Orientasi dalam DEA Efisiensi Skala Relatif

Imas Maesyaroh, 2014. ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DALAM PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS DEA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu Dalam analisis DEA, terdapat tiga tabel yang merupakan hasil pengolahan data. Ketiga tabel ini dapat mempermudah dalam melakukan analisis terhadap hasil keseluruhan dari penelitian yang dilakukan. Tiga tabel tersebut meliputi: a. Table of Efficiencies Radial Tabel ini menjelaskan mengenai tingkat efisiensi yang telah dicapai oleh suatu DMU. Suatu DMU dikatakan telah mencapai efisiensi sempurna jika DMU tersebut telah mencapai nilai 100 100. Dan sebaliknya, suatu DMU dikatakan belum mencapai efisiensi sempurna jika belum mencapai nilai 100. b. Table of Peer Units Pada tabel ini dijelaskan mengenai nilai acuan yang dapat digunakan oleh DMU yang belum efisien untuk meningkatkan tingkat efisiensinya dengan berdasarkan pada DMU yang telah mencapai tingkat efisiensi sempurna. c. Table of Target Values Tabel ini menunjukkan nilai yang telah dicapai nilai actual dan nilai yang harus dicapai nilai target dari setiap input yang digunakan maupun output yang dihasilkan oleh suatu DMU. Jika suatu DMU memiliki nilai actual yang sama besar dengan nilai target, maka DMU tersebut telah mencapai tingkat efisiensi maksimal untuk setiap input dan outputnya. Sebaliknya, jika nilai actual besarnya tidak sama dengan nilai target, maka efisiensi belum tercapai. Anggraita, 2012 : 27 Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah CRS constant return to scale dan VRS variable return to scale. Alasan pemilihan skala efisiensi model CRS dan VRS ini adalah studi ini ingin mengetahui tingkat efisiensi skala relatif.

3.7.2 Orientasi dalam DEA

Terdapat dua orientasi yang digunakan dalam metodologi pengukuran efisiensi, yaitu: Imas Maesyaroh, 2014. ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DALAM PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS DEA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu 1. Orientasi Input Prespektif yang melihat efisiensi sebagai pengurangan penggunaan input meski memproduksi output dalam jumlah yang tetap. Cocok untuk industri dimana manager memiliki kontrol yang besar terhadap biaya operasional. 2. Orientasi Output Prespektif yang melihat efisiensi sebagai peningkatan output secara proporsional dengan menggunakan input yang sama. Cocok untuk industri dimana unit pembuat keputusan diberikan kuantitas resource dalam jumlah yang fix dan diminta untuk memproduksi output sebanyak mungkin dari resource tersebut. Perbedaan antara orientasi input dan output model DEA hanya terletak pada ukuran yang digunakan dalam menentukan efisiensi yaitu dari sisi input dan output , namun semua model apapun orientasinya akan mengestimasi frontier yang sama.

3.7.3 Efisiensi Skala Relatif

Pada umumnya suatu bisnis atau unit pengambil keputusan UPK atau Decision Making Unit DMU seperti industri dodol nanas dan industri wajit nanas, mempunyai karakteristik yang mirip satu sama lain. Namun, biasanya tiap industri dodol nanas dan industri wajit nanas bervariasi dalam ukuran dan tingkat produksinya. Hal ini mengisyaratkan bahwa ukuran industri dodol nanas dan industri wajit nanas memiliki peran penting yang menentukan efisiensi atau inefisiensi relatifnya. Model CCR mencerminkan perkalian efisiensi teknis dan efisiensi skala, sedangkan model BCC mencerminkan efisiensi teknis saja, sehingga efisiensi skala relatif adalah rasio dari efisiensi model CCR dan model BCC. q q S BCC K CCR K K , ,  Amir Machmud : 42 Jika nilai S = 1 berarti bahwa DMU tersebut beroperasi pada ukuran efisiensi skala terbaik. Jika nilai S kurang dari satu berarti masih ada inefisiensi skala pada DMU tersebut. Sehingga, nilai 1-S menunjukkan tingkat inefisiensi skala dari DMU tersebut. Jadi, DMU yang efisien dengan model CCR berarti juga efisien skalanya. DMU yang efisien dengan model BCC tapi tidak efisien dengan Imas Maesyaroh, 2014. ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DALAM PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS DEA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu model CCR berarti memiliki inefisiensi skala. Hal ini karena UPK tersebut efisien secara teknis, sehingga infisiensi yang ada berasal dari skala. Untuk menguji skala kenaikan hasil sama dengan satu atau tidak sama dengan satu yang dicapai dalam proses produksi maka digunakan jumlah elastisitas produksi ∑ bi. Dari hasil penjumlahan tersebut ada tiga kemungkinan yang terjadi yaitu: a. Jika ∑ bi 1, berarti sistem produksi jangak panjang berada dalam kondisi skala output yang meningkat increasing returns to scale. b. Jika ∑ bi = 1, berarti sistem produksi jangka panjang berada dalam kondisi skala output yang konstan constant returns to scale. c. Jika ∑ bi 1, berarti sistem produksi jangka panjang berada dalam kondisi skala output yang menurun decreasing returns to scale. Imas Maesyaroh, 2014. ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DALAM PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS DEA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, untuk menjawab rumusan masalah yang diidentifikasi maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Gambaran umum mengenai variabel input modal, bahan baku, bahan penolong, bahan bakar, dan tenaga kerja dan variabel outputindustri dodol nanas dan industri wajit nanas di Kabupaten Subang yaitu sebagai berikut: 1 modal tetap yang digunakan pada industri dodol nanas dan industri wajit nanas yaitu bangunan, mesin, dan peralatan, 2 bahan baku yang digunakan pada industri dodol nanas dan wajit nanas yaitu buah nanas, 3 bahan penolong yang digunakan untuk industri dodol nanas yaitu tepung ketan, minyak goreng, gula, kelapa dan kemasan sedangkan untuk industri wajit nanas yaitu gula merah, kelapa, dan kemasan, 4 bahan bakar yang digunakan pada industri dodol nanas dan wajit nanas yaitu kayu bakar, 5 tenaga kerja yang digunakan pada industri dodol nanas dan wajit nanas dikelompokkan menjadi dua yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga kerja musiman. Selanjutnya gambaran umum mengenai variabel output yaitu hasil produksi industri dodol nanas rata-rata sebesar Rp 17.795.333 dan industri wajit nanas rata-rata sebesar Rp 4.121.833. 2. Penggunaan faktor produksi pada industri dodol nanas dan industri wajit nanas di Kabupaten Subang dengan menggunakan metode Data envelopment analysis DEAbelum mencapai efisiensi optimum. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis menggunakan metode DEA dengan model CRS rata-rata efisiensi teknik industri dodol nanas sebesar 77.85 dan rata-rata efisiensi teknik industri wajit nanas sebesar 97.09. Begitu pun hasil analisis dengan model VRS rata-rata efisiensi teknik industri dodol nanas sebesar 94.82 dan rata-rata efisiensi teknik industri wajit nanas 98.24 .