prosentase yang lebih besar dengan tingkat resistensi terhadap INH mencapai 37,5 Farida, 2005.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana resistensi kuman Mycobacterium tuberculosis terhadap obat anti
tuberkulosis pada penyakit tuberkulosis di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta tahun 2014?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resistensi kuman Mycobacterium tuberculosis terhadap obat anti tuberkulosis pada penyakit
tuberkulosis di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta tahun 2014.
D. Tinjauan Pustaka
1. Sputum
Sputum merupakan salah satu hasil sekresi dari mebran mukosa yang melapisi saluran nafas bagian bawah. Sputum sendiri berfungsi sebagai
penangkap benda asing yang terhirup, termasuk bakteri Gould Brooker, 2003. Sputum merupakan salah satu spesimen yang dapat digunakan untuk
mendiagnosa infeksi saluran nafas bawah. Spesimen ini sering kali tecemar oleh mikroflora saluran nafas atas yang dapat menggangu dokter dalam menentukan
etiologi infeksi sehingga perlu dipertimbangkan alternatif dalam teknik pengambilannya. Aspirat lambung sering digunakan sebagai alternatif dalam
diagnosis tuberkulosis pada anak. Spesimen ini harus segera dikirim ke laboratorium atau didinginkan sebelum pengiriman Sacher McPherson, 2004.
Sputum yang baik untuk pemeriksaan yakni sputum mukopurulen yang berwarna hijau kekuningan dan dapat dikumpulkan dalam jangka waktu paling
lama 2 hari kunjungan berturut-turut Depkes RI, 2002
2. Pengertian Tuberkulosis TB
Tuberkulosis merupaka suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat lama dikenal oleh manusia dan disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis
Sudoyo et al., 2009. Penyakit ini dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Jenis penyebaran ini dikenal dengan nama penyebaran
limphohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Hal ini terjadi jika fokus nefrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak oraganisme yang masuk
dalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh Price Wilson, 1990. a.
Epidemologi Epidemologi mengenai tuberkulosis menyangkut 3 hal : 1 Penyebaran
atau penularan kuman tuberkulosis 2 Perkembangan kuman tuberkulosis yang dapat menularkan pada orang lain setelah terinfeksi tuberkulosis 3 Perkembangan
lanjut dari kuman tuberkulosis sampai orang tersebut sembuh atau meninggal
Suprijono, 2005.
b. Patogenesis
Proses penularan sangat mudah terjadi pada lingkungan hidup yang dangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan. Kebanyakan penularan tuberkuloasis
terjadi melalui inhalasi akan tetapi pada kasus tuberkulosis kulit atau jaringan lunak penularan dapat terjadi melalui inokulasi langsung. Dalam suasana lembab
dan gelap kuman ini dapat bertahan berbulan-bulan Sudoyo et al., 2009. c.
Patofisiologi Infeksi primer dimulai dari implantasi organisme pada alveolar, dalam
ukuran yang cukup kecil 1-5 mm untuk bisa melewati sel epitel bersilia pada saluran pernafasan atas. Begitu tertanam, organisme memperbanyak diri dan
dimakan oleh makrofag pulmonal, organisme tetap membelah meski lebih lambat. Nekrosis jaringan dan pengerasan tempat yang terinfeksi dan nodus limfoma di
area itu bisa muncul,menyebabkan pembentukan area radiodense yang disebut sebagai kompleks Ghon. Setelah nodus limfoma terlibat, organisme bisa diam
atau menyebar melalui peredaran darah ke berbagai sistem organ Ritter et al., 2008.
d. Gejala klinis
Keluhan yang dirasakan pasien TB dapat bermacam-macam atau malah banyak terjadi pasien TB yang tidak mengalami keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan. Beberapa keluhan yang sering dirasakan antara lain: 1
Demam: biasanya menyerupai demam influenza dengan suhu badan kadang- kadang mencapai 40
C -41 C.
2 Batuk atau batuk darah: diperlukan untuk membuang produk-produk radang
keluar. Dapat bersifat non produktif batuk kering yang kemudian setelah peradangan menjadi produktif.
3 Sesak nafas: keluahan ini ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru. 4
Nyeri dada: timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5 Malaise: sering ditemukan berupa anoreksia tdak ada nafsu makan, badan
makin kurus turun berat badan, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dll.
Ada beberapa faktor-faktor resiko yang sudah diketahui dapat menyebabkan tingginya pravelensi TB di Indonesia, antara lain: kurangnya gizi,
kemiskinan, dan sanitasi yang buruk Sudoyo et al., 2009
3. Mycobacterium tuberculosis