Dasar Hukum Melaksanakan Perkawinan dalam Hukum
Artinya : “Hai sekalian manusia, bertakwalah
kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya
Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
peliharalah
hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
”
50
4 Q.S. an-Nahl 16 : 72, yaitu :
ُ ل
ِل
Artinya : “Dan Allah menjadikan bagi kamu isteri-
isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu
itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik.
Maka
Mengapakah mereka
beriman kepada yang bathil dan mengingkari
nikmat Allah ?.
51
5 Q.S. Ar-Radd 13 : 38, yaitu :
50
Ibid, h.99
51
Ibid, h.374
ِل
Artinya : “Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus
beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri
dan keturunan. dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat
mukjizat melainkan dengan izin Allah. bagi tiap-tiap masa ada kitab yang
tertentu
.”
52
Pada ayat-ayat yang dikemukakan di atas, Allah SWT menjadikan istri-istri untuk manusia
termasuk rasul-Nya dengan tujuan agar mendapatkan cinta dan kasih sayang serta
keturunan sebagai generasi penerus. Dalam hal ini, apa yang diperoleh dalam perkawinan
tersebut harus sesuai dengan jalan yang telah ditetapkan Allah SWT yaitu melalui perkawinan
yang sah dan diridhai Allah SWT. Dengan demikian, secara tersirat, penciptaan istri-istri itu
adalah sebagai realisasi dan perwujudan dari anjuran perkawinan dengan berbagai faedah dan
tujuannya.
53
b. Sumber Hukum Perkawinan dalam Hadits Beberapa
hadist mengemukakan
pentingnya pernikahan, yaitu :
52
Ibid., h.343
53
Dedi Junaedi, Op.Cit.,h. 10-11
ا ِدْبَع ْنَع ِنْب ِل
لاق ِدوعْسَم : ِّللا ُلوُسَر اََل لاق :
َرِشْعَماي ِنَم ِباَبىشلا
ةَءاَبْلا ُمُكِْم َعَاَطَتْسا ِرَصَبْلِل ُضَغَأ ُىنِإَف ْجىوَزَ تَيْلَ ف
َُل ُىنِإَف ِمْوىصلاِب ِْيَلَعَ ف ْعِطَتْسَي ََْ ْنَمَو , ِجْرَفْلِل ُنَصْحَأَو , ِْيَلَع ٌقَفى تُم ٌءاَجِو
54
Artinya : Abdullah Ibnu Masud Radliyallaahu anhu berkata : Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Sallam bersabda pada kami : Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah
mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan
memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat
mengendalikanmu. Muttafaq Alaihi.
55
يلع لا ىلص ىِِىلَا ىنَأ ع لا يضر ٍكِلاَم ِنْب ِسَنَأ ْنَعَو ُماَنَأَو ييلَصُأ اَنَأ يِّكَل : َلاَقَو , ِْيَلَع ََْ ثَأَو , َىللَا َدََِ ملسو
ىوَزَ تَأَو , ُرِطْفُأَو ُموُصَأَو , ِِىُس ْنَع َبِغَر ْنَمَف , َءاَسيلَا ُج
ِْيَلَع ٌقَفى تُم يِّم َسْيَلَ ف
56
Artinya : Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam
setelah memuji Allah dan menyanjung-Nya bersabda: Tetapi aku sholat, tidur, berpuasa,
berbuka,
dan mengawini
perempuan. Barangsiapa membenci sunnahku, ia tidak
termasuk ummatku. Muttafaq Alaihi.
57
54
Alhafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Marom, Surabaya; Nurul Huda, t.t. h.208
55
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, Terjemah Bulughul Marom, Semarang; Dahara Prize, 2014, h.224
56
Alhafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, Op.Cit.,
57
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, Op.Cit.
سو يلع لا ىلص ِىللَا ُلوُسَر َناَك : َلاَق َُْعَو ُرُمْأَي مل
اوُجىوَزَ ت : ُلوُقَ يَو , اًديِدَش اًيْهَ ن ِلُتَبىتلا ِنَع ىَهْ َ يَو , ِةَءاَبْلاِب ُاَوَر ِةَماَيِقْلَا َمْوَ ي َءاَيِبْنََْْا ُمُكِب ٌرِثاَكُم يِّإ َدوُلَوْلَا َدوُدَوْلَا
َناىبِح ُنْبِا َُحىحَصَو , ُدَََْأ ِْع : ٌدِاَش َُلَو ,
, َدُواَد َِِأ َد ٍراَسَي ِنْب ِلِقْعَم ِثيِدَح ْنِم اًضْيَأ َناىبِح ِنْباَو , ييِئاَسىلاَو
58
Artinya : Anas Ibnu Malik Radliyallaahu anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam
memerintahkan kami berkeluarga dan sangat melarang kami membujang. Beliau bersabda:
Nikahilah perempuan yang subur dan penyayang, sebab dengan jumlahmu yang
banyak aku akan berbangga di hadapan para Nabi pada hari kiamat. Riwayat Ahmad.
Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.
Hadits itu mempunyai saksi menurut riwayat Abu
Dawud, Nasai dan Ibnu Hibban dari hadits Maqil Ibnu Yasar.
59