PERBANDINGAN KEBERHASILAN PEMBELAJARAN BOLA BESAR TERKAIT FASILITAS PEMBELAJARAN DI TINGKAT SD NEGERI SE-KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG.

(1)

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

| |

PERBANDINGAN KEBERHASILAN PEMBELAJARAN BOLA BESAR TERKAIT FASILITAS PEMBELAJARAN DI TINGKAT SD NEGERI

SE-KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG

(Studi Deskriptif di SDN Coblong 1, SDN Neglasari 5, SDN Cisitu 1, SDN Cisitu2, dan SDN Tikukur)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Olahraga

Oleh

ADI MAULANA SABRINA 0902658

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PENDIDIKAN JASMANI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

| |

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran

Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran

Di tingkat SD Negeri Se-Kecamatan

Coblong Kota Bandung

Oleh

Adi Maulana Sabrina

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan

© Adi Maulana Sabrina 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

| |

PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Saya menyatakan bahwa penelitian skripsi yang berjudul Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah digunakan sebagai prasyarat studi di perguruan tinggi lain kecuali pada bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dan dinyatakan dalam teks.

Bila kemudian dari pernyataan saya ini terbukti tidak benar maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Bandung, September 2013 Yang Menyatakan,

Adi Maulana Sabrina NIM.0902658


(4)

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

| |

ADI MAULANA SABRINA 0902658

PERBANDINGAN KEBERHASILAN PEMBELAJARAN BOLA BESAR TERKAIT FASILITAS PEMBELAJARAN DI TINGKAT SD NEGERI

SE-KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG

Disetujui dan Disahkan Oleh:

Pembimbing I

Drs. Yoyo Bahagia, M.Pd NIP. 194903161972111001

Pembimbing II

Drs. Andi Suntoda, M.Pd NIP. 195806201986011002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani

Drs. Andi Suntoda, M.Pd NIP. 195806201986011002


(5)

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

ABSTRAK

Adi Maulana Sabrina (0902658). Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung. Pembimbing I Drs. Yoyo Bahagia, M.Pd. Pembimbing II Drs. Andi Suntoda M.Pd. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani. Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Kondisi pembelajaran yang sering dihadapi di sekolah adalah hasil belajar siswa yang belum mencapai standar minimal dan fasilitas pembelajaran yang kurang memadai. Kedua hal tersebut nampak saling mempengaruhi. Sering kita temui di beberapa sekolah mengenai fasilitas yang kurang menunjang dalam proses pembelajaran, dalam hal ini proses pembelajaran Bola Besar (sepak bola) sehingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran bola besar (sepak bola).Namun apakah fasilitas yang memadai akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran bola besar (sepak bola), begitu pula sebaliknya? Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbandingan antara fasilitas pembelajaran dengan keberhasilan pembelajaran bola besar (sepak bola).

Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk memperoleh gambaran tentang ada atau tidaknya hubungan antara fasilitas belajar dengan keberhasilan pembelajaran Bola Besar di SDN se- Kecamatan Coblong Kota Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey, karena sifat penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang dan di analisis data-data tersebut. Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian diperlukan alat yang disebut instrumen. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah observasi. Populasi dan sampel penelitian ini siswa SDN Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung.

Kelengkapan fasilitas khususnya fasilitas yang menunjang pembelajaran bola besar memiliki rata-rata dari setiap Sekolah Dasar diKecamatan Coblong adalah 52% atau cukup memadai.Tingkat keberhasilan pembelajaran bola besar ditingkat SD Negeri sekecamatan Coblong Kota Bandung memiliki nilai rata-rata 16,76 untuk laki-laki, dimana rata-rata nilai keberhasilan pembelajaran bola besar berdasarkan intepretasi penilaian berada pada kreteria baik. Sedangkan untuk perempuan memiliki nilai rata-rata 9,2, dimana rata-rata nilai keberhasilan pembelajaran bola besar berdasarkan intepretasi penilaian berada pada kreteria kurang baik. Bagi sekolah maupun instansi pendidikan lainya khusunya dalam bidang pendidikan jasmani hendaknya menyadari arti penting fasilitas bagi peserta didik karena dengan adanya fasilitas yang memadai dapat menunjang kemampuan dan prestasi belajar di bidang penjas khusunya bola besar. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, gambaran, serta informasi yang bermanfaat dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.


(6)

COMPARISON OF BALL SUCCESS LEARNING TEACHING RELATED FACILITIES IN THE STATE LEVEL ELEMENTARY SCHOOL

BANDUNG CITY DISTRICT

Learning conditions that are often encountered in schools is student learning outcomes that have not reached the minimum standards and inadequate learning facilities. Both of these seem interrelated. Often we come across in some schools lack the facilities that support the learning process, in this case the learning process Large Ball (soccer) that will affect the successful learning of the ball (soccer). However, if adequate facilities will affect the learning success of the ball (soccer), and vice versa? Therefore, the authors are interested in doing research on the comparison between the facility of learning with the learning success of the football (soccer).

The research objective to be achieved is to get a picture of whether there is any relationship between learning facilities with successful learning in the Great Ball Elementary School District Bandung small hole.

The method used in this research is descriptive method with survey techniques, because the nature of research that seeks to describe a phenomenon, the occurrence of events happening in the present and in the analysis of these data. To collect data from the sample required a device called an instrument. In this research instrument used was observation. Population and the study sample Elementary School District students Bandung small hole. Complete facilities that support learning facilities especially large ball has an average of every elementary school in the district is 52% small hole or sufficient. The success rate of the ball learning elementary school level small hole Bandung district has an average value of 16.76 for males, where the average value of the ball learning success based on the interpretation of the assessment criteria are good. For schools and other educational institutions especially in the field of physical education should be aware of the importance of facilities for learners due to the presence of adequate facilities to support the ability and achievement in the field of penjas especially large ball. From the results of this study are expected to be input, overview, as well as useful information in order to improve the quality of education.


(7)

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... KATA PENGANTAR...

i ii

PERNYATAAN ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... vi ix DAFTAR TABEL... x

B BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Penjelasan Istilah... 8

H. Anggapan Dasar... 9

BAB II. KAJIAN TEORITIS

A. Hakikat Pendidikan ... B. Hakikat Pendidikan Jasmani ... C. Pembelajaran ... D. Pengertian Belajar ... E. Bola Besar ...

11 16 19 21 24 29


(8)

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

F. Fasilitas Belajar Siswa Dan Perlengkapan Penjas... 1. Fasilitas Belajar... 2. Perlengkapan Penjas... G. Lingkungan Belajar ... H. Keberhasilan Belajar...

29 32 34 41

BAB III. PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian... ... 1. Lokasi Penelitian...

45 46 B. Data dan Sumber Data ...

1. Data... 2. Sumber Data...

47 47 47 C. Populasi Dan Sampel ...

1. Populasi ... 2. Sampel ...

47 47 48 D. Variabel dan Alur Penelitian...

1. Variabel Penelitian... 2. Alur Penelitian...

49 49 49 E. Instrumen Penelitian... 51 F. Analisis Data Penelitian ... 53

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Penelitian ... 1. Kelengkapan Fasilitas... 2. Hasil Kemampuan Bola Besar...

56 56 63 B. Hasil Penelitian... 68 C.Pembahasan ... D.Diskusi Penemuan...

70 72


(9)

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

1.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

74 74 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN


(10)

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar fasilitas dan kelengkapan yang harus dimiliki setiap sekolah... Tabel 4.1 Daftar kelengkapan fasilitas SDN Neglasari 5………...

33 58

Tabel 4.2 Daftar kelengkapan fasilitas SDN Cisitu 1... 59

Tabel 4.3 Daftar kelengkapan fasilitas SDN Cisitu 2………... 60

Tabel 4.4 Daftar kelengkapan fasilitas SDN Coblong 1………... 61

Tabel 4.5 Daftar kelengkapan fasilitas SDN Tikukur………... 62

Tabel 4.6 Hasil kemampuan bola besar SDN Neglasari 5………... 63

Tabel 4.7 Hasil kemampuan bola besar SDN Cisitu 1………... 64

Tabel 4.8 Hasil kemampuan bola besar SDN Cisitu 2………... 65

Tabel 4.9 Hasil kemampuan bola besar SDN Coblong 1………... 66

Tabel 4.10 Hasil kemampuan bola besar SDN Tikukur………... 67


(11)

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1: Bagan Alur

Penelitian...

50

Gambar 4.1: Grafik perbandingan hasil pembelajaran bola besar murid laki-laki... 69 Gambar 4.2 : Grafik Perbandingan hasil pembelajaran bolah besar

murid

perempuan...


(12)

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan penataan kembali aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar sesuatu yang baru menjadi terarah dan bermakna. Arti pendidikan itu sendiri menurut Undang-undang sistem pendidikan Nasional No 2 tahun 1998, pasal 1 mengemukakan: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.” Salah satu pendidikan yang diberikan di sekolah berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) adalah pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (PJOK).

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) 2006, mengemukakan yang dimaksud dengan Pendidikan Jasmani adalah : suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.

Pendidikan jasmani merupakan wahana untuk mendidik anak. Para ahli sepakat, bahwa pendidikan jasmani merupakan “alat” untuk membina anak muda agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat disepanjang hayatnya. Tujuan ini akan dicapai melalui penyediaan pengalaman langsung dan nyata berupa aktivitas jasmani.

Dalam proses belajar pendidikan jasmani, siswa diberi pengalaman-pengalaman gerak lewat aktivitas olahraga. Dengan aktivitas olaraga ini diharapkan akan berkembangnya kemampuan gerak dasar siswa. Hal ini sesuai dengan yang di ungkapkan oleh Pusat Kurikulum Depdiknas (2003:1) yaitu:


(13)

2

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kempuan fisik, pengetahuan, penalaran dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang.

Dapatlah dikatakan bahwa pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Namun demikian, perolehan keterampilan dan perkembangan yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai tujuan. Melalui pendidikam jasmani, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan olahraga. Tidaklah mengherankan, apabila banyak pakar yang meyakini dan mengatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik.

Dalam kegiatan pendidikan jasmani ini, semuanya dipusatkan untuk memacu siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu, pertanyaan yang sering muncul adalah sudah seberapa jauh tujuan pendidikan tercapai? Bagaimanakah kemajuan belajar siswa, apakah mereka mencapai tingkat kemajuan yang lebih baik dari pada waktu sebelumnya?

Pendidikan jasmani memiliki ciri bermain dan olahraga, tetapi secara eksklusif bukanlah suatu kombinasi yang setara diantara istilah bermain dan olahraga. Seperti sudah dikemukakan pada bagian awal tulisan ini, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani adalah aktivitas fisik dan juga aktivitas pendidikan, tetapi baik itu kegiatan bermain atau olahraga (sebagai sport), keduanya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan proses kependidikan, hampir selalu pengalaman aktivitas jasmani dapat dimanfaatkan untuk pencapaian kepentingan pendidikan.

Dalam proses belajar mengajar tidak semua siswa dapat menangkap seluruh apa yang dijelaskan oleh guru, oleh sebab itu prestasi belajar siswa juga akan berbeda beda dikarenakan adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, baik dalam dirinya ataupun dari luar dirinya. Seperti yang telah dijelaskan oleh Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, (2004:91), bahwa “prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi berbagai faktor, baik dalam dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal)”.


(14)

3

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

1. Faktor Yang Berasal dari Diri Sendiri (Internal) Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis dan apek psikologis.

a. Faktor Fisiologis (jasmaniah), Kondisi umum jasmani yang memadai (baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh), dapat mempengaruhi semangat dan intensitas dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, dapat menurunkan kualitas belajarnya sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.

b. Faktor Psikologis, Banyak faktor yang termasuk aspek psokologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan belajar siswa. Muhibbin Syah (1995:132), bahwa “Diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:

1) Tingkat kecerdasan / intelegensi siswa. 2) Sikap siswa.

3) Bakat siswa. 4) Minat siswa. 5) Motivasi siswa.

2. Faktor yang berasal dari luar diri sendiri (eksternal). Faktor eksternal, yaitu faktor yg melibatkan lingkungan luar (lingkungan masyarakat), yg dapat membantu siswa mencapai prestasi belajar.

Peserta didik dapat belajar lebih baik dan menyenangkan bila suatu sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajar anak. Masalah yang dihadapi oleh anak didik dalam belajar relatif kecil,sehingga hasil belajar anak didik akan lebih baik, Fasilitas tersebut dapat berupa prasarana yang menunjang dan dapat membantu peserta didik untuk menemukan berbagai pengetahuan yang dibutuhkan serta mendorong peserta didik untuk aktif melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Selain menyediakan fasilitas belajar, sekolah juga perlu menciptakan lingkungan yang mendukung dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar dengan baik dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.


(15)

4

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

Pada dasarnya keberhasilan siswa tergantung terhadap fasilitas belajar siswa tersebut, karena apabila siswa tidak di iringi dengan fasilitas belajar yang baik maka tanpa adanya sarana dan prasarana yang sangat memadai dan mendukung terhadap tercapainya keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar. Dan fakta yang ada di lapangan mengatakan jumlah siswa yang terlalu banyak dalam satu kelas sehingga jumlah waktu aktif belajar siswa hanya sebagian dari seluruh alokasi waktu yang tersedia.

Fasilitas belajar merupakan salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan belajar mengajar. Agar siswa dapat mencapai tujuan secara maksimal maka siswa perlu pengadaan fasilitas belajar yang tersedia di sekolah, di rumah dan di masyarakat. Adanya fasilitas belajar akan memunculkan motivasi siswa dalam melakukan aktivitas belajar yang biasa dilakukan oleh siswa atau dalam bahasa sederhana disebut dengan kebiasaan belajar yang pada akhirnya akan menentukan keberhasilan belajar siswa. Kebiasaan ini meliputi kebiasaan belajar di sekolah dan di rumah. Memang ada berbagai faktor yang membuat siswa tidak mampu menerima materi pelajaran secara maksimal. Salah satunya adalah jumlah alat yang kurang lengkap dalam satu sekolah, sehingga dapat menghambat kebebasan anak dalam bergerak adapun fasilitas lain yang kurang mendukung, antara lain minimnya lapangan luas yang berada di lingkungan sekolah.

Hal ini tentu saja terkadang membuat suasana belajar menjadi tidak kondusif. Kegaduhan, inilah yang umumnya terjadi. Selain itu, terkadang suasana yang ramai juga membuat siswa jadi enggan untuk bertanya atau mengungkapkan kalau mereka masih belum mengerti pelajaran yang diberikan. Keberhasilan belajar bisa diketahui dengan evaluasi karena evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa ditentukan oleh efektivitasnya dalam upaya pencapaian kompetensi belajar.

Terpenuhinya fasilitas belajar seperti sarana prasarana dalam belajar dan adanya kondisi lingkungan belajar yang baik dapat mendukung proses pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung secara efektif dan efisien. Pembelajaran yang efektif dan efisien dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.


(16)

5

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

Betapa pentingnya peranan fasilitas dan lingkungan yang baik dalam pembelajaran agar tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Namun, pentingnya keberadaan fasilitas dan lingkungan yang baik, seringkali terabaikan. Hal ini, terbukti dengan seringnya pemberitaan baik di media cetak maupun media elektronik mengenai gambaran pendidikan di tanah air. Dalam pemberitaan tersebut sering kali mengeluhkan adanya bangunan sekolah yang roboh atau rusak dan ironisnya yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah baik pemerintah setempat maupun pemerintah pusat.

Hal tersebut tentunya akan sangat menghambat proses belajar karena proses belajar tidak dapat berlangsung dengan baik dan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Jika proses belajar tidak dapat berlangsung dengan baik dan lancar, maka tujuan dari pembelajaran juga tidak akan dapat tercapai dengan baik. Hal ini juga akan berdampak pada prestasi siswa yang nantinya merujuk pada kualitas lembaga sekolah dan pada akhirnya pemerintah. Fasilitas dan lingkungan belajar merupakan faktor yang sama-sama berasal dari luar diri siswa yang biasanya berpengaruh secara tidak langsung terhadap peningkatan prestasi siswa. Akan tetapi, tidak tersedianya fasilitas dan lingkungan belajar yang baik dapat menjadi masalah dan penghambat proses belajar dan pencapaian prestasi belajar yang baik oleh karena terabaikan ketersediaannya.

Namun tidak hanya oleh faktor fasilitas dan lingkungan belajar saja yang mendukung dalam pencapain pembelajaran peserta didik melainkan dari sumber daya pengajar itu sendiri (guru penjas). Guru penjas harus berfikir kreatif dalam memecahkan masalah dalam hal ketersediaan fasilitas pembelajaran yang kurang memadai, harus bisa kreatif dan inovatif dalam memodifikasi fasilitas yang dianggap kurang, jadi guru penjas itu sendiri tidak harus menunggu sampai ketersediaan fasilitas cukup, sehingga dalam proses pembelajaran siswa/i dapat memenuhi hak dan kewajiban sebagai peserta didik. Sehingga hak peserta didik tidak di rampok hanya karena oleh maslah ketersediaan alat yang kurang memadai.

Penjas memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam penglaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan berolahraga yag dilakukan secara terarah dan terencana. Pembekalan penglaman belajar diarahkan untuk


(17)

6

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

membina, sekaligus membentuk gaya idup sehat dan aktif sepanjang hayat. Dalam proses pembelajaran penjas guru diharapkan mengajarkan beberapa keterampilan gerak dasar dengan yang terkandung nilai-nilai di dalamnya (sprtivitas, jujur, kerjasama, dll) dan pola pembinaan hidup sehat yang dalam pelaksanaannya bukan melalui pengjaran di dalam kelas yang bersifat teoritis, namun melibatkan unsure fisik, mental, intelektual, emosi dan social. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan, didaktik, metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengjaran.

Salah satu bagian dati mata pelajaran penjas adalah permainan dan olahraga adapun sepak bola merupakan salah satu materi termasuk dalam permainan bola besar, cabang olah raga ini sangat dikenal luas di daerah perkotaan pedesaan ataupun di daerah-daerah terpencil lainnya.

Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan minat terhadap permainan bola besar dalam hal ini permainan (sepak bola) sangatlah besar, peserta didik sangat menyukai permainan sepak bola tersebut karena menurut mereka (peserta didik) permainan sepak bola sangatlah menarik dan lebih menantang, sehingga ingin menjadi bagian di dlamnya.

Pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa dapat meningkatkan keterampilan dan perkembangannya dibandingkan dengan kemampuan sebelumnya dalam setiap periode. Misalnya pada tes lari 100 m data yang diperoleh berupa catatan waktu, pada tes awal siswa menempuh waktu 14 detik kemudian pada tes akhir siswa menempuh waktu 11 detik, dengan demikian siswa tersebut mengalami peningkatan waktu 3 detik. Peningkatan seperti inilah yang diharapkan sebagai bentuk peningkatan keterampilan. Penghargaan guru terhadap peningkatan waktu ini sangat berarti bagi siswa sehingga ada keinginan dalam dirinya untuk meningkatkan lagi prestasi belajarnya karena merasa dihargai.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik utnuk mengetahui lebih jelas dan merumuskan sebuah judul “ Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung”.


(18)

7

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah penelitian ini sebagai berikut :

a. Kurangnya fasilitas yang memadai tidak dapat memfasilitasi siswa dalam pembelajaran bola besar.

b. Antusias siswa terbatasi oleh sarana dan prasarana yang tersedia. c. Proses berlangsungnya pembelajaran kurang efektif.

d. Kurangnya jumlah alat yg memadai.

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari timbulnya penafsiran dan agar tidak menyimpang dari permasalahan dan tujuan penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada:

a. Hanya akan meneliti tingkat keberhasilan pembelajaran Bola Besar yaitu permainan sepak bola. Untuk siswa SD se- Kecamatan Coblong Kota Bandung. b. Penelitian ini terbatas pada hubungan antara perbandingan fasilitas terhadap

keberhasilan pembelajaran bola besar (Sepak Bola). D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengadakan spesifikasi sebagai pokok-pokok permasalahan sebagai berikut:

a. Seberapa lengkap fasilitas pembelajaran yang ada di SDN se- Kecamatan Coblong Kota Bandung ?

b. Bagaimana proses pembelajaran yang ada di SDN se- Kecamatan Coblong Kota Bandung.?

c. Bagaimana perbandingan keberhasilan pembelajaran bola besar terkait fasilias pembelajaran di tingkat SD ?


(19)

8

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

E. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk memperoleh gambaran tentang ada atau tidaknya hubungan antara fasilitas belajar dengan keberhasilan pembelajaran Bola Besar di SDN se- Kecamatan Coblong Kota Bandung.

F. Manfaat Penelitian

Telah penulis kemukakan sebelumnya uraian mengenai latar belakang masalah, maslah penelitian dan tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam masalah ini, maka penulis mengharapkan manfaat atau kegunaan dari masalah ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis

a. Bahan pemikiran bagi program studi pendidikan jasmani dalam melakukan masalah tentang pengaruh fasilitas belajar terhadap keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani di SD.

b. Sebagai informasi bagi pihak sekolah dapat di jadikan dasar kebijakan sekolah yang berhubungan dengan perbaikan pengajarannya.

2. Secara Praktis

a. Sebagai motivasi bagi siswa untuk lebih meningkatkan prestasi belajarnya. b. Sebagai informasi bagi orang tua siswa tentang pengaruh fasilitas belajar

terhadap keberhasilan pembelajaran.

G. Penjelasan Istilah

Untuk lebih memahami dan memudahkan istilah-istilah penelitian, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan. Undang-undang sistem pendidikan Nasional No 2 tahun 1998, pasal 1 mengemukakan: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.


(20)

9

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

2. Pendidikan Jasmani. Charles A. Bucher (2004:16) menyatakan, “Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental, social serta emosional bagi masyarakat dengan wahana aktifitas jasmani.”

3. Siswa. Poerwadarmiata (1982:955) menjelaskan, “Siswa adalah pelajar pada (sekolah, akademi atau sebagainya ).”

4. Fasilitas merupakan segala hal yang dapat memudahkan perkara (kelancaran tugas). Dalam penelitian ini fasilitas yang dimaksud adalah fasilitas penjas. Menurut Yoyo Bahagia (2010:3) “segala sesuatu yang dapat mempermudah dan memperlancar kegiatan pendidikan jasmani yang bersifat relative permanen atau susah untuk dipindah-pindahkan”.

5. SD. Anne ahira (http://anneahira/pengertian-sekolah-dasar.html) “dapat dikatakan sebagai institusi pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dasar dan mendasari proses pendidikan selanjutnya.

H. Anggapan Dasar

Dalam melakukan penelitian diperlukan sebuah anggapan dasar, hal ini dimaksudkan untuk sebuah titik tolak di dalam penelitian itu sendiri. Penelitian yang dilakukan harus terkonsep dengan benar artinya dalam penelitian harus terdaapat sebuah konsep yang dapat mendasari terhadap proses penelitian yang dilakukan. Anggapan dasar itu sendiri pada dasarnya merupakan sebuah konsep dasar dalam penelitian, hal ini berguna untuk mengetahui kebenaran terhadap sebuah penelitian. Suharsimi (1996:17), dalam hal ini menjelaskan bahwa : “Anggapan Dasar adalah suatu kebenaran yang diyakini oleh peneliti yang berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak pada peneliti dalam melaksanakan penelitian”.

Dalam penelitian ini penulis mempunyai alasan yang merupakan masalah bagi penulis, kemudian alasan tersebut penulis jadikan sebuah anggapan dasar dalam penelitian ini. Adapun alasan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dalam pengelolaan sekolah, management tata letak lingkungan sekolah


(21)

10

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

berlangsung tidak carut-marut sehingga waktu yang tersedia dapat terpakai dengan efektif.

2. Agar guru efektif dalam proses belajar mengajar diperlukan strategi pengelolaan waktu serta harus di dukung pula dengan sarana dan prasarana yang menunjang, sehingga tingkat keberhasilan dalam pembelajaran pendidikan jasmani dapat tercapai.

Fasilitas, sarana dan prasarana adalah suatu komponen yang saling berkaitan di lingkungan sekolah dan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Dengan adanya fasilitas, sarana, dan prasarana yang memadai dan juga kualitas dari si pengajar yang sangat potensi dalam segi mengajar, sehingga diharapkan tercapainya tujuan pembelajaran sesuai dengan yang tercantum dalam kurikulum.


(22)

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

| |

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. Hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data.

Menurut Arikunto (2006:160) “Metode Penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode asosiatif. “Penelitian

asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

dua variable atau lebih” (Sugiyono, 2009: 11), dengan penelitian ini akan dapat

dibangun suatu teori yang berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala.

Metode penelitian merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi suatu penelitian agar tercapai tujuan yang diinginkan. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Tentang metode deskriptif dijelaskan oleh Sudjana dan Ibrahim (2004:64) sebagai berikut:

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Hal serupa dikemukakan oleh Arikunto (2006:309) bahwa, “Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa


(23)

46

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

| |

Berdasar pada beberapa pendapat tersebut memberikan makna bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian dengan tujuan untuk menggambarkan suatu peristiwa pada saat sekarang yang nampak dalam suatu situasi. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dan dianalisis untuk menetapkan kesimpulan. Hal ini untuk memperoleh gambaran yang jelas sehingga tujuan penelitian tercapai seperti yang diharapkan. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena penelitian ini ingin mengungkap masalah yang terjadi pada masa sekarang yaitu “Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung”.

Sugiyono (2009: 140) menjelaskan bahwa:

Metode Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme (filsafat yang memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif, tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat), digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis

yang telah ditetapkan”.

Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisis data hasil penelitian secara eksak dan melakukan perhitungan data dengan perhutungan statistik.

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di SD Negeri Se- Kecamatan Coblong Kota Bandung. Berikut nama SDN dan Alamatnya :

a. SDN CISITU 1, Jl. Sangkuriang 87 Bandung. b. SDN CISITU 2, Jl. Sangkuriang 87 Bandung. c. SDN COBLONG 1, Jl. Ir. H. Juanda 304 Bandung. d. SDN NEGLASARI, Jl. Raya Sadang Serang Bandung. e. SDN TIKUKUR, Jl. Titimplik Bandung.


(24)

47

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

| |

B.Data dan Sumber data

1. Data

Pengertian data menurut Arikunto (2006:118) yaitu hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yang didapat dari nilai siswa dalam kemampuan bola besar di SD Negeri Se- Kecamatan Coblong Kota Bandung, dan observasi penilaian fasilitas-fasilitas yang mendukung proses pembelajaran bola besar di beberapa SD Negeri Se- Kecamatan Coblong Kota Bandung.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Siswa/i sekolah dasar kelas 5, di SD Negeri Se- Kecamatan Coblong Kota Bandung.

b. Fasilitas di setiap SD Negeri Se- Kecamatan Coblong Kota Bandung yang di teliti.

c. Bahan-bahan untuk mengkaji beberapa teori umum yang relevan dengan permasalahan penelitian.

C.Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Dalam menyusun sampai dengan menganalisis data sehingga mendapatkan gambaran sesuai dengan yang diharapkan diperlukan sumber data. Pada umumnya sumber data dalam penelitian disebut populasi dan sampel penelitian. Sudjana dan

Ibrahim (2001:84) menjelaskan, “Populasi maknanya berkaitan dengan elemen,

yakni unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut dapat berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi dan


(25)

48

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

| |

penelitian.” Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat digambarkan bahwa

populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian tempat diperolehnya informasi yang dapat berupa individu maupun kelompok. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD se- kecamatan coblong kota bandung.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakter yang sama sehingga betul-betul mewakili populasinya. Ibrahim dan Sudjana

(2004:16) menjelaskan bahwa : ” Sampel adalah sebagian yang diambil dari

populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu.” Untuk penentuan jumlah sampel, tidak ada patokan yang standar untuk dijadikan acuan dalam menentukan sampel penelitian, akan tetapi untuk memilih sampel harus diketahui dahulu dari sifat populasinya. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi dengan cara purposive sampling. Arikunto (2006:117) menjelaskan bahwa :

Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik tersebut biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.

Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah siswa/i SD kelas 5 se-kecamatan Coblong Kota Bandung yang melaksanakan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Dalam penelitian ini cirri-ciri sampel yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Sampel tersebut aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di SD Negeri Kecamatan Coblong Kota Bandung.

b. Sampel tersebut adalah para siswa/i di SD Negeri Kecamatan Coblong Kota Bandung


(26)

49

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

| |

D.Variabel dan Alur Penelitian

1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2009:34) ia menyatakan bahwa: “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.”

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu: a. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini kelengkapan fasilitas.

b. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah keberhasilan pembelajaran bola besar.

Pada penelitian ini hubungan antar variabel tersebut adalah hubungan hubungan kausal atau sebab akibat dimana variabel X mempengaruhi variabel Y. 2. Alur Penelitian

Sugiyono (2009: 43) mendefinisikan paradigma penelitian sebagai berikut ini:

“Alur penelitian diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan.”


(27)

50

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

| |

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian Fasilitas masing-masing SD

Hasil Belajar masing-masing SD

Hasil penelitian

Kesimpulan

Siswa kelas 5 di SD Negeri Se- Kecamatan Coblong Kota Bandung


(28)

51

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

| |

E.Instrumen Penelitian

Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengambil data penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

1. Fasilitas dinilai dari seberapa lengkap fasilitas yang tersedia dalam menunjang proses belajar bola besar di masing-masing sekolah. Kelangkapan dari fasilitas yang dinilai meliputi:

a. Bola sepak b. Lapangan c. Gawang d. Cones

2. Soal penilaian kemampuan bola besar siswa diperoleh dari hasil test yang dinilai dari beberapa aspek sebagai berikut :

a. Menendang

1) Menendang dengan kaki bagian dalam Analisis gerakan yang baik dan benar

a) Badan menghadap sasaran di belakan bola.

b) Kaki tumpu berada disamping bola kurang lebih 15cm, ujung kaki menghadap sasaran, lutut sedikit ditekuk.

c) Kaki tendang di tarik kebelakang, dan ayunkan ke depan.

d) Setelah terjadi benturan dilanjutkan dengan Follow trow (gerakan lanjutan).

2) Menendang dengan kaki bagian Luar.

Analisis gerakan yang baik dan benar, sbb :

a) Posisi badan dibelakang bola, kaki tumpu disamping belakang bola 25cm, ujung kaki menghadap ke sasaran, dan lutut sedikit ditekuk.

b) Kaki tending berada di belakang bola, dengan ujung kaki menghadap ke dalam.


(29)

52

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

| |

d) Gerakan lanjutan kaki tendang diangkat serong lebih 45derajat menghadap sasaran.

3) Menendang dengan punggung kaki

Analisis gerakan yang baik dan benar, sbb :

a) Badan dibelakang bola sedikit condong ke depan, kaki tumpu diletakkan disamping bola dengan ujung kaki menghadap ke sasaran, kaki sedikit ditekuk.

b) Kaki tendang tarik ke belakang dan ayunkan ke depan hingga mengenai bola.

c) Perkenaan kaki pada bola tepat pada punggung kaki penuh disaat tepat pada tengah-tengah bola.

d) Gerakan lanju kaki tendang diarahkan dan diangkat kearah sasaran.

b. Menghentikan bola (stopping).

Analisis gerakan yang baik dan benar, sbb : 1) Posisi badan segaris dengan datangnya bola.

2) Kaki tumpu mengarah pada bola dengan lutut sedikit ditekuk. 3) Kaki penghenti diangkat sedikit dengan permukaan bagian dalam,

kaki dijulurkan kedepan segaris dengan datangnya bola. 4) Kaki penghenti mengikuti arah bola.

c. Menggiring bola.

1) Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi menendang bola. 2) Kaki yang digunakan untuk menggiring bola tidak ditarik kebelakang

hanya diayunkan kedepan.

3) Diupayakan setiap melangkah, secara teratur bola disentuh/ di dorong bergulir kedepan.

4) Bola bergulir harus selalu dekat dengan kaki agar bola dapat dikuasai. 5) Pada waktu menggiring bola kedua lutut sedikit di tekuk untuk


(30)

53

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

| |

6) Pada saat kaki menyentuh bola, pandangan kea rah bola dan selanjutnya melihat situasi kelapangan.

F. Analisis Data Penelitian

1. Pengolahan Data a. Fasilitas

Penilaian fasilitas dari masing-masing sekolah yang di teliti diperoleh dari rumus :

Sedangkan tingkat kelayakan fasilitas dapat dilihiat dari kriteria interpretasi kelayakan (Ridwan, 2010: 88) yaitu:

0% - 20% sangat tidak memadai 21% - 40% tidak memadai 41% - 60% cukup memadai 61% - 80% memadai 81% - 100% sangat memadai 2. Nilai tes kemampuan bola besar

Data untuk mengetahui hasil kemampuan siswa melalui tes kemampuan bola besar diperoleh dengan cara menghitung skor jawaban dengan memberi skor 1-5 dengan kriteria interpretasi skala likert sebagai berikut

Skor 1 = sangat tidak mahir Skor 2 = tidak mahir


(31)

54

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

| |

dengan, R = rentang skor dan K = banyak kelas Skor 4 = mahir

Skor 5 = sangat mahir

3. analisis deskriptif hubungan fasilitas dengan nilai tes kemampuan bola besar.

Untuk mengatahi hubungan fasilitas dengan nilai tes kemampuan bola besar atau keberhasilan pembelajaran akan dilakukan melalui pendeskripsian hasil belajar masing-masing sekolah berdasarkan tingkat persentase kelengkapan fasilitas yang ada dimana akan dilihat perbandingan antar sekolah.

1) Menentukan panjang kelas (i) dengan rumus: Menentukan panjang kelas (i) dengan rumus:

2) Menentukan rata-rata atau mean :

Keterangan ;

f = jumlah frekuensi xi = nilai tengah kelas n = jumlah sampel


(32)

55

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

| |

3) Menentukan simpangan baku (S):

Keterangan ;

xi = nilai tengah kelas x = rata-rata (mean) n = jumlah sampel

4) Menentukan nilai baku z-score untuk batas kelas interval dengan rumus:


(33)

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan merupakan uraian tentang jawaban penulis atas rumusan masalah dan tujuan penelitian. Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan penelitian dan menganalisis data dari hasil penelitian mengenai perbandingan keberhasilan pembelajaran bola besar terkait fasilitas pembelajaran di tingkat SD negeri se-kecamatan Coblong Kota Bandung adalah sebagai berikut :

1. Kelengkapan fasilitas khusunya fasilitas yang menunjang pembelajaran bola besar memiliki rata-rata dari setiap Sekolah Dasar diKecamatan Coblong adalah 52% atau cukup memadai.

2. Tingkat keberhasilan pembelajaran bola besar ditingkat SD Negeri seKecamatan Coblong Kota bandung memiliki nilai rata-rata 16,76 untuk laki-laki, dimana rata-rata nilai keberhasilan pembelajaran bola besar berdasarkan intepretasi penilaian berada pada kreteria baik. Sedangkan untuk perempuan memiliki nilai rata-rata 9,2, dimana rata-rata nilai keberhasilan pembelajaran bola besar berdasarkan intepretasi penilaian berada pada kreteria kurang baik.

3. Terdapat perbedaan peningkatan keberhasilan pembelajaran bola besar yang dipengaruhi oleh tingkat kelengkapan fasilitas yang ada.

B. Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, maka peneliti mengungkapkan beberapa saran sebagai masukan dan pertimbangan agar lebih bermanfaat serta dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Adapun saran-saran yang dikemukakan sebagai berikut ini :


(34)

75

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

1. Bagi sekolah maupun instansi pendidikan lainya khusunya dalam bidang pendidikan jasmani hendaknya menyadari arti penting fasilitas bagi peserta didik karena dengan adanya fasilitas yang memadai dapat menunjang kemampuan dan prestasi belajar di bidang penjas khusunya bola besar.

2. Bagi peneliti yang berminat untuk mengkaji lebih luas serta ingin lebih mendalami lagi permasalahan yang ada hubungannya dengan penelitian ini, sebaiknya menggunakan instrument yang berbeda agar lebih menggali aspek lainnya yang belum terungkap, sehingga diperoleh hasil penelitian baru sebagai pembanding.


(35)

76

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Ahmadi, A. dan Supriyono, W. (2004). Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, Ahmadi, A. dan Uhbiyati, N (1991). Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

B. Suryosubroto. (1990). Beberapa Aspek Dasar-dasar Kpendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Bahagia, Y. (2010). Fasilitas dan Perlengkapan Penjas. Bandung : FPOK UPI

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-RuzzMedia Group.

Benyamin. S. Bloom, (1982). Taxonomy of Educational Objective, Cognitive Domain, Book I, New York : Logman, 1982.

Hasbullah, (2001). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan , Jakarta: RajaGrafindo Persada Ibrahim dan sudjana. (2004). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung:

penerbit Sinar Baru Algensindo. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973. Kurikulum Depdiknas (2003:1)

Lutan, R. (1986). Manajemen Penjaskes. Jakarta. Depdikbud.

Lutan, R. (1998). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Universitas Terbuka Jakarta.

Lutan, R. dan Ma’mun, A. (2000). Sosiologi Olahraga. Jakarta: Depdiknas. Lutan, R. Dkk (1991). Manusia dan Olahraga. Bandung : ITB.

M. Ngalim Purwanto.(1988). Psikologi Pendidikan, Penerbit Remadja (RK) Karya CV. Bandung.


(36)

77

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

Moekijat. (1984). Motivasi dalam Pembelajaran. Jakarta: Mulia.

Mudyahardjo R. (2001). Pengantar Pendidikan. Bandung : Raja Grafindo Persada. Muhammad, S. (2006). Manajemen Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Nasution. (1984). Motivasi dan Dasar-dasar Pembelajaran. Bandung: Jemmars. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19, (2005) :Standar Nasional

Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.

Poerwadarminta (1982). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Setting & Lay Out Mitra Presindo.

Pusat Kurikulum Depdiknas (2003:1).

Riduwan (2010), Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Alfabeta, Bandung. Rineka Cipta.

Saroni M, 2005, Menagemen Sekolah, Yogyakarta, AR-RUZZ.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sucipto, dkk. (1999) Sepak Bola. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudjana dan Ibrahim. 2001. Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV.Alfabeta: Bandung.

Suherman, A. (2000). Dasar-dasar Penjaskes. Jakarta : Depdikbud.

Sumadi Suryabrata. (2002).Psikologi Pendidikan. J a k a r t a :P T . R a j a G r a f i d o Persada.

Surya, M. (2003). Psikologi Konseling. Bandung: CV. Pustaka Bani Quraisy. Suryabrata, Sumadi. (1984), Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.


(37)

78

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

Syaiful, B. Djamarah,1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha Nasional.

Syaiful, B. Djamarah. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Tardif .1989,Metode Pengajaran : Penelitian Tindakan Kelas

Tite, Juliantine, Subroto, T dan Yudiana, Y (2011).Model-model Pembelajarran Pendidikan Jasmani. Bandung : FPOK-UPI Bandung.

Umar, T. dan S. L. La Sulo. (2005). Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. undang-undang Nomor 12 tahun 1954 pada Bab VI, pasal 9.

Undang-undang sistem pendidikan Nasional No 2 tahun 1998, pasal 1. UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI Bandung.

Walgito, B. (2004). Bimbingan dan Konseling (Studi & Karir). Yoyakarta: ANDI. Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi. Wasty, S. (1990). Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Wiji, S. (2006). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Wina, S. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana.

Zahara, I. dan Lisma, J. (1992). Pengantar Pendidikan 1. Jakarta: Grasindo. Sumber lain :

http://docstoc.com/docs/25289062/INDIKATOR-STANDAR-SARPRAS-SNP-MSW97

A. Bucher. (2004). Pengertian Penjas [online].

Tersedia: http://penjasorkes-zone.blogspot.com/2011/12definisi-pendidikan-jasmani.html?m=1

A. Ahira. Pengertian SD [online].


(38)

79

Adi Maulana Sabrina, 2013

Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung

BSNP 2006. Pengertian Penjas [online].

Tersedia: http://diecoach.blogspot.com/2009/07/kurikulum-pendidikan-jasmani.html?m=1

Indrafachrudi. (1989). Fasilitas Belajar. [online].


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan merupakan uraian tentang jawaban penulis atas rumusan masalah dan tujuan penelitian. Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan penelitian dan menganalisis data dari hasil penelitian mengenai perbandingan keberhasilan pembelajaran bola besar terkait fasilitas pembelajaran di tingkat SD negeri se-kecamatan Coblong Kota Bandung adalah sebagai berikut :

1. Kelengkapan fasilitas khusunya fasilitas yang menunjang pembelajaran bola besar memiliki rata-rata dari setiap Sekolah Dasar diKecamatan Coblong adalah 52% atau cukup memadai.

2. Tingkat keberhasilan pembelajaran bola besar ditingkat SD Negeri seKecamatan Coblong Kota bandung memiliki nilai rata-rata 16,76 untuk laki-laki, dimana rata-rata nilai keberhasilan pembelajaran bola besar berdasarkan intepretasi penilaian berada pada kreteria baik. Sedangkan untuk perempuan memiliki nilai rata-rata 9,2, dimana rata-rata nilai keberhasilan pembelajaran bola besar berdasarkan intepretasi penilaian berada pada kreteria kurang baik.

3. Terdapat perbedaan peningkatan keberhasilan pembelajaran bola besar yang dipengaruhi oleh tingkat kelengkapan fasilitas yang ada.

B. Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, maka peneliti mengungkapkan beberapa saran sebagai masukan dan pertimbangan agar lebih bermanfaat serta dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Adapun saran-saran yang dikemukakan sebagai berikut ini :


(2)

1. Bagi sekolah maupun instansi pendidikan lainya khusunya dalam bidang pendidikan jasmani hendaknya menyadari arti penting fasilitas bagi peserta didik karena dengan adanya fasilitas yang memadai dapat menunjang kemampuan dan prestasi belajar di bidang penjas khusunya bola besar.

2. Bagi peneliti yang berminat untuk mengkaji lebih luas serta ingin lebih mendalami lagi permasalahan yang ada hubungannya dengan penelitian ini, sebaiknya menggunakan instrument yang berbeda agar lebih menggali aspek lainnya yang belum terungkap, sehingga diperoleh hasil penelitian baru sebagai pembanding.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Ahmadi, A. dan Supriyono, W. (2004). Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, Ahmadi, A. dan Uhbiyati, N (1991). Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

B. Suryosubroto. (1990). Beberapa Aspek Dasar-dasar Kpendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Bahagia, Y. (2010). Fasilitas dan Perlengkapan Penjas. Bandung : FPOK UPI

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-RuzzMedia Group.

Benyamin. S. Bloom, (1982). Taxonomy of Educational Objective, Cognitive Domain, Book I, New York : Logman, 1982.

Hasbullah, (2001). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan , Jakarta: RajaGrafindo Persada Ibrahim dan sudjana. (2004). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung:

penerbit Sinar Baru Algensindo. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973. Kurikulum Depdiknas (2003:1)

Lutan, R. (1986). Manajemen Penjaskes. Jakarta. Depdikbud.

Lutan, R. (1998). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Universitas Terbuka Jakarta.

Lutan, R. dan Ma’mun, A. (2000). Sosiologi Olahraga. Jakarta: Depdiknas. Lutan, R. Dkk (1991). Manusia dan Olahraga. Bandung : ITB.

M. Ngalim Purwanto.(1988). Psikologi Pendidikan, Penerbit Remadja (RK) Karya CV. Bandung.


(4)

Moekijat. (1984). Motivasi dalam Pembelajaran. Jakarta: Mulia.

Mudyahardjo R. (2001). Pengantar Pendidikan. Bandung : Raja Grafindo Persada. Muhammad, S. (2006). Manajemen Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Nasution. (1984). Motivasi dan Dasar-dasar Pembelajaran. Bandung: Jemmars. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19, (2005) :Standar Nasional

Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.

Poerwadarminta (1982). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Setting & Lay Out Mitra Presindo.

Pusat Kurikulum Depdiknas (2003:1).

Riduwan (2010), Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Alfabeta, Bandung. Rineka Cipta.

Saroni M, 2005, Menagemen Sekolah, Yogyakarta, AR-RUZZ.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sucipto, dkk. (1999) Sepak Bola. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudjana dan Ibrahim. 2001. Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV.Alfabeta: Bandung.

Suherman, A. (2000). Dasar-dasar Penjaskes. Jakarta : Depdikbud.

Sumadi Suryabrata. (2002).Psikologi Pendidikan. J a k a r t a :P T . R a j a G r a f i d o Persada.

Surya, M. (2003). Psikologi Konseling. Bandung: CV. Pustaka Bani Quraisy. Suryabrata, Sumadi. (1984), Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.


(5)

Syaiful, B. Djamarah,1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha Nasional.

Syaiful, B. Djamarah. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Tardif .1989,Metode Pengajaran : Penelitian Tindakan Kelas

Tite, Juliantine, Subroto, T dan Yudiana, Y (2011).Model-model Pembelajarran Pendidikan Jasmani. Bandung : FPOK-UPI Bandung.

Umar, T. dan S. L. La Sulo. (2005). Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. undang-undang Nomor 12 tahun 1954 pada Bab VI, pasal 9.

Undang-undang sistem pendidikan Nasional No 2 tahun 1998, pasal 1. UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI Bandung.

Walgito, B. (2004). Bimbingan dan Konseling (Studi & Karir). Yoyakarta: ANDI. Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi. Wasty, S. (1990). Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Wiji, S. (2006). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Wina, S. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana.

Zahara, I. dan Lisma, J. (1992). Pengantar Pendidikan 1. Jakarta: Grasindo. Sumber lain :

http://docstoc.com/docs/25289062/INDIKATOR-STANDAR-SARPRAS-SNP-MSW97

A. Bucher. (2004). Pengertian Penjas [online].

Tersedia: http://penjasorkes-zone.blogspot.com/2011/12definisi-pendidikan-jasmani.html?m=1

A. Ahira. Pengertian SD [online].


(6)

BSNP 2006. Pengertian Penjas [online].

Tersedia:http://diecoach.blogspot.com/2009/07/kurikulum-pendidikan-jasmani.html?m=1

Indrafachrudi. (1989). Fasilitas Belajar. [online].