3.3. Manajemen Pemberian Pakan
Pada akhirnya produksi domba dikendalikan oleh efisiensi ekonominya, dalam menkonversi pakan menjadi produk yang bernilai ekonomis.
Produktivitas dari padang rumput atau kualitas hijauan pakan akan mempengaruhi produktivitas ternak domba. Lebih jauh dinyatakan oleh
Kott 2005 kebutuhan nutrisi bagi domba betina sebagai tercantum berikut ini:
Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Bagi S eekor Domba betina 66 kg
BK kg
ENERGYY Protein Kasar
kg Ca
gr P
gr TDN
kg ME
kg
Hidup Pokok 2,6
1,5 2,4
0,25 2,5
2,4
Pakan Flushing 4,0
2,3 3,8
0,36 5,7
3,2
Kebuntingan Kebuntingan Awal
3,1 1,7
2,8 0,29
3,5 2,9
Kebuntingan akhir 4,0
2,3 3,8
0,42 6,2
5,6
Induk Menyusui Awal 6 minggu anak
tunggal 5,5
3,6 5,9
0,73 9,3
7,0
Akhir 6 minggu anak tunggal
4,0 2,3
3,8 0,42
6,2 5,6
Awal 6 minggu anak kembar
6,2 4,0
6,6 0,92
11,0 8,1
Akhir 6 minggu anak kembar
5,5 3,6
5,9 0,73
9,3 7,0
Domba betina muda 3,1
2,0 3,3
0,39 5,9
2,6
Domba jantan muda 5,5
3,6 5,9
0,73 9,3
7,0
Bila melihat angka yang ada pada tabel di atas, maka tidak mungkin seekor ternak harus lumpuh setelah melahirkan, kadang-kadang
kebutuhan Ca dan P suka tidak terperhatikan sebelum ada kejadian. Domba yang akan dikawinkan biasanya diberikan pakan
flushing agar fertilitas meningkat dan ovum yang diovulasikan juga lebih dari satu. Type
kelahiran memiliki nilai pewarisan yang rendah, oleh karena itu lingkungan sangat dibutuhkan baik sebelum domba betina muda akan
dikawinkan. Kondisi pakan akan berpengaruh juga terhadap kandungan kolesterol dari daging domba. Tidak hanya pada kualitas daging, kulit
9
domba yang biasa menjadi incaran pabrik kulit akan menilai kulit yang tipis dan kulit yang tebal.
3.4. Synkronisasi Estrus dan Inseminasi buatan
Penampilan reproduksi ternak domba dapat berbeda-beda tergantung dari tempat dan manajemen pemeliharaan, kualitas pakan, genetik dan
berbagai faktor lainnya. Maka, sinkronisasi berahi disertai dengan IB pada domba betina penting dilakukan demi perbaikan efisiensi reproduksi serta
proses manajemen-nya Gordon, 2004. Program breeding pada domba melibatkan control estrus dan ovulasi yang
menggunakan perlakuan hormone eksogenus Keisler and Buckrell, 1997. Aplikasi
spon intravaginal yang mengandung hormone progesterone atau sintetisnya, sering digunakan untuk penyerentakan berahi dalam waktu 6
sampai 14 hari. Hormon gonadotrophins seperti PMSG juga dapat
digunakan dan mampu menstimulasi pertumbuhan folikel dan
meningkatkan ovulasi serta fertilitas.
Penyerentakkan berahi adalah usaha untuk mengatur berahi pada sekelompok ternak betina sehingga mengalami berahi pada waktu
yang bersamaan Partodiharjo, 1987. Manfaat dari penyerentakan berahi bagi peternak adalah terbentuknya suatu pola produksi dengan cara
mengatur perkawinan, penyapihan, serta penjualan ternak sesuai dengan umur dan berat yang diinginkan. Selain itu dapat mempermudah
inseminator dalam pelaksanaan Inseminasi Buatan IB. Penyerentakkan memiliki arti penting dalam pelaksanaan IB. Inseminasi yang dipadukan
dengan penyerentakan berahi akan mempermudah dalam memperbaiki mutu genetik dan produksi ternak secara bersamaan sehingga dalam
pelaksanaannya lebih efisien. Tujuan manipulasi estrus adalah untuk meregresi
corpus luteum yang ada. Hormon yang dapat digunakan adalah: GnRH:
Cystorelin injectable ; Desorelin GnRH analog: ovuplant implant; Oxytocin; Estrogens: ECP;
Progesterons; CIDR vaginal implant; hCG dan PGF2a.
10
11
IV
ROADMAP CLUSTER
4. Roadmap Cluster