1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udara terdiri dari campuran gas-gas meliputi 78 Nitrogen; 20 Oksigen; 0,93 Argon; 0,03 Karbondioksida dan sisanya terdiri dari neon
Ne, helium He, metan CH
4
dan hidrogen H
2
. Sebaliknya, apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi
tersebut, maka dikatakan udara sudah tercemarterpolusi. Aktifitasmanusia yang beraneka ragam dapat mengubah komposisi gas-gas dalam udara yang diikuti
terjadinya perubahan kualitas udara. Perubahan kualitas ini dapat berupa perubahan sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimiawi. Perubahan kimiawi, dapat
berupa pengurangan maupun penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara, yang lazim dikenal sebagai pencemaran udara. Kualitas
udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Emisi gas buang yang dihasilkan oleh setiap kendaraan menjadi sumber
polusi utama dari seluruh penyebab pencemaran udara di perkotaan. Studi di beberapa kota besar antara lain Serang, Surakarta, Yogyakarta, Semarang,
Surabaya termasuk Denpasar serta kota-kota lain sepanjang pantai utara Pulau Jawa telah menunjukkan bahwa pencemaran udara yang terjadi sudah danatau
hampir melampaui standard kualitas udara. Senyawa pencemar yang berbahaya berupa emisi gas buang kendaraan bermotor antara lain gas Karbon Monoksida
CO, berbagai senyawa Hidrokarbon, berbagai Oksida Nitrogen NOx dan Sulfur SOx, dan partikulat debu termasuk Timbal Pb.
Hasil buangan dari aktivitas transportasi bahan bakar yang dipakai sebagai sumber energi bagi kendaraan akan terintroduksi ke udara dalam bentuk gas dan
partikel. Gas buang kendaraan tersebut mengeluarkan bahan pencemar polutan berupa gas seperti Karbonmonoksida CO, Nitrogen oksida NO
x
, Sulfuroksida SO
x
dan Hidrokarbon HC. Menurut Fardiaz 1992 sumber polusi utama berasal dari transportasi, hampir 60 dari polutan yang dihasilkan terdiri dari
karbonmonoksida. Pengaruh CO terhadap tubuh terutama disebabkan oleh reaksi antara CO
dengan hemoglobin Hb dalam darah. Hemoglobin dalam darah secara normal berfungsi dalam sistem transpor untuk membawa oksigen dalam bentuk
oksihemoglobin O
2
Hb dari paru-paru ke sel-sel tubuh, dan membawa CO
2
dalam bentuk CO
2
Hb dari sel-sel butuh ke paru-paru. Dengan adanya CO, hemoglobin dapat membentuk karboksihemoglobin COHb. Jika reaksi tersebut terjadi, maka
kemampuan darah untuk mentransport oksigen menjadi berkurang. Afinitas CO terhadap hemoglobin adalah 200 lebih tinggi daripada afinitas oksigen terhadap
hemoglobin, akibatnya jika CO dan O
2
terdapat bersama-sama di tubuh akan membentuk COHb dalam jumlah lebih banyak daripada O
2
Hb. Hal ini menyebabkan kapasitas darah untuk menyalurkan oksigen kejaringan-jaringan
tubuh menjadi terganggu atau berkurang. Dalam keadaan normal darah mengandung COHb dalam jumlah sekitar 0,5. Jumlah ini berasal dari karbon
monoksida yang di produksi olehtubuh selama metabolisme Fardiaz, 1992. Keracunan gas CO dapat ditandai dari keadaan ringan, berupa pusing dan sakit
kepala.Keadaan yanglebih berat dapat berupa perubahan fungsi paru, detak jantung meningkat,kesukaran bernafas, kelainan fungsi susunan saraf pusat,
gangguan pada systemkardiovaskuler dan serangan jantung sampai pada kematian Soemirat, 2005.Menurut Ditjen PPM dan PLP 1994, gas karbon monoksida
CO diklasifikasikan sebagai „Respiratory Pollutant’ sub grup „Asphyxiants’, yaitu bahan pencemar yang menimbulkan dampak atau efek terhadap jaringan
saluran pernapasan dan sistem peredaran darah. Menurut penelitian Christine Prita 2015 total emisi gaskarbon monoksida
CO di Kota Denpasar mencapai 55.432,04 tontahun yang sebagian besar berasal dari emisi sumber bergerak di jalan raya dan dihasilkan oleh kendaraan roda dua
atau sepeda motor. Tingginya nilai emisi CO pada ruas-ruas jalan raya ini dapat diakibatkan dari tingginya kepadatan lalulintas yang menyebabkan kemacetan
sehingga emisi karbonmonoksida yang dihasilkan semakin meningkat, karena menurut Zhai, H., et.al, 2008 emisi CO meningkat seiring dengan menurunnya
kecepatan kendaraan. Meningkatnya kadar emisi gas CO pada saat kepadatan lalu lintas dapat mempengaruhi kadar gas CO pada udara ambien. Hal ini didukung
oleh hasil penelitian Decy Arwini 2014 dimana terjadi peningkatan konsentrasi gas CO udara ambien pada hari kerja di Jalan Raya PuputanNiti Mandala Renon
Denpasar. Perbedaan kadar gas CO udara ambien antara waktu pelaksanaan program Car Free Day danhari kerja sebesar 3,6 kali. Hasil pengukuran kadar CO
pada hari biasakerja di Jalan Raya PuputanNiti Mandala Renon Denpasar sebesar 7,46
μgm³. Bila dilakukan evaluasi dengan Indeks Standar Pencemaran Udara ISPU sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 45 tahun 1997,
kondisinya sudah termasuk kategori ”sedang” dengan penjelasan bahwa tingkat
kualitas udara tersebut tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan sensitive dan nilai estetika Kusminingrum,
dan Gunawan, 2008. Hal ini menunjukkan fungsi pohon yang ditanam disekitar lapangan renon untuk mengurangi polusi udara akibat asap kendaraan, sudah tidak
berfungsi dengan baik untuk mengurangi jumlah polusi udara yang dihasilkan akibat bertambahnya jumlah kendaraan saat ini.
Berdasarkan masalah diatas maka penelitian ini dilakukan untuk menganalisis besarnya risiko kesehatan polusi udara akibat paparan gas CO udara
ambien yang berada di sekitar Jalan Raya PuputanNiti Mandala Renon Denpasar. Lokasi Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar dipilih karena pada
lokasi tersebut sering terjadi peningkatan kepadatan lalu lintas karena aktifitas manusia pada hari kerja dan sesuai hasil penelitian Decy Arwini 2014
peningkatan kadar gas CO udara ambien terjadi pada pagi hari ketika orang-orang berangkat sekolah dan kerja dibandingkan dengan hari minggu pada saat car free
day. Penelitian dilakukan pada populasi yang relatif sering terpajan oleh polusi akibat emisi kendaraan bermotor yang melintas di wilayah Jalan Raya
PuputanNiti Mandala Renon Denpasar seperti Polisi Lalu Lintas, Satpam, juru parkir, dan pedagang kaki lima. Penelitian ini belum pernah dilakukan
sebelumnya pada populasi berisiko terpapar, sehingga peneliti terdorong untuk melakukan penelitian ini. Sebagaimana diketahui bahwa populasi tersebut sering
melakukan aktivitas yang berhubungan dengan kendaraan bermotor dan berisiko terpapar langsung dengan gas karbon monoksida CO hasil gas buang kendaraan
bermotor.
1.2 Rumusan Masalah