Indikator Inferioritas Sebab dan Akibat

berada di wilayah kepribadian yang di permukaan. Biasanya ini terkait dengan pengetahuan, keahlian, informasi, atau sikap. Misalnya saja kita minder berdampingan dengan orang yang lebih alim, lebih hebat, atau lebih banyak menguasai informasi. Keminderan sekunder ini biasanya lebih mudah diubah ketimbang keminderan primer. Umumnya, keminderan primer itu adanya di alam bawah sadar kita. Sedangkan keminderan sekunder itu adanya di alam sadar kita. Hal lain lagi yang perlu kita ketahui juga terkait dengan keminderan ini adalah, ada bentuk keminderan tertentu yang berasal dari opini kita tentang diri kita perseptual. Keminderan perseptual itu misalnya kita punya penilaian yang kurang atau penilaian yang negatif tentang diri sendiri. Banyak orang yang menilai dirinya tidak mampu padahal sebetulnya kemampuan itu dimiliki. Ada juga keminderan faktual, misalnya terkait dengan kecacatan fisik, kelas ekonomi, status sosial, dan seterusnya. Bahkan kalau melihat literatur psikologi, di sana ada yang disebut keminderan personal dan keminderan sosial. Keminderan sosial adalah berbagai bentuk keminderan yang dialami oleh masyarkat atau bangsa tertentu. Kita sering mendengar bahwa bangsa kita ini termasuk bangsa yang minder secara mental dan kultural dibanding dengan bangsa lain yang sudah maju.

2.2.1 Indikator Inferioritas

Mengacu pada catatan Gilmer 1975, tanda-tanda inferioritas yaitu antara lain: 1. Punya reaksi yang berlebihan terhadap kritik. 2. Punya kecenderungan untuk merasa dikritik. 3. Menghindari orang lain. 4. Punya respon positif terhadap bujukan, iming-iming yang tidak rasional, pujian atau sanjungan yang sifatnya menjilat atau mencari muka. 5. Kebaikan yang didasari kelemahan. 6. Cenderung menjelek-jelekkan atau mengkritik kritik destruktif orang lain. Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Sebab dan Akibat

Keminderan itu dapat menghambat keinginan kita untuk berprestasi ke tingkat yang kita inginkan. Seringkali keminderan itulah yang menghambat upaya kita untuk menjadi sosok yang kita inginkan. Semua orang menginginkan kesuksesan, tetapi sayangnya hanya sedikit orang yang sanggup mengalahkan ketakutannya untuk menjadi sukses. Bentuk ketakutan kita itu antara lain: takut adanya risiko-risiko yang belum tentu terjadi, takut dengan jangan-jangan, tidak pede dalam mengambil keputusan atau melangkah, rakus pada orang lain, berjiwa kerdil, mudah kalut menghadapi realitas karena tidak yakin dengan hukum pembalasan, dan lain-lain. Secara umum, efek keminderan itu terkait dengan tiga hal berikut ini: 1. Menghambat kemampuan kita dalam mengembangkan pontensi atau dalam merealisasikan keinginan visi. 2. Menghambat kemampuan kita dalam berinteraksi dengan orang lain. 3. Menghambat kemampuan kita dalam menghadapi realitas hidup. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar keminderan kita, berarti semakin buruk kemampuan kita di dalam tiga hal itu. Sebaliknya, semakin rendah kadar keminderan kita, berarti kemampuan kita di dalam merealisasikan potensi, kemampuan kita dalam bergaul, dan kemampuan kita dalam menghadapi realitas pun semakin bagus. Kalau melihat kerangka kerja kecerdasan emosional The Bar on Model of EQ, munculnya keminderan itu merupakan bukti adanya hubungan Intrapersonal yang perlu diperbaiki di beberapa bagian. Tanda-tanda orang yang punya Intrapersonal bagus itu antara lain adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Self-Regard: punya persepsi, punya pemahaman, dan punya penerimaan-diri yang akurat. 2. Emotion Self Awareness: punya kesadaran terhadap berbagai emosi yang muncul di dalam dirinya. 3. Assertiveness: punya kemampuan mengekspresikan perasaan secara konstruktif dan efektif. 4. Independence: punya kematangan dan keberlimpahan emosi, bahagia dengan dirinya sendiri, mandiri. 5. Self Actualization: punya tujuan yang terus direalisasikan dengan mengembangkan potensinya. Apa sajakah yang menjadi peyebab kita menjadi orang yang inferior terhadap diri kita ? Untuk inferioritas yang sifatnya general, primer atau mental, sebab-sebab yang umum itu antara lain: 1. Pola asuh dan pola perlakuan keluarga yang kita terima sewaktu masih kecil. Keluarga yang banyak menanamkan opini negatif, penilaian negatif, atau pikiran negatif bisa menjadi salah satu sumber inferioritas. 2. Koreksi, evaluasi, peringatan atau pola mendidik yang cenderung menghakimi saat kita kecil juga bisa menjadi sumber keminderan. 3. Kecacatan fisik. 4. Pembatasan mental, baik yang kita lakukan sendiri atau yang dilakukan keluarga dan lingkungan. Ini misalnya kita selalu dibandingkan dengan orang lain yang bukan bandingannya atau diberi target yang melebihi ukuran proporsional sampai kita sering merasa putus asa. Universitas Sumatera Utara 5. Hukum kehidupan sosial yang berlaku di masyarakat tempat kita hidup. Misalnya saja terkait dengan perbedaan jender, kaya-miskin, darah biru-darah tidak biru, dan lain-lain. Bagaimana dengan keminderan sekunder atau yang sifatnya kondisional spesial. Sebagian besar, itu berangkat dari opini kita sendiri atau penilaian kita terhadap diri kita. Semua orang punya kebebasan untuk menciptakan opini apapun atau penilaian apapun terhadap dirinya. Yang membedakan adalah: ada penilaian yang sifatnya mencerahkan atau mendorong kemajuan dan ada penilaian yang sifatnya menggelapkan atau menghambat kemajuan kita.

2.2.3 Solusi Untuk Mengurangi Inferioritas