38
Untuk mengetahui pengaruh vegetasi terhadap wilayah jelajah lutung maka dilakukan analisis vegetasi. Analisis vegetasi pada wilayah jelajah lutung diambil
dengan metode uji petik pada 2 dua lokasi yang berbeda dengan setiap lokasi terdapat 5 petak ukur. Tumbuhan sumber pakan yang disukai lutung Lampiran
17 seperti V. pubescens, bayur Pterospermum javanicum, kiara beas Ficus sumatrana
, kiandong Rhodamnia cinerea dan B. arborescens mempunyai kerapatan relatif tinggi. Hasil analisis vegetasi secara lengkap disajikan pada
Lampiran 2. Sebaran koloni dan wilayah jelajah koloni lutung yang diamati disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6. Peta wilayah jelajah koloni lutung
c. Derajat Asosiasi Penggunaan Ruang secara Horizontal
Nilai ukuran kesamaan penggunaan sumberdaya oleh pasangan spesies berdasarkan data ekologis disebut afinitas spesies yang biasanya diukur dalam
fungsi kesamaan. Fungsi kesamaan resemblance function adalah ukuran kesamaan atau ketidaksamaan antar unit contoh dalam kaitannya dengan
39
komposisi spesies atau antar spesies dalam penggunaan sumberdaya Krebs 1989.
Jumlah pohon yang digunakan untuk aktivitas monyet ekor panjang pada kawasan CAP yaitu sebanyak 581 batang yang terdiri dari 71 jenis, 10 jenis
diantaranya hanya digunakan monyet ekor panjang. Jumlah pohon yang digunakan lutung beraktivitas yaitu sebanyak 773 batang yang terdiri dari 84
jenis, 23 jenis diantaranya hanya digunakan oleh lutung. Jumlah jenis pohon yang digunakan bersama adalah 61 jenis. Berdasarkan frekuensi penggunaan jenis
pohon yang tersebar pada wilayah jelajah kedua primata tersebut maka diperoleh asosiasi interspesifik menurut Indeks Jaccard yaitu 0,96. Jumlah jenis pohon yang
digunakan bersama antara monyet ekor panjang dengan lutung sangat besar, sehingga persaingan interspesifik diantara keduanya juga besar. Hal ini
mengindikasikan adanya preferensi kedua primata ini terhadap jenis-jenis pohon tertentu. Indeks Jaccard dipilih karena tidak bias bahkan pada jumlah sampel
kecil n 10 Goodall 1973.
d. Tumpang Tindih Relung Penggunaan Ruang secara Horizontal
Besarnya tumpang tindih relung penggunaan ruang secara horizontal diperoleh dengan cara menampalkan wilayah jelajah monyet ekor panjang dengan
wilayah jelajah lutung. Luas tumpang tindih wilayah jelajah monyet ekor panjang dengan lutung rata-rata sebesar 54,10 dengan rincian lengkapnya disajikan pada
Tabel 5. Tabel 5. Luas tumpang tindih wilayah jelajah monyet ekor panjang dengan lutung
No Daerah tumpang tindih
luas ha
Persentase 1
Lutung – Monyet Pasir Putih Utara 5,42
65,39 2
Lutung – Monyet Pasir Putih Selatan 4,43
29,54 3
Lutung – Monyet Goa Rengganis 10,93
64,15 4
Lutung – Monyet Cihaur 2,31
38,75 5
Lutung Cihaur – Monyet Goa Rengganis 1,80
14,83 6
Lutung Pasir Putih Utara – Monyet Pasir Putih Selatan 0,54
3,76 Jumlah
25,43 Rata-rata tumpang tindih
54,10 Analisis tumpang tindih wilayah jelajah monyet ekor panjang dengan
lutung disajikan pada Gambar 7.
40
Gam bar 7. Peta tum pang tindih wilayah jelajah m onyet ekor panjang dengan lutung
Tumpang tindih terbesar terdapat pada koloni monyet ekor panjang Goa Cirengganis dengan koloni lutung Goa Cirengganis dan koloni lutung Cihaur
yaitu sebesar 70,84. Hal ini menunjukkan bahwa 12,73 ha dari 17,97 ha wilayah jelajah monyet ekor panjang Goa Cirengganis digunakan bersama dengan koloni
lutung Goa Cirengganis dan lutung Cihaur. Dengan tingkat tumpang tindih wilayah jelajah tersebut maka amatlah sulit untuk membedakan pemisahan
wilayah jelajah. Hal ini berbeda dengan Alikodra 1990 yang menyatakan bahwa pada hutan tropis basah terdapat pemisahan penggunaan ruang horizontal dan
vertikal yang jelas antara monyet ekor panjang dengan lutung. Namun demikian, jarang sekali monyet ekor panjang dan lutung pada ruang dan waktu yang sama
teramati memanfaatkan sumberdaya yang sama pula. Kondisi tersebut menunjukkan adanya segregasi relung pakan dan relung
ruang diantara kedua primata ini. Segregasi relung terjadi sebagai akibat adanya kompetisi atau peningkatan efisiensi wilayah pencarian pakan dan perbedaan
41
bagian tumbuhan yang dimakan. Dalam kasus ini, pemisahan relung dapat menurunkan tingkat kompetisi dan meningkatkan kesempatan kedua primata yang
berkohabitasi ini untuk memanfaatkan area tumpang tindih wilayah jelajah tersebut Garcia Arroyo 2005.
Analisis vegetasi pada area tumpang tindih wilayah jelajah monyet ekor panjang dengan lutung diambil dengan metode uji petik pada 2 dua lokasi yang
berbeda dengan setiap lokasi terdapat 5 petak ukur. Dari analisis vegetasi tersebut diperoleh data kerapatan relatif dan frekuensi relatif tumbuhan tingkat
semai, pancang, tiang dan pohon. hasil analisis vegetasi pada area tumpang tindih wilayah jelajah monyet ekor panjang dengan lutung disajikan pada Lampiran 16.
2. Penggunaan Ruang secara Vertikal