Isi Tuntutan Permohonan Judicial Review Putusan Perkara MK No.68PUU-XII2014 Tentang

Farida Indrati, Aswanto, Patrialis Akbar, I Dewa Gede Palguna, Suhartoyo dan Manahan MP.Sitompul masing- masing sebagai anggota, dengan didampingi oleh Achmad Edi Subianto sebagai Panitera Pengganti, dihadiri oleh Para Pemohon, Presiden atau yang mewakili, dan Dewan Perwakilan Rakyat atau yang mewakili. Terhadap putusan Mahkamah ini, Hakim Konstitusi Maria Farida Indrati memiliki alasan yang berbeda concurring opinion.

F. Rekapitulasi Putusan Mahkamah Konstitusi dalam

Bidang Perkawinan Judicial Review yang masuk hingga tahap Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait Bidang Perkawinan No. Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Amar Putusan 1 No.12PUU- V2007 Poligami Menyatakan permohonan Pemohon ditolak 2 No.46PUU- VIII2010 Status Anak Luar Kawin Mengabulkan permohonan Para Pemohon untuk sebagian 3 No.30-74PUU- XII2014 Batas Usia Perkawinan Menolak permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya 4 No.68PUU- XII2014 Perkawinan Beda Agama Menolak permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya 5 No.69PUU- XIII2015 Perjanjian Perkawinan Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian Sumber data telah diolah oleh peneliti, hingga data yang masuk Tahun 2017. Ada beberapa kali pengulangan dalam pengajuan Judicial Review tapi dengan perubahan, seperti agar tidak lagi memerlukan izin isteri pertama untuk kebolehan izin poligami. 160 160 Data bersumber dari buku-buku, majalah Mahkamah Konstitusi, Jurnal Hukum, dan lain-lain data bersumber pula dari situs www.Mahkamahkonstitusi.go.id, www.hukumonline.com, www.jimlyschool.com dan lain-lain.

BAB IV ANALISIS DATA

A. Pertimbangan Hakim Mahkamah Konstitusi dalam

Putusan No.68PUU-XII2014 tentang Pernikahan Beda Agama Pada Putusan Mahkamah Konstitusi No.68PUU- XII2014 tentang pernikahan beda agama yang telah diolah oleh peneliti, para Pemohon menyatakan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yaitu : “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing- masing agama dan kepercayaannya itu” bertentangan dengan Pasal 27 ayat 1, Pasal 28B ayat 1, Pasal 28D ayat 1, Pasal 28 E ayat 1, Pasal 28 E ayat 2, Pasal 28I ayat 1, Pasal 28I ayat 2, Pasal 28J ayat 2 dan Pasal 29 ayat 2 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disebut UUD 1945. Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat 1 UUD 1945, Pasal 10 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5226, selanjutnya disebut UU MK, dan Pasal 29 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945. Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 51 ayat 1 UU MK beserta Penjelasannya, yang dapat bertindak sebagai Pemohon dalam pengujian suatu Undang-Undang terhadap UUD 1945 adalah mereka yang menganggap hak danatau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya Undang-Undang yang dimohonkan pengujian, yaitu : a.