Farida Indrati, Aswanto, Patrialis Akbar, I Dewa Gede Palguna, Suhartoyo dan Manahan MP.Sitompul masing-
masing sebagai anggota, dengan didampingi oleh Achmad Edi Subianto sebagai Panitera Pengganti, dihadiri oleh Para
Pemohon, Presiden atau yang mewakili, dan Dewan Perwakilan Rakyat atau yang mewakili. Terhadap putusan
Mahkamah ini, Hakim Konstitusi Maria Farida Indrati memiliki alasan yang berbeda concurring opinion.
F. Rekapitulasi Putusan Mahkamah Konstitusi dalam
Bidang Perkawinan
Judicial Review yang masuk hingga tahap Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait Bidang Perkawinan
No. Putusan
Mahkamah Konstitusi
Tentang Amar Putusan
1 No.12PUU-
V2007 Poligami
Menyatakan permohonan
Pemohon ditolak
2 No.46PUU-
VIII2010 Status Anak
Luar Kawin Mengabulkan
permohonan Para Pemohon untuk
sebagian
3 No.30-74PUU-
XII2014 Batas Usia
Perkawinan Menolak
permohonan Para Pemohon untuk
seluruhnya
4 No.68PUU-
XII2014 Perkawinan
Beda Agama
Menolak permohonan Para
Pemohon untuk seluruhnya
5 No.69PUU-
XIII2015 Perjanjian
Perkawinan Mengabulkan
permohonan Pemohon untuk
sebagian
Sumber data telah diolah oleh peneliti, hingga data yang masuk Tahun 2017. Ada beberapa kali pengulangan dalam
pengajuan Judicial Review tapi dengan perubahan, seperti agar
tidak lagi memerlukan izin isteri pertama untuk kebolehan izin poligami.
160
160
Data bersumber dari buku-buku, majalah Mahkamah Konstitusi, Jurnal Hukum, dan lain-lain data bersumber pula dari situs
www.Mahkamahkonstitusi.go.id, www.hukumonline.com, www.jimlyschool.com dan lain-lain.
BAB IV ANALISIS DATA
A. Pertimbangan Hakim Mahkamah Konstitusi dalam
Putusan No.68PUU-XII2014 tentang Pernikahan Beda Agama
Pada Putusan Mahkamah Konstitusi No.68PUU- XII2014 tentang pernikahan beda agama yang telah diolah
oleh peneliti, para Pemohon menyatakan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
yaitu : “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-
masing agama dan kepercayaannya itu” bertentangan dengan Pasal 27 ayat 1, Pasal 28B ayat 1,
Pasal 28D ayat 1, Pasal 28 E ayat 1, Pasal 28 E ayat 2, Pasal 28I ayat 1, Pasal 28I ayat 2, Pasal 28J ayat 2 dan
Pasal 29 ayat 2 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disebut UUD 1945.
Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat 1 UUD 1945, Pasal 10 ayat 1 huruf a Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5226, selanjutnya disebut UU MK, dan Pasal 29 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5076, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah menguji
Undang-Undang terhadap UUD 1945.
Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 51 ayat 1 UU MK beserta Penjelasannya, yang dapat bertindak sebagai
Pemohon dalam pengujian suatu Undang-Undang terhadap UUD 1945 adalah mereka yang menganggap hak danatau
kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya Undang-Undang yang dimohonkan pengujian, yaitu : a.