan baru terhadap harga sekuritas akan menentukan tingkat

efisiensi pasar. Proses distribusi informasi ini menunjukkan seberapa

merata penyebaran informasi ini pada setiap orang.

Permasalahan lain dari definisi efisensi pasar ini menyangkut

akurasi ekspektasi investor-investor terhadap harga sekuritas.

Permasalahan yang timbul adalah tentang ekspektasi siapa yang akan

dipakai? Apakah ekspektasi investor tertentu atau semua investor? Kalau

ekspektasi semua investor yang digunakan, apakah setiap investor


(62)

Fama sendiri menyadari bahwa definisinya sulit dibuktikan secara

empiris karena dibutuhkan suatu benchmark yang menunjukkan akurasi ekspektasi harga semua investor. Fama mencoba memformalkan

definisinya suatu fungsi harga-harga dimasa mendatang yang tergantung

pada seperangkat informasi yang tersedia pada periode sekarang. Fungsi

harga-harga di benchmark. Fungsi ini kemudian dibandingkan dengan fungsi harga-harga dimasa datang yang terjadi karena informasi yang

benar-benar digunakan oleh pasar. Perbedaan harga dari kedua fungsi

tersebut dianggap sebagai pasar yang tidak efisien. Fama mengemukakan

dibutuhkannya suatu model ekuilibrium untuk menentukkan fungsi

harga-harga dimasa datang akibat informasi sekarang. Dengan demikian, hasil uji

empiris ini menjadi uji gabungan (joint test) antara model ekuilibrium yang digunakan (misalnya CAPM) dan efisiensi pasar. Tanpa adanya

model ekuilibrium ini, hipotesis pasar efisien tidak dapat diuji.

3. Efisiensi pasar berdasarkan Distribusi informasi

Beaver (1989) memberikan definisi efisiensi pasar yang didasarkan

pada distribusi informasi sebagai berikut. "Pasar dikatakan efisien

terhadap suatu sistem informasi jika dan hanya jika harga-harga sekuritas

bertindak seakan-akan setiap orang mengamati sistem informasi tersebut".

“The market is efficient with respect to some specified information system, if and only if security prices act as if everyone observes the information system).


(63)

Definisi secara implisit mengatakan bahwa jika setiap orang mengamati

suatu sistem informasi, maka setiap orang dianggap mendapatkan

informasi yang sama, Beaver beragumentasi bahwa jika harga-harga

sekuritas mempunyai property seperti yang didefinisikannya, maka

harga-harga tersebut dikatan fully reflect informasi yang tersedia. Definisi Beaver ini mempunyai arti bahwa pasar dikatan efisien terhadap

seperangkat informasi yang spesifik (dihasilkan dari suatu system

informasi) jika harga yang terjadi setelah informasi diterima oleh pelaku

pasar sama dengan harga yang akan terjadi jika setiap orang mendapatkan

seperangkat informasi tersebut. Harga yang terjadi dipasar yang efisien ini

disebut“full information price”.

Sesuatu yang menarik dari definisi ini adalah bahwa jika semua orang

sudah mendapatkan informasi yang sama, maka secara definisi dikatakan

bahwa pasar adalah efisien. Dengan dapat dikatakan bahwa efisiensi pasar

bentuk lemah (semua informasi masa lalu yang tersedia) dan bentuk

setengah kuat (informasi yang baru dipublikasikan) selalu terjadi, karena

informasi tersebut dianggap telah didistribusikan dan tersedia untuk

publik. Tetapi Beaver beragumentasi lagi bahwa walaupun informasi

secara publik tersedia, pemerolehan informasi tersebut membutuhkan

biaya. Karena itu, informasi yang disebarkan mungkin hanya diterima oleh

sebagian dari investor dan pasar yang tidak efisien, menurut definisi


(64)

Definisi Beaver ini juga masih menimbulkan masalah dalam hal

pengujian pasar yang efisien tersebut. Pengujian pasar yang efisien masih

membutuhkan suatu ukuran pembanding (benchmark). Benchmark yang digunakan adalah return normal yang seharusnya diperoleh pelaku pasar.

Return dari informasi kemudian dibandingkan dengan return normal menurut benchmark. Jika hasilnya tidak menyimpang berarti pasar sudah efisien dan sebaliknya, apabila hasilnya menyimpang berarti pasar tidak

efisien. Dengan demikian definisi Beaver ini juga membutuhkan sebuah

model untuk menghitung return normal benchmark tersebut. Model CAPM atau model pasar berdasarkan model indeks tunggal dapat

digunakan untuk menghitung return normal tersebut. Return normal

menurut benchmark kemudian dibandingkan degan return sesungguhnya hasil dari distribusi informasi yang diterima oleh investor. Selisih antara

return normal dan return sesungguhnya ini merupakan return yang tidak normal (abnormal return) atau disebut return yang berkelebihan

(excessive return). Dengan demikian, untuk pasar yang efisien menurut Beaver ini, investor tidak akan menikmati abnormal return atauexcessive return.

4. Efisiensi Pasar Didasarkan Pada Proses Dinamik

Definisi efisiensi pasar sebelumnya merupakan definisi yang

didasarkan pada lingkungan pasar efisien yang statis. Contohnya adalah


(1)

Int ernat ional Nickel Indonesia Tbk

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .001 .001 .679 .498

1

Return2009 .051 .036 .090 1.400 .163

a. Dependent Variable: Return2010

Indocement Tunggal Prakasa Tbk

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .001 .001 .630 .529

1

Return2009 -.024 .042 -.037 -.573 .567

a. Dependent Variable: Return2010

Jasa Marga (Persero) Tbk

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .002 .001 1.944 .053

1

Return2009 .019 .064 .019 .293 .769


(2)

Kalbe Farma Tbk

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .004 .001 2.960 .003

1

Return2009 .032 .046 .045 .698 .486

a. Dependent Variable: Return2010

Lippo Karawaci Tbk

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .004 .002 2.795 .006

1

Return2009 .045 .093 .031 .484 .629

a. Dependent Variable: Return2010

M edco Energi Int ernat ional Tbk

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .000 .002 -.186 .852

1

Return2009 -.004 .047 -.006 -.093 .926


(3)

M it ra Int ernat ional Resources Tbk

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .004 .002 1.949 .053

1

Return2009 -.050 .058 -.056 -.862 .390

a. Dependent Variable: Return2010

Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .001 .001 .765 .445

1

Return2009 -.018 .045 -.025 -.393 .695

a. Dependent Variable: Return2010

PP London Sumat ra Indonesia Tbk

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .001 .001 1.171 .243

1


(4)

Sampoerna Agro Tbk

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .001 .001 .788 .432

1

Return2009 -.022 .047 -.031 -.472 .637

a. Dependent Variable: Return2010

Semen Gresik (Persero) Tbk

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .001 .001 .562 .575

1

Return2009 -.026 .052 -.032 -.500 .618

a. Dependent Variable: Return2010

Tambang Batubara Bukit AsamTbk

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 7.162E-5 .001 .057 .954

1

Return2009 -.012 .047 -.017 -.267 .790


(5)

Telekomunikasi Indonesia Tbk

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) -.001 .001 -1.329 .185

1

Return2009 .072 .053 .088 1.374 .171

a. Dependent Variable: Return2010

Timah (Persero) Tbk.

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .003 .002 1.715 .088

1

Return2009 .108 .047 .146 2.280 .023

a. Dependent Variable: Return2010

Truba Alam M anunggal Engineerin Tbk

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) -.003 .002 -1.240 .216

1

Return2009 -.021 .043 -.032 -.497 .619


(6)

Unilever Indonesia Tbk

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .001 .001 .419 .676

1

Return2009 -.030 .064 -.031 -.475 .635

a. Dependent Variable: Return2010

Unit ed Tract ors Tbk

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .001 .001 .702 .484

1

Return2009 -.006 .043 -.009 -.145 .885