Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN
                                                                                5 pergantian  manajemen,  manajemen  yang  baru  akan  memilih  auditor  yang  dapat
mengakomodasi  pilihan  mereka  dalam  kebijakan  akuntansi  Schwartz  dan  Menon, 1985 dalam Chadegani et al., 2011:161.
Krishnan dan Ye 2005 dalam Damayanti dan Sudarma 2007:6 menyatakan bahwa  penunjukan  KAP  oleh  perusahaan,  yang  diwakili  oleh  pemegang  saham,
berhubungan  dengan  total  fees  yang  mereka  bayarkan.  Untuk  KAP  yang  berukuran besar,  seperti  KAP  yang  berafiliasi  dengan  big  four,  besarnya  fee  audit  yang
ditetapkan tentunya menyesuaikan dengan nama besar serta image dari KAP tersebut. Banyak  ditemukan  perusahaan  yang  melakukan  perpindahan  KAP,  baik  dari  KAP
yang berafiliasi dengan the big four ke KAP yang tidak berafiliasi dengan the big four dan  sebaliknya.  Pergantian  kelas  KAP  ini  dirasa  perlu  dilakukan  oleh  perusahaan
karena  dapat  memperkecil  fee  audit.  Perusahaan  dapat  menyesuaikan  KAP  yang dipilih dengan fee audit yang dapat dibayar oleh perusahaan pada KAP tersebut.
Timbulnya  kajian  mengenai  masalah  pergantian  auditor  ini  berawal  dari terbongkarnya  kasus  enron  ke  ranah  publik  pada  Desember  2001,  dimana  KAP  nya
yang merupakan salah satu dari anggota KAP big five saat itu yakni Arthur Andersen gagal  mempertahankan  independensinya  dalam  mengaudit  kliennya,  Enron.  Akibat
dari kasus ini, lahirlah The Sarbanes-Oxley Act SOX tahun 2002 sebagai solusi dari skandal  perusahaan  besar  yang  terjadi  di  Amerika.  Di  Indonesia,  PT.  Kimia  Farma
Tbk.  sempat  tidak  mendapatkan  kepercayaan  dari  para  pemegang  sahamnya  sendiri yang  disebabkan  penyajian  penjualan  yang  overstated  yang  tidak  mampu  dideteksi
6 oleh KAP Hans Tuanakotta dn Mustofa.  The Sarbanes-Oxley Act SOX tahun 2002
merupakan  pesan  yang  digunakan  oleh  banyak  negara  untuk  memperbaiki  struktur pengawasan terhadap KAP dengan menerapkan rotasi KAP maupun auditor.
Menindaklanjuti  The  Sarbanes-Oxley  Act  SOX  tahun  2002,  Pemerintah Indonesia,  melalui  Menteri  Keuangan  KMK  423KMK.062002  dan  KMK
359KMK.062003,  mengharuskan  perusahaan  mengganti  auditor  yang  telah mendapat  penugasan  audit  lima  tahun  berturut-turut.  Perusahaan  harus  telah
menggantinya  setelah  tahun  buku  2003  jika  sebelumnya  belum  mengganti  auditor selama lima tahun belakangan, tahun 2008 batasan itu dirubah menjadi enam tahun,
PMK  17PMK.012008.  Konkretnya,  jika  sebuah  perusahaan  telah  menunjuk  satu auditor yang sama sejak tahun 1999, maka pada tahun 2004 mereka harus mengganti
auditornya dengan auditor yang  lain. Menurut Prastiwi dan  Wilsya, 2009,  manfaat lain  adanya  rotasi  KAP  adalah  meningkatkan  lingkungan  kompetitif  audit  akibat
meningkatnya  kebutuhan  akan  jasa  audit  pada  perusahaan-perusahaan  go  public maupun  yang  non-go  public,  dan  mengurangi  biaya  audit.  Perusahaan  mempunyai
banyak  pilihan  KAP  mana  yang  sesuai  dengan  kebutuhan  perusahaan,  juga  adanya pilihan  biaya  audit  mencari  KAP  dengan  audit  fee  yang  lebih  murah.  Selain
memiliki  manfaat,  rotasi  KAP  juga  memiliki  beberapa  kelemahan  Petty  dan Cuganesan,  1996  dalam  Prastiwi  dan  Wilsya,  2009:63,  yaitu  1  Hubungan  baik
antara auditor dan klien berakh ir secara “premature” akibat adanya pergantian auditor
secara  mandatory,  2  Kemungkinan  kehilangan  kualitas  kerja,  3  Meningkatnya
7 audit  fees,  4  Rotasi  KAP  yang  berakibat  pada  meningkatnya  persaingan  diantara
KAP dapat juga  mengakibatkan  solidaritas profesional  yang rendah.  Keadaan posisi keuangan mungkin juga menjadi faktor dalam proses pergantian auditor.
Hubungan  berakhir  secara  premature  yang  disebabkan  adanya  kewajiban untuk  mengganti  auditor  setelah  jangka  waktu  tertentu  berarti  klien  harus  mencari
KAP lain yang sesuai dengan kebijakan akuntansi dan manajemen perusahaan. Klien juga dapat kehilangan kualitas kerja dengan mengganti auditornya karena KAP baru
belum tentu memahami entitas bisnis dengan lebih baik  dibanding dengan KAP yang lama.  Disamping  itu,  pergantian  auditor  akan  membuat  perusahaan  mengeluarkan
biaya awal audit start  fee audit yang  lebih  besar untuk pelaksanaan  jasa audit dari KAP  baru.  Rotasi  KAP  juga  akan  menyebabkan  solidaritas  profesional  antar  KAP
rendah  yang  disebabkan  oleh  tingkat  persaingan  yang  tinggi  untuk  mendapatkan klien.
8 Berikut  merupakan  kasus-kasus  perusahaan  yang  memiliki  hubungan  yang
panjang dengan auditornya yang disajikan pada tabel 1.1 ini:
Tabel 1.1 Kasus
No.  Nama Perusahaan
Kasus
1 Enron Corporation
Diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen selama 16 tahun sejak 1985, yang menyebabkan tidak
independensinya Kantor Akuntan Publik tersebut karena Arthur juga menyediakan jasa non-audit bagi Enron.
Banyak pihak berpendapat bahwa hal ini disebabkan akibat adanya hubungan kerja yang panjang antara KAP
dan klien yang memungkinkan menciptakan suatu resiko excessive familiarity berlebihnya keakraban yang dapat
mempengaruhi obyektivitas dan independensi KAP.
2 PT BAT Indonesia
PT BAT Indonesia hanya memiliki satu auditor yaitu kantor akuntan yang sama dengan yang berafiliasi ke
PWC Price Waterhouse Coopers sekarang ini, walaupun KAP tersebut telah berganti nama beberapa
kali sejak tahun 1979 hingga 2004. Artinya, selama 25 tahun mereka tidak pernah mengganti auditor.
3 PT Aqua Golden
Mississippi Tahun 1989-2001 13 tahun Aqua diaudit oleh KAP
Utomo dan KAP Prasetio Utomo dimana kedua KAP ini merupakan KAP yang sama. Tahun 2002 mereka pindah
ke KAP Prasetio, Sarwoko, dan Sanjaya. KAP ini adalah kelanjutan dari KAP Prasetio Utomo yang bubar dan
menggabungkan diri ke KAP Sarwoko dan Sanjaya. Sebagian orang berpendapat bahwa KAP yang baru ini
yang berafiliasi ke Ernst  Young adalah kelanjutan dari KAP yang pertama Arthur Andersen. Sehingga,
bisa dikatakan bahwa selama 14 tahun PT Aqua diaudit oleh satu KAP.
Sumber: dari berbagai referensi
9 Penelitian  sebelumnya  yang  telah  dilakukan  oleh  Chadegani,  et.al.,  2011
yang  menguji  6  faktor  opini  audit,  kualitas  audit,  perubahan  fee  audit,  pergantian manajemen,  financial  distress,  dan  ukuran  perusahaan  klien  yang  dianggap
berpengaruh  terhadap  auditor  switching  di  Tehran  Stock  Exchange,  dan  hasilnya menunjukkan  bahwa  hanya  kualitas  audit  yang  berpengaruh  secara  signifikan
terhadap auditor switching. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiarini dan Sudarno 2012 menggunakan
variabel  ukuran  KAP,  kesulitan  keuangan  perusahaan,  kepemilikan  oleh  publik, pergantian  manajemen,  serta  pergantian  komite  audit  terhadap  auditor  switching.
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  ukuran  KAP  berpengaruh  negatif  terhadap auditor  switching  dan  pergantian  manajemen  berpengaruh  positif  terhadap  auditor
switching. Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Prastiwi  dan  Wilsya  2009:62  menyatakan
bahwa  tipe  KAP  dan  pertumbuhan  perusahaan  yang  diukur  dengan  total  asset berpengaruh  secara  signifikan  terhadap  kemungkinan  pergantian  KAP.  Sedangkan
ukuran  perusahaan,  pertumbuhan  perusahaan  yang  diukur  dengan  perubahan  sales, perubahan  MVE  dan  perubahan  income  dan  masalah  keuangan  tidak  berpengaruh
signifikan  terhadap  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  pergantian  auditor  di Indonesia.  Kecenderungan  untuk  melakukan  auditor  switching  telah  ditemukan
dipengaruhi oleh pergantian manajemen Sinarwati, 2010; Wijayani, 2011.
10 Penelitian  Divianto  2011  menguji  ukuran  KAP  dan  opini  auditor  terhadap
auditor  switching.  Penelitian  ini  memberikan  bukti  bahwa  opini  audit  berpengaruh terhadap  auditor  switching,  sedangkan  ukuran  KAP  tidak  berpengaruh  terhadap
auditor switching. Penelitan  yang  dilakukan  oleh  Damayanti  dan  Sudarma  2007  menguji
pengaruh  pergantian  manajemen  perusahaan,  opini  akuntan,  fee  audit,  kesulitan keuangan perusahaan, ukuran KAP, dan persentase perubahan ROA sebagai variabel
independen,  terhadap  perusahaan  go  public  di  Indonesia  berpindah  KAP  sebagai variabel  dependennya.  Penelitian  ini  membuktikan  bahwa  fee  audit  memiliki
pengaruh  positif  terhadap  auditor  switching  dan  ukuran  KAP  memiliki  pengaruh negatif terhadap auditor switching di Indonesia.
Dalam  penelitian  Nasser,  et  al,.  2006,  ukuran  klien  serta  financial  distress berpengaruh  secara  signifikan  terhadap  audit  switching.  Beberapa  penelitian  yang
dilakukan  menemukan  bahwa  perusahaan  kecil  yang  lebih  sering  menerima  opini wajar dengan pengecualian qualified dibanding dengan perusahaan besar cenderung
untuk  melakukan  pergantian  auditor  Gul  et  al.,  1992;  Krishnan  et  al.,  1996  dalam Chadegani  et  al., 2011:162.  Karena  hasil  yang  berbeda-beda tersebut, peneliti akan
menguji  mengenai  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  auditor  switching  pada perusahaan  real  estate  dan  properti  yang  terdaftar  di  Bursa  Efek  Indonesia.
Sebenarnya faktor apa saja yang mempengaruhi mempengaruhi  auditor switching di Indonesia,  mengingat  beragamnya  hasil  dari  penelitian-penelitian  sebelumnya.
11 Disamping  itu,  auditor  switching  masih  sangat  menarik  untuk  diteliti  karena
banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan auditor  switching.  Faktor  tersebut  dapat  berasal  dari  klien  ataupun  dari  auditor.
Faktor penyebab pergantian auditor yang berasal dari klien, seperti adanya pergantian manajemen,  initial  public  offering,  kondisi  keuangan  perusahaan,  dan  sebagainya.
Sedangkan  faktor  yang  berasal  dari  auditor  seperti  fee  audit,  opini  audit  yang diberikan, kualitas audit, dan sebagainya.
Penelitian  ini  mengacu  pada  penelitian-penelitian  sebelumnya  terutama  pada penelitian  yang  dilakukan  oleh  Chadegani  et.al  2011  dan  Divianto  2011.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu: 1.  Penelitian  ini  menggunakan  4  variabel  independen  serta  1  variabel  dependen,
dimana  variabel  dependen  merupakan  auditor  switching,  sedangkan  variabel independennya  berupa  pergantian  manajemen,  opini  audit,  ukuran  perusahaan
klien,  serta  perubahan  fee  audit,  dimana  variabel  penelitian  ini  berbeda  dengan penelitian  yang  dilakukan  Divianto  2011  dimana  penelitian  ini  menambah
jumlah  variabel  seperti  pergantian  manajemen,  ukuran  perusahaan  klien,  serta perubahan fee audit.
2.  Penelitian ini dilakukan di Indonesia, sedangkan pada penelitian  Chadegani et.al 2011 dilakukan di Malaysia.
12 3.  Penelitian  ini  mengambil  sampel  tahun  penelitian  yang  lebih  baru,  yaitu  dengan
menggunakan  laporan  keuangan  dari  tahun  2006-2012,  sedangkan  penelitian Chadegani et al., 2011 mengambil sampel dari tahun 2003-2007.
                