maksimal, maka proses belajar harus ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitas.
2.2.1 Model Pelaksanaan Ujian
Dimas 2009 membagi model pelaksanaan ujian menjadi tiga, yaitu: 1.
Ujian Tradisional Ujian tradisional atau ujian manual ini sudah diterapkan puluhan tahun
yang lalu, ujian jenis ini menggunakan alat tulis sebagai media ujian yaitu berupa kertas, pensil, pena dan alat tulis umum lainnya untuk pelaksanaan
ujian.Soal ujian dan jawaban yang harus dijawab semuanya dilakukan dengan tulisan tangan.
2. Ujian modern
Ujian modern penerapannya hampir sama dengan ujian tradisional. Perbedaannya adalah dimana ujian modern sudah menggunakan alat ketik
untuk penulisan soal dan mesin fotocopy untuk memperbanyak jumlah soal. Pemeriksaan ujianpun sudah dipermudah dengan adanya scanner yang bisa
memeriksa hasil ujian secara komputerisasi. Biasanya ujian ini bersifat Objektif, sampai saat sekarang metode ini masih diapakai seperti pada UN,
SMPTN, TOEFL dan lain lain. 3.
Ujian online Ujian online sudah tidak lagi menggunakan media kertas atau alat tulis
sebagai media ujian. Sistem ujian ini dibangun secara komputerisasi, dimana peserta uji langsung mendapat dan menjawab soal ujian melalui komputer.
Pemeriksaan ujian dilakukan langsung oleh sistem, dan peserta akan
mendapatkan laporan hasil ujian secara langsung. Ujian ini dipakai seperti pada Seritifikasi MICROSOFT, TryOut Online dan lain lain.
2.2.2 Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian
Sundari dalam Supriyantini 2010:9, membagi macam-macam kecemasan menjadi tiga, yaitu:
1. Kecemasan karena merasa berdosa atau bersalah. Misalnya seseorang
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya atau keyakinannya. Seorang peserta didik menyontek, pada waktu pengawas
ujian lewat di depannya, ia berkeringat dingin karena takut diketahui. Kecemasan ini dirasakan oleh peserta didik yang tidak siap dalam
menghadapi ujian, bisa jadi karena malas belajar, atau alasan lainnya yang menyebabkan dia tidak siap dalam pelaksanaan ujian. Berbeda dengan
peserta didik yang memiliki persiapan dalam pelaksanaan ujian, dia tidak akan merasa cemas atau takut dengan pengawasan seketat apapun.
2. Kecemasan karena akibat melihat dan mengetahui bahaya yang
mengancam dirinya. Misalnya kendaraan yang dinaiki remnya macet, menjadi cemas kalau terjadi tabrakan beruntun dan ia sebagai
penyebabnya. 3.
Kecemasan dalam bentuk yang kurang jelas, apa yang ditakuti tidak seimbang, bahkan yang ditakuti itu hal benda yang tidak berbahaya.
Phobia adalah rasa takut yang sangat atau berlebihan terhadap sesuatu yang tidak diketahui lagi penyebabnya.
Kecemasan merupakan manifestasi emosi yang bercampur baur dan dialami oleh individu sebagai suatu reaksi terhadap ancaman, tekanan,
kekhawatiran yang mempengaruhi fisik dan psikis. Salah satu yang dapat menimbulkan ancaman, tekanan, dan kekhawatiran pada peserta didik adalah
ujian, karena ujian merupakan suatu proses pemerikasaan mengenai pengetahuan dan keahlian peserta didik sebagai akibat dari suatu proses
belajarnya selama menjalani pendidikan, sekaligus menjadi tolak ukur bagi keberhasilan peserta didik dalam menempuh proses pendidikannya selama ini.
Menurut Soejanto dalam Supriyantini 2010, beragam reaksi emosional yang diperlihatkan siswa dalam menghadapi ujian antara lain
adalah rasa cemas. Bagi sebagian dari mereka menganggap ujian merupakan suatu hal yang sudah selayaknya dilakukan, namun sebagian lagi menganggap
suatu hal yang dirasakan sebagai paksaan. Dapat disimpulkan bahwa kecemasan dalam menghadapi ujian
merupakan suatu manifestasi emosi yang bercampur baur dan dialami oleh seorang individu sebagai reaksi dalam menghadapi ujian yang dapat
mempengaruhi fisik dan psikisnya.
2.2.3 Perilaku Menyontek dalam Ujian