ANALISIS RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAPARAN KARBON MONOKSIDA PADA HARI KERJA DAN CAR FREE DAY DI KAWASAN JALAN RAYA PUPUTAN NITI MANDALA RENON DENPASAR TAHUN 2016.

(1)

i

UNIVERSITAS UDAYANA

ANALISIS RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAPARAN

KARBON MONOKSIDA PADA HARI KERJA DAN

CAR FREE DAY

DI KAWASAN JALAN

RAYA PUPUTAN NITI MANDALA

RENON DENPASAR

TAHUN 2016

FRANSISCA HELEN YUNIAR MALAU

1420015033

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2016


(2)

ii

UNIVERSITAS UDAYANA

ANALISIS RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAPARAN

KARBON MONOKSIDA PADA HARI KERJA DAN

CAR FREE DAY

DI KAWASAN JALAN

RAYA PUPUTAN NITI MANDALA

RENON DENPASAR

TAHUN 2016

FRANSISCA HELEN YUNIAR MALAU

1420015033

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2016


(3)

(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan sripsi yang berjudul ”ANALISIS RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAPARAN KARBON MONOKSIDA PADA HARI KERJA DAN CAR FREE DAY DI KAWASAN JALAN RAYA PUPUTAN NITI MANDALA RENON DENPASAR TAHUN 2016” tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih diberikan atas kerjasamanya dalam menyusun skripsi ini kepada:

1. Dr. I Made Ady Wirawan, MPH., PhD, selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

2. I Gede Herry Purnama, ST., MT., MIDEA. selaku Kepala Bagian Peminatan Kesehatan Lingkungan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah memberi bimbingan penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

3. Made Ayu Hitapretiwi, S.Si., MHSc. selaku pembimbing yang telah memberi bimbingan dan telah meluangkan waktunya dalam menyelesaikan Skripsi ini. 4. Orang Tua, Suami, Anak, Seluruh Keluarga serta semua pihak yang telah

memberikan dorongan dan semangat untuk menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemapuan penulis, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Denpasar, Juni 2016 Penulis


(6)

vi

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYRAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA KESEHATAN lINGKUNGAN

SKRIPSI JUNI 2016

Fransisca Helen Yuniar Malau

ANALISIS RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAPARAN

KARBONMONOKSIDA PADA HARI KERJA DAN CAR FREE DAY DI KAWASAN JALAN RAYA PUPUTAN NITI

MANDALA RENON DENPASAR TAHUN 2016

ABSTRAK

Perubahan kualitas udara diakibatkan oleh adanya sumber-sumber pencemaran, baik secara alami maupun karena kegiatan manusia. Salah satu kegiatan manusia yang menjadi sumber pencemaran udara adalah aktifitas manusia menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi. Hampir 60% polutan transportasi adalah gas karbon monoksida. Kadar emisi gas CO dalam udara dapat mempengaruhi kadar CO pada udara ambien. Paparan gas karbon monoksida yang tinggi dapat menimbulkan risiko kesehatan pada manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko kesehatan akibat paparan karbon monoksida pada populasi berisiko di Kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala renon Denpasar.

Rancangan penelitian ini merupakan penelitian desktriptif dengan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Sampel pada penelitian ini adalah konsentrasi CO pada hari kerja dan car free day, serta populasi berisiko (Juru Parkir, Satpam, Pedagang Kaki Lima, dan Polisi Lalu Lintas) di lokasi penelitian. Penentuan sample menggunakan teknik purposif sampling sebanyak 60 responden dengan kriteria bekerja di lokasi penelitian lebih dari setahun, usia pekerja, tidak merokok dan bersedia menjadi responden. Data dikumpulkan dengan metode observasi dan wawancara. Data dianalisis dengan metode ARKL dan di olah menggunakan Microsoft Excel 2016 dan IBM SPSS Versi 18,00.

Hasil penelitian ini menunjukkan konsentrasi rata-rata CO pada hari kerja di kawasan Jalan Raya Puputan Renon Denpasar sebesar 7,69 µg/m3 dan pada saat

Car Free Day sebesar 0,16 µg/m3. Semua konsentrasi CO masih di bawah nilai baku mutu. Nilai Intake (I) dan Risiko Questiens (RQ) tertinggi terdapat pada hari kerja di kelompok Juru Parkir sebesar 0,0001529 mg/kg/hari dan nilai Risiko Questiens (RQ) sebesar 0,0000198.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Nilai Intake (I) untuk risk agentCO di Kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar tahun 2016 baik

real time maupun life span pada hari kerja nilainya lebih tinggi dibandingkan pada saat Car Free Day. Nilai RQ hasil penelitian ≤ 1, artinya paparan risk agent CO belum menunjukkan risiko kesehatan nonkarsinogenik.


(7)

vii

PUBLIC HEALTH, UDAYANA UNIVERSITY ENVIRONMENTAL HEALTH

Fransisca Helen Yuniar Malau

HEALTH RISK ANALYSISTO CARBON MONOXIDE

IN WORKING DAY AND CAR FREE DAY OF

JALAN RAYA PUPUTAN NITIMANDALA

RENON DENPASAR

2016

ABSTRACT

Changes in air quality caused by the pollution sources, both natural and human activities. One human activity that is the source of air pollution is the human activities using motorized vehicles for transportation. Nearly 60% of the transport of pollutants are carbon monoxide gas. Gas emission levels of CO in the air can affect the levels of CO in the ambient air. Exposure to high carbon monoxide gas can pose a health risk to humans. The purpose of this study was to determine the health risks from exposure to carbon monoxide at-risk population in the area of Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar.

The design of this study is a research method desktriptif Environmental Health Risk Analysis. Sample of this research is the concentration of carbon monoxide on weekdays and car free day, as well as at-risk population (Attendant, Security Guard, street vendors, and the Traffic Police) at the sites. Determination of the sample using purposive sampling technique with the criteria of 60 respondents working in the research sites more than a year, the age of the workers, not smoking and willing to become respondents. Data collected by observation and interview methods. Data were analyzed with methods ARKL and if using Microsoft Excel 2016 and IBM SPSS Version 18.00.

The results showed the average concentration of CO in workday at Jalan Raya Puputan Renon Denpasar amounted to 7.69 ug / m3 and at of Car Free Day is 0.16 ug / m3. All the concentration of CO is still below the quality standard. Intake value (I) and Risk Questiens (RQ) highs against CO exposure are on weekday at Attendant group with mean Intake (I) of 0.0001529 mg / kg / day and Risk Questiens value (RQ) of 0.0000198.

The conclusion of this study is the Intake Values (I) for risk agent Carbon monoxide in Region Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar 2016 both real time and life span on weekdays value is higher than during the Car Free Day. RQ value of research results ≤ 1, has not shown any health risks Noncarcinogenic. Keywords: environmental health risk analysis, co, weekdays, car free day


(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.4.1 Tujuan umum ... 6

1.4.2 Tujuan khusus ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7


(9)

ix

1.5.2 Manfaat Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat ... 7

1.5.3 Manfaat Bagi Pemerintah ... 7

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Udara ... 11

2.1.1 Pengertian Udara ... 11

2.1.2 Jenis-jenis Udara ... 11

2.2 Pencemaran Udara ... 12

2.3 Pencemaran Udara Akibat Karbon monoksida (CO) ... 13

2.4 Sumber Pencemaran Gas Karbon monoksida (CO) ... 14

2.5 Sifat dan Karakteristik Karbon monoksida (CO) ... 16

2.6 Dampak Pencemaran Udara Akibat Karbon monoksida... 18

2.7 Pelaksanaan Car Free Day di Indonesia ... 19

2.8 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ... 22

2.8.1 Identifikasi Bahaya (Hazard Identification) ... 23

2.8.2 Penilaian Dosis Respon (Dose Response Assesment) 24 2.8.3 Analisis Pamajanan (Exposure Assesment) ... 25

2.8.4 Karakteristik Risiko (Risk Characterization) ... 26

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1Kerangka Teori ... 29


(10)

x

3.2Kerangka Konsep ... 30

3.3Variabel dan Definisi Operasional ... 31

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 34

4.2 Subjek Studi ... 35

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

4.4 Populasi dan Sampel ... 36

4.4.1 Populasi Berisiko ... 36

4.4.2 Sampel ... 36

4.5 Teknik Pengambilan Sampel ... 37

4.5.1 Estimasi Proporsi Sampel Populasi Berisiko ... 37

4.5.2 Teknik Pengambilan Sampel Populasi Berisiko ... 38

4.5.3 Teknik Pengambilan Sampel Karbon monoksida Udara Ambien ... 39

4.6 Instrumen Penelitian ... 40

4.7 Analisis Data ... 41

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar ... 44

5.1.1 Persimpangan ... 45

5.1.2 Bangunan di sepanjang Kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar ... 45


(11)

xi

5.2 Konsentrasi Karbon monoksida di Kawasan Jalan Raya

Puputan Niti Mandala Renon Denpasar ... 46

5.3 Karakteristik Responden ... 47

5.4 Karakteristik Antropometri ... 49

5.5 Analisis Pemajanan dan Perhitungan Intake (I) ... 51

5.6 Analisis Dosis Respon (Dose-Response Assessment) ... 54

5.7 Karakteristik Risiko... 55

BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Konsentrasi Risk Agent ... 58

6.2 Karakteristik Responden ... 62

6.3 Karakteristik Antropometri ... 63

6.4 Analisis Pemajanan dan Penghitungan Intake (I) ... 65

6.5 Karakteristik Risiko ... 66

6.6 Keterbatasan Penelitian ... 67

BAB VII PENUTUP 7.1 Simpulan ... 69

7.2 Saran ... 70

7.2.1 Bagi Pemerintah ... 70

7.2.2 Bagi Responden ... 70

7.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ... 70 DAFTAR PUSTAKA


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 5.1 Ringkasan Statistika Karakteristik Responden Sosio-demografi, Gangguan Kesehatan serta Perilaku Responden di Kawasan Jalan

Raya Puputan Niti Mandala RenonDenpasar pada Bulan April 2016 . 47 Tabel 5.2 Ringkasan Statistika Karakteristik Antropometri Responden di

Kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar

April tahun 2016 ... 49 Tabel 5.3 Intake Karbon monoksida (CO) untuk Pajanan Real time dan Life

span pada populasi di Kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar pada Hari Kerja dan Waktu Pelaksanaan Car Free

Day Tahun 2016 ... 52 Tabel 5.4 Nilai p-value Uji Beda 2 Mean (t-test) Nilai Intake pada Hari Kerja

dan Waktu Pelaksanaan Car Free Day di Kawasan Jalan Raya

Puputan Niti Mandala Renon Denpasar pada Bulan April 2016... 53 Tabel 5.5 Karakteristik Risiko (RQ) Karbon monoksida (CO) untuk Pajanan

Real time dan Life span pada populasi di Kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar pada Hari Kerja dan Waktu

Pelaksanaan Car Free Day Tahun 2016 ... 55 Tabel 5.6 Nilai p-value Uji Beda 2 Mean (t-test) Nilai Karakteristik Risiko

(RQ) pada Hari Kerja dan Waktu Pelaksanaan Car Free Day di Kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar pada


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar2.1 Langkah-langkah Analisis Risiko Kesehatan

Lingkungan... 23 Gambar 3.1Kerangka Teori Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ... 29 Gambar 3.2Kerangka Konsep Analisis Pajanan dan Penilaian Risiko


(14)

xiv

DAFTAR SINGKATAN

Daftar Singkatan

ATSDR : Agency for Toxic Subtance and Disease Register

Bappeda : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

CO : Karbon Monoksida

CO2 : Karbon Dioksida COHb : Karboksihemoglobin

EPA : Environmental Protection Agency

HBKB : Hari Bebas Kendaraan Bermotor HTKB : Hari Tanpa Kendaraan Bermotor

hr : Hari

Kg : Kilo gram

mg : Mili gram

Polantas : Polisi Lalu Lintas

PU : Pekerjaan Umum

Samas : Sekretariat bersama sepeda SNI : Standar Nasional Indonesia WHO : World Health Organization


(15)

xv

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Kuesioner

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Lampiran 3. Hasil Pengujian Kualitas Udara Ambien dari UPT Balai Hiperkes Provinsi Bali

Lampiran 4. Data Hasil Kusioner Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian Lampiran 6. Surat Keterangan Kelaikan Etik


(16)

xvi

xvi

DAFTAR GRAFIK

Nomor Halaman

Grafik 5.1 Konsentrasi Karbon monoksida pada Hari Kerja (Senin-Jumat) dan Hari Minggu di Kawasan Jalan Raya Puputan Niti


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udara terdiri dari campuran gas-gas meliputi 78 % Nitrogen; 20 % Oksigen; 0,93 % Argon; 0,03 % Karbondioksida dan sisanya terdiri dari neon (Ne), helium (He), metan (CH4) dan hidrogen (H2). Sebaliknya, apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara sudah tercemar/terpolusi. Aktifitasmanusia yang beraneka ragam dapat mengubah komposisi gas-gas dalam udara yang diikuti terjadinya perubahan kualitas udara. Perubahan kualitas ini dapat berupa perubahan sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimiawi. Perubahan kimiawi, dapat berupa pengurangan maupun penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara, yang lazim dikenal sebagai pencemaran udara. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya.

Emisi gas buang yang dihasilkan oleh setiap kendaraan menjadi sumber polusi utama dari seluruh penyebab pencemaran udara di perkotaan. Studi di beberapa kota besar antara lain Serang, Surakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya termasuk Denpasar serta kota-kota lain sepanjang pantai utara Pulau Jawa telah menunjukkan bahwa pencemaran udara yang terjadi sudah dan/atau hampir melampaui standard kualitas udara. Senyawa pencemar yang berbahaya berupa emisi gas buang kendaraan bermotor antara lain gas Karbon Monoksida (CO), berbagai senyawa Hidrokarbon, berbagai Oksida Nitrogen (NOx) dan Sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk Timbal (Pb).


(18)

2

Hasil buangan dari aktivitas transportasi bahan bakar yang dipakai sebagai sumber energi bagi kendaraan akan terintroduksi ke udara dalam bentuk gas dan partikel. Gas buang kendaraan tersebut mengeluarkan bahan pencemar (polutan) berupa gas seperti Karbonmonoksida (CO), Nitrogen oksida (NOx), Sulfuroksida (SOx) dan Hidrokarbon (HC). Menurut Fardiaz (1992) sumber polusi utama berasal dari transportasi, hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbonmonoksida.

Pengaruh CO terhadap tubuh terutama disebabkan oleh reaksi antara CO dengan hemoglobin (Hb) dalam darah. Hemoglobin dalam darah secara normal berfungsi dalam sistem transpor untuk membawa oksigen dalam bentuk oksihemoglobin (O2Hb) dari paru-paru ke sel-sel tubuh, dan membawa CO2 dalam bentuk CO2Hb dari sel-sel butuh ke paru-paru. Dengan adanya CO, hemoglobin dapat membentuk karboksihemoglobin (COHb). Jika reaksi tersebut terjadi, maka kemampuan darah untuk mentransport oksigen menjadi berkurang. Afinitas CO terhadap hemoglobin adalah 200 lebih tinggi daripada afinitas oksigen terhadap hemoglobin, akibatnya jika CO dan O2 terdapat bersama-sama di tubuh akan membentuk COHb dalam jumlah lebih banyak daripada O2Hb. Hal ini menyebabkan kapasitas darah untuk menyalurkan oksigen kejaringan-jaringan tubuh menjadi terganggu atau berkurang. Dalam keadaan normal darah mengandung COHb dalam jumlah sekitar 0,5%. Jumlah ini berasal dari karbon monoksida yang di produksi olehtubuh selama metabolisme (Fardiaz, 1992). Keracunan gas CO dapat ditandai dari keadaan ringan, berupa pusing dan sakit kepala.Keadaan yanglebih berat dapat berupa perubahan fungsi paru, detak jantung meningkat,kesukaran bernafas, kelainan fungsi susunan saraf pusat,


(19)

3

gangguan pada systemkardiovaskuler dan serangan jantung sampai pada kematian (Soemirat, 2005).Menurut Ditjen PPM dan PLP (1994), gas karbon monoksida (CO) diklasifikasikan sebagai „Respiratory Pollutant’ sub grup „Asphyxiants’, yaitu bahan pencemar yang menimbulkan dampak atau efek terhadap jaringan saluran pernapasan dan sistem peredaran darah.

Menurut penelitian Christine Prita (2015) total emisi gaskarbon monoksida (CO) di Kota Denpasar mencapai 55.432,04 ton/tahun yang sebagian besar berasal dari emisi sumber bergerak di jalan raya dan dihasilkan oleh kendaraan roda dua atau sepeda motor. Tingginya nilai emisi CO pada ruas-ruas jalan raya ini dapat diakibatkan dari tingginya kepadatan lalulintas yang menyebabkan kemacetan sehingga emisi karbonmonoksida yang dihasilkan semakin meningkat, karena menurut Zhai, H., et.al, (2008) emisi CO meningkat seiring dengan menurunnya kecepatan kendaraan. Meningkatnya kadar emisi gas CO pada saat kepadatan lalu lintas dapat mempengaruhi kadar gas CO pada udara ambien. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Decy Arwini (2014) dimana terjadi peningkatan konsentrasi gas CO udara ambien pada hari kerja di Jalan Raya PuputanNiti Mandala Renon Denpasar. Perbedaan kadar gas CO udara ambien antara waktu pelaksanaan program Car Free Day danhari kerja sebesar 3,6 kali. Hasil pengukuran kadar CO pada hari biasa/kerja di Jalan Raya PuputanNiti Mandala Renon Denpasar sebesar 7,46 μg/m³. Bila dilakukan evaluasi dengan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 45 tahun 1997, kondisinya sudah termasuk kategori ”sedang” dengan penjelasan bahwa tingkat kualitas udara tersebut tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan sensitive dan nilai estetika (Kusminingrum,


(20)

4

dan Gunawan, 2008). Hal ini menunjukkan fungsi pohon yang ditanam disekitar lapangan renon untuk mengurangi polusi udara akibat asap kendaraan, sudah tidak berfungsi dengan baik untuk mengurangi jumlah polusi udara yang dihasilkan akibat bertambahnya jumlah kendaraan saat ini.

Berdasarkan masalah diatas maka penelitian ini dilakukan untuk menganalisis besarnya risiko kesehatan polusi udara akibat paparan gas CO udara ambien yang berada di sekitar Jalan Raya PuputanNiti Mandala Renon Denpasar. Lokasi Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar dipilih karena pada lokasi tersebut sering terjadi peningkatan kepadatan lalu lintas karena aktifitas manusia pada hari kerja dan sesuai hasil penelitian Decy Arwini (2014) peningkatan kadar gas CO udara ambien terjadi pada pagi hari ketika orang-orang berangkat sekolah dan kerja dibandingkan dengan hari minggu pada saat car free day. Penelitian dilakukan pada populasi yang relatif sering terpajan oleh polusi akibat emisi kendaraan bermotor yang melintas di wilayah Jalan Raya PuputanNiti Mandala Renon Denpasar seperti Polisi Lalu Lintas, Satpam, juru parkir, dan pedagang kaki lima. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya pada populasi berisiko terpapar, sehingga peneliti terdorong untuk melakukan penelitian ini. Sebagaimana diketahui bahwa populasi tersebut sering melakukan aktivitas yang berhubungan dengan kendaraan bermotor dan berisiko terpapar langsung dengan gas karbon monoksida (CO) hasil gas buang kendaraan bermotor.


(21)

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah risiko kesehatan akibat paparan karbon monoksida (CO) pada hari kerja dan pada waktu pelaksanaan car free day di kawasan jalan raya puputan niti mandala renon denpasar?”

1.3 Pertanyaan Penelitian

1) Berapakah konsentrasi karbon monoksida (CO) dalam udara ambien di kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar pada hari kerja dan pada waktu pelaksanaan car free daytahun 2016?

2) Berapakah besar nilai antropometri populasi sampel di kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar tahun 2016?

3) Berapakah besar asupan paparan karbon monoksida (CO) pada populasi sampel di kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar tahun 2016?

4) Berapakah besar risiko kesehatan non karsinogenik pada populasi sampel di kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar tahun 2016 akibat paparan karbon monoksida (CO) yang berasal dari kegiatan di lingkungan tersebut pada hari kerja?

5) Berapakah besar risiko kesehatan non karsinogenik pada populasi sampel di kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar tahun 2016 akibat paparan karbon monoksida (CO) yang berasal dari kegiatan di lingkungan tersebut pada waktu pelaksanaan car free day?


(22)

6

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1.4.1 TujuanUmum :

Membandingkan besar risiko kesehatan polusi udara akibat paparan karbon monoksida (CO) yang berada di sekitar daerah Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar pada hari kerja (senin-sabtu) dan hari pada waktu pelaksanaan car free day (minggu) pada suatu populasi (polisi lalu lintas, satpam, juru parkir, dan pedagang kaki lima). Dimana pada populasi tersebut relatif sering terpapar oleh polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor yang melintasi wilayah tersebut

1.4.2 TujuanKhusus :

1) Untuk mengetahuikonsentrasi karbon monoksida (CO) dalam udara ambien di kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar pada hari kerja dan pada waktu pelaksanaan car free day tahun 2016

2) Untuk mengetahui besar nilai antropometri populasi sampel di kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar tahun 2016

3) Untuk mengetahui besar asupan paparankarbon monoksida (CO) pada populasi sampel di kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar tahun 2016

4) Untuk mengetahui besar risiko kesehatan non karsinogenik pada populasi sampel di kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar tahun 2016 akibat paparankarbon monoksida (CO) yang berasal dari kegiatan di lingkungan tersebut pada hari kerja


(23)

7

5) Untuk mengetahui besar risiko kesehatan non karsinogenik pada populasi sampel di kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar tahun 2016 akibat paparankarbon monoksida (CO) yang berasal dari kegiatan di lingkungan tersebut pada waktu pelaksanaan car free day

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti tentang analisis risiko kesehatan non karsinogenik pada populasi sampel di kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar akibat paparankarbon monoksida (CO) yang berasal dari kegitan di lingkungan tersebut. Selain itu juga dapat menerapkan disiplin ilmu yang telah dipelajari khususnya bidang kesehatan lingkungan.

1.5.2 Manfaat Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Informasi dari penelitian ini dapat menjadi bahan tambahan ilmu untuk pengembangan kemampuan mahasiswa. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian berikutnya dalam melihat hubungan paparankarbon monoksida (CO) dengan kesehatan.

1.5.3 Manfaat Bagi Pemerintah

Memberikan masukan mengenai gambaran konsentrasi karbon monoksida (CO) dan risiko terhadap polisi lalu lintas, satpam, juru parkir dan pedagang kaki lima di kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar pada hari kerja dan pada waktu pelaksanaan car free day.


(24)

8

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya bidang Kesehatan Lingkungan yang menitikberatkan pada gambaran risiko kesehatan pada polisi lalu lintas, satpam, juru parkir, dan pedagang kaki lima di Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar dengan menganalisis risiko kesehatan oleh paparan gas karbon monoksida (CO).

Penelitian ini dilakukan di Jalan Raya Puputan Niti Mandala Denpasar dengan mengukur konsentrasi gas karbon monoksida(CO) udara ambien di wilayah tersebut. Pengukuran konsentrasi gas karbon monoksida (CO) dilakukan selama satu minggu pada bulan April 2016 di pagi hari jam 07.00 – 10.00 wita, karena jam tersebut merupakan jam padat lalu lintas dimana banyak aktifitas manusia dengan menggunakan kendaraan bermotor seperti berkendara untuk menuju tempat kerja, mengantar sekolah, mengantar barang, berbelanja dan kegiatan lainnya yang menggunakan kendaraan bermotor. Hari yang dipilih adalah hari senin sampai jumat untuk mewakili hari kerja atau kepadatan lalu lintas tiap hari. Kemudian hari minggu pada saat pelaksanaan program car fee day

jam 06.00-10.00 wita, untuk membandingkan konsentrasi gas karbon monoksida (CO) pada saat padat lalu lintas dan pada saat bebas kerndaraan bermotor. Hari sabtu tidak dipilih karena keterbatasan alat dan tenaga dari Hiperkes Provinsi Bali.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metodeanalisis risiko kesehatan lingkungan untuk menganalisis risiko kesehatan berkaitan dengan paparan karbon monoksida (CO) udara ambien pada Juru Parkir, Satpam, Pedagang Kaki Lima dan Polisi Lalu Lintas yang berada di kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar. Penelitian ini dilakukan pada bulan


(25)

9

April2016 dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan pengukuran karbon monoksida (CO) dalam udara ambien di kawasan Jalan Raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar.


(26)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Di Indonesia pertumbuhan penduduk meningkat terus menerus setiap tahunnya begitu pula dengan jumlah transportasi. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia dan jumlah transportasi maka muncul persoalan seperti kemacetan, tidak teraturnya lalu lintas dan penurunan kualitas udara (polusi udara). Secara global, polusi udara membunuh hingga 2,4 juta orang setahun di seluruh dunia. Sebagian besar kematian akibat polusi udara terjadi di Asia Timur dan India di mana polusi udara di sana sudah berat. Para peneliti memperkirakan 1,24 juta orang Asia Timur dan 549.000 orang India meninggal karena menghirup udara beracun setiap tahun. Eropa dan Asia Tenggara khususnya Indonesia memiliki angka kematian yang tinggi juga. Berdasarkan data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian karena outdoor air pollution pada tahun 2008 di wilayah Asia Tenggara, negara Indonesia merupakan peringkat ketiga setelah India dan Bangladesh. Kasus kematian akibat outdoor air pollution

ini di karenakan adanya gangguan pada sistem pernapasan yaitu 88,3% di akibatkan cardiopulmonarydisease, 11% lung cancer dan 0,7% respiratory infection (WHO, 2011).

Seperti halnya dengankota-kota lainnya di Indonesia, Kota Denpasar yang merupakan Ibukota Provinsi Bali mengalami permasalahan pertumbuhan dan perkembangan penduduk serta lajunya pembangunan yang berimplikasi ke segala


(27)

11

bidang. Kota Denpasar yang luasnya 127,78 km2 memiliki pertumbuhan penduduk rata-rata 4,05% per tahun dan diikuti dengan pertumbuhan kendaraan bermotor 11% per tahun (Badan Lingkungan Hidup Kota Denpasar, 2008). Pertumbuhan kendaraan bermotor yang semakin tahun semakin meningkat menimbulkan dampak buruk terhadap kualitas udara. BerdasarkanlaporanpenelitianFauzy Ammari (2005), diketahui bahwa sumber polusi udara sebesar 81% berasal dari sektor transportasi. Polusi semacam ini biasanya mempengaruhi kualitas udara di luar ruangan secara umum. Baik kendaraan modern maupun kendaraan yang tidak layak pakai.

2.1 Udara

2.1.1 Pengertian udara

Udara adalah campuran dari berbagai gas secara mekanis dan bukan merupakan senyawa kimia. Udara merupakan komponen yang membentuk atmosfer bumi, yang membentuk zona kehidupan pada permukaan bumi. Udara terdiri dari berbagai gas dalam kadar yang tetap pada permukaan bumi, kecuali gas metana, amonia, hidrogen sulfida, karbon monoksida dan nitrogen oksida yang mempunyai kadar yang berbeda-beda tergantung daerah/lokasi. Umumnya konsentrasi metana, amonia, hidrogen sulfida, karbon monoksida dan nitrogen oksida sangat tinggi di area rawa-rawa atau industri kimia (Chandra, 2007).

2.1.2 Jenis-jenis udara a. Udara Ambien

Menurut Peraturan Pemerintah RI no. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada


(28)

12

lapisan troposfer yang berada di dalam wilayah yuridiksi Republik Indonesia yang ditentukan dan mempengaruhi kendaraan manusia mahluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.

b. Udara Emisi

Udara emisi adalah zat, energi dan atau komponen lain yang dihasilkan dalam suatu kegiatan yang masuk dan atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar (PP RI No. 41 Tahun 1999).

2.2 Pencemaran Udara

Pencemaran lingkungan atau polusi adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energy dan atau komponen lain kedalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ktingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukya (Undang-Undang Pengelolaan lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).

Polutan adalah zat atau bahan yang menyebapkan terjadinya polusi. Suatu zat disebut polutan, bila keberadaanya disuatu lingkungan dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Contoh : karbondioksida dengan kadar 0,032 % dapat memberikan dampak merusak. Dengan kata lain suatu zat dapat disebut polutan apabila :

1. Jumlah melebihi jumlah normal 2. Berada pada waktu yang tidak tepat 3. Berada pada tempat yang tidak tepat


(29)

13

Pencemaran Udara adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan (unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan).Pencemaran dapat terjadi dimana-mana. Bila pencemaran tersebut terjadi di dalamrumah, di ruang-ruang sekolah ataupun di ruang-ruang perkantoran maka disebut sebagaipencemaran dalam ruang (indoor pollution). Sedangkan bila pencemarannya terjadi dilingkungan rumah, perkotaan, bahkan regional maka disebut sebagai pencemaran di luar ruang (outdoor pollution).Umumnya, polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan asap tersebutberasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang dihasilkan oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan bermotor. Selain itu, gas dan asap tersebut merupakan hasil oksidasi dari berbagai unsur penyusun bahan bakar, yaitu: CO2 (karbondioksida), CO (karbonmonoksida), SOx (belerang oksida) dan NOx (nitrogen oksida).

2.3 Pencemaran Udara Akibat Karbon monoksida (CO)

Keberadaan gas karbon monoksida di udara banyak terdapat di wilayah perkotaan yang banyak terdapat alat transportasi serta di wilayah yang banyak terdapat industri-industri. Karbonmonoksida (CO) merupakan suatu komponengas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa. Komponen gasini mempunyai berat sebesar 96,5 % dari berat air dan tidak larut dalam air. (Yanti, 2000)

Gas ini merupakan pencemar udara yang amat berbahaya biasanya berasal dari asaphasil pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang


(30)

14

mengandung karbon dan juga dihasilkan oleh pembakaran pada tekanan dan suhu yang tinggiyang terjadi pada mesin. Dan pada suhu yang tinggi karbondioksida dapat pulaterurai menjadi karbon monoksida dan 1 atom Oksigen.

Gas karbon monoksida ini jugadapat berasal dari hasil reaksi oksidasi gas metana oleh radikal hidroksil dan dari perombakan atau pembusukan tanaman meskipun tidak sebesar seperti yangdihasilkan oleh hasil pembakaran yang tidak sempurna dari mesin kendaraan bermotor.

Selain dari kendaraan bermotor gas karbon moksida juga bisa berasal dariasap rokok. Apabila di dalam suatu ruangan banyak terdapat orang yang merokok maka kadar karbon monoksida pada ruangan tersebut akan meningkat. Ini juga amat membahayakan bagi perokok maupun bagi orang yang berada di dekatnyawalaupun ia tidak merokok.

2.4 Sumber Pencemaran Gas Karbon monoksida (CO)

Kendaraan bermotor adalah penghasil karbon monoksida (CO) yang cukup banyak. Karbon monoksida (CO) adalah gas buang yang terbentuk apabila oksidasi dari Karbon monoksida (CO) menjadi Karbon dioksida (CO2) tidak sempurna, umumnya hal ini disebabkan karena kekurangan oksigen. Menurut perhitungan stochiometrik, yaitu seandainya proses pembakaran terjadi secara sempurna maka dalam 1 kg bensin diperlukan 15 kg udara untuk pembakaran dalam silinder kendaraan bermotor, bila hal ini terjadi maka tidak akan terbentuk karbon monoksida (CO), tetapi pada kenyataannya hal demikian tak pernah terjadi, dan karenanya terbentuklah karbon monoksida (CO). Gas karbon monoksida (CO) yang dihasilkan oleh kendaraan bermesin bensin (premium)


(31)

15

adalah sekitar 1 % pada waktu berjalan dan sekitar 7 % pada waktu tidak berjalan. Sementara mesin disel menghasilkan karbon monoksida (CO) sebesar 0,2 % pada saat berjalan dan sekitar 4 % pada waktu berhenti (Sarudji, 2010).

Menurut Wardhana (2001), kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan karbon monoksida (CO) sekitar 10 – 15 ppm sehingga kadar karbon monoksida (CO) dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu gas karbon monoksida (CO) dapat juga terbentuk walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lainnya.

Semakin tinggi suhu hasil pembakaran maka jumlah gas karbon monoksida (CO) yang terdisosiasi semakin banyak, suhu tinggi merupakan pemicu terjadinya gas karbon monoksida (CO). Sumber pencemaran gas karbon monoksida (CO) terutama berasal dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak maupun batubara) pada mesin-mesin penggerak transportasi. Penyebaran gas karbon monoksida (CO) di udara tergantung pada keadaan lingkungan, untuk daerah perkotaan yang banyak kegiatan industrinya dan lalu lintasnya padat, udaranya sudah banyak tercemar oleh gas karbon monoksida (CO), sedangkan daerah pinggiran kota atau desa, cemaran karbon monoksida (CO) di udara relatif sedikit.

Pada tanah yang masih terbuka dimana belum ada bangunan di atasnya, dapat membantu penyerapan gas karbon monoksida (CO), karena mikroorganisme yang ada di dalam tanah mampu menyerap gas karbon monoksida (CO) yang terdapat di udara. Angin dapat mengurangi konsentrasi gas karbon monoksida (CO) pada suatu tempat karena dipindahkan ke tempat lain (Mulyanto, 2007).


(32)

16

2.5 Sifat dan Karakteristik Karbon monoksida (CO)

Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna (Srikandi Fardiaz, 1992). Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Senyawa karbon monoksida (CO) mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.

Hasneni (2004) dalam skripsinya menuliskan bahwa karbon monoksida (CO) yang terdapat di atmosfer terbentuk dari salah satu proses sebagai berikut : - Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung

karbon.

- Reaksi antar karbonmonoksida (CO) dengan komponen yang mengandung karbon(C) pada suhu tinggi.

- Pada suhu tinggi, Karbondioksida (CO2) dapat terurai kembali menjadi karbon monoksida (CO) dan Oksigen (O2).

Selain itu, berbagai proses geofsika dan biogenik diketahui dapat memproduksi karbon monoksida (CO) seperti aktivitas vulkanik, emisi gas alami, pancaran listrik dari kilat, serta sumber lainnya. Tetapi kontribusi karbon monoksidake atmosfer yang berasal dari sumber alami relatif lebih kecil dibandingkan dari sumber aktivitas manusia seperti transportasi, pembakaran bahan bakar minyak, industri, dan sumber lainnya.

Dalam beberapa penelitian ditemukan kadar karbon monoksida yang cukup tinggi di dalam kendaraan sedan maupun bus. Kadar karbon monoksida


(33)

17

diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya ditemukan kadar maksimum karbon monoksida yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan malam hari. Selain cuaca, variasi dari kadar karbon monoksida juga dipengaruhi oleh topografi dan bangunan disekitarnya. Pemajanan karbon monoksida dari udara ambien dapat direfleksikan dalam bentuk kadar karboksihemoglobin (COHb) dalam darah yang terbentuk dengan sangat perlahan karena butuh waktu 4-12 jam untuk tercapainya keseimbangan antara kadar karbon monoksida diudara dan karboksihemoglobin dalam darah.

Karakteristik biologik yang penting dari karbon monoksida adalah kemampuannya untuk berikatan dengan hemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengangkut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan karboksihemoglobin (COHb) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan oksihemoglobin(HbO2). Penguraian karboksihemoglobin yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal karena dapat menyebabkan keracunan.

Sumber kabon monoksida buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, jumlah karbon monoksida dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta ton per tahun (WHO, 1997). Separuh dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran


(34)

18

sampah domestik. Didalam laporan WHO (1997) dinyatakan paling tidak 90% dari karbon monoksida diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor.

2.6 Dampak Pencemaran Udara Akibat Karbon monoksida (CO)

Gas karbon monoksida atau CO merupakan pencemar udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia maupun hewan dan tumbuhan. Bahaya gas karbon monoksida bagi manusia sendiri dapat menyebabkan kematian apabila menghirup gas karbon monoksida dengan konsentrasi yang tinggi. Dan gas karbon monoksida pada konsentrasi rendah juga dapat mengganggu kesehatan pada manusia. Pengaruh karbon monoksida pada tubuh manusia sangat berbahaya, terutama karena reaksi antara karbon monoksida (CO) dengan hemoglobin (Hb) dalam darah yang menghasilkan karboksihemoglobin:O2Hb + CO → COHb + O2.Pengaruh dari reduksi ini menyebabkan kapasitas darah untuk mengangkut oksigen menjadi berkurang. (Zuhriyah, 2008)

Hemoglobin di dalam darah sendiri secara normal berfungsi dalam sistem transpor untuk untuk mengangkut oksigen dalam bentuk oksihemoglobin (O2Hb) dari paru-paru ke sel-sel tubuh kemudian membawa karbon dioksida (CO2) tersebut dalam bentuk CO2Hb dari sel-sel tubuh ke paru-paru, namun apabila didalam tubuh terdapat CO maka hemoglobin dapat membentuk karboksihemoglobin (COHb). Jika reaksi antara karbon monoksida denganhemoglobin terjadi maka kemampuan darah untuk mentranspor atau mengangkutoksigen menjadi berkurang.

Faktor penting yang menentukan pengaruh karbon monoksida terhadap tubuh manusia adalah konsentrasi karboksihemoglobin yang terdapat di dalam


(35)

19

darah, dimana semakin tinggi persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk karboksihemoglobin, semakin parah pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Hal tersebut dimungkinkan dapat terjadi pada polisi lalu lintas, satpam, juru parkir dan pedagang kaki lima yang beraktifitas di sekitar jalan raya karena pada tempat tersebut banyak kendaraan bermotor yang mesinnya masih hidup dan polutan yang dihasilkan semakin bertambah jika tidak didukung sistem sirkulasi udara yang baik, selain itu timbulnya gangguan kesehatan pada populasi yang berisiko terpapar tersebut juga dipengaruhi oleh kebiasaan hidup sehari-hari dan masa kerja. Berdasarkan penelitian Niken Setyowati,dkk (2014) diperoleh hasil analisa korelasi sebesar 0,264 yang berarti gas karbon monoksida yang berasal dari kendaraan berpotensi dirasakan oleh petugas polisi lalu lintas di Pontianak. Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa kemungkinan seseorang terpapar oleh gas karbon monoksida akan lebih besar jika ia lebih sering melakukan aktivitas yang berhubungan dengan kendaraan bermotor.

2.7 Pelaksanaan Car Free Day di Indonesia

Sesuai dengan amanan UU No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, pasal 213 menyebutkan bahwa pemerintah wajib membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan yang ramah lingkungan, maka beberapa provinsi di Indonesia diterjemahkan menjadi Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB). HBKB telah diselenggarakan dibeberapa kota antara lain Jakarta, Surabaya, Denpasar dan beberapa kota besar lainnya.

Pelaksanaan Car Free Day atau HBKB ini merupakan salah satu wujud pelaksanaan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 15 tahun 1996


(36)

20

tentang Program Langit Biru. Program Langit Biru adalah suatu program pengendalian pencemaran udara dari kegiatan sumber bergerak dan sumber tidak bergerak. Yang dimaksud sumber bergerak adalah sumber emisi yang tidak tetap pada suatu tempat sedangkan sumber tidak bergerak adalah sumber emisi yang tetap pada suatu tempat.

Penyelenggaraan HBKB di Jakarta sesuai Instruksi Gubernur DKI Jakarta No.93 tahun 2007 menunjuk Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD) DKI Jakarta sebagai koordinator pelaksanaan HBKB dan walikota di tiap wilayah sebagai pelaksana. Pelaksanaan tingkat provinsi dilaksanakan pada ruas jalan Sudirman-Thamrin. Sejauh ini masyarakat sangat antusias dalam pelaksanaan HBKB, dan dari hasil pemantauan pencemaran udara yang dilakukan BPLHD terjadi penurunan kadar karbon monoksida hingga67%, PM10 sebanyak 34% dan NO sebanyak 80% selama pelaksanaan HBKB.

Kegiatan HBKB pertama kali dilaksanakan oleh Kota Surabaya, yaitu pada tahun 2001. Di Kota Surabaya, kegiatan car free day diterjemahkan menjadi Hari Tanpa Kendaraan Bermotor (HTKB). Kegiatan ini merupakan bagian dari kampanye peningkatan kualitas udara dalam peringatan perayaan Hari Bumi dengan tema “Segar Suroboyoku Rek!”. Kemudian dilanjutkan lagi pada tanggal 24 Agustus 2008 dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup. Melalui kegiatan HTKB ini menunjukkan kepedulian Pemerintah Kota Surabaya terhadap kelestarian lingkungan dengan meminimalisir pencemaran udara yang terjadi di wilayahnya. Menurut peneliti Mr.Mahbub Anwar, seorang mahasiswa S2 Universitas Hiroshima Jepang tahun 2009, melalui kegiatan HTKB diperoleh


(37)

21

kesimpulan bahwa kegiatan ini mampu mereduksi karbon dioksida (CO2) sekitar 1,02 kg/orang/hari.

Kota Denpasar sejak tanggal 16 Agustus 2009 telah menerapkan kegiatan

car free day dengan membuat jalur khusus bebas kendaraan bermotor roda empat maupun roda dua. Program ini merupakan hasil diskusi yang telah dilakukan oleh beberapa pihak terkait antara lain dari Dinas Perhubungan, PU, Polantas, Bappeda dan komunitas sepeda (Samas Denpasar). Pelaksanaan Car Free Day ini mengambil tema “Denpasar Go Green 2009” dengan mengambil rute di kawasan Renon Denpasar dengan waktu pelaksanaan hari minggu pukul 06.00 sampai 10.00 Wita. Seperti masyarakat Jakarta dan Surabaya, masyarakat Bali juga antusias terhadap program ini. Terbukti dengan banyaknya masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan ini. Banyak orang tua mengajak anak bahkan binatang peliharaan (dengan beberapa ketentuan) untuk menikmati suasana nyaman bersepeda, jalan santai, atau hanya sekedar lari-lari pagi untuk menghilangkan kepenatan dari rutinitas pekerjaan. Dari sisi pencemaran udara, kegiatan car free day dapat menurunkan pencemaran udara dan kebisingan yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor. Hal ini dapat dibuktikan melalui penelitian Decy Arwini (2014) yang membandingkan parameter pencemar udara pada waktu pelaksanaan car free day dengan hari kerja. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan beberapa parameter pencemar udara pada hari kerja yaitu sulfur dioksida meningkat sebesar 6,87%, nitrogen dioksida meningkat sebesar 36,35 %, karbon monoksida meningkat sebesar 366,25%, PM10 meningkat sebesar hampir 600%, dan Oksidan meningkat sebesar 28,57%.


(38)

22

Dari hasil beberapa penelitian diatas diperoleh hasil penurunan kadar karbon monoksida (CO) melalui pelaksanaan Car Free Day.Berdasarkan hasil penelitian pencemaran udara tersebut maka penelitian analisis risiko kesehatan lingkungan ini dilakukan, untuk mengetahui besar risiko akibat paparankarbon monoksida (CO). Penelitian ini dilakukan di kawasan Renon Denpasar karena belum ada penelitian Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan akibat paparan karbon monoksida (CO)di kawasan tersebut.

2.8 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Analisis risiko merupakan suatu alat pengelolaan risiko, proses penilaian bersama para ilmuwan dan birokrat untuk memperkirakan peningkatan risiko kesehatan pada manusia yang terpajan (NRC 1983). Menurut Aldirh dan Griffith (1993) analisis risiko adalah karakteristik efek-efek yang potensial merugikan kesehatan manusia oleh paparan bahaya lingkungan.

Analisis risiko kesehatan lingkungan adalah langkah-langkah dalam memperkirakan dan menilai besaran dan kemungkinan risiko kesehatan dan lingkungan yang akan terjadi sehingga semua pihak yang peduli mengetahui cara mengendalikan dan mengurangi risiko tersebut (Louvar&Louvar,1998). Analisis risiko terdiri dari 4 langkah utama yaitu : 1) Identifikasi Bahaya (Hazard Identification), 2) Analisis Pemaparan (Exposure Assessment), 3) Analisis Dosis Respon (Dose Response Assessment), 4) Karakteristik Risiko (Risk Characterization) (Mukono 2002).


(39)

23

Gambar 2.1 Langkah-langkah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Keterangan : Risk Assessment hanya pada bagian kotak garis titik-titik sedangkan risk management dan risk communication berada di luar lingkup risk assessment (Louvar dan Louvar 1998).

2.8.1 Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)

Identifikasi bahaya (Hazard Identification)merupakan tahap awal analisis risiko kesehatan lingkungan untuk mengetahui maupun mengenal dampak buruk kesehatan yang disebabkan oleh pemajanan suatu bahan dan memastikan mutu serta kekuatan bukti-bukti yang mendukungnya (daya racun sistemik dan karsinogenik). Keberadaan risk agen dapat disimpulkan dari gangguan kesehatan yang teramati (disease oriented) dan juga dapat melalui tingkat pencemaran

(agent oriented). Dari dua tipe identifikasi bahaya tersebut, pendekatan agent oriented harus didahulukan. Dengan dua pendekatan tersebut identifikasi

Identifikasi Bahaya

Identifikasi Sumber

Analisis Pemajanan Analisis Dosis-Respon

Karakteristik Risiko

Manajemen Risiko


(40)

24

keberadaan risk agen yang potensial dan aktual dalam media lingkungan tertentu sangat berguna untuk analisis dosis respon (Rahman, 2010).

2.8.2 Penilaian Dosis Respons (Dose Response Assessment)

Analisis dosis respons (Dose Response Assessment) dilakukan untuk menetapkan nilai-nilai kuantitatif toksisitas suatu reagen risiko untuk setiap bentuk spesi kimia yang dinyatakan sebagai RfD (untuk air minum dan makanan/ingeti) atau RfC (untuk udara/inhalasi) untuk efek-efek non karsinogenik dan Cancer Slope Factor (CSF) atau Unit Risk (UR) untuk efek-efek karsinogenik.

Menentukan dosis-respon suatu risk agent sangat sulit, membutuhkan data dan informasi studi toksisitas yang asli dan lengkap, ahli-ahli kimia, toksikologi, farmakologi, biologi, epidemiologi dan spesialis-spesialis lain yang berhubungan dengan toksisitas dan farmakologi zat. Namun saat ini RfD dan RfC zat-zat kimia dalam berbagai spesi termasuk formulanya, telah ada dalam pangkalan data

Integrated Risk Information System dari US-EPA (IRIS 2007). Ada ratusan spesi kimia zat yang telah dimasukkan ke dalam daftar IRIS dan sudah ditabulasi sehingga bisa langsung digunakan (Rahman, 2007).

Secara teknis nilai RfC ditetapkan dengan cara membagi NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) atau LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) dengan UF (Uncertainty Factor) sesuai dengan konsep porbabilitas. LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) adalah dosis terendah yang secara statistik atau biologis masih memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji dan manusia. NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) adalah dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisitas kronik atau sub kronik yang secara statistik


(41)

25

atau biologis tidak memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusi. Faktor ketidakpastian diperkuat dengan MF (Modifiying Factor) yang disebut sebagai professional jugdement, yakni penilaian profesional terhadap kualitas studi toksisitas dan kelengkapan datanya yang tidak tertampung dalam UF. Nilai MF adalah 0<MF≤10 dengan nilai default 1. RfC dinyatakan dengan persamaan :

� = ���� � � ���

UF1xUF2x…. xMF

Keterangan :

UF1 = 10 untuk menghitung variasi dalam populasi yang sensitive UF2 = 10 jika mengekstrapolasi dari data pada hewan

UF3 = 10 jika NOAEL diperoleh dari subkronik daripada studi kronik UF4 = 10 jika LOAEL digunakan untuk menggantikan NOAEL

MF = 1-10 untuk menggambarkan suatu ketidakpastian dari professional jugdement

Jadi, RfC bukanlah dosis yang acceptable melainkan hanya referensi. Jika dosis yang diterima melebihi RfC maka probabilitas untuk mendapatkan risiko juga lebih besar. Namun, dosis di atas RfC tidak otomatis aman, karena RfC

diturunkan dengan unsur-unsur ketidakpastian. Nilai RfC untuk karbon monoksida (CO) adalah 7,667 mg/kg/hari(Tualeka, 2013)

2.8.3 Analisis Pemajanan (Exposure Assessment)

Pemajanan adalah proses yang menyebabkan organisme kontak dengan bahaya lingkungan berupa risk agent sebagai jembatan yang menghubungkan “bahaya” dengan “risiko”. Pemajanan bisa terjadi karena risk agent terhirup dalam udara, tertelan bersama air dan makanan, terserap lewat kulit atau kontak langsung


(42)

26

dengan tubuh (Kolluru et all, 1996). Analisis pemajanan memperhatikan semua rute (inhalasi, ingesi dan absorpsi) dan media (udara,air, tanah, makanan, dan minuman) agar total Intake bisa dihitung. Asupan setiap risk agent dihitung sesuai jalur pemajanan menurut karakteristik antropometri dan pola aktifitas populasi berisiko menggunakan rumus dibawah ini sebagai rumus generik yang berlaku umum untuk seluruh jalur pemajanan (Louvar & Louver, 1998) :

I = C x R x tE xfE xD t Wb xtavg

Untuk menghitung Intake (I), asumsi-asumsi yang digunakan yaitu : I = asupan (intake) (mg/kg/hari)

C = konsentrasi agen risiko (mg/M3), didapat dari data konsentrasi karbon monoksida (CO) di udara

R = laju asupan atau konsumsi (0,83 M3/jam untuk inhalasi) tE = waktu paparan (jam/hari)

fE = frekuensi paparan (hari/tahun)

D t = durasi paparan (tahun), real time atau proyeksi, 30 tahun untuk nilai

default residensial berdasarkan US-EPA Default Exposure Factor. Wb = berat badan (kg)

tavg = periode rata-rata harian (30 x 365 hari/tahun untuk zat non karsinogenik, 70 tahun x 365 hari/tahun untuk zat karsinogenik). 2.8.4 Karakteristik Risiko(Risk Characterization)

Karakteristik risiko adalah perhitungan secara kualitatif, jika memungkinkan secara kuantitatif, meliputi probabilitas terjadinya potensi dampak


(43)

27

buruk suatu agen pada organisme, sistem atau sub populasi beserta faktor ketidakpastiannya ( Kemenkes, 2012). Karakteristik risiko dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau menentukan apakah risk agent pada konsentrasi tertentu yang dianalisis menimbulkan gangguan kesehatan pada responden atau tidak. Karakteristik risiko merupakan integrasi informasi daya racun dan pemajanan ke dalam “Perkiraan Batas Atas” risiko kesehatan yang terkandung dalam suatu bahan.

Karakteristik risiko kesehatan dinyatakan sebagai Risk Quotient (RQ) untuk efek-efek non karsinogenik dan Excess Cancer Risk (ECR) untuk efek-efek karsinogenik. RQ dihitung dengan membagi asupan non karsinogenik (Ink) setiap agen risiko dengan dosis referensinya (RfC). RfC adalah toksisitas kuantitatif non karsinogenik dengan menyatakan estimasi dosis paparan harian yang diperkirakan tidak menimbulkan efek merugikan kesehatan meskipun paparan itu berlangsung sepanjang hayat. Dosis referensi dibedakan untuk paparan oral ingesti (makanan dan minuman) yang disebut RfD dan untuk paparan inhalasi (udara) disebut RfC, dimana dosis referensi dinyatakan dalam mg agen risiko per kg berat badan per hari (mg/kg/hari) (Rahman, 2007). Perhitungan karakteristik risiko dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Karakteristik risiko pada efek non karsinogenik

Tingkat risiko pada efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ)(ATSDR:2005)

=�� ��

R C

I = Intake dari hasil perhitungan penilaian paparan (mg/kg/hari) RfC = dosis atau konsentrasi referensi secara inhalasi (mg/kg/hari)


(44)

28

Tingkat risiko dikatakan aman apabila RQ 1. Tingkat risiko dikatakan tidak aman apabila RQ >1 (Kemenkes RI,2012).

b. Karakteristik risiko pada efek karsinogenik

Tingkat risiko pada efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR). Untuk melakukan karakteristik risiko pada efek karsinogenik dilakukan dengan mengkalikan Intake dengan Slope Factor. Rumus ECR adalah :

ECR = I x SF Dengan asumsi :

I = asupan yang telah dihitung dengan rumus pertama SF = nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Tingkat risiko karsinogenik dinyatakan dalam bilangan exponent tanpa satuan. Tingkat risiko dinyatakan aman apabila nilai ECR ≤ E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR ≤ 1/10.000. Tingkat risiko dinyatakan tidak aman apabila ECR > E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR > 1/10.000 (Kemenkes, 2012).


(1)

Gambar 2.1 Langkah-langkah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Keterangan : Risk Assessment hanya pada bagian kotak garis titik-titik sedangkan risk management dan risk communication berada di luar lingkup risk assessment (Louvar dan Louvar 1998).

2.8.1 Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)

Identifikasi bahaya (Hazard Identification)merupakan tahap awal analisis risiko kesehatan lingkungan untuk mengetahui maupun mengenal dampak buruk kesehatan yang disebabkan oleh pemajanan suatu bahan dan memastikan mutu serta kekuatan bukti-bukti yang mendukungnya (daya racun sistemik dan karsinogenik). Keberadaan risk agen dapat disimpulkan dari gangguan kesehatan yang teramati (disease oriented) dan juga dapat melalui tingkat pencemaran (agent oriented). Dari dua tipe identifikasi bahaya tersebut, pendekatan agent oriented harus didahulukan. Dengan dua pendekatan tersebut identifikasi

Identifikasi Bahaya

Identifikasi Sumber

Analisis Pemajanan Analisis Dosis-Respon

Karakteristik Risiko

Manajemen Risiko


(2)

keberadaan risk agen yang potensial dan aktual dalam media lingkungan tertentu sangat berguna untuk analisis dosis respon (Rahman, 2010).

2.8.2 Penilaian Dosis Respons (Dose Response Assessment)

Analisis dosis respons (Dose Response Assessment) dilakukan untuk menetapkan nilai-nilai kuantitatif toksisitas suatu reagen risiko untuk setiap bentuk spesi kimia yang dinyatakan sebagai RfD (untuk air minum dan makanan/ingeti) atau RfC (untuk udara/inhalasi) untuk efek-efek non karsinogenik dan Cancer Slope Factor (CSF) atau Unit Risk (UR) untuk efek-efek karsinogenik.

Menentukan dosis-respon suatu risk agent sangat sulit, membutuhkan data dan informasi studi toksisitas yang asli dan lengkap, ahli-ahli kimia, toksikologi, farmakologi, biologi, epidemiologi dan spesialis-spesialis lain yang berhubungan dengan toksisitas dan farmakologi zat. Namun saat ini RfD dan RfC zat-zat kimia dalam berbagai spesi termasuk formulanya, telah ada dalam pangkalan data Integrated Risk Information System dari US-EPA (IRIS 2007). Ada ratusan spesi kimia zat yang telah dimasukkan ke dalam daftar IRIS dan sudah ditabulasi sehingga bisa langsung digunakan (Rahman, 2007).

Secara teknis nilai RfC ditetapkan dengan cara membagi NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) atau LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) dengan UF (Uncertainty Factor) sesuai dengan konsep porbabilitas. LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) adalah dosis terendah yang secara statistik atau biologis masih memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji dan manusia. NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) adalah dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisitas kronik atau sub kronik yang secara statistik


(3)

atau biologis tidak memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusi. Faktor ketidakpastian diperkuat dengan MF (Modifiying Factor) yang disebut sebagai professional jugdement, yakni penilaian profesional terhadap kualitas studi toksisitas dan kelengkapan datanya yang tidak tertampung dalam UF. Nilai MF adalah 0<MF≤10 dengan nilai default 1. RfC dinyatakan dengan persamaan :

� = ���� � � ��� UF1xUF2x…. xMF Keterangan :

UF1 = 10 untuk menghitung variasi dalam populasi yang sensitive UF2 = 10 jika mengekstrapolasi dari data pada hewan

UF3 = 10 jika NOAEL diperoleh dari subkronik daripada studi kronik UF4 = 10 jika LOAEL digunakan untuk menggantikan NOAEL

MF = 1-10 untuk menggambarkan suatu ketidakpastian dari professional jugdement

Jadi, RfC bukanlah dosis yang acceptable melainkan hanya referensi. Jika dosis yang diterima melebihi RfC maka probabilitas untuk mendapatkan risiko juga lebih besar. Namun, dosis di atas RfC tidak otomatis aman, karena RfC diturunkan dengan unsur-unsur ketidakpastian. Nilai RfC untuk karbon monoksida (CO) adalah 7,667 mg/kg/hari(Tualeka, 2013)

2.8.3 Analisis Pemajanan (Exposure Assessment)

Pemajanan adalah proses yang menyebabkan organisme kontak dengan bahaya lingkungan berupa risk agent sebagai jembatan yang menghubungkan “bahaya” dengan “risiko”. Pemajanan bisa terjadi karena risk agent terhirup dalam udara, tertelan bersama air dan makanan, terserap lewat kulit atau kontak langsung


(4)

dengan tubuh (Kolluru et all, 1996). Analisis pemajanan memperhatikan semua rute (inhalasi, ingesi dan absorpsi) dan media (udara,air, tanah, makanan, dan minuman) agar total Intake bisa dihitung. Asupan setiap risk agent dihitung sesuai jalur pemajanan menurut karakteristik antropometri dan pola aktifitas populasi berisiko menggunakan rumus dibawah ini sebagai rumus generik yang berlaku umum untuk seluruh jalur pemajanan (Louvar & Louver, 1998) :

I = C x R x tE xfE xD t Wb xtavg

Untuk menghitung Intake (I), asumsi-asumsi yang digunakan yaitu : I = asupan (intake) (mg/kg/hari)

C = konsentrasi agen risiko (mg/M3), didapat dari data konsentrasi karbon monoksida (CO) di udara

R = laju asupan atau konsumsi (0,83 M3/jam untuk inhalasi) tE = waktu paparan (jam/hari)

fE = frekuensi paparan (hari/tahun)

D t = durasi paparan (tahun), real time atau proyeksi, 30 tahun untuk nilai default residensial berdasarkan US-EPA Default Exposure Factor. Wb = berat badan (kg)

tavg = periode rata-rata harian (30 x 365 hari/tahun untuk zat non karsinogenik, 70 tahun x 365 hari/tahun untuk zat karsinogenik). 2.8.4 Karakteristik Risiko(Risk Characterization)

Karakteristik risiko adalah perhitungan secara kualitatif, jika memungkinkan secara kuantitatif, meliputi probabilitas terjadinya potensi dampak


(5)

buruk suatu agen pada organisme, sistem atau sub populasi beserta faktor ketidakpastiannya ( Kemenkes, 2012). Karakteristik risiko dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau menentukan apakah risk agent pada konsentrasi tertentu yang dianalisis menimbulkan gangguan kesehatan pada responden atau tidak. Karakteristik risiko merupakan integrasi informasi daya racun dan pemajanan ke dalam “Perkiraan Batas Atas” risiko kesehatan yang terkandung dalam suatu bahan.

Karakteristik risiko kesehatan dinyatakan sebagai Risk Quotient (RQ) untuk efek-efek non karsinogenik dan Excess Cancer Risk (ECR) untuk efek-efek karsinogenik. RQ dihitung dengan membagi asupan non karsinogenik (Ink) setiap

agen risiko dengan dosis referensinya (RfC). RfC adalah toksisitas kuantitatif non karsinogenik dengan menyatakan estimasi dosis paparan harian yang diperkirakan tidak menimbulkan efek merugikan kesehatan meskipun paparan itu berlangsung sepanjang hayat. Dosis referensi dibedakan untuk paparan oral ingesti (makanan dan minuman) yang disebut RfD dan untuk paparan inhalasi (udara) disebut RfC, dimana dosis referensi dinyatakan dalam mg agen risiko per kg berat badan per hari (mg/kg/hari) (Rahman, 2007). Perhitungan karakteristik risiko dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Karakteristik risiko pada efek non karsinogenik

Tingkat risiko pada efek non karsinogenik dinyatakan dalam notasi Risk Quotien (RQ)(ATSDR:2005)

=�� �� R C

I = Intake dari hasil perhitungan penilaian paparan (mg/kg/hari) RfC = dosis atau konsentrasi referensi secara inhalasi (mg/kg/hari)


(6)

Tingkat risiko dikatakan aman apabila RQ 1. Tingkat risiko dikatakan tidak aman apabila RQ >1 (Kemenkes RI,2012).

b. Karakteristik risiko pada efek karsinogenik

Tingkat risiko pada efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi Excess Cancer Risk (ECR). Untuk melakukan karakteristik risiko pada efek karsinogenik dilakukan dengan mengkalikan Intake dengan Slope Factor. Rumus ECR adalah :

ECR = I x SF Dengan asumsi :

I = asupan yang telah dihitung dengan rumus pertama SF = nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik

Tingkat risiko karsinogenik dinyatakan dalam bilangan exponent tanpa satuan. Tingkat risiko dinyatakan aman apabila nilai ECR ≤ E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR ≤ 1/10.000. Tingkat risiko dinyatakan tidak aman apabila ECR > E-4 (10-4) atau dinyatakan dengan ECR > 1/10.000 (Kemenkes, 2012).