lapisan lilin dan lemak yang terdiri dari asam lemak mikolat Syahrurachman et al., 2010.
a. Habitat dan sifat pertumbuhan
Mycobacterium tuberculosis biasanya terdapat pada manusia yang sakit tuberkulosis. Penularan terjadi melalui pernafasan. Pertumbuhan kuman ini secara
aerob obligat. Energi yang didapat dari oksidasi senyawa karbon yang sederhana dapat merangsang pertumbuhan. Pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis
termasuk lambat, waktu pembelahan sekitar 20 jam pada suhu optimal 37
o
C. Pada perbenihan, pertumbuhan tampak setelah 2-3 minggu. Koloni cembung, kering,
kuning, gading Syahrurachman et al., 2010.
b. Patogenesis
Paru merupakan tempat infeksi pertama dari bakteri tuberkulosis. Infeksi tersebut dapat menyebar dari fokus primer ke seluruh tubuh. Infeksi ini dapat
sembuh spontan atau berkembang menjadi infeksi lokal misalnya meningitis. Resistensinya bergantung pada fungsi sel T. Pada pasien immunocompromised
seperti HIV positiv, infeksi dapat berkembang menjadi penyakit yang bergejala Gillespie Bamford, 2007.
c. Perjalanan kuman tuberkulosis dalam tubuh
Agen infeksius eksogen biasanya masuk melalui inhalasi atau kontak langsung. Biasanya bahan yang terhirup dalam bentuk butir cairan atau percikan
halus yang disebut juga droplet yang dihasilkan dari batuk atau bersin Sacher
McPherson, 2004, percikan halus tersebut cepat mengering dan tahan lama di
udara. Apabila ada orang yang menghirup droplet tersebut dan menetap di paru- paru maka lambat laun akan berkembangbiak dan terjadilah infeksi tuberkulosis
Sudoyo et al., 2009.
4. Obat Anti Tuberkulosis OAT
Antimikroba mempunyai dua mekanisme yakni yang bersifat bakterisid membunuh bakteri atau kuman dan bakteriostatik hanya mencegah reproduksi.
Pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase, yaitu: a.
Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang membelah dengan cepat.
b. Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman dengan pengobatan jangka
pendek atau kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konvensional Mansjoer et al., 2001
Panduan pengobatan TB standar dibagi menjadi : a.
Pasien baru Panduan obat yang dianjurkan 2HRZE4HR dengan pemberian dosis setiap
hari. Bila mengguakan OAT program, maka pemberian dosis setiap hari pada fase intensif dilanjutkan dengan pemberian dosis tiga kali seminggu dengan
DOT 2HRZE4H
3
R
3.
b. Pasien dengan riwayat pengobatan TB lini pertama, pengobatan sebaiknya
berdasarkan hasil uji kepekaan secara individual. Selama menunggu hasil iji kepekaan, diberikan panduan obat 2HRZESHRZE5HRE.
c. Pasien multi-drug resistant MDR Isbaniyah, 2011.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pengobatan TB yantara lain: panduan obat yang tidak adekuat, dosis obat yang tidak cukup,
pengunaan obat yang tidak teratur atau tidak sesuai dengan petunjuk yang diberikan, jangka waktu pengobatan yang kurang dari semestinya, dan terjadinya
resistensi obat Sudoyo et al., 2009
Dalam pengobatan TB ada berbagai obat anti tuberculosis yang dapat digunakan di Indonesia, antara lain:
a. Isoniazid
Dikenal juga sebagai INH yang bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif
terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5mgkkBB, sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mgkg BB. b.
Rifampisin Obat ini mempunyai sifat bakterisid yang dapat membunuh kuman semi
dormant persisten yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid dosis 10 mgkg BB. Dapat diberikan dalam pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.
c. Streptomisin
Obat ini bersifat bakterisid dengan dosis harian yang dianjurkan adalah 15 mgkgBB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan
dosis yang sama. Penderita dengan usia hingga 60 tahun dosisnya 0,75 ghari sedangkan unuk usia 60 tahun atau lebih diberikan 0,50 ghari.
d. Etambutol
Bersifat sebagai bakteriostatik dengan dosis harian yang dianjurkan 15 mgkgBB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan
dosis 30 mgkgBB Depkes RI, 2002.
5. Isolasi Bakteri