KONDISI SAAT INI RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN NEGARA LEMBAGA (RENSTRA KL)

VISI DAN MISI A. VISI Sesuai dengan UU No. 41 t ahun 1999 t ent ang Kehut anan pasal 3, kondisi hut an dan kehut anan Indonesia sert a perset uj uan DPR-RI periode 2004-2009, visi pembangunan kehut anan dit et apkan sebagai berikut : Terwuj udnya Penyelenggaraan Kehut anan unt uk Menj amin Kelest arian Hut an dan Peningkat an Kemakmuran Rakyat Berdasarkan visi t ersebut , Depart emen Kehut anan menyelenggarakan pengurusan hut an unt uk memperoleh manf aat yang opt imal dan lest ari sert a unt uk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanj ut an. Sasaran priorit as pencapaian visi j angka menengah Depart emen Kehut anan 2005-2009 sebagai berikut : 0. Pemberant asan pencurian kayu dan perdagangan kayu illegal; 0. Penerapan prinsip pengelolaan hut an lest ari ant ara lain dengan membangun minimal 1 sat u Unit Pengelolaan Hut an di set iap provinsi; 0. Pembangunan hut an t anaman seluas 5 j ut a Ha dan rehabilit asi hut an dan lahan seluas 5 j ut a Ha; 0. Pembent ukan 20 unit Taman Nasional mandiri; 0. Peningkat an pendapat an masyarakat di dalam dan sekit ar hut an sebesar 30 ; 0. Pengukuhan kawasan hut an minimal 30 dari luas kawasan hut an yang ada. B. MISI Berdasarkan UU No. 41 t ahun 1999 t ent ang Kehut anan dan UU No. 5 t ahun 1990 t ent ang Sumberdaya Alam Hayat i dan Ekosist emnya sert a perset uj uan DPR-RI periode 2004-2009 t anggal 1 Desember 2004 misi Depart emen Kehut anan dalam pembangunan kehut anan dit et apkan sebagai berikut : 0. Menj amin keberadaan hut an dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional; 0. Mengopt imalkan aneka f ungsi hut an dan ekosist em perairan yang meliput i f ungsi konservasi, lindung dan produksi kayu, non kayu dan j asa lingkungan unt uk mencapai manf aat lingkungan sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lest ari; 0. Meningkat kan daya dukung Daerah Aliran Sungai DAS; 0. Mendorong peran sert a masyarakat ; 0. Menj amin dist ribusi manf aat yang berkeadilan dan berkelanj ut an; 0. Memant apkan koordinasi ant ara pusat dan daerah.

BAB 3 KONDISI SAAT INI

Kondisi hut an dan kehut anan di Indonesia sampai dengan t ahun 2004 digambarkan sebagai berikut : A. EKOLOGI Sampai dengan t ahun 2004, dari kawasan hut an Indonesia seluas 120, 35 j ut a ha t elah dit unj uk oleh Ment eri Kehut anan seluas 109, 9 j ut a ha. Kawasan hut an t ersebut t erdiri dari hut an konservasi seluas 23, 24 j ut a ha, hut an lindung seluas 29, 1 j ut a ha, hut an produksi t erbat as seluas 16, 21 j ut a ha, hut an produksi seluas 27, 74 j ut a ha, dan hut an produksi yang dapat dikonversi seluas 13, 67 j ut a ha. Berdasarkan hasil-hasil penelit ian, hut an dan perairan Indonesia memiliki kekayaan alam hayat i yang t inggi, t ercermin dengan keanekaragaman j eni s sat wa dan f lora. Sej auh ini kekayaan t ersebut diindikasikan dengan j umlah mamalia 515 j enis 12 dari j enis mamalia dunia, 511 j enis rept ilia Gambar 3. Kebakaran hutan Populasi dan dist ribusi kekayaan t ersebut saat ini mengalami penurunan sebagai akibat pemanf aat an Sumber Daya Hut an SDH yang kurang bij aksana ant ara lain: pemanf aat an yang berlebihan f lora f auna, perubahan perunt ukan kawasan hut an legal dan illegal, bencana alam, dan kebakaran hut an. Kebakaran hut an yang t erj adi pada t ahun 1997 1998 t ercat at seluas 5, 2 j ut a ha Gambar 3. Gambar 4. Lahan krit is Sampai dengan t ahun 2002 t ercat at luas kawasan hut an yang t erdegradasi seluas 59, 7 j ut a hekt ar, sedangkan lahan krit is di dalam dan di luar kawasan hut an t ercat at seluas 42, 1 j ut a hekt ar. Sebagian dari lahan t ersebut berada pada Daerah Aliran Sungai DAS yang dipriorit askan unt uk direhabilit asi. Sampai dengan t ahun 2004, pemerint ah t elah mempriorit as-kan 458 DAS, diant aranya 282 merupakan priorit as I dan II Gambar 4. Pemerint ah t elah menet apkan perlindungan t erhadap 57 j enis t umbuhan dan 236 j enis sat wa yang t erancam punah dengan Perat uran Pemerint ah No. 7 t ahun 1999 t ent ang Pengawet an Jenis Tumbuhan dan Sat wa. Dalam upaya menangani perdagangan t umbuhan dan sat wa yang mendekat i kepunahan, Indonesia t elah menandat angani konvensi CITES dan mendaf t arkan sej umlah 1. 053 j enis t umbuhan dan sej umlah 1. 384 j enis sat wa dalam appendix I dan II. Gambar 5. Grafik Perkembangan Luas Kawasan Konservasi Dalam rangka mempert ahankan ekosist em dan keanekaragaman hayat inya, sampai dengan t ahun 2004 Pemerint ah t elah menet apkan kawasan konservasi darat an yait u: 44 unit Taman Nasional Pada t at aran global, selain akt if di CITES, Indonesia merat if ikasi dan t erlibat akt if dalam UNCCC, Kyot o Prot ocol, UNCBD, UNCCD, Konvensi RAMSAR dan World Herit age. Selain it u Indonesia j uga berperan akt if dalam commit t ee on f orest COFO FAO, ITTO dan UNFF sert a kesepakat an- kesepakat an lain yang bersif at global dan regional. B. SOSIAL Berdasarkan sensus penduduk BPS t ahun 2003, mengindikasikan j umlah penduduk Indonesia mencapai 220 j ut a orang. CIFOR 2004 dan BPS 2000 menggambarkan bahwa kurang lebih 48, 8 j ut a diant aranya t inggal di sekit ar kawasan hut an dan sekit ar 10, 2 j ut a orang diant aranya t ergolong dalam kat egori miskin. Penduduk yang bermat a pencaharian langsung dari hut an sekit ar 6 j ut a orang dan sebanyak 3, 4 j ut a orang diant aranya bekerj a di sekt or swast a kehut anan. Secara t radisi, pada umumnya masyarakat t ersebut memiliki mat a pencaharian dengan memanf aat kan produk-produk hut an, baik kayu maupun bukan kayu al. rot an, damar, gaharu, lebah madu. Keadaan pendidikan dan kesehat an penduduk sekit ar hut an pada umumnya t idak sebaik di perkot aan. Akses t erhadap f asilit as t ersebut di at as dapat dikat akan rendah. Seiring dengan kondisi t ersebut , sanit asi perumahan dan lingkungan sert a f asilit as umum masih kurang memadai. Dengan meningkat nya j umlah dan kepadat an penduduk di dalam dan sekit ar kawasan hut an, kondisi kualit as sosial penduduk di sekit ar hut an secara umum menurun. Upaya unt uk meningkat kan kondisi sosial masyarakat di dalam dan sekit ar hut an, t elah dilakukan pemerint ah ant ara lain melalui: Pembinaan Masyarakat Desa Hut an PMDH oleh 169 pemegang HPH di luar j awa, Pengelolaan Hut an Bersama Masyarakat PHBM oleh Perum Perhut ani di Jawa, sert a Hut an Kemasyarakat an HKm. Pada t ahun 2003 t ercat at pelaksanaan PMDH sebanyak 267 desa 20. 542 KK, dan HKm seluas 50. 644 ha. Program Social Forest ry dicanangkan Presiden 2 Juli 2003 di Palangkaraya. Program ini dimaksudkan memberi kesempat an kepada masyarakat set empat sebagai pelaku dan at au mit ra ut ama dalam pengelolaan sumberdaya hut an. Sampai saat ini t elah dilaksanakan f asilit asi kelembagaan berupa pembent ukan kelompok usaha produkt if dan penyusunan rencana kegiat an ant ar sekt or pada 7 provinsi. C. EKONOMI Pemanf aat an hut an secara komersial t erut ama di hut an alam, yang dimulai sej ak t ahun 1967, t elah menempat kan kehut anan sebagai penggerak perekonomian nasional. Indonesia t elah berhasil merebut pasar ekspor kayu t ropis dunia yang diawali dengan ekspor log, kayu kergaj ian, kayu lapis, dan produk kayu lainnya. Selama 1992 - 1997 t ercat at devisa sebesar US 16. 0 milyar, dengan kont ribusi t erhadap PDB t ermasuk indust ri kehut anan rat a-rat a sebesar 3, 5 BPS, 2004. Pada t ahun 2003 ekspor kehut anan secara resmi dilaporkan sej umlah US 6, 6 milyar at au sekit ar 13, 7 dari nilai seluruh ekspor non migas. Ekspor t ersebut t erdiri dari kayu lapis, kayu gergaj ian, dan kayu olahan sebesar US 2, 8 milyar, pulp and paper sebesar US 2, 4 milyar dan f urnit ure sebesar US 1, 1 milyar dan sisanya berasal dari kayu olahan lain. Tet api menurut perkiraan, karena t idak t ercat at seluruhnya j umlah t ersebut dapat mencapai lebih dari US 8, 0 milyar, CIFOR, 2003. Sungguhpun demikian masa keemasan indust ri kehut anan mulai t ahun 1990 mengalami penurunan. Hal t ersebut digambarkan ant ara lain dengan penur unan j umlah unit pengusahaan hut an HPH dari 560 unit t ahun 1990 dengan ij in produksi 27 j ut a m3, menj adi 270 unit HPH t ahun 2002 dengan ij in produksi 23, 8 j ut a m3. Gambar 6. Realisasi Produksi Kayu Bulat Penurunan berlanj ut pada t ahun 2003 dengan ij in produksi 6, 8 j ut a m3 dan t ahun 2004 dengan ij in produksi 5, 8 j ut a m3. Sedangkan realisasi t ot al produksi kayu bulat dari berbagai sumber produksi dari t ahun 1997-2003 sepert i pada Gambar 6. Penerimaan pemerint ah dari pungut an Dana Reboisasi DR, Bunga Jasa Giro DR, Provisi Sumber Daya hut an PSDH, Iuran Hak Pengusahaan Hut an Tanaman Indust ri , Iuran Hak Pengusahaan Hut an, Ekspor Sat wa Liar, Denda Pelanggaran Eksploit asi Hut an dan Pungut an Usaha Pariwisat a Alam dan Iuran Usaha Pariwisat a Alam pada t ahun 1999 mencapai Rp. 3, 33 t rilyun, sedangkan pada t ahun 2003 Rp. 2, 72 t rilyun. Gambar 7 Gambar 7. Grafik Perkembangan PNBP Kehutanan Pemanf at aan hut an dari t ahun 1989 sampai dengan 2003 menunj ukkan penurunan baik luasan areal dan j umlah unit pengusahaannya. Jumlah unit pengusahaan hut an pada t ahun 2003 t ercat at 267 unit at au menurun sebesar 52, 1 dibandingkan pada t ahun 1989 Gambar 8 Gambar 8. Perkembanan Ijin Pemanfaatan Hutan Jumlah indust ri pengolahan kayu sampai dengan t ahun 2003 t ercat at t ot al mencapai 1881 unit dengan rincian: 1. 618 unit sawmill dengan kapasit as 11, 048 j ut a m3; 107 unit Plymill dengan kapasit as 9, 43 j ut a m3; 6 unit indust ri pulpmill dengan kapait as 3, 98 j ut a m3, 78 indust ri blockboard dengan kapasit as 2, 08 j ut a m3; dan 73 unit indust ri pengolahan kayu lainnya dengan kapasit as 3, 15 j ut a m3. Gambar 9. Hasil Hutan bukan Kayu Rotan Gambar 10. Rehabilitasi Pelaksanaan reboisasi pada t ahun 1999 t ercat at seluas 12. 102 ha dan pada t ahun 2003 meningkat menj adi 52, 200 ha. Kegiat an Rehabilit asi Hut an dan Lahan RHL melalui Gerakan Rehabilit asi Hut an dan Lahan Gerhan sampai dengan j uni 2004 mencapai 252 ribu ha Gambar 10. Pembangunan Hut an Tanaman Indust ri HTI j uga menunj ukkan angka yang menj anj ikan walaupun proses pelaksanaannya relat if lambat . Mulai t ahun 1989 sampai dengan t ahun 2003 t ercat at sebanyak 96 unit HTI yang diberi ij in areal seluas 5, 4 j ut a ha. Tet api sampai dengan Tahun 2004 realisasi penanaman HTI t ercat at hanya mencapai 3, 12 j ut a ha. Gambar 11 Gambar 11. Perkembangan HTI Pada t ahun 2000, penyerapan t enaga kerj a pada sekt or kehut anan mulai dari penanaman, pemanf aat an sampai dengan indust ri t ercat at 3. 092. 470 orang, dengan rat a-rat a pendapat an pekerj a di HPH sebesar Rp. 7, 3 j ut a t ahun orang, dan unt uk di indust ri Rp. 3. 3 j ut a t ahun orang BPS, 2000. Pembangunan kehut anan sej auh ini memiliki kont ribusi yang besar t erhadap pembangunan wilayah. Hal ini dit unj ukkan dengan t erbukanya wilayah-wilayah t erpencil melalui ket ersedian j alan HPH bagi masyarakat di dalam dan sekit ar hut an, bert ambahnya kesempat an kerj a, peningkat an pendapat an pemerint ah daerah dan masyarakat . D. KELEMBAGAAN Sesuai dengan Surat Keput usan Ment eri Kehut anan Nomor 123 Kpt s-II 2001, Organisasi Depart emen Kehut anan t erdiri dari Sekret ariat Jenderal, Inspekt orat Jenderal, Direkt orat Jenderal Dit j en Bina Produksi Kehut anan, Dit j en Rehabilit asi Lahan dan Perhut anan Sosial, Dit j en Perlindungan Hut an dan Konservasi Alam, Badan Planologi Kehut anan dan Badan Lit bang Kehut anan sert a didukung oleh 5 St af Ahli Ment eri Gambar 12. Gambar 12. St rukt ur Organisasi Departemen Kehutanan Sesuai dengan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan dan UU No. 32 Tahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah, Penyelenggaraan Kehut anan di daerah t erdiri dari : 0. Desent ralisasi pelimpahan wewenang dan t anggung j awab berada di Provinsi dan Kabupat en Kot a; 0. Dekonsent rasi yang dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis UPT Depart emen Kehut anan; 0. Perbant uan, t ugas-t ugas pusat dilaksanakan oleh daerah. Dalam melaksanakan dekonsent rasi, Depart emen Kehut anan memiliki UPT yang t erdiri dari Balai Pengelolaan DAS 31 unit ; Balai Pemant apan Kawasan Hut an 11 unit ; Balai Konservasi Sumberdaya Alam 32 unit , Balai Taman Nasional 33 unit , Balai Sert if ikasi Penguj i Hasil Hut an 17 unit , Balai Lit bang Teknologi DAS 2 unit , Balai Lit bang Hut an Tanaman 2 unit , Balai Lit bang Kehut anan 8 unit , Balai Persut eraan Alam 1 uni t , Balai Teknologi Perbenihan 1 unit , Balai Diklat Kehut anan 7 unit , Balai Perbenihan dan Tanaman Hut an 6 unit . Unt uk mencapai sinkronisasi-koordinasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kehut anan di pusat dan daerah melalui Keput usan Ment eri Kehut anan No. SK. 103 Menhut -II 2004, Depart emen kehut anan membent uk Pusat Pengendalian Pembangunan Kehut anan Regional di 4 Regional, masing-masing: Regional I wilayah Sumat ra; Regional II wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara; Regional III wilayah Kalimant an, Regional IV wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua. Gambar 13. Pegawai Berdasarkan Pendidikan Gambar 14. Pegawai Berdasarkan Usia Gambar 15. Pegawai Berdasarkan Golongan. Gambar 16. Pegawai Pusat dan Daerah Sampai dengan Mei 2004 j umlah pegawai Depart emen Kehut anan t ercat at sebesar 14. 875 orang t erdiri dari 3. 392 orang pegawai pusat dan 11. 483 orang pegawai UPT. Berdasarkan t ingkat pendidikan hampir 70 pegawai t ersebut berpendidikan Sekolah Dasar SD sampai dengan Sekolah Lanj ut an Tingkat At as SLTA Gambar 13 dan 43 diant aranya berusia ant ara 37-46 t ahun Gambar 14. Berdasarkan golongan kepangkat an pegawai sebesar 54 berst at us golongan I dan II Gambar 15, sedangkan secara gender j umlah pegawai wanit a lebih sedikit dibanding laki-laki baik di pusat maupun di daerah Gambar 16. Sampai dengan akhir t ahun 2004 pembangunan, kebij akan dan langkah kegiat an di sekt or kehut anan dipayungi oleh perat uran perundang-undangan ant ara lain: 0. UU No. 5 t ahun 1990 t ent ang Konservasi Sumberdaya Alam Hayat i dan Ekosist emnya; 0. UU No. 24 t ahun 1992 t ent ang Penat aan Ruang; 0. UU Nomor 41 t ahun 1999 t ent ang Kehut anan yang merupakan penyempurnaan UU No. 5 t ahun 1967; 0. UU No. 25 t ahun 2004 t ent ang Sist em perencanaan Pembangunan Nasional; 0. UU No. 32 t ahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah yang merupakan penyempurnaan UU. No. 22 t ahun 1999; 0. UU No. 33 t ahun 2004 t ent ang Perimbangan Keuangan Pemerint ah Pusat dan Pemerint ahan Daerah yang merupakan penyempurnaan UU. No. 25 t ahun 1999; 0. Perat uran Pemerint ah PP sebagai penj abaran dari UU. No. 41 t ahun 1999, ant ara lain: PP. No. 34 t ahun 2002 t ent ang Tat a Hut an dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hut an, Pemanf aat an Hut an dan Penggunaan Kawasan Hut an; PP. No. 35 t ahun 2002 t ent ang Dana Reboisasi; PP. No. 44 t ahun 2004 t ent ang Perencanaan Kehut anan; PP. No. 45 t ahun 2004 t ent ang Perlindungan Hut an. Unt uk mendukung kelembagaan yang t umbuh di masyarakat , dan pengembangan SDM sert a penelit ian pemerint ah mengalokasikan kawasan hut an dengan t uj uan khusus KDTK, Sampai saat ini t elah dit unj uk sebanyak 22 KDTK yang seluruhnya didedikasikan unt uk kegiat an penelit ian. KONDISI YANG DIINGINKAN Pembangunan kehut anan ke depan dit uj ukan unt uk mewuj udkan pengelolaan hut an lest ari yang dapat memberikan kesej aht eraan masyarakat yang secara umum t ercermin pada kondisi ekologi, sosial, ekonomi dan kelembagaan. Dengan memperhat ikan kondisi sumberdaya hut an saat ini, kondisi umum yang diinginkan adalah: 1. Sumberdaya hut an dikelola secara opt imal sesuai dengan daya dukungnya; 2. Ekonomi masyarakat t erut ama pada masyarakat yang t erlibat dalam pengelolaan sumberdaya hut an meningkat sampai dengan t araf sej aht era; 3. Produk hukum di bidang kehut anan yang berkeadilan dit egakan dan dit erapkan secara konsist en; 4. Kewenangan dan t anggungj awab di bidang kehut anan didelegasikan secara bert ahap kepada pemerint ah daerah unt uk meningkat kan pelayanan di bidang kehut anan ; 5. Pengelolaan sumberdaya hut an yang opt imal didukung dengan pengembangan Ilmu Penget ahuan dan Teknologi ipt ek, sumberdaya manusia yang prof esional dan sarana prasarana yang memadai. A. EKOLOGI Kondisi ekologi dalam j angka menengah yang diinginkan sebagai berikut : Gambar 17. Kondisi ideal hutan tanaman 0. Kawasan hut an dipert ahankan melalui sinkronisasi dan koordinasi dalam penat aan ruang, pengukuhan kawasan hut an penunj ukan, penat aan bat as, pemet aan dan penet apan, sert a opt imalisasi penat agunaan kawasan hut an; 0. Keberadaan hut an t erj amin dan berj alan sesuai f ungsinya konservasi, lindung dan produksi; 0. Proses ekosist em esensial berj alan opt imal dan keanekaragaman hayat i sumberdaya hut an t erj aga. ; 0. Daerah Aliran Sungai DAS dikelola secara opt imal agar f ungsinya sebagai sist em penyangga kehidupan t erpelihara. B. SOSIAL Kondisi sosial dalam j angka menengah yang diinginkan sebagai berikut : 0. Manf aat hut an meningkat dan t erdist ribusi secara adil dan merat a t erut ama t erhadap masyarakat yang kehidupannya bergant ung kepada sumberdaya hut an; 0. Peran sert a masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hut an meningkat secara proporsional sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki; 0. Keberadaan masyarakat adat dan hak ulayat di dalam dan sekit ar hut an diakui sesuai dengan ket ent uan yang berlaku dan t araf kehidupannya meningkat ; 0. Kualit as kesej aht eraan masyarakat pendidikan dan kebudayaan, kesehat an, perumahan dan lingkungan yang bergant ung pada sumber daya hut an t erut ama yang berada di dalam dan sekit ar hut an meningkat . C. EKONOMI 0. Kont ribusi sekt or kehut anan t erhadap Pendapat an Domest ik Brut o PDB baik dari kayu, bukan kayu dan j asa lingkungan meningkat secara proporsional dan bert ahap; 0. Penyerapan t enaga kerj a dibidang pemanf aat an hut an, pembangunan HTI, pengolahan hasil hut an, konservasi dan j asa lingkungan meningkat ; 0. Pendapat an riil masyarakat yang bergant ung pada sumberdaya hut an t erut ama yang berada di dalam dan sekit ar kawasan hut an meningkat ; 0. Sekt or kehut anan berperan nyat a dalam pembangunan dan pengembangan wilayah; 0. Aneka usaha kehut anan berskala kecil dan menengah dapat berj alan dan t erj amin keberlanj ut anya mulai dari pemenuhan bahan baku sampai pemasaran; 0. Indust ri kehut anan berskala besar, mulai dari pemanf aat an sampai dengan pengolahan hasil hut an berkembang secara ef isien, berkelanj ut an dan berdaya saing t inggi yang didorong iklim usaha yang kondusif . D. KELEMBAGAAN Kondisi kelembagaan dalam j angka menengah yang diinginkan sebagai berikut : 0. Organisasi Depart emen Kehut anan berj alan secara ef ekt if , ef isien dan opt imal sesuai dengan t ugas pokok dan f ungsinya; 0. Kelembagaan unit -unit pengelolaan pada Hut an Konservasi, Hut an Lindung dan Hut an Produksi Kesat uan Pengalolaan Hut an Konservasi KPHK, Kesat uan Pengelolaan Hut an Lindung KPHL, Kesat uan Pengelolaan Hut an Produksi unt uk mendukung pelaksanaan pengelolaan hut an lest ari t erbent uk dan secara operasional berj alan; 0. Regulasi dan kebij akan yang berkait an dengan pengurusan hut an dan kehut anan perencanaan kehut anan, pengelolaan hut an, penelit ian dan pengembangan, pendidikan dan lat ihan, penyuluhan, pengawasan dan pengendalian, sert a pemberdayaan masyarakat t ersedia dan dapat dilaksanakan; 0. Lembaga non pemerint ah yang berkait an dengan kehut anan dapat berkembang dan menj adi mit ra part ner, kat alisat or dan kont rol yang ef isien dan ef ekt if bagi penyelenggaraan kehut anan; 0. Sumber Daya Manusia SDM kehut anan yang pr of esional t ersedia dan t erdist ribusi secara proporsional t erut ama di wilayah-wilayah unit pengelolaan hut an sert a didukung dengan sist em karier dan insent if yang memadai; 0. Jej aring kerj a yang berkait an dengan kehut anan t erbina dan secara bert ahap berkembang; 0. Sarana dan prasarana pendukung kegiat an pembangunan kehut anan t ersedia dan memadai; 0. Pengawasan dan pengendalian pembangunan kehut anan berj alan ef ekt if sert a didukung oleh pengawasan masyarakat ; 0. Anggaran unt uk penyelenggaraan kehut anan t ersedia dan memadai sert a t erj adwal dengan baik.

BAB 5 IDENTIFIKASI MASALAH