darah, dimana semakin tinggi persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk karboksihemoglobin, semakin parah pengaruhnya terhadap kesehatan manusia.
Hal tersebut dimungkinkan dapat terjadi pada polisi lalu lintas, satpam, juru parkir dan pedagang kaki lima yang beraktifitas di sekitar jalan raya karena pada tempat
tersebut banyak kendaraan bermotor yang mesinnya masih hidup dan polutan yang dihasilkan semakin bertambah jika tidak didukung sistem sirkulasi udara
yang baik, selain itu timbulnya gangguan kesehatan pada populasi yang berisiko terpapar tersebut juga dipengaruhi oleh kebiasaan hidup sehari-hari dan masa
kerja. Berdasarkan penelitian Niken Setyowati,dkk 2014 diperoleh hasil analisa korelasi sebesar 0,264 yang berarti gas karbon monoksida yang berasal dari
kendaraan berpotensi dirasakan oleh petugas polisi lalu lintas di Pontianak. Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa kemungkinan seseorang terpapar oleh
gas karbon monoksida akan lebih besar jika ia lebih sering melakukan aktivitas yang berhubungan dengan kendaraan bermotor.
2.7 Pelaksanaan Car Free Day di Indonesia
Sesuai dengan amanan UU No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, pasal 213 menyebutkan bahwa pemerintah wajib membangun dan
mengembangkan sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan yang ramah lingkungan, maka beberapa provinsi di Indonesia diterjemahkan menjadi Hari
Bebas Kendaraan Bermotor HBKB. HBKB telah diselenggarakan dibeberapa kota antara lain Jakarta, Surabaya, Denpasar dan beberapa kota besar lainnya.
Pelaksanaan Car Free Day atau HBKB ini merupakan salah satu wujud pelaksanaan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 15 tahun 1996
tentang Program Langit Biru. Program Langit Biru adalah suatu program pengendalian pencemaran udara dari kegiatan sumber bergerak dan sumber tidak
bergerak. Yang dimaksud sumber bergerak adalah sumber emisi yang tidak tetap pada suatu tempat sedangkan sumber tidak bergerak adalah sumber emisi yang
tetap pada suatu tempat. Penyelenggaraan HBKB di Jakarta sesuai Instruksi Gubernur DKI Jakarta
No.93 tahun 2007 menunjuk Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup BPLHD DKI Jakarta sebagai koordinator pelaksanaan HBKB dan walikota di tiap wilayah
sebagai pelaksana. Pelaksanaan tingkat provinsi dilaksanakan pada ruas jalan Sudirman-Thamrin. Sejauh ini masyarakat sangat antusias dalam pelaksanaan
HBKB, dan dari hasil pemantauan pencemaran udara yang dilakukan BPLHD terjadi penurunan kadar karbon monoksida hingga67, PM
10
sebanyak 34 dan NO sebanyak 80 selama pelaksanaan HBKB.
Kegiatan HBKB pertama kali dilaksanakan oleh Kota Surabaya, yaitu pada tahun 2001. Di Kota Surabaya, kegiatan car free day diterjemahkan menjadi Hari
Tanpa Kendaraan Bermotor HTKB. Kegiatan ini merupakan bagian dari kampanye peningkatan kualitas udara dalam peringatan perayaan Hari Bumi
dengan tema “Segar Suroboyoku Rek”. Kemudian dilanjutkan lagi pada tanggal 24 Agustus 2008 dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup. Melalui
kegiatan HTKB ini menunjukkan kepedulian Pemerintah Kota Surabaya terhadap kelestarian lingkungan dengan meminimalisir pencemaran udara yang terjadi di
wilayahnya. Menurut peneliti Mr.Mahbub Anwar, seorang mahasiswa S2 Universitas Hiroshima Jepang tahun 2009, melalui kegiatan HTKB diperoleh
kesimpulan bahwa kegiatan ini mampu mereduksi karbon dioksida CO
2
sekitar 1,02 kgoranghari.
Kota Denpasar sejak tanggal 16 Agustus 2009 telah menerapkan kegiatan car free day dengan membuat jalur khusus bebas kendaraan bermotor roda empat
maupun roda dua. Program ini merupakan hasil diskusi yang telah dilakukan oleh beberapa pihak terkait antara lain dari Dinas Perhubungan, PU, Polantas, Bappeda
dan komunitas sepeda Samas Denpasar. Pelaksanaan Car Free Day ini mengambil tema “Denpasar Go Green 2009” dengan mengambil rute di kawasan
Renon Denpasar dengan waktu pelaksanaan hari minggu pukul 06.00 sampai 10.00 Wita. Seperti masyarakat Jakarta dan Surabaya, masyarakat Bali juga
antusias terhadap program ini. Terbukti dengan banyaknya masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan ini. Banyak orang tua mengajak anak bahkan
binatang peliharaan dengan beberapa ketentuan untuk menikmati suasana nyaman bersepeda, jalan santai, atau hanya sekedar lari-lari pagi untuk
menghilangkan kepenatan dari rutinitas pekerjaan. Dari sisi pencemaran udara, kegiatan car free day dapat menurunkan pencemaran udara dan kebisingan yang
diakibatkan oleh kendaraan bermotor. Hal ini dapat dibuktikan melalui penelitian Decy Arwini 2014 yang membandingkan parameter pencemar udara pada waktu
pelaksanaan car free day dengan hari kerja. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan beberapa parameter pencemar udara pada hari kerja yaitu
sulfur dioksida meningkat sebesar 6,87, nitrogen dioksida meningkat sebesar 36,35 , karbon monoksida meningkat sebesar 366,25, PM
10
meningkat sebesar hampir 600, dan Oksidan meningkat sebesar 28,57.
Dari hasil beberapa penelitian diatas diperoleh hasil penurunan kadar karbon monoksida CO melalui pelaksanaan Car Free Day.Berdasarkan hasil
penelitian pencemaran udara tersebut maka penelitian analisis risiko kesehatan lingkungan ini dilakukan, untuk mengetahui besar risiko akibat paparankarbon
monoksida CO. Penelitian ini dilakukan di kawasan Renon Denpasar karena belum ada penelitian Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan akibat paparan