Adi Maulana Sabrina, 2013 Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD
Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan penataan kembali aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar sesuatu yang baru menjadi terarah dan
bermakna. Arti pendidikan itu sendiri menurut Undang-undang sistem pendidikan Nasional No 2 tahun 1998, pasal 1 mengemukakan: “Pendidikan adalah usaha sadar
untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.” Salah satu pendidikan yang diberikan di
sekolah berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran KTSP adalah pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan PJOK.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP 2006, mengemukakan yang dimaksud dengan Pendidikan Jasmani adalah : suatu proses pembelajaran
melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan
aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani,
psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa. Pendidikan jasmani merupakan wahana untuk mendidik anak. Para ahli
sepakat, bahwa pendidikan jasmani merupakan “alat” untuk membina anak muda agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang
dilakukan dan menjalani pola hidup sehat disepanjang hayatnya. Tujuan ini akan dicapai melalui penyediaan pengalaman langsung dan nyata berupa aktivitas jasmani.
Dalam proses belajar pendidikan jasmani, siswa diberi pengalaman- pengalaman gerak lewat aktivitas olahraga. Dengan aktivitas olaraga ini diharapkan
akan berkembangnya kemampuan gerak dasar siswa. Hal ini sesuai dengan yang di ungkapkan oleh Pusat Kurikulum Depdiknas 2003:1 yaitu:
Adi Maulana Sabrina, 2013 Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD
Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kempuan fisik, pengetahuan, penalaran dan pembiasaan
pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang.
Dapatlah dikatakan bahwa pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara
menyeluruh. Namun demikian, perolehan keterampilan dan perkembangan yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai tujuan. Melalui pendidikam jasmani,
siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan olahraga. Tidaklah mengherankan, apabila banyak pakar yang meyakini dan mengatakan bahwa
pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik.
Dalam kegiatan pendidikan jasmani ini, semuanya dipusatkan untuk memacu siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu, pertanyaan yang sering muncul
adalah sudah seberapa jauh tujuan pendidikan tercapai? Bagaimanakah kemajuan belajar siswa, apakah mereka mencapai tingkat kemajuan yang lebih baik dari pada
waktu sebelumnya? Pendidikan jasmani memiliki ciri bermain dan olahraga, tetapi secara eksklusif
bukanlah suatu kombinasi yang setara diantara istilah bermain dan olahraga. Seperti sudah dikemukakan pada bagian awal tulisan ini, pendidikan jasmani adalah aktivitas
jasmani yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani adalah aktivitas fisik dan juga aktivitas pendidikan, tetapi baik itu kegiatan bermain
atau olahraga sebagai sport, keduanya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan proses kependidikan, hampir selalu pengalaman aktivitas jasmani dapat dimanfaatkan untuk
pencapaian kepentingan pendidikan. Dalam proses belajar mengajar tidak semua siswa dapat menangkap seluruh
apa yang dijelaskan oleh guru, oleh sebab itu prestasi belajar siswa juga akan berbeda beda dikarenakan adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, baik dalam dirinya
ataupun dari luar dirinya. Seperti yang telah dijelaskan oleh Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004:91
, bahwa “prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi berbagai faktor, baik dalam dirinya internal maupun dari luar dirinya eksternal”.
Adi Maulana Sabrina, 2013 Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD
Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
1. Faktor Yang Berasal dari Diri Sendiri Internal Faktor yang berasal dari dalam
diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis dan apek psikologis. a.
Faktor Fisiologis jasmaniah, Kondisi umum jasmani yang memadai baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, dapat mempengaruhi
semangat dan intensitas dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, dapat menurunkan kualitas belajarnya sehingga materi yang
dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. b.
Faktor Psikologis, Banyak faktor yang termasuk aspek psokologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan belajar siswa. Muhibbin Syah 1995:132,
bahwa “Diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
1 Tingkat kecerdasan intelegensi siswa.
2 Sikap siswa.
3 Bakat siswa.
4 Minat siswa.
5 Motivasi siswa.
2. Faktor yang berasal dari luar diri sendiri eksternal. Faktor eksternal, yaitu faktor
yg melibatkan lingkungan luar lingkungan masyarakat, yg dapat membantu siswa mencapai prestasi belajar.
Peserta didik dapat belajar lebih baik dan menyenangkan bila suatu sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajar anak. Masalah yang dihadapi oleh anak
didik dalam belajar relatif kecil,sehingga hasil belajar anak didik akan lebih baik, Fasilitas tersebut dapat berupa prasarana yang menunjang dan dapat membantu peserta
didik untuk menemukan berbagai pengetahuan yang dibutuhkan serta mendorong peserta didik untuk aktif melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Selain
menyediakan fasilitas belajar, sekolah juga perlu menciptakan lingkungan yang mendukung dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar dengan
baik dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
Adi Maulana Sabrina, 2013 Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD
Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Pada dasarnya keberhasilan siswa tergantung terhadap fasilitas belajar siswa tersebut, karena apabila siswa tidak di iringi dengan fasilitas belajar yang baik maka
tanpa adanya sarana dan prasarana yang sangat memadai dan mendukung terhadap tercapainya keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar. Dan fakta
yang ada di lapangan mengatakan jumlah siswa yang terlalu banyak dalam satu kelas sehingga jumlah waktu aktif belajar siswa hanya sebagian dari seluruh alokasi waktu
yang tersedia. Fasilitas belajar merupakan salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan
dalam kegiatan belajar mengajar. Agar siswa dapat mencapai tujuan secara maksimal maka siswa perlu pengadaan fasilitas belajar yang tersedia di sekolah, di rumah dan di
masyarakat. Adanya fasilitas belajar akan memunculkan motivasi siswa dalam melakukan aktivitas belajar yang biasa dilakukan oleh siswa atau dalam bahasa
sederhana disebut dengan kebiasaan belajar yang pada akhirnya akan menentukan keberhasilan belajar siswa. Kebiasaan ini meliputi kebiasaan belajar di sekolah dan di
rumah. Memang ada berbagai faktor yang membuat siswa tidak mampu menerima materi pelajaran secara maksimal. Salah satunya adalah jumlah alat yang kurang
lengkap dalam satu sekolah, sehingga dapat menghambat kebebasan anak dalam bergerak adapun fasilitas lain yang kurang mendukung, antara lain minimnya
lapangan luas yang berada di lingkungan sekolah. Hal ini tentu saja terkadang membuat suasana belajar menjadi tidak kondusif.
Kegaduhan, inilah yang umumnya terjadi. Selain itu, terkadang suasana yang ramai juga membuat siswa jadi enggan untuk bertanya atau mengungkapkan kalau mereka
masih belum mengerti pelajaran yang diberikan. Keberhasilan belajar bisa diketahui dengan evaluasi karena evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa ditentukan oleh efektivitasnya
dalam upaya pencapaian kompetensi belajar. Terpenuhinya fasilitas belajar seperti sarana prasarana dalam belajar dan
adanya kondisi lingkungan belajar yang baik dapat mendukung proses pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar KBM berlangsung secara efektif dan efisien.
Pembelajaran yang efektif dan efisien dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Adi Maulana Sabrina, 2013 Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD
Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Betapa pentingnya peranan fasilitas dan lingkungan yang baik dalam pembelajaran agar tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Namun, pentingnya keberadaan
fasilitas dan lingkungan yang baik, seringkali terabaikan. Hal ini, terbukti dengan seringnya pemberitaan baik di media cetak maupun media elektronik mengenai
gambaran pendidikan di tanah air. Dalam pemberitaan tersebut sering kali mengeluhkan adanya bangunan sekolah yang roboh atau rusak dan ironisnya yang
kurang mendapat perhatian dari pemerintah baik pemerintah setempat maupun pemerintah pusat.
Hal tersebut tentunya akan sangat menghambat proses belajar karena proses belajar tidak dapat berlangsung dengan baik dan lancar sesuai dengan yang
diharapkan. Jika proses belajar tidak dapat berlangsung dengan baik dan lancar, maka tujuan dari pembelajaran juga tidak akan dapat tercapai dengan baik. Hal ini juga
akan berdampak pada prestasi siswa yang nantinya merujuk pada kualitas lembaga sekolah dan pada akhirnya pemerintah. Fasilitas dan lingkungan belajar merupakan
faktor yang sama-sama berasal dari luar diri siswa yang biasanya berpengaruh secara tidak langsung terhadap peningkatan prestasi siswa. Akan tetapi, tidak tersedianya
fasilitas dan lingkungan belajar yang baik dapat menjadi masalah dan penghambat proses belajar dan pencapaian prestasi belajar yang baik oleh karena terabaikan
ketersediaannya. Namun tidak hanya oleh faktor fasilitas dan lingkungan belajar saja yang
mendukung dalam pencapain pembelajaran peserta didik melainkan dari sumber daya pengajar itu sendiri guru penjas. Guru penjas harus berfikir kreatif dalam
memecahkan masalah dalam hal ketersediaan fasilitas pembelajaran yang kurang memadai, harus bisa kreatif dan inovatif dalam memodifikasi fasilitas yang dianggap
kurang, jadi guru penjas itu sendiri tidak harus menunggu sampai ketersediaan fasilitas cukup, sehingga dalam proses pembelajaran siswai dapat memenuhi hak dan
kewajiban sebagai peserta didik. Sehingga hak peserta didik tidak di rampok hanya karena oleh maslah ketersediaan alat yang kurang memadai.
Penjas memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam penglaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan berolahraga yag dilakukan
secara terarah dan terencana. Pembekalan penglaman belajar diarahkan untuk
Adi Maulana Sabrina, 2013 Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD
Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
membina, sekaligus membentuk gaya idup sehat dan aktif sepanjang hayat. Dalam proses pembelajaran penjas guru diharapkan mengajarkan beberapa keterampilan
gerak dasar dengan yang terkandung nilai-nilai di dalamnya sprtivitas, jujur, kerjasama, dll dan pola pembinaan hidup sehat yang dalam pelaksanaannya bukan
melalui pengjaran di dalam kelas yang bersifat teoritis, namun melibatkan unsure fisik, mental, intelektual, emosi dan social. Aktivitas yang diberikan dalam
pengajaran harus mendapatkan sentuhan, didaktik, metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengjaran.
Salah satu bagian dati mata pelajaran penjas adalah permainan dan olahraga adapun sepak bola merupakan salah satu materi termasuk dalam permainan bola
besar, cabang olah raga ini sangat dikenal luas di daerah perkotaan pedesaan ataupun di daerah-daerah terpencil lainnya.
Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan minat terhadap permainan bola besar dalam hal ini permainan sepak bola sangatlah besar, peserta didik sangat
menyukai permainan sepak bola tersebut karena menurut mereka peserta didik permainan sepak bola sangatlah menarik dan lebih menantang, sehingga ingin
menjadi bagian di dlamnya. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa dapat meningkatkan
keterampilan dan perkembangannya dibandingkan dengan kemampuan sebelumnya dalam setiap periode. Misalnya pada tes lari 100 m data yang diperoleh berupa catatan
waktu, pada tes awal siswa menempuh waktu 14 detik kemudian pada tes akhir siswa menempuh waktu 11 detik, dengan demikian siswa tersebut mengalami peningkatan
waktu 3 detik. Peningkatan seperti inilah yang diharapkan sebagai bentuk peningkatan keterampilan. Penghargaan guru terhadap peningkatan waktu ini sangat berarti bagi
siswa sehingga ada keinginan dalam dirinya untuk meningkatkan lagi prestasi belajarnya karena merasa dihargai.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik utnuk mengetahui lebih jelas dan merumuskan sebuah judul “ Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar
Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung
”.
Adi Maulana Sabrina, 2013 Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD
Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
B. Identifikasi Masalah