Analisis Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Inferioritas Serta Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar

(1)

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI

DENGAN INFERIORITAS SERTA PENGARUHNYA

TERHADAP PRESTASI BELAJAR

(Studi kasus pada mahasiswa-mahasiswi Diploma (D3) Statistika FMIPA USU)

TUGAS AKHIR

SURYO SUDIKDO

082407054

PROGRAM STUDI DIPLOMA (D3) STATISTIKA

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN INFERIORITAS SERTA PENGARUHNYA TERHADAP

PRESTASI BELAJAR

(Studi kasus pada mahasiswa-mahasiswi Diploma (D3) Statistika FMIPA USU)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Diploma (D3) dan memperoleh gelar Ahli Madya pada program studi Diploma (D3) Statistika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

SURYO SUDIKDO 082407054

PROGRAM STUDI DIPLOMA (D3) STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISIS HUBUNGAN ANTARA

KEPERCAYAAN DIRI DENGAN INFERIORITAS SERTA PENGARUHNYA TERHADAP

PRESTASI BELAJAR

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : SURYO SUDIKDO

Nomor Induk Mahasiswa : 082407054

Program Studi : DIPLOMA (D3) STATISTIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juni 2011

Komisi Pembimbing :

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU

Ketua, Pembimbing,

Prof. Drs. Tulus, Vordipl, M.Si, Ph.D Dra. Mardiningsih, M.Si NIP. 19620901 198803 1 002 NIP. 19630405 198811 2 001


(4)

PERNYATAAN

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN INFERIORITAS SERTA PENGARUHNYA

TERHADAPPRESTASI BELAJAR

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2011

SURYO SUDIKDO 082407054


(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpahan karunia-Nya akhirnya Tugas Akhir ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis baik dari segi pengetahuan, waktu, dan kemampuan penulis. Penulis berharap karya tugas akhir ini dapat berguna baik bagi diri sendiri maupun bagi orang-orang yang membacanya.

Tugas akhir ini penulis persembahkan kepada keluarga tercinta, Ayahanda Miswan dan Ibunda Mariani, Dono Suindarto, Nina Sari, Titin Handayani, dan Rini Atyumi. Yang selalu memberikan doa, cinta dan kasih saying serta dukungan sepenuhnya kepada penulis. Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Drs. Tulus, Vordipl, M.Si, Ph.D selaku Ketua Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Mardiningsih, M.Si selaku Sekretaris Departemen juga sebagai Pembimbing I yang bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis selama penyusunan tugas akhir ini.

4. Bapak Drs. Faigiziduhu Bu’ulolo, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma (D3) Statistika beserta seketarisnya Bapak Drs. Suwarno Ariswoyo, M.Si..

5. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu penulis selama ini..

Semoga penulis bisa membalas kebaikan dan perhatian kalian semua, dan apabila terkendala semoga Allah SWT yang dapat membalasnya. Amin.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Daftar Isi v

Daftar Tabel vi

Daftar Gambar vii

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 3

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Maksud dan Tujuan 4

1.5 Kegunaan Penelitian 5

1.6 Sistematika Penulisan 6

Bab 2 Kajian Teori 7

2.1 Konsep Percaya Diri 7

2.2 Inferioritas 14

2.3 Konsep Prestasi Belajar 21

Bab 3 Metode Penelitian 25

3.1 Desain/Kerangka Penelitian 25

3.2 Objek dan Pengukuran 26

3.3 Teknik Sampling 26

3.4 Teknik Analisis yang Digunakan 27

Bab 4 Hasil Penelitian 36

4.1 Data Hasil Penelitian 36

4.2 Uji Normalitas 37

4.3 Analisis Data Hasil Penelitian 38

4.4 Implementasi Sistem 48

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 54

5.1 Kesimpulan 54

5.2 Saran 57

Daftar Pustaka 58


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Tingkat Hubungan Koefisien Korelasi 29

Tabel 4.1 Data Hasil Penelitian 36

Tabel 4.2 Tabel Output Uji Normalitas 38

Tabel 4.3 Tabel Nilai-Nilai untuk Perhitungan Korelasi 39

Tabel 4.4 Output Korelasi 41

Tabel 4.5 Tabel Nilai-Nilai untuk Perhitungan Regresi 42

Tabel 4.6 Tabel ANAVA 45

Tabel 4.7 Output Model Regresi 46

Tabel 4.8 Tabel Output Uji Koefisien 47


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Desain Kerangka Penelitian 25

Gambar 4.1 Tampilan Data Editor SPSS Statistics 19 49

Gambar 4.2 Tampilan Input Data 49

Gambar 4.3 Uji Normalitas 50

Gambar 4.4 Uji Reliabilitas 51

Gambar 4.5 Analisis Korelasi 52

Gambar 4.6 Analisis Regresi 53

Gambar 5.1 Grafik Hubungan antara Inferioritas dengan Kepercayaan Diri 55 Gambar 5.2 Grafik Pengaruh Kepercayaan Diri terhadap Prestasi 55 Gambar 5.3 Grafik Pengaruh Inferioritas terhadap Prestasi 56


(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mungkin ada jutaan manusia yang berpikir, merasa, dan yakin bahwa di dalam dirinya tidak ada keunggulan, bakat, atau kelebihan apapun yang pantas diandalkan. Isi pikiran, isi perasaan, dan isi keyakinan semacam itu, entah kita sadari atau tidak, lama kelamaan membentuk sebuah kesimpulan di dalam batin, membentuk citra diri, membentuk opini tentang diri, membentuk defenisi diri yang kita ciptakan sendiri tentang diri kita.

Rasa percaya diri adalah satu diantara aspek-aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan manusia. Rasa percaya diri sangat membantu manusia dalam perkembangan kepribadiannya. Karena itulah rasa kepercayaan diri sangat dibutuhkan manusia dalam menjalani hidupnya.

Inferioritas merupakan kebalikan dari superioritas (rasa percaya diri yang terlalu tinggi). Inferioritas itu adalah minder atau rasa rendah diri. Inferioritas adalah perasaan yang relatif tetap (persistent) tentang ketidakmampuan diri atau munculnya kecenderungan untuk merasa kurang atau menjadi kurang sehingga tidak bisa menunjukkan kebolehannya secara optimal.


(10)

Kloosterman (1988: 348) meneliti para pelajar School in South Central Indiana dengan jumlah 266 wanita dan 233 pria. Ia meneliti tentang rasa percaya diri pada pelajar. Ternyata rasa percaya diri sangat penting bagi pelajar untuk berhasil dalam belajar matematika. Dengan adanya rasa percaya diri, maka akan lebih termotivasi dan lebih menyukai untuk belajar matematika, sehingga pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi lebih berhasil dalam belajar matematika.

Martin (1974: 2) melakukan penelitian tentang rasa percaya diri pada 144 pelajar Indian pada BIA Boerding School yang berada di Oklahoma. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih cepat untuk menyelesaikan studinya dibandingkan dengan pelajar yang memiliki rasa percaya diri lebih rendah.

Dari hasil penelitian yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri mempunyai pengaruh terhadap prestasi, motivasi belajar, stres pada individu, dan penyesuaian sosial. Rasa percaya diri yang rendah dapat menghambat potensi dan kelebihan seseorang, sehingga menyulitkan orang tersebut untuk berprestasi. Berdasarkan kesimpulan ini penulis tertarik untuk mengambil topik ini sebagai bahan penelitian dalam penyusunan Tugas Akhir dengan judul: “ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN INFERIORITAS SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR”, untuk studi kasus pada mahasiswa program studi D3 (Diploma) Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.


(11)

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian sepintas diatas mengenai kepercayaan diri dan inferioritas, dapat disimpulkan pertanyaan-pertanyaan yang menjadi pokok bahasan dalam kajian ini yaitu:

1. Apakah tingkat kepercayaan diri mahasiswa-mahasiswi yang menjadi objek penelitian tergolong tinggi atau rendah ?

2. Apakah kepercayaan diri dan inferioritas memiliki hubungan satu sama lain baik hubungan positif maupun negatif ?

3. Apakah kepercayaan diri dan inferioritas berpengaruh terhadap prestasi mahasiswa, baik pengaruh secara simultan maupun parsial ?

Dengan demikian, usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas adalah upaya pencarian dan penelurusan mengenai kepercayaan diri dan inferioritas, serta prestasi yang dicapai mahasiswa yang menjadi objek penelitian.

1.3 Batasan Masalah

Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dalam hal ini yang nantinya akan diteliti hanyalah faktor kepercayaan diri dan inferioritas, tanpa mengikut sertakan faktor-faktor yang lain.

2. Tingkat kepercayaan diri mahasiswa-mahasiswi objek penelitian.

3. Untuk uji validitas dan reliabilitas, uji normalitas data hasil penelitian, uji signifikansi (uji F), uji koefisien (uji t) dalam penelitian ini akan diolah dengan


(12)

4. Asumsi multikolinieritas (hubungan antar variabel bebas yang terlalu tinggi) dalam hal ini variabel kepercayaan diri dengan inferioritas tidak akan dibahas jika nantinya setelah dicari tahu ternyata terjadi. Analisis hubungan antar variabel bebas dalam penelitian ini hanya dilakukan untuk mengetahui tingkat dan arah hubungan keduanya.

5. Objek penelitian adalah mahasiswa-mahasiswi program studi D3 (Diploma) Statistika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara angkatan 2008, 2009, dan 2010.

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian

Dalam melaksanakan suatu kegiatan penelitian diharapkan adanya maksud dan tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai dari pelaksanaan kegiatan penelitian tersebut.

1.4.1 Maksud Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fakta, data dan hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan variabel-variabel kepercayaan diri, inferioritas, dan prestasi belajar mahasiswa serta menganalisis hubungan dan pengaruh antar variabel tersebut.


(13)

1.4.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan untuk:

1. Menentukan tingkat kepercayaan diri objek penelitian.

2. Menganalisis hubungan antara kepercayaan diri dan inferioritas dalam diri mahasiswa-mahasiswi objek penelitian.

3. Menganalisis pengaruh kepercayaan diri dan inferioritas terhadap prestasi belajar mahasiswa baik pengaruh secara gabungan (simultan) ataupun pengaruh secara sendiri (parsial).

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Praktis

Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi yang berguna untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dan pengembangan diri mahasiswa terutama di bidang psikologis. Bagi penulis, seluruh rangkaian kegiatan dan hasil penelitian diharapkan dapat lebih memantapkan dan memaksimalkan kemampuan dan kelebihannya dalam fungsi keilmuan yang dipelajari selama mengikuti program perkuliahan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

2. Kegunaan Akademis

Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna untuk dijadikan acuan bagi sivitas akademika.


(14)

1.6 Sistematika Penulisan

Penyus unan laporan penelitian ini dibagi menjadi atas 5 (lima) bab dan masing-masing bab saling berhubungan satu dengan yang lainnya, yaitu:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Pada Bab ini penulis menguraikan hal-hal yang menjadi latar belakang diadakannya penelitian, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, serta sistematika penulisan laporan penelitian.

BAB 2 : KAJIAN TEORI

Bab ini berisikan uraian mengenai teori-teori pendukung dalam penelitian ini. Teori-teori yang dimaksud adalah teori-teori mengenai variabel-variabel penelitian yaitu teori kepercayaan diri, inferioritas, dan prestasi belajar. Indikator-indikator tiap variabel juga dipaparkan yang nantinya akan digunakan untuk menyusun instrumen penelitian. Hipotesis atau jawaban sementara dari permasalahan juga akan dibahas di bagian ini.

BAB 3 : METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang desain/kerangka penelitian, objek pengukuran, teknik sampling, dan teknik analisis data yang digunakan.

BAB 4 : HASIL

Bab ini berisi hasil dari penelitian yang telah dilakukan serta pembahasannya. Pada bagian ini juga akan membahas implementasi sistem komputasi yang digunakan.

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN


(15)

BAB 2

KAJIAN TEORI

2.1 Konsep Percaya Diri

Pernahkah anda mengalami krisis kepercayaan diri atau dalam bahasa sehari-hari "tidak pede" dalam menghadapi suatu situasi atau persoalan ? Hampir setiap orang pernah mengalami krisis kepercayaan diri dalam rentang kehidupannya, sejak masih anak-anak hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut. Sudah tentu, hilangnya rasa percaya diri menjadi sesuatu yang amat mengganggu, terlebih ketika dihadapkan pada tantangan ataupun situasi baru. Individu sering berkata pada diri sendiri, "Dulu saya tidak penakut seperti ini... kenapa sekarang jadi begini ?". Ada juga yang berkata: "Kok saya tidak seperti dia yang selalu percaya diri... rasanya selalu saja ada yang kurang dari diri saya... saya malu menjadi diri saya !".

Menyikapi kondisi seperti tersebut diatas maka akan muncul pertanyaan dalam benak kita: mengapa rasa percaya diri begitu penting dalam kehidupan individu. Lalu apakah kurangnya rasa percaya diri dapat diperbaiki sehingga tidak menghambat perkembangan individu dalam menjalankan tugas sehari-hari maupun dalam hubungan interpersonal.

Percaya Diri (Self Confidence) adalah meyakinkan pada kemampuan dan penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih pendekatan yang efektif. Hal ini termasuk kepercayaan atas kemampuannya menghadapi lingkungan yang semakin menantang dan kepercayaan atas keputusan atau pendapatnya. Orang yang tidak percaya diri akan merasa terus menerus jatuh, takut untuk mencoba, merasa ada yang salah dan khawatir (Elly Risman, 2003: 151).


(16)

Rusaknya kepercayaan diri tidak dapat tumbuh dalam satu hari. Lingkungan banyak punya andil membentuknya. Elly Risman mengibaratkan jiwa manusia sebagai kendi tabungan tua, kakek, nenek, teman, guru, tetangga adalah orang-orang disekitar, yang mengisi atau bahkan menguras kendi itu.

2.1.1 Perkembangan Rasa Percaya Diri

2.1.1.1 Pola Asuh

Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri bukanlah diperoleh secara instant, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini, dalam kehidupan bersama orangtua. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun faktor pola asuh dan interaksi di usia dini, merupakan faktor yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri. Sikap orangtua, akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. Orangtua yang menunjukkan kasih, perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan membangkitkan rasa percara diri pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai di mata orangtuanya. Dan, meskipun ia melakukan kesalahan, dari sikap orangtua anak melihat bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak dicintai dan dihargai bukan tergantung pada prestasi atau perbuatan baiknya, namun karena eksistensinya. Di kemudian hari anak tersebut akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistik terhadap diri seperti orangtuanya meletakkan harapan realistik terhadap dirinya.

2.1.1.2 Pola Pikir Negatif

Dalam hidup bermasyarakat, setiap individu mengalami berbagai masalah, kejadian, bertemu orang-orang baru, dsb. Reaksi individu terhadap seseorang atau pun sebuah peristiwa, amat dipengaruhi oleh cara berpikirnya. Individu dengan rasa percaya diri


(17)

yang lemah, cenderung mempersepsikan segala sesuatu dari sisi negatif. Ia tidak menyadari bahwa dari dalam dirinyalah semua negativisme itu berasal. Pola pikir individu yang kurang percaya diri, bercirikan antara lain:

1. Menekankan keharusan-keharusan pada diri sendiri ("saya harus bisa begini...saya harus bisa begitu"). Ketika gagal, individu tersebut merasa seluruh hidup dan masa depannya hancur.

2. Cara berpikir totalitas dan dualisme: "kalau saya sampai gagal, berarti saya memang jelek".

3. Pesimistik yang futuristik: satu saja kegagalan kecil, individu tersebut sudah merasa tidak akan berhasil meraih cita-citanya di masa depan. Misalnya, mendapat nilai C pada salah satu mata kuliah, langsung berpikir dirinya tidak akan lulus sarjana.

4. Tidak kritis dan selektif terhadap self criticism: suka mengkritik diri sendiri dan percaya bahwa dirinya memang pantas dikritik.

5. Labeling: mudah menyalahkan diri sendiri dan memberikan sebutan-sebutan

negatif, seperti "saya memang bodoh...", "saya ditakdirkan untuk jadi orang susah...", dsb.

6. Sulit menerima pujian atau pun hal-hal positif dari orang lain. Ketika orang memuji secara tulus, individu langsung merasa tidak enak dan menolak mentah-mentah pujiannya. Ketika diberi kesempatan dan kepercayaan untuk menerima tugas atau peran yang penting, individu tersebut langsung menolak dengan alasan tidak pantas dan tidak layak untuk menerimanya.

7. Suka mengecilkan arti keberhasilan diri sendiri: senang mengingat dan bahkan membesar-besarkan kesalahan yang dibuat, namun mengecilkan keberhasilan yang pernah diraih. Satu kesalahan kecil, membuat individu langsung merasa


(18)

2.1.2 Memupuk Rasa Percaya Diri

Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Beberapa saran berikut mungkin layak menjadi pertimbangan jika anda sedang mengalami krisis kepercayaan diri.

2.1.2.1 Evaluasi Diri Secara Obyektif

Belajar menilai diri secara obyektif dan jujur. Susunlah daftar "kekayaan" pribadi, seperti prestasi yang pernah diraih, sifat-sifat positif, potensi diri baik yang sudah diaktualisasikan maupun yang belum, keahlian yang dimiliki, serta kesempatan atau pun sarana yang mendukung kemajuan diri. Sadari semua aset-aset berharga anda dan temukan aset yang belum dikembangkan. Pelajari kendala yang selama ini menghalangi perkembangan diri anda, seperti: pola berpikir yang keliru, niat dan motivasi yang lemah, kurangnya disiplin diri, kurangnya ketekunan dan kesabaran, tergantung pada bantuan orang lain, atau pun sebab-sebab eksternal lain. Hasil analisa dan pemetaan terhadap SWOT (Strengths, Weaknesses, Obstacles and Threats) diri, kemudian digunakan untuk membuat dan menerapkan strategi pengembangan diri yang lebih realistik.

2.1.2.2 Beri Penghargaan yang Jujur Terhadap Diri

Sadari dan hargailah sekecil apapun keberhasilan dan potensi yang anda miliki. Ingatlah bahwa semua itu didapat melalui proses belajar, berevolusi dan transformasi diri sejak dahulu hingga kini. Mengabaikan/meremehkan satu saja prestasi yang pernah diraih, berarti mengabaikan atau menghilangkan satu jejak yang membantu anda menemukan jalan yang tepat menuju masa depan. Ketidakmampuan menghargai diri sendiri, mendorong munculnya keinginan yang tidak realistik dan berlebihan, contoh: ingin cepat kaya, ingin cantik, populer, mendapat jabatan penting dengan


(19)

segala cara. Jika ditelaah lebih lanjut semua itu sebenarnya bersumber dari rasa rendah diri yang kronis, penolakan terhadap diri sendiri, ketidakmampuan menghargai diri sendiri hingga berusaha mati-matian menutupi keaslian diri.

2.1.2.3 Positive Thinking

Cobalah memerangi setiap asumsi, prasangka atau persepsi negatif yang muncul dalam benak anda. Anda bisa katakan pada diri sendiri, bahwa nobody is perfect dan

it's okay if I made a mistake. Jangan biarkan pikiran negatif berlarut-larut karena tanpa

sadar pikiran itu akan terus berakar, bercabang dan berdaun. Semakin besar dan menyebar, makin sulit dikendalikan dan dipotong. Jangan biarkan pikiran negatif menguasai pikiran dan perasaan anda. Hati-hatilah agar masa depan anda tidak rusak karena keputusan keliru yang dihasilkan oleh pikiran keliru. Jika pikiran itu muncul, cobalah menuliskannya untuk kemudian di review kembali secara logis dan rasional. Pada umumnya, orang lebih bisa melihat bahwa pikiran itu ternyata tidak benar.

2.1.2.4 Gunakan Self Affirmation

Untuk memerangi negative thinking, gunakan self affirmation yaitu berupa kata-kata yang membangkitkan rasa percaya diri. Contohnya:

1. Saya pasti bisa !!!

2. Saya adalah penentu dari hidup saya sendiri. Tidak ada orang yang boleh menentukan hidup saya !

3. Saya bisa belajar dari kesalahan ini. Kesalahan ini sungguh menjadi pelajaran yang sangat berharga karena membantu saya memahami tantangan.

4. Sayalah yang memegang kendali hidup ini. 5. Saya bangga pada diri sendiri.


(20)

2.1.2.5 Berani Mengambil Risiko

Berdasarkan pemahaman diri yang obyektif, anda bisa memprediksi risiko setiap tantangan yang dihadapi. Dengan demikian, anda tidak perlu menghindari setiap risiko, melainkan lebih menggunakan strategi-strategi untuk menghindari, mencegah ataupun mengatasi risikonya. Contohnya, anda tidak perlu menyenangkan orang lain untuk menghindari risiko ditolak. Jika anda ingin mengembangkan diri sendiri (bukan diri seperti yang diharapkan orang lain), pasti ada risiko dan tantangannya. Namun, lebih buruk berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa daripada maju bertumbuh dengan mengambil risiko. Ingat: No Risk, No Gain.

2.1.2.6 Belajar Mensyukuri dan Menikmati Rahmat Tuhan

Ada pepatah mengatakan yang mengatakan orang yang paling menderita hidupnya adalah orang yang tidak bisa bersyukur pada Tuhan atas apa yang telah diterimanya dalam hidup. Artinya, individu tersebut tidak pernah berusaha melihat segala sesuatu dari kaca mata positif. Bahkan kehidupan yang dijalaninya selama ini pun tidak dilihat sebagai pemberian dari Tuhan. Akibatnya, ia tidak bisa bersyukur atas semua berkat, kekayaan, kelimpahan, prestasi, pekerjaan, kemampuan, keahlian, uang, keberhasilan, kegagalan, kesulitan serta berbagai pengalaman hidupnya. Ia adalah ibarat orang yang selalu melihat matahari tenggelam, tidak pernah melihat matahari terbit. Hidupnya dipenuhi dengan keluhan, rasa marah, iri hati dan dengki, kecemburuan, kekecewaan, kekesalan, kepahitan dan keputusasaan. Dengan "beban" seperti itu, bagaimana individu itu bisa menikmati hidup dan melihat hal-hal baik yang terjadi dalam hidupnya ? Tidak heran jika dirinya dihinggapi rasa kurang percaya diri yang kronis, karena selalu membandingkan dirinya dengan orang-orang yang membuat "cemburu" hatinya. Oleh sebab itu, belajarlah bersyukur atas apapun yang anda alami dan percayalah bahwa Tuhan pasti menginginkan yang terbaik untuk hidup anda.


(21)

2.1.2.7 Menetapkan Tujuan yang Realistik

Anda perlu mengevaluasi tujuan-tujuan yang anda tetapkan selama ini, dalam arti apakah tujuan tersebut sudah realistik atau tidak. Dengan menerapkan tujuan yang lebih realistik, maka akan memudahkan anda dalam mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian anda akan menjadi lebih percaya diri dalam mengambil langkah, tindakan dan keputusan dalam mencapai masa depan, sambil mencegah terjadinya risiko yang tidak diinginkan.

2.1.3 Indikator Percaya Diri/Rasa Percaya Diri

Indikator percaya diri adalah merupakan suatu hasil yang nampak pada diri seseorang. Contohnya apabila seseorang berani melakukan suatu aktivitas dan kelihatannya ia tidak ragu memilih dan membuat apa yang harus dibuatnya. Berikut beberapa indikator kepercayaan diri:

1. Tampil Percaya Diri.

Bekerja sendiri tanpa perlu supervisi, mengambil keputusan tanpa perlu persetujuan orang lain.

2. Bertindak Independen.

Bertindak di luar otoritas formal agar pekerjaan bisa terselesaikan dengan baik, namun hal ini dilakukan demi kebaikan, bukan karena tidak mematuhi prosedur yang berlaku.

3. Menyatakan Keyakinan atas Kemampuan Sendiri.

Menggambarkan dirinya sebagai seorang ahli, seseorang yang mampu mewujudkan sesuatu menjadi kenyataan, seorang penggerak, atau seorang narasumber. Secara eksplisit menunjukkan kepercayaan akan penilaiannya sendiri. Melihat dirinya lebih baik dari orang lain.


(22)

4. Memilih Tantangan atau Konflik.

Menyukai tugas-tugas yang menantang dan mencari tanggung jawab baru. Bicara terus terang jika tidak sependapat dengan orang lain yang lebih kuat, tetapi mengutarakannya dengan sopan. Menyampaikan pendapat dengan jelas dan percaya diri walaupun dalam situasi konflik.

2.2 Inferioritas

Menurut pemahaman umum, inferioritas itu adalah minder. Dalam kamus bahasa Indonesia, inferioritas itu diartikan dengan rasa rendah diri. Inferioritas adalah perasaan yang relatif tetap (persistent) tentang ketidakmampuan diri atau munculnya kecenderungan untuk merasa kurang atau menjadi kurang, self diminishment (Encyclopedia Britannica: 2006).

Dalam literatur olahraga, orang disebut minder apabila orang itu tidak sanggup menunjukkan kebolehannya secara optimal karena tidak bisa mendamaikan konflik antara keinginan untuk mendapatkan pengakuan dan keinginan untuk menghindari hinaan atau takut cercaan (Sports Science and Medicine: 2007).

Dalam praktiknya, ada keminderan yang sifatnya spesifik atau di bidang tertentu atau di wilayah hidup tertentu. Misalnya saja anda merasa rendah diri ketika menghadiri acara tertentu, perlombaan tertentu atau tes tertentu. Konon, Napoleon Bonaparte itu sangat minder ketika diminta untuk menjawab ujian lisan. Padahal, Napoleon adalah sosok pemberani di lapangan pertempuran. Banyak orang yang enak berbicara di situasi tertentu tetapi merasa minder ketika diminta berbicara di situasi yang berbeda. Ini contoh keminderan yang sifatnya spesifik.

Ada yang disebut dengan istilah primary dan secondary inferiority. Keminderan primer adalah keminderan yang adanya terletak di wilayah kepribadian kita yang paling dalam (core personality). Biasanya ini terkait dengan nilai-nilai yang kita anut, atau motif. Keminderan primer biasa disebut juga dengan keminderan


(23)

berada di wilayah kepribadian yang di permukaan. Biasanya ini terkait dengan pengetahuan, keahlian, informasi, atau sikap. Misalnya saja kita minder berdampingan dengan orang yang lebih alim, lebih hebat, atau lebih banyak menguasai informasi. Keminderan sekunder ini biasanya lebih mudah diubah ketimbang keminderan primer. Umumnya, keminderan primer itu adanya di alam bawah sadar kita. Sedangkan keminderan sekunder itu adanya di alam sadar kita.

Hal lain lagi yang perlu kita ketahui juga terkait dengan keminderan ini adalah, ada bentuk keminderan tertentu yang berasal dari opini kita tentang diri kita (perseptual). Keminderan perseptual itu misalnya kita punya penilaian yang kurang atau penilaian yang negatif tentang diri sendiri. Banyak orang yang menilai dirinya tidak mampu padahal sebetulnya kemampuan itu dimiliki. Ada juga keminderan faktual, misalnya terkait dengan kecacatan fisik, kelas ekonomi, status sosial, dan seterusnya.

Bahkan kalau melihat literatur psikologi, di sana ada yang disebut keminderan personal dan keminderan sosial. Keminderan sosial adalah berbagai bentuk keminderan yang dialami oleh masyarkat atau bangsa tertentu. Kita sering mendengar bahwa bangsa kita ini termasuk bangsa yang minder (secara mental dan kultural) dibanding dengan bangsa lain yang sudah maju.

2.2.1 Indikator Inferioritas

Mengacu pada catatan Gilmer (1975), tanda-tanda inferioritas yaitu antara lain:

1. Punya reaksi yang berlebihan terhadap kritik. 2. Punya kecenderungan untuk merasa dikritik. 3. Menghindari orang lain.

4. Punya respon positif terhadap bujukan, iming-iming yang tidak rasional, pujian atau sanjungan yang sifatnya menjilat atau mencari muka.


(24)

2.2.2 Sebab dan Akibat

Keminderan itu dapat menghambat keinginan kita untuk berprestasi ke tingkat yang kita inginkan. Seringkali keminderan itulah yang menghambat upaya kita untuk menjadi sosok yang kita inginkan. Semua orang menginginkan kesuksesan, tetapi sayangnya hanya sedikit orang yang sanggup mengalahkan ketakutannya untuk menjadi sukses.

Bentuk ketakutan kita itu antara lain: takut adanya risiko-risiko yang belum tentu terjadi, takut dengan "jangan-jangan", tidak pede dalam mengambil keputusan atau melangkah, rakus pada orang lain, berjiwa kerdil, mudah kalut menghadapi realitas karena tidak yakin dengan hukum pembalasan, dan lain-lain. Secara umum, efek keminderan itu terkait dengan tiga hal berikut ini:

1. Menghambat kemampuan kita dalam mengembangkan pontensi atau dalam merealisasikan keinginan (visi).

2. Menghambat kemampuan kita dalam berinteraksi dengan orang lain.

3. Menghambat kemampuan kita dalam menghadapi realitas (hidup).

Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar keminderan kita, berarti semakin buruk kemampuan kita di dalam tiga hal itu. Sebaliknya, semakin rendah kadar keminderan kita, berarti kemampuan kita di dalam merealisasikan potensi, kemampuan kita dalam bergaul, dan kemampuan kita dalam menghadapi realitas pun semakin bagus. Kalau melihat kerangka kerja kecerdasan emosional (The Bar on

Model of EQ), munculnya keminderan itu merupakan bukti adanya hubungan

Intrapersonal yang perlu diperbaiki di beberapa bagian. Tanda-tanda orang yang punya Intrapersonal bagus itu antara lain adalah:


(25)

1. Self-Regard: punya persepsi, punya pemahaman, dan punya penerimaan-diri

yang akurat.

2. Emotion Self Awareness: punya kesadaran terhadap berbagai emosi yang

muncul di dalam dirinya.

3. Assertiveness: punya kemampuan mengekspresikan perasaan secara

konstruktif dan efektif.

4. Independence: punya kematangan dan keberlimpahan emosi, bahagia dengan

dirinya sendiri, mandiri.

5. Self Actualization: punya tujuan yang terus direalisasikan dengan

mengembangkan potensinya.

Apa sajakah yang menjadi peyebab kita menjadi orang yang inferior terhadap diri kita ? Untuk inferioritas yang sifatnya general, primer atau mental, sebab-sebab yang umum itu antara lain:

1. Pola asuh dan pola perlakuan keluarga yang kita terima sewaktu masih kecil. Keluarga yang banyak menanamkan opini negatif, penilaian negatif, atau pikiran negatif bisa menjadi salah satu sumber inferioritas.

2. Koreksi, evaluasi, peringatan atau pola mendidik yang cenderung menghakimi saat kita kecil juga bisa menjadi sumber keminderan.

3. Kecacatan fisik.

4. Pembatasan mental, baik yang kita lakukan sendiri atau yang dilakukan keluarga dan lingkungan. Ini misalnya kita selalu dibandingkan dengan orang lain yang bukan bandingannya atau diberi target yang melebihi ukuran proporsional sampai kita sering merasa putus asa.


(26)

5. Hukum kehidupan sosial yang berlaku di masyarakat tempat kita hidup. Misalnya saja terkait dengan perbedaan jender, kaya-miskin, darah biru-darah tidak biru, dan lain-lain.

Bagaimana dengan keminderan sekunder atau yang sifatnya kondisional spesial. Sebagian besar, itu berangkat dari opini kita sendiri atau penilaian kita terhadap diri kita. Semua orang punya kebebasan untuk menciptakan opini apapun atau penilaian apapun terhadap dirinya. Yang membedakan adalah: ada penilaian yang sifatnya mencerahkan atau mendorong kemajuan dan ada penilaian yang sifatnya menggelapkan atau menghambat kemajuan kita.

2.2.3 Solusi Untuk Mengurangi Inferioritas

Adakah orang yang tidak punya inferioritas sama sekali ? Kalau yang kita pakai rujukan adalah kehidupan manusia, tentunya hampir bisa dikatakan tidak ada. Semua manusia memiliki perasaan demikian. Bedanya, ada yang stadiumnya rendah, menengah dan tinggi. Ada yang general dan ada yang spesifik, ada yang primer dan ada yang sekunder, ada yang personal dan ada yang sosial (kultural).

Karena itu, tugas kita sebetulnya bukanlah menghilangkannya dari diri kita (karena ini tidak mungkin). Tugas kita adalah mengurangi atau melawan dan menggunakannya untuk kebaikan. Kalau melihat ajaran agama, tidak ada perintah yang tegas agar kita menjadi orang yang pemberani setegas perintah agar kita menjadi orang yang tidak takut. Kalimatnya adalah: jangan takut dan jangan sedih.

Tidak takut berbeda dengan pemberani. Tidak takut itu sudah melalui proses kesadaran dan perlawanan. Sedangkan pemberani, belum tentu. Bahkan jika keberanian itu mengarah ke agresivitas dan impulsivitas, keberanian yang seperti ini justru timbul dari ketakutan atau keminderan. Mark Twain sendiri mengatakan bahwa keberanian itu adalah kemampuan anda dalam menguasai rasa takut, bukan menghilangkan rasa takut. Berikut beberapa solusi untuk mengurangi dan melawan inferioritas:


(27)

Pertama, mendeteksi dan menerima. Dari sekian bentuk keminderan itu, manakah yang paling dekat dengan kita, manakah yang benar-benar kita rasakan dampak buruknya, manakah yang benar-benar kita merasa terhambat ? Proses deteksi ini bisa kita lakukan sendiri dan bisa melalui bantuan orang lain. Orang lain ini bisa personal dan bisa institusi (lembaga). Bahkan sekarang ini sudah banyak lembaga yang menawarkan jasa melalui internet. Setelah kita berhasil mendeteksi, barulah kita menyusun persiapan mental untuk menerimanya. Sejauh kita belum bisa menerima, kita akan masih kesulitan untuk menguasainya, melawannya, atau memperbaikinya. Mana mungkin kita akan memperbaiki sesuatu yang tidak kita temukan kesalahannya atau kekurangannya. Menerima adalah syarat untuk bisa memperbaiki. Jadi, menerima di sini bukan tujuan akhir, melainkan proses untuk bisa memperbaiki.

Kedua, mulai memperbaiki image diri, potret diri, atau konsepsi diri. Ini semua adalah serangkaian opini, perasaan dan keyakinan tertentu yang kita ciptakan untuk diri kita. Artinya, kita perlu mengecek seperti apa kita mempersepsikan diri sendiri atau menilai diri sendiri. Orang yang menilai dirinya belum pantas berhasil di bidang tertentu dengan standar tertentu akan melakukan sesuatu berdasarkan penilaiannya itu. Orang yang belum mengalahkan ketakutannya untuk menjadi pengusaha (misalnya begitu), karena merasa belum pantas atau lainnya, tidak mungkin akan mengambil keputusan untuk menjadi pengusaha. Sama juga seperti orang yang mau menikah. Orang yang menilai dirinya belum memiliki alasan yang kuat dan tepat untuk menikah, sangat sulit untuk mengambil keputusan menikah. Susah atau mudah, memperbaiki self image ini penting. Kegagalan lembaga pendidikan formal dalam mencetak SDM (Sumber Daya Manusia) yang handal adalah terkait juga dengan kurikulumnya. Kurikulum sekolah sebaiknya didesain dengan menekankan empat unsur di bawah ini:

1. Perbaikan citra diri dan perkembangan pribadi. 2. Pelatihan keterampilan hidup.

3. Belajar tentang cara belajar dan cara berpikir.


(28)

Ketiga, lawanlah ketakutan itu dengan kesadaran (full consciousness). Jangan melawan ketakutan untuk berbicara di depan orang lain dengan berbicara seenaknya, lepas kontrol atau berbicara sembarangan. Jangan melawan ketakutan untuk berkreasi atau berusaha dengan langsung mengundurkan diri dari pekerjaan sekarang tanpa perhitungan atau dengan melanggar tatanan organisasi. Jangan melawan ketakutan pada pasangan (suami-istri) dengan perlawanan yang arogan dan agresif. Jangan melawan ketakutan untuk maju dengan memunculkan ambisi dan kerakusan yang berlebihan. Ini semua seringkali malah mengantarkan kita pada keminderan dan ketakutan dalam bentuk yang lain. Jadi bagaimana melawan ketakutan dengan kesadaran itu ? Kesadaran di sini maksudnya adalah: kita tahu akan kapasitas kita (berdasarkan ukuran pengetahuan dan pengalaman) dan kita pun tahu bahwa yang menjadi hambatan buat kita adalah munculnya ketakutan dan keminderan itu. Melawan ketakutan dengan kesadaran bukanlah melawan ketakutan kita terhadap orang lain atau berani melawan orang lain, tetapi lebih pada melawan ketakutan kita sendiri.

Keempat, temukan orang lain yang bisa membantu, temukan orang lain yang bisa kita jadikan contoh, temukan orang lain yang mengajak kita untuk melawan ketakutan itu, temukan orang lain yang bisa memperkuat keyakinan kita, temukan orang lain yang bisa mengajari kita. Orang lain yang kira-kira bisa memainkan peranan seperti ini tentunya ada, meskipun perlu kita cari. Tapi, selain perlu menemukan orang lain itu, yang penting di sini juga kesediaan kita untuk diajari, dibimbing, diberi masukan, diarahkan, mencontoh, mengambil pelajaran, membuka diri, dan lain-lain. Tidak semua perbaikan diri itu bisa kita lakukan tanpa orang lain.

Kelima, refresh pemahaman keimanan. Untuk ketakutan dan keminderan yang punya efek ke hal-hal vital dalam hidup kita, misalnya takut menghadapi realitas, takut mengambil keputusan penting, dll. maka me-refresh pemahaman keimanan menjadi penting. Selama ini kita hanya puas menerima pemahaman keimanan dari kulitnya padahal isinya pun sudah kita ketahui, karena itulah perlu adanya refresh. Kulitnya keimanan adalah menerima kebenaran dengan lisan, hati dan tindakan. Tindakan pun kita batasi hanya pada beberapa prilaku yang diatur oleh agama (institusional). Isinya adalah melakukan hal-hal yang benar berdasarkan kebenaran


(29)

yang kita yakini sampai kita tidak takut dan tidak bersedih oleh berbagai risiko sementara (misalnya gagal, sulit, rugi, dll.). Jadi misalnya kita takut untuk menjadi pengusaha padahal (menurut anda) semua resource dan kapasitas sudah kita miliki. Kita sudah melakukan hal-hal yang benar (kerja keras, membangun network, kreatif, tidak mencuri, tidak melakukan tindakan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), tidak memakai keuntungan untuk berfoya-foya dalam dosa), maka ketakutan seperti ini perlu dikalahkan oleh keimanan esensial itu sampai muncul sebuah kesimpulan bahwa semua yang kita lakukan itu pasti akan mendapatkan balasannya. Kepastian batin ini biasanya dihasilkan dari refreshment yang kita lakukan.

2.3 Konsep Prestasi Belajar

Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai setelah seseorang belajar. Menurut Ahmad Tafsir yang dikutip oleh Abu Muhammad Ibnu Adullah (2008), hasil belajar yang diharapkan itu merupakan suatu target atau tujuan pembelajaran yang meliputi 3 (tiga) aspek yaitu:

1. Tahu, mengetahui (knowing),

2. Terampil melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui itu (doing), dan 3. Melaksanakan yang ia ketahui itu secara rutin dan konsekuen (being).

Adapun menurut Benjamin S. Bloom, sebagaimana yang dikutip oleh Abu Muhammad Ibnu Abdullah (2008), bahwa hasil belajar diklasifikasikan ke dalam tiga ranah yaitu:

1. Ranah kognitif (cognitive domain), 2. Ranah afektif (affective domain), dan 3. Ranah psikomotor (psychomotor domain).

Bertolak dari kedua pendapat tersebut di atas, penulis lebih cenderung berpedoman kepada pendapat Benjamin S. Bloom. Kecenderungan ini didasarkan


(30)

untuk mengetahui prestasi belajar yang dimaksudkan mudah dan dapat dilaksanakan, khususnya pada pembelajaran yang bersifat formal. Sedangkan ketiga aspek tujuan pembelajaran yang diajukan oleh Ahmad Tafsir sangat sulit untuk diukur. Walaupun pada dasarnya bisa saja dilakukan pengukuran untuk ketiga aspek tersebut, namun ia membutuhkan waktu yang tidak sedikit, khususnya pada aspek being, di mana proses pengukuran aspek ini harus dilakukan melalui pengamatan yang berkelanjutan sehingga diperoleh informasi yang meyakinkan bahwa seseorang telah benar-benar melaksanakan apa yang ia ketahui dalam kesehariannya secara rutin dan konsekuen.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berkesimpulan bahwa jenis prestasi belajar itu meliputi 3 (tiga) ranah atau aspek, yaitu:

1. Ranah kognitif (cognitive domain), 2. Ranah afektif (affective domain), dan 3. Ranah psikomotor (psychomotor domain).

Adapun pengertian ke tiga domain tersebut menurut Sudjana (1989: 22) adalah “Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan berkemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni (a)gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c)kemampuan konseptual, (d)keharmonisan atau ketepatan, (e)gerakan keterampilan kompleks, dan (f)gerakan ekspresif dan interpretatif.”

Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar ialah dengan melihat indikator-indikatornya dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.


(31)

2.3.1 Tes Kemampuan Afektif

Tes kemampuan afektif merupakan jenis tes prestasi belajar yang diarahkan untuk mengetahui tingkat penguasaan aspek afektif pada pelajar. Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan sikap dan nilai-nilai positif yang dimiliki siswa. Dalam hal ini kita mencoba untuk mengukur tingkat perubahan sikap dan nilai-nilai positif yang dimiliki siswa dari sebelum belajar dan setelah selesai belajar.

Tes prestasi belajar pada aspek afektif ini terkait dengan moral, tingkah laku, kesehatan, dan berbagai nilai positif yang dimiliki sebagai bagian bangsa yang beradab. Seperti kita ketahui, setiap individu mempunyai kondisi awal yang berbeda sebab lingkungan hidup mereka yang berbeda. Pada umumnya, ketika pelajar mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran, tingkat kemampuannya dalam aspek afektif belum begitu maksimal. Bahkan, beberapa dari mereka sangat parah pola kehidupannya. Tetapi dengan mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran, maka kondisi tersebut dapat diubah. Dan, untuk mengetahui hasil proses pendidikan dan pembelajaran, maka diberlakukan tes prestasi belajar.

2.3.2 Tes Kemampuan Kognitif

Tes kemampuan kognitif merupakan jenis tes prestasi belajar yang terkait dengan pengetahuan hasil belajar. Selama proses belajar yang diikuti, pelajar mendapatkan berbagai macam pengetahuan yang sangat berguna bagi kehidupan. Pengetahuan inilah yang diharapkan dapat menjadi bekal menghadapi kehidupan yang lebih baik.

2.3.3 Tes Kemampuan Psikomotorik

Tes kemampuan psikomotor adalah terkait dengan keterampilan yang didapatkan dari proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan mengetahui tingkat kemampuan ini, maka kita dapat menentukan tingkat kemampuan pelajar untuk melakukan praktik bekerja, melakukan kegiatan kerja.


(32)

2.4 Hipotesis

Dari kajian teori-teori diatas, dapat kita simpulkan jawaban sementara dari permasalahan ini, yaitu:

1. Kepercayaan diri dan inferioritas berkorelasi negatif, dimana semakin tinggi tingkat kepercayaan diri maka semakin rendah tingkat inferioritasnya. Sebaliknya, jika tingkat kepercayaan diri semakin rendah maka semakin tinggi tingkat inferioritasnya.

2. Kepercayaan diri dan inferioritas memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar, baik pengaruh secara gabungan maupun sendiri-sendiri (parsial).

3. Anggapan banyak orang selama ini adalah inferioritas sama dengan kepercayaan diri yang rendah. Namun dari teori-teori diatas dapat kita lihat bahwa keduanya berbeda. Kepercayaan diri yang rendah lebih bersifat menyeluruh/universal. Sedangkan inferioritas hanya pada bagian-bagian tertentu dalam diri seseorang.


(33)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain/Kerangka Penelitian

Berdasarkan dari uraian latar belakang, perumusan masalah, dan teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dirumuskan seperti gambar desain berikut:

Menyatakan Hubungan Menyatakan Pengaruh Parsial Menyatakan Pengaruh Simultan Faktor-Faktor yang Tidak Diteliti INFERIORITAS

X2

PRESTASI BELAJAR Y

FAKTOR-FAKTOR LAIN KEPERCAYAAN DIRI


(34)

3.2 Objek dan Pengukuran

Objek penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswa jurusan D3 (Diploma) Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Jumlah objek yang akan diteliti berjumlah 30 mahasiswa dengan pertimbangan waktu dan biaya. Target penulis, dalam satu hari dapat memperoleh data dan informasi dari satu responden. Jadi penelitian studi lapangan berlangsung selama satu bulan.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen non-test dengan menggunakan angket atau kuesioner. Skala yang digunakan dalam pengukuran yaitu skala likert. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena. Variabel-variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator-indikator variabel yang telah dijabarkan pada bab 2 kajian teori. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Untuk keperluan analisis kuantitatif, jawaban itu akan diberi skor (1 – 5, disesuaikan dengan kebutuhan).

3.3 Teknik Sampling

Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa dipercaya dalam artian masih bisa mewakili karakteristik populasi, maka cara penarikan sampelnya harus dilakukan secara seksama. Cara pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel.

Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling/probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom

samping/nonprobability sampling. Yang dimaksud dengan random sampling adalah

cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai


(35)

kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya karena jauh tidak dipilih, artinya kemungkinannya 0 (nol).

Di setiap jenis teknik pemilihan tersebut, terdapat beberapa teknik yang lebih spesifik lagi. Pada sampel acak (random sampling) dikenal dengan istilah simple

random sampling, stratified random sampling, cluster sampling, systematic sampling,

dan area sampling. Pada nonprobability sampling dikenal beberapa teknik, antara lain adalah convenience sampling, purposive sampling, quota sampling, snowball

sampling.

Teknik sampling yang digunakan oleh penulis adalah Purposive Sampling yang mana sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Objek penelitian diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Dalam melakukan metode ini, peneliti berusaha sebaik mungkin untuk memilih sampel objek penelitian. Supaya memperoleh informasi yang akurat dan tepat untuk mencapai tujuan penelitian.

3.4 Teknik Analisis yang Digunakan

Adapun teknik analisis statistik yang akan digunakan penulis dalam melakukan pengolahan data penelitian ini yaitu teknik analisis korelasi dan analisis regresi. Berikut akan dipaparkan mengenai teknik analisis data tersebut agar lebih memudahkan pelaksanaan penelitian ini.


(36)

3.4.1 Analisis Korelasi

Teknik analisis korelasi merupakan bagian dari teknik pengukuran asosiasi (measure

of association) yang berguna untuk mengukur kekuatan hubungan dua variabel (atau

lebih). Terdapat beberapa teknik analisis korelasi, diantaranya yang paling terkenal dan digunakan secara luas diseluruh dunia ialah teknik analisis korelasi Pearson dan

Spearman.

Korelasi merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan dua variabel. Korelasi tidak secara otomatis menunjukkan hubungan kausalitas antar variabel. Hubungan dalam korelasi dapat berupa hubungan linier positif dan negatif. Interpretasi koefisien korelasi akan menghasilkan makna kekuatan, signifikansi dan arah hubungan kedua variabel yang diteliti. Untuk melihat kekuatan koefisien korelasi didasarkan pada jarak yang berkisar antara 0 sampai dengan 1. Untuk melihat signifikansi hubungan digunakan angka signifikansi/probabilitas/alpha. Untuk melihat arah korelasi dilihat dari angka koefisien korelasi yang menunjukkan positif atau negatif. Rumus korelasi product momen pearson:

1 1 1

2 2 2 2

1 1 1 1

( ) ( )

n n n

i i i i

i i i

n n n n

i i i i

i i i i

n X Y X Y

r

n X X n Y Y

= = = = = == − = − −

∑ ∑

(3.1)

Koefisien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. koefisien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya).


(37)

3.4.1.1 Interpretasi Korelasi

Ada tiga penafsiran hasil analisis korelasi meliputi: pertama melihat kekuatan hubungan dua variabel, kedua melihat signifikansi hubungan, dan ketiga melihat arah hubungan. Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan antara dua variabel dilakukan dengan melihat angka koefisien korelasi hasil perhitungan dengan menggunakan kriteria sbb:

1. Jika angka koefisien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak mempunyai hubungan.

2. Jika angka koefisien korelasi mendekati 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin kuat.

3. Jika angka koefisien korelasi mendekati 0, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin lemah.

4. Jika angka koefisien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna positif.

5. Jika angka koefisien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna negatif.

Tabel 3.1 Tingkat Hubungan Koefisien Korelasi Interval Koefisien (r) Interpretasi (Tingkat Hubungan)

Antara 0,80 – 1,00 Sangat Kuat Antara 0,60 – 0,79 Kuat Antara 0,40 – 0,59 Sedang Antara 0,20 – 0,39 Lemah


(38)

3.4.1.2 Koefisien Determinasi

Koefisien diterminasi dengan simbol r2 merupakan proporsi variabilitas dalam suatu data yang dihitung didasarkan pada model statistik. Definisi berikutnya menyebutkan bahwa r2 merupakan rasio variabilitas nilai-nilai yang dibuat model dengan variabilitas nilai data asli. Secara umum r2 digunakan sebagai informasi mengenai kecocokan suatu model. Dalam regresi r2 ini dijadikan sebagai pengukuran seberapa baik garis regresi mendekati nilai data asli yang dibuat model. Jika r2 sama dengan 1, maka angka tersebut menunjukkan garis regresi cocok dengan data secara sempurna.

Interpretasi lain ialah bahwa r2 diartikan sebagai proporsi variasi tanggapan yang diterangkan oleh regresor (variabel bebas/X) dalam model. Dengan demikian, jika r2 = 1 akan mempunyai arti bahwa model yang sesuai menerangkan semua variabilitas dalam variabel Y. Jika r2 = 0 akan mempunyai arti bahwa tidak ada hubungan antara regresor (X) dengan variabel Y. Dalam kasus misalnya jika r2 = 0,8 mempunyai arti bahwa sebesar 80% variasi dari variabel Y (variabel tergantung/response) dapat diterangkan dengan variabel X (variabel bebas/explanatory), sedang sisanya 0,2 dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tidak diketahui atau variabilitas yang inheren. Rumus untuk menghitung koefisien determinasi (KD) adalah KD = r2 x 100%. Variabilitas mempunyai makna penyebaran/distribusi seperangkat nilai-nilai tertentu. Dengan menggunakan bahasa umum, pengaruh variabel X terhadap Y adalah sebesar 80% sedang sisanya 20% dipengaruhi oleh faktor lain.

Dalam hubungannya dengan korelasi, maka r2 merupakan kuadrat dari koefisien korelasi yang berkaitan dengan variabel bebas (X) dan variabel Y (tergantung). Secara umum dikatakan bahwa r2 merupakan kuadrat korelasi antara variabel yang digunakan sebagai predictor (X) dan variabel yang memberikan

response (Y). Dengan menggunakan bahasa sederhana r2 merupakan koefisien

korelasi yang dikuadratkan. Oleh karena itu, penggunaan koefisien determinasi dalam korelasi tidak harus diinterpretasikan sebagai besarnya pengaruh variabel X terhadap Y mengingat bahwa korelasi tidak sama dengan kausalitas. Secara bebas dikatakan dua variabel mempunyai hubungan belum tentu variabel satu mempengaruhi variabel


(39)

lainnya. Lebih lanjut dalam konteks korelasi antara dua variabel maka pengaruh variabel X terhadap Y tidak tampak. Dengan menggunakan angka r2 kita tidak akan dapat membuktikan bahwa variabel X mempengaruhi Y.

Dengan demikian jika kita menggunakan korelasi sebaiknya jangan menggunakan koefisien determinasi untuk melihat pengaruh X terhadap Y karena korelasi hanya menunjukkan adanya hubungan antara variabel X dan Y. Jika tujuan riset hanya untuk mengukur hubungan maka sebaiknya berhenti saja di angka koefisien korelasi. Sedang jika kita ingin mengukur besarnya pengaruh variabel X terhadap Y sebaiknya menggunakan rumus lain, seperti regresi atau analisis jalur.

3.4.2 Analisis Regresi

Dalam penelitian ini, salah satu teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda ialah suatu alat analisis dalam ilmu statistik yang berguna untuk mengukur hubungan matematis antara lebih dari 2 peubah. Bentuk umum persamaan regresi linier berganda ialah sebagai berikut:

Menentukan b0, b1, b2, …, bk dapat menggunakan metode kuadrat terkecil melalui apa yang disebut dengan persamaan normal seperti berikut ini:


(40)

Bentuk persamaan matriks di atas termasuk ke dalam suatu sistem persamaan linier. Mencari atau menentukan b0, b1, b2, b3, …, bn berarti mencari atau menentukan solusi dari sistem persamaan linier (SPL). Mencari solusi SPL ada berbagai macam cara, diantaranya ialah Metode Eliminasi Gauss, Metode Invers (Metode Matriks yang diperbesar dan Metode Matriks Adjoin), dan Metode Cramer.

Metode Cramer merupakan metode yang paling populer dalam menentukan suatu solusi SPL (Sistem Persamaan Liniear) karena sifatnya yang mudah dipelajari dan sederhana. Menurut Cramer jika kita punya SPL (Sistem Persamaan Liniear) sebagai berikut:

Maka x1, x2, x3, …, xn dapat langsung dicari dengan membagi determinan matriks Aj dengan determinan matriks koefisien A. Dimana:


(41)

Adapun penelitian yang akan berlangsung ini hanya menggunakan 2 variabel bebas, maka analisis regresi ganda yang hanya melibatkan hanya dua prediktor saja yaitu:

Ŷ=b0+b1X1+b2X2

Dengan: Y = Prestasi

X1 = Kepercayaan Diri X2 = Inferioritas

3.4.2.1 Pengaruh Simultan

Uji simultan atau uji F, bertujuan untuk mengetahui pengaruh gabungan variabel -variabel X terhadap variabel Y. Nilai F hitung dapat ditentukan dengan formula:

Keterangan: R2 = Koefisien determinasi n = Banyaknya sampel m = Banyaknya varians

Apabila hasil perhitungan F hitung > F tabel, maka H0 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa variabel bebas regresi dapat menerangkan variabel terikat secara serentak. Sebaliknya jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel bebas dari model regresi berganda tidak mampu menjelaskan variabel terikat.


(42)

3.4.2.2 Pengaruh Parsial

Untuk menguji kemaknaan koefisien regresi parsial digunakan uji t. Nilai t dapat ditentukan dengan formula sebagai berikut:

Keterangan: r = Koefisien korelasi n = Banyaknya sampel

Apabila t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dengan demikian variabel bebas dapat menerangkan variabel terikat yang ada dalam model. Sebaliknya apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima, dengan demikian variabel bebas tidak dapat menjelaskan variabel terikat atau dengan kata lain tidak ada pengaruh parsial di antara variabel bebas (X1 maupun X2) dengan variabel terikat (Y) yang ingin diuji.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

3.4.3.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dengan variabel. Uji ini dilakukan untuk mengukur data yang telah didapat setelah penelitian. Macam validitas umumnya digolongkan dalam tiga kategori besar, yaitu validitas isi (content validity), validitas berdasarkan kriteria (criterion-related

validity) dan validitas konstruk. Pada penelitian ini akan dibahas hal menyangkut

validitas untuk menguji apakah pertanyaan-pertanyaan itu telah mengukur aspek yang sama. Untuk itu dipergunakanlah validitas konstruk.


(43)

Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel/item dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi pearson’s product moment.

Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai kritik. Selanjutnya, jika nilai koefisien korelasi product moment dari suatu pertanyaan tersebut sama dengan atau lebih besar dari nilai tabel kritik, maka pertanyaan tersebut signifikan.

3.4.3.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) adalah ukuran suatu kestabilan dan konsisten responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan daftar pertanyaan. Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan metode belah dua spearman-brown ataupun dengan korelasi alpha cronbach. Butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan reliabilitasnya.

Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu dengan teknik belah dua. Teknik ini diperoleh dengan membagi item-item yang sudah valid secara acak menjadi dua bagian. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan, sehingga diperoleh skor total untuk masing-masing item belahan. Selanjutnya skor total belahan pertama dan belahan kedua dicari korelasinya dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Angka korelasi yang dihasilkan lebih rendah daripada angka korelasi yang diperoleh jika alat ukur tersebut tidak dibelah. Kemudian nilai korelasi tersebut akan digunakan untuk mencari nilai korelasi

spearman-brown untuk kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Syarat

relabilitasnya adalah nilai tersebut harus sama dengan atau lebih besar dari nilai r tabel.


(44)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Data Hasil Penelitian

Adapun data hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner, harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan sudah tepat atau tidak. Dalam penelitian ini penulis menggunakan bantuan SPSS Statistics 19 sebagai alat bantu dalam menguji kevalidan dan kereliabilitasannya. Untuk hasil pengujian kevalidan dan kereliabilitasan data penelitian ini dapat dilihat di bagian lampiran. Berikut tabel data hasil penelitian yang telah diuji kevalidan dan kereliabilitasannya:

Tabel 4.1 Data Hasil Penelitian

Responden Kepercayaan Diri Inferioritas Prestasi Belajar

(X1) (X2) (Y)

1 29 12 26

2 31 27 28

3 34 8 31

4 21 18 18

5 24 15 27

6 29 12 25

7 27 10 23

8 30 14 34

9 27 16 32

10 34 8 30

11 31 8 28


(45)

13 36 25 27

14 34 11 33

15 25 22 18

16 30 11 31

17 40 7 35

18 22 10 20

19 26 21 22

20 34 12 30

21 31 12 29

22 28 17 26

23 26 10 21

24 27 22 25

25 34 15 31

26 32 9 25

27 30 13 29

28 31 8 25

29 31 15 26

30 34 13 31

Jumlah 893 411 806

4.2 Uji Normalitas

Untuk membuktikan apakah data berdistribusi normal atau tidak, maka perlu dilakukan uji normalitas. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS Statistics 19 untuk mempermudah dan mempersingkat waktu. Berikut tabel output hasil pengujian beserta interpretasinya:


(46)

Tabel 4.2 Tabel Output Uji Normalitas Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Kepercayaan Diri .104 30 .200* .978 30 .767

Inferioritas .159 30 .051 .902 30 .010

Prestasi Belajar .110 30 .200* .967 30 .459 a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Nilai signifikansi Kolgomorov-Smirnov untuk masing-masing variabel penelitian dapat kita lihat dari tabel diatas. Syarat untuk data berdistribusi normal ialah nilai signifikansi > 0,05. Dari tabel diatas dapat disimpulkan data hasil penelitian sudah berdistribusi normal. Untuk variabel inferioritas nilai signifikansi Kolgomorov

-Smirnov yang diperoleh sebesar 0.051. Angka ini dianggap kritis namun masih bisa

dianggap berdistribusi normal.

4.3 Analisis Data Hasil Penelitian

Data yang sudah diuji kenormalannya kemudian akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis korelasi dan regresi. Berikut tahapannya:

4.3.1 Analisis Korelasi

Untuk menjawab permasalahan mengenai hubungan antara variabel kepercayaan diri (X1) dan variabel inferioritas (X2), maka digunakanlah teknik analisis korelasi


(47)

1 2 1 2

1 1 1

2 2 2 2

1 1 2 2

1 1 1 1

( ) ( )

n n n

i i i i

i i i

n n n n

i i i i

i i i i

n X X X X

r

n X X n X X

= = = == = = − = − −

∑ ∑

(4.1)

Persamaan diatas merupakan adaptasi dari persamaan korelasi 3.1. Berikut tabel nilai-nilai X1 dan X2 yang diperlukan untuk menghitung nilai koefisien korelasi tersebut:

Tabel 4.3 Tabel Nilai-Nilai untuk Perhitungan Korelasi

X1 X2 X12 X22 X1X2

29 12 841 144 348

31 27 961 729 837

34 8 1156 64 272

21 18 441 324 378

24 15 576 225 360

29 12 841 144 348

27 10 729 100 270

30 14 900 196 420

27 16 729 256 432

34 8 1156 64 272

31 8 961 64 248

25 10 625 100 250

36 25 1296 625 900

34 11 1156 121 374

25 22 625 484 550

30 11 900 121 330

40 7 1600 49 280

22 10 484 100 220

26 21 676 441 546

34 12 1156 144 408

31 12 961 144 372


(48)

26 10 676 100 260

27 22 729 484 594

34 15 1156 225 510

32 9 1024 81 288

30 13 900 169 390

31 8 961 64 248

31 15 961 225 465

34 13 1156 169 442

893 411 27117 6445 12088

Masukkan nilai-nilai yang dibutuhkan ke dalam persamaan 4.1:

2 2

(30)(12088) (893)(411) 30(27117) (893) 30(6445) (411)

r= −

− −

362640 367023 16061 24429

r= −

4383 19807, 93

r= −

0, 221

r= −

Maka didapatlah nilai koesfisien korelasi antara variabel X1 dan X2 sebesar -0,221. Ini berarti hubungan antara variabel bebas kepercayan diri (X1) dan inferioritas (X2) negatif sempurna dan tak searah. Tak searah artinya jika nilai kepercayaan diri tinggi maka tingkat inferioritasnya rendah dan sebaliknya. Untuk mempermudah dan menyamakan hasil perhitungan, berikut tabel output korelasi dengan menggunakan bantuan SPSS Statistics 19:


(49)

Tabel 4.4 Output Korelasi Correlations

Kepercayaan

Diri Inferioritas Kepercayaan Diri Pearson Correlation 1 -.221

Sig. (2-tailed) .240

N 30 30

Inferioritas Pearson Correlation -.221 1

Sig. (2-tailed) .240

N 30 30

Korelasi antara variabel kepercayaan diri dan inferioritas tidak signifikan karena angka signifikansi 0,240 > 0,05. Untuk koefisien determinasi dapat dihitung yaitu KD = r2 x 100 % yaitu (-0,221)2 x 100 % = 4,9 % . Maknanya sumbangan 4,9 % variabel inferioritas ini dijelaskan oleh variabel kepercayaan diri, dan sisanya sebesar 95,1 % ditentukan variabel lain diluar penelitian.

4.3.2 Analisis Regresi

Untuk menjawab permasalahan mengenai pengaruh kepercayaan diri (X1) dan inferioritas (X2) terhadap prestasi belajar (Y) maka digunakanlah analisis regresi linier berganda. Berikut persamaan regresi linier berganda beserta cara mencarinya dengan menggunakan meotde matriks:


(50)

1 2

1 1 1

0 2

1 1 1 2 1 1

1 1 1 1 1

2 2

2 1 2 2 2

1 1 1 1 1

n n n

i i i

i i i

n n n n n

i i i i i i

i i i i i

n n n n n

i i i i i i

i i i i i

n X X Y

b

X X X X b X Y

b

X X X X X Y

== = = = = = = = = == =                 =                         

∑ ∑

∑ ∑

Berikut tabel nilai-nilai X1, X2, dan Y yang diperlukan untuk mencari persamaan regresi tersebut:

Tabel 4.5 Tabel Nilai-Nilai untuk Perhitungan Regresi

X1 X2 X12 X22 X1X2 Y X1Y X2Y

29 12 841 144 348 26 754 312

31 27 961 729 837 28 868 756

34 8 1156 64 272 31 1054 248

21 18 441 324 378 18 378 324

24 15 576 225 360 27 648 405

29 12 841 144 348 25 725 300

27 10 729 100 270 23 621 230

30 14 900 196 420 34 1020 476

27 16 729 256 432 32 864 512

34 8 1156 64 272 30 1020 240

31 8 961 64 248 28 868 224

25 10 625 100 250 20 500 200

36 25 1296 625 900 27 972 675

34 11 1156 121 374 33 1122 363

25 22 625 484 550 18 450 396

30 11 900 121 330 31 930 341

40 7 1600 49 280 35 1400 245

22 10 484 100 220 20 440 200

26 21 676 441 546 22 572 462


(51)

31 12 961 144 372 29 899 348

28 17 784 289 476 26 728 442

26 10 676 100 260 21 546 210

27 22 729 484 594 25 675 550

34 15 1156 225 510 31 1054 465

32 9 1024 81 288 25 800 225

30 13 900 169 390 29 870 377

31 8 961 64 248 25 775 200

31 15 961 225 465 26 806 390

34 13 1156 169 442 31 1054 403

893 411 27117 6445 12088 806 24433 10879

Maka matriksnya menjadi seperti berikut ini:

0 1 2

30 893 411 806

893 27117 12088 24433

411 12088 6445 10879

b b b           =                 

Misalkan matriks pertama adalah matriks A, kemudian matriks kedua yang berelemenkan bo, b1, dan b2 adalah matriks B, dan matriks terakhir adalah matriks C. Maka sesuai dengan hukum perkalian matriks, A.B = C. Untuk mencari nilai-nilai bo, b1, dan b2 yang merupakan elemen dari matriks B, digunakan metode Cramer yang disesuaikan dari persamaan 3.2 yaitu:

Nilai determinan matriks A:

12438116 ) 144056733 ( 702984781 859479630 ) 11145087 10794584 ( 411 ) 4968168 5755385 ( 893 ) 146119744 174769065 ( 30 6445 12088 411 12088 27117 893 411 893 30 = − + − = − + − − − = = A A A


(52)

Nilai determinan matriks A1:

1

1 1

1

806 893 411

24433 27117 12088 10879 12088 6445

806(174769065 146119744) 893(157470685 131505352) 411(295346104 295005843)

23091352726 23187042369 139847271 44157628

A A A A = = − − − + − = − + =

Nilai determinan matriks A2:

2

2 2

2

30 806 411

893 24433 12088 411 10879 6445

30(157470685 131505352) 806(5755385 4968168) 411(9714947 10041963)

778959990 634496902 ( 134403576) 10059512

A A A A = = − − − + − = − + − =

Nilai determinan matriks A3:

3

3 3

3

30 893 806

893 27117 24433 411 12088 10879

30(295005843 295346104) 893(9714947 10041963) 806(10794584 11145087)

10207830 ( 292025288) ( 282505418) 687960

A A A A = = − − − + − = − − − + − = −


(53)

Maka: 0553106 , 0 12438116 687960 80876493 , 0 12438116 10059512 55018622 , 3 12438116 44157628 3 2 2 1 1 0 − = − = = = = = = = = A A b A A b A A b

Didapatlah nilai b0 = 3,55; b1 = 0,81; dan b2 = -0,05. Jadi persamaan regresi linier bergandanya adalah: Ŷ = 3,55 + 0,81X 1 – 0,05X2. Kemudian untuk mengetahui apakah model ini bisa diterima atau tidak perlu dilakukan uji kelinieran (uji F) dengan menggunakan tabel ANAVA. Berikut outputnya dengan menggunakan bantuan SPSS Statistics 19:

Tabel 4.6 Tabel ANAVA ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 365.746 2 182.873 19.308 .000a

Residual 255.721 27 9.471

Total 621.467 29

a. Predictors: (Constant), Inferioritas, Kepercayaan Diri b. Dependent Variable: Prestasi Belajar

Hipotesis : H1: Model regresi signifikan (terdapat hubungan linier) H0: Model regresi tidak signifikan (tidak ada hubungan linier)


(54)

Dengan α = 0,05 dk pembilang = 3-1 = 2, dan dk penyebut = 30-3 = 27 didapatlah F tabel sebesar 3,35. Dari hasil perhitungan diperoleh F penelitian sebesar 19,308. Jadi, dapat disimpulkan bahwa F penelitian > F tabel sehingga tolak H0 dan terima H1. Dengan demikian model regresi diatas sudah layak dan benar. Pengaruh simultan sebesar 58,9 juga dianggap signifikan.

4.3.2.1 Pengaruh Simultan

Untuk mengetahui pengaruh secara keseluruhan/simultan variabel-variabel bebas X1 dan X2 terhadap Y, maka perlu dilakukan uji F untuk tes signifikansi. Dengan menggunakan bantuan SPSS Statistic 19, berikut output analisis regresinya:

Tabel 4.7 Output Model Regresi Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .767a .589 .558 3.078

Besar nilai R Square = 0,589 maka nilai KP = 0,589 x 100 % = 58,9 %. Maksudnya bahwa pengaruh kepercayaan diri dan inferioritas terhadap prestasi belajar secara gabungan adalah sebesar 58,9 %, sedangkan sisanya sebesar 41,1 % dipengaruhi faktor lain. Dengan kata lain variabilitas prestasi belajar dapat diterangkan oleh variabel kepercayaan diri dan inferioritas sebesar 58,9 %, sedangkan pengaruh sebesar 41,1 % disebabkan variabel-variabel lain diluar model ini.


(55)

4.3.2.2 Pengaruh Parsial

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel kepercayaan diri dan inferioritas terhadap prestasi belajar, maka perlu dilakukan uji koefisien (uji t). Berikut tabel hasil output dengan menggunakan SPSS Statistics 19:

Tabel 4.8 Tabel Output Uji Koefisien Coefficientsa

Model

Standardized Coefficients

T Sig.

Correlations

Zero-order Partial Part Beta

1 (Constant) .760 .454

Kepercayaan Diri .751 5.930 .000 .765 .752 .732 Inferioritas -.063 -.500 .621 -.229 -.096 -.062

Untuk pengaruh parsial variabel-variabel kepercayaan diri/inferioritas terhadap prestasi belajar, hipotesisnya:

H1: Ada hubungan linier antara kepercayaan diri/inferioritas dengan prestasi H0: Tidak ada hubungan linier antara kepercayaan diri/inferioritas dengan prestasi

Untuk nilai t tabel dengan α = 0,05 dan dk = 30-2 = 28 diperoleh nilai t sebesar 2,05. Dari tabel koefisien diatas,nilai t penelitian untuk variabel kepercayaan diri adalah sebesar 5,930. Jadi, dapat disimpulkan t penelitian > t tabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya ada hubungan linier antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar. Besarnya pengaruh kepercayaan diri terhadap prestasi belajar adalah sebesar 0,751 atau 75,1 %.

Untuk pengaruh parsial inferioritas terhadap prestasi belajar dapat kita lihat bahwa t penelitian sebesar -0,500. Jadi, dapat disimpulkan t penelitian < t tabel sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya tidak ada hubungan linier antara inferioritas dengan prestasi belajar. Besarnya pengaruh inferioritas terhadap prestasi belajar sebesar -0,063 atau 6,3 % dianggap tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat dari


(56)

4.4 Inplementasi Sistem

4.4.1 Pengertian Implementasi Sistem

Implementasi sistem adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk menyelesaikan desain sistem yang ada dalam dokumen yang telah disetujui, menginstal dan memulai sistem baru atau sistem yang diperbaiki.

Di dalam sistem data tersebut terdapat suatu perangkat lunak yang dinamakan dengan software, dan dalam tugas akhir ini penulis menggunakan Microsoft Word XP Compatible dan SPSS Statistics 19 For Windows dalam penerapan pengolahan data.

4.4.2 SPSS Statistics 19 For Windows

SPSS atau Statistical Package for Social Science, merupakan sebuah program aplikasi yang memiliki kemampuan analisa statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis dengan cara pengoperasian yang cukup sederhana sehingga mudah untuk dipahami. Aplikasi tersebut merupakan salah satu aplikasi perangkat lunak yang banyak digunakan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dimana banyak institusi yang menginginkan adanya penelitian di berbagai bidang, penelitian yang banyak berhubungan dengan data-data yang akan diolah menggunakan suatu metode analisis statistik. Berikut cara mengoperasikannya:

1. Klik menu Start, pilih All Programs.

2. Pilih item SPSS Inc, kemudian SPSS Statistics 19.


(57)

Gambar 4.1 Tampilan Data Editor SPSS Statistics 19

Untuk menginput data pilih Variable View, kemudian isi nama variabel, jenis data, label, dan pengkodingan lain. Setelah itu kembali ke Data View untuk menginput data hasil penelitian. Berikut gambar tampilannya:


(58)

4.4.2.1 Analisis dengan SPSS

Langkah-langkah untuk menganalisis data hasil penelitian dengan menggunakan SPSS yaitu:

Untuk uji normalitas:

1. Pilih menu Analyze, kemudian pilih Descriptive Statistics, lalu Explore. 2. Masukkan variabel yang akan diuji normalitasnya kedalam kotak dialog. 3. Kemudian klik Plots, lalu aktivkan Box Normality Plots With Test. 4. Klik Continue, kemudian OK.

5. Berikut tampilannya:

Gambar 4.3 Uji Normalitas

Untuk uji validitas langkah-langkahnya hampir sama dengan langkah-langkah analisis korelasi. Jadi, tidak akan diterangkan lagi, karena bisa melihat langkah setelah ini. Untuk uji reliablitias langkah-langkahnya:


(59)

1. Pilih menu Analyze, kemudian pilih Scale.

2. Pilih Reliability, setelah itu masukkan item-item yang akan diuji kereliabilitasannya kedalam Box.

3. Pada menu pilihan, pilih metode Split Half. 4. Tekan OK, berikut tampilannya:

Gambar 4.4 Uji Reliabilitas

Untuk analisis korelasi:

1. Pilih menu Analyze, kemudian Correlate.

2. Pilih Bivariate, lalu masukkan variabel yang akan dicari korelasinya. 3. Aktivkan Box Pearson, kemudian klik OK.


(60)

Gambar 4.5 Analisis Korelasi

Untuk analisis regresi:

1. Pilih menu Analyze, kemudian Regression, lalu Liniear.

2. Masukkan variabel terikat di Dependent Box, dan variabel bebas pada Box Independent.

3. Klik Statistics, pilih sesuai dengan kebutuhan untuk Model Fit, R Square Change, Collinearity Diagnostics, dll.

4. Klik Continue, kemudian OK. 5. Berikut tampilannya:


(61)

(62)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berikut beberapa gambaran dan kesimpulan dari penelitian ini: Tabel 5.1 Tabel Kesimpulan Hasil Penelitian

Responden Kepercayaan

Diri Responden

Kepercayaan Diri

(X1i) (X1i)

1 29 16 30

2 31 17 40

3 34 18 22

4 21 19 26

5 24 20 34

6 29 21 31

7 27 22 28

8 30 23 26

9 27 24 27

10 34 25 34

11 31 26 32

12 25 27 30

13 36 28 31

14 34 29 31

15 25 30 34

Jumlah item pertanyaan variabel kepercayaan diri adalah 8 butir, skala likert (1-5),

maka: Skala rata-rata = 29,77:8 3,72

30 893 : 1 1 = = =

= Kuesioner JumlahItem n X n i i .

Jadi para responden menjawab rata-rata pada skala 4, sehingga dapat disimpulkan bahwa objek penelitian memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi (tingkat kepercayaan 95%).


(63)

Gambar 5.1 Grafik Hubungan antara Inferioritas dengan Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri dan inferioritas berhubungan negatif. Jika tingkat kepercayaan diri tinggi, maka tingkat inferioritasnya rendah dan sebaliknya. Namun bukan berarti seseorang yang memiliki tingkat kepercayaan diri tinggi tidak mempunyai rasa inferioritas, ini karena tingkat hubungan keduanya lemah.

Persamaan regresi untuk kepercayaan diri (X1), inferioritas (X2), dan prestasi belajar (Y), yaitu: Ŷ = 3,55 + 0,81X1 – 0,05X2. Dari persamaan ini terlihat bahwa kepercayaan diri dan inferioritas berpengaruh terhadap prestasi belajar.


(64)

Tingkat kepercayaan diri yang tinggi dapat meningkatkan prestasi. Ini terlihat dari gambaran pola grafik disamping. Pengaruh parsial kepercayaan diri terhadap prestasi belajar sebesar 0,751 atau 75,1 %.

Gambar 5.3 Grafik Pengaruh Inferioritas terhadap Prestasi

Tingkat inferioritas yang tinggi dapat menghambat prestasi, terlihat dari pola grafik diatas. Pengaruh parsial inferioritas terhadap prestasi belajar sebesar -0,063 atau 6,3 %. Hubungan negatif menandakan bahwa inferioritas merupakan penghambat prestasi belajar.


(65)

5.2 Saran

Berikut saran-saran yang dapat penulis berikan:

1. Objek penelitian dianjurkan untuk selalu berpositive thinking agar merangsang kepercayaan diri dan menekan rasa inferior dalam rangka upaya peningkatan prestasi dan pengembangan diri.

2. Staff pengajar di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, baik dosen maupun para asisten harus dapat melihat siapa-siapa saja mahasiswa yang memiliki tingkat inferioritas yang tinggi untuk kemudian melakukan pendekatan agar dapat melakukan penilaian yang obyektif.

3. Fakultas harus sering mengadakan even-even maupun pelatihan-pelatihan pengembangan diri.


(1)

Lampiran 2: Uji Validitas Data hasil Penelitian

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Catatan: Item nomor 2 Tidak Valid sehingga tidak diikutkan dalam uji Reliabilitas. Item Kuesioner Inferioritas

Inferioritas

Infer 1 Pearson Correlation .684**

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Infer 2 Pearson Correlation .138 Tidak

Valid

Sig. (2-tailed) .466

N 30

Infer 3 Pearson Correlation .801**

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Infer 4 Pearson Correlation .604**

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Infer 5 Pearson Correlation .739**

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Infer 6 Pearson Correlation .789**

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Infer 7 Pearson Correlation .677**

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Infer 8 Pearson Correlation .613**

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Inferioritas Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)


(2)

Lampiran 2: Uji Validitas Data hasil Penelitian Item Kuesioner Prestasi Belajar

Prestasi Belajar

PB 1 Pearson Correlation .653**

Sig. (2-tailed) .000

N 30

PB 2 Pearson Correlation .674**

Sig. (2-tailed) .000

N 30

PB 3 Pearson Correlation .614**

Sig. (2-tailed) .000

N 30

PB 4 Pearson Correlation .748**

Sig. (2-tailed) .000

N 30

PB 5 Pearson Correlation .603**

Sig. (2-tailed) .000

N 30

PB 6 Pearson Correlation .708**

Sig. (2-tailed) .000

N 30

PB 7 Pearson Correlation .237

Tidak Signifikan

Sig. (2-tailed) .207

N 30

PB 8 Pearson Correlation .658**

Sig. (2-tailed) .000

N 30

PB 9 Pearson Correlation .740**

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Prestasi Belajar

Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(3)

Lampiran 3: Uji Reliabilitas Data Hasil Penelitian Scale: Kepercayaan Diri

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value .640

N of Items 4a

Part 2 Value .542

N of Items 4b

Total N of Items 8

Correlation Between Forms .612

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length .760

Unequal Length .760

Guttman Split-Half Coefficient .747

a. The items are: PD 1, PD 2, PD 3, PD 4. b. The items are: PD 5, PD 6, PD 7, PD 8. Scale: Inferioritas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value .742

N of Items 4a

Part 2 Value .713

N of Items 3b

Total N of Items 7

Correlation Between Forms .684


(4)

Lampiran 3: Uji Reliabilitas Data Hasil Penelitian Scale: Prestasi Belajar

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value .707

N of Items 4a

Part 2 Value .707

N of Items 4b

Total N of Items 8

Correlation Between Forms .769

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length .869

Unequal Length .869

Guttman Split-Half Coefficient .869

a. The items are: PB 1, PB 2, PB 3, PB 4. b. The items are: PB 5, PB 6, PB 8, PB 9.

Catatan: Semua Item Reliabel.


(5)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Jl. Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan Medan 20155 Telp. (061) 8211050 - 8214290, Fax. ( 061 ) 8214290

KARTU BIMBINGAN TUGAS AKHIR MAHASISWA

Nama Mahasiswa : SURYO SUDIKDO

Nomor Induk Mahasiswa : 082407054

Judul Tugas Akhir : Analisis Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Inferioritas Serta Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar

Dosen Pembimbing : Dra. Mardiningsih, M.Si Tanggal Mulai Bimbingan : 20 Desember 2010 Tanggal Selesai Bimbingan : 26 Mei 2011

*Kartu ini harap dikembalikan ke Jurusan Matematika bila bimbingan mahasiswa telah selesai.

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU

Ketua, Pembimbing,

No

TANGGAL ASISTEN BIMBINGAN

PEMBAHASAN PADA ASISTENSI MENGENAI, PADA

BAB

PARAF DOSEN

PEMBIMBING KETERANGAN

1. 20/12/2010 Konsultasi Judul TA Diskusi

2. 27/12/2010 Pengajuan Proposal TA -

3. 28/12/2010 Acc Proposal TA Acc

4. 17/01/2011 Pengajuan Hasil Kerja

Bab 1-Bab3 Konsultasi

5. 26/04/2011 Pengajuan Hasil Kerja

Bab1-Bab5 Konsultasi

6. 21/05/2011 Acc Tugas Akhir Acc


(6)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Jl. Bioteknologi No.1 Kampus USU Padang Bulan Medan 20155 Telp. (061) 8211050 - 8214290, Fax. ( 061 ) 8214290

SURAT KETERANGAN Hasil Uji Program Tugas Akhir

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa Mahasiswa Tugas Akhir Program Diploma (D3) Statistika:

Nama : Suryo Sudikdo

NIM : 082407054

Program Studi : Diploma (D3) Statistika

Judul Tugas Akhir : Analisis Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Inferioritas Serta Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar

Telah melaksanakan test program tugas akhir Mahasiswa tersebut diatas pada tanggal 26 Mei 2011.

Dengan hasil: Sukses/Gagal

Demikian diterangkan untuk digunakan melengkapi syarat pendaftaran Ujian Meja Hijau Tugas Akhir Mahasiswa bersangkutan di Departemen Matematika FMIPA USU Medan.

Medan, 26 Mei 2011.

Dosen Pembimbing/Kepala Lab. Komputer Program D3 Statistika

Dra. Mardiningsih, M.Si

NIP. 19630405 198811 2 001