Prevalensi Gastropati Obat Anti Inflamasi Non Steroid di RSUP Haji Adam Malik Medan pada Periode Juli-Desember 2012

(1)

PREVALENSI GASTROPATI OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

PADA PERIODE JULI – DESEMBER 2012

Oleh : CARINA SHELIA

100100097

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

PREVALENSI GASTROPATI OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

PADA PERIODE JULI – DESEMBER 2012

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh : CARINA SHELIA

100100097

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Prevalensi Gastropati Obat Anti Inflamasi Non Steroid

di RSUP Haji Adam Malik Medan pada Periode Juli-Desember 2012 Nama : Carina Shelia

NIM : 100100097 Pembimbing

………... ( dr. Endang, SpPD)

NIP. 140 229 268

Medan, Desember 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Penguji 2

……… (dr. H. Delyuzar, M.Ked(PA), SpPA(K) )

Penguji 1

………

(Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA SpKK) NIP. 196507252005011001


(4)

ABSTRAK

Gastropati merupakan keadaan yang menunjukkan kerusakan epitel atau endotel tanpa inflamasi pada mukosa lambung. Gejala klinis dari gastropati adalah sindroma dispepsia, gejala berupa anoreksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah. Salah satu penyebab gastropati adalah efek samping pemakaian obat anti inflamasi non steroid. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) adalah salah satu obat yang secara luas digunakan dan diresepkan di seluruh dunia serta dijual secara bebas. Obat ini memiliki efek teraputik seperti analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi. Disebut gastropati OAINS bila terdapat gejala komplikasi saluran cerna bagian atas yang dihubungkan dengan pemakaian OAINS sebelumnya.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan pendekatan cross sectional (potong lintang). Pengumpulan data dengan menggunakan rekam medis.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi Gastropati OAINS di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode Juli-Desember 2012.

Hasil Penelitian yang didapatkan adalah pasien dengan dispepsia berjumlah 198 orang, dan yang didapati riwayat penggunaan OAINS sebelumnya adalah 72 orang, prevalensi gastropati OAINS adalah 36,36%, distribusi frekuensi usia terbanyak adalah kelompok usia 47-56 tahun dan 67-76 tahun yaitu 18 orang (25,0%), jenis kelamin terbanyak adalah perempuan 46 orang (63,9%), dan jenis OAINS yang sering digunakan adalah Meloxicam yang penggunaanya didapati pada 23 orang (31,9%).


(5)

ABSTRACT

Gastropathy is a condition that shows epithelial or endothelial damage without inflammation at gastric mucosa. Clinical symptoms of gastropathy are dyspepsia-like syndromes such as anorexia, epigastric pain, nausea, and vomiting. One of the crucial causes of gastropathy is the side effect of Non-Steroidal Anti Inflammatory Drug (NSAID) usage. NSAID is one of the most widely used and prescribed over the counter (OTC) drugs around the world. These drugs have therapeutic effects, which are analgesic, antipyretic, and anti-inflammatory. NSAID gastropathy can be confirmed if the symptoms of upper gastrointestinal complication are present and this condition are related with the history of NSAID usage.

The design of this research is cross sectional descriptive study. Data is collected from the medical record.

The aim of this research is to determine the prevalence of NSAID gastropathy at RSUP Haji Adam Malik Medan between July-December 2012.

The total number of patients with dyspepsia is 198 people, and those who had a history of using NSAID is 72 patients, the prevalence of NSAID gastropathy is 36,36%. People aged between 47-56 and 67-76 years old (25,0%) suffer the most from gastropathy. There are more women (63,9%) who suffer from NSAID gastropathy compared to men. The most commonly used NSAID among patients is Meloxicam (31,9%).


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia, rahmat dan kesehatan yang telah Ia berikan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Judul yang dipilih adalah “Prevalensi Gastropati Obat Anti Inflamasi Non Steroid di RSUP Haji Adam Malik Medan pada Periode Juli-Desember 2012”, yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pembelajaran semester VII di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini, peneliti telah mendapat bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti dengan rendah hati ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. dr. Endang, SpPD selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada peneliti, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA SpKK dan dr. H. Delyuzar, M.Ked(PA), SpPA(K) selaku dosen penguji I dan II yang sudah meluangkan waktu dan pemikiran untuk menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.

3. Orang tua peneliti, Dr. Ir. Binsar Situmorang, MSi, MAP dan Rumondang Pangaribuan, SE yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun material dan keluarga besar yang telah banyak memberikan motivasi kepada peneliti

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan 5. Teman-teman peneliti lainnya yang telah banyak memberikan saran dan


(7)

Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan akibat keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti. Oleh karena itu, semua saran dan kritik akan menjadi sumbangan yang berarti guna menyempurnakan penelitian ini.

Akhirnya peneliti mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, bangsa dan negara, serta pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 9 Desember 2013

Peneliti,

CARINA SHELIA


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN……… i

ABSTRAK……… ii

ABSTRACT………. iii

KATA PENGANTAR………. iv

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL……… viii

DAFTAR GAMBAR……… ix

DAFTAR SINGKATAN……….. x

DAFTAR LAMPIRAN……….... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Rumusan Masalah……….. 3

1.3 Tujuan Penelitian………... 4

1.4 Manfaat Penelitian………. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lambung 2.1.1 Anatomi Lambung……… 6

2.1.2 Histologi Lambung………... 7

2.1.3 Fisiologi Sekresi Getah Lambung ……….……….. 8

2.1.3.1 Mekanisme Sekresi Asam Hidroklorida………. 10

2.1.4 Sistem Pertahanan Mukosa Lambung……..……… 13

2.2 Gastropati 2.2.1 Defenisi Gastropati……….. 15

2.3 Obat Anti Inflmatori Non Steroid 2.3.1 Definisi OAINS………... 16

2.3.2 Klasifikasi OAINS……….. 17

2.3.3 Mekanisme Kerja OAINS……….. 20

2.3.4 Efek Samping dari OAINS. ……….. 23

2.4 Gastropati Obat Anti Inflamasi Non Steroid 2.4.1 Definisi ………... 23

2.4.2 Faktor Resiko………... 24

2.4.3 Mekanisme OAINS menginduksi gastropati………... 24


(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian………. 34

3.2 Defenisi Operasional……….. 34

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian……….37

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian……… 37

4.3 Populasi dan Sampel……… 37

4.4 Teknik Pengumpulan Data………. 38

4.5 Pengolahan dan Analisa Data………. 39

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Hasil Penelitian………...……… 40

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……… 40

5.1.2 Deskripsi Data Penelitian……… 41

5.1.2.1Prevalensi Gastropati OAINS……… 41

5.1.2.2Distribusi Frekuensi Pasien OAINS berdasarkan Usia… 42 5.1.2.3Distribusi Frekuensi Pasien OAINS berdasarkan Jenis Kelamin………. 43

5.1.2.4Jenis-jenis OAINS yang sering digunakan……….. 43

5.2Pembahasan……… 44

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan……… 48

6.2 Saran……… 48

DAFTAR PUSTAKA……… 50 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi OAINS………... 17 Tabel 2.2

Tabel 5.1

Tabel 5.2

Tabel 5.3

Faktor Resiko Gastropati……... Distribusi Frekuensi Pasien Gastropati OAINS Berdasarkan Kelompok Usia pada Periode Juli-Desember 2012……….…….. Distribusi Jenis Kelamin pada Penderita Gastropati OAINS pada Periode Juli-Desember 2012………..… Jenis-jenis OAINS yang sering digunakan pada periode Juli-Desember 2012……….

24 42

43


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Pembagian Daerah Anatomi Lambung………... 6

Gambar 2.2 Histologi Lambung………... 8

Gambar 2.3 Kelenjar Oksintik Lambung……….……….. 10

Gambar 2.4 Mekanisme Sekresi HCl………. 12

Gambar 2.5 Komponen yang Terlibat sebagai Pertahanan Mukosa Lambung…. 15 Gambar 2.6 Mekanisme Kerja OAINS………...……... 21

Gambar 2.7 Mekanisme Terjadinya Gastropati yang Disebabkan oleh OAINS… 26 Gambar 2.8 Algoritma Manejemen Pasien yang Memakai OAINS..…………. 29


(12)

DAFTAR SINGKATAN

OAINS : Obat Anti Inflamasi Non Steroid NSAID : Non Steroidal Anti Inflmmatory Drug


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Ethical Clearance Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Lampiran 4 Daftar Rekam Medis Lampiran 5 Daftar Induk


(14)

ABSTRAK

Gastropati merupakan keadaan yang menunjukkan kerusakan epitel atau endotel tanpa inflamasi pada mukosa lambung. Gejala klinis dari gastropati adalah sindroma dispepsia, gejala berupa anoreksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah. Salah satu penyebab gastropati adalah efek samping pemakaian obat anti inflamasi non steroid. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) adalah salah satu obat yang secara luas digunakan dan diresepkan di seluruh dunia serta dijual secara bebas. Obat ini memiliki efek teraputik seperti analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi. Disebut gastropati OAINS bila terdapat gejala komplikasi saluran cerna bagian atas yang dihubungkan dengan pemakaian OAINS sebelumnya.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan pendekatan cross sectional (potong lintang). Pengumpulan data dengan menggunakan rekam medis.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi Gastropati OAINS di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode Juli-Desember 2012.

Hasil Penelitian yang didapatkan adalah pasien dengan dispepsia berjumlah 198 orang, dan yang didapati riwayat penggunaan OAINS sebelumnya adalah 72 orang, prevalensi gastropati OAINS adalah 36,36%, distribusi frekuensi usia terbanyak adalah kelompok usia 47-56 tahun dan 67-76 tahun yaitu 18 orang (25,0%), jenis kelamin terbanyak adalah perempuan 46 orang (63,9%), dan jenis OAINS yang sering digunakan adalah Meloxicam yang penggunaanya didapati pada 23 orang (31,9%).


(15)

ABSTRACT

Gastropathy is a condition that shows epithelial or endothelial damage without inflammation at gastric mucosa. Clinical symptoms of gastropathy are dyspepsia-like syndromes such as anorexia, epigastric pain, nausea, and vomiting. One of the crucial causes of gastropathy is the side effect of Non-Steroidal Anti Inflammatory Drug (NSAID) usage. NSAID is one of the most widely used and prescribed over the counter (OTC) drugs around the world. These drugs have therapeutic effects, which are analgesic, antipyretic, and anti-inflammatory. NSAID gastropathy can be confirmed if the symptoms of upper gastrointestinal complication are present and this condition are related with the history of NSAID usage.

The design of this research is cross sectional descriptive study. Data is collected from the medical record.

The aim of this research is to determine the prevalence of NSAID gastropathy at RSUP Haji Adam Malik Medan between July-December 2012.

The total number of patients with dyspepsia is 198 people, and those who had a history of using NSAID is 72 patients, the prevalence of NSAID gastropathy is 36,36%. People aged between 47-56 and 67-76 years old (25,0%) suffer the most from gastropathy. There are more women (63,9%) who suffer from NSAID gastropathy compared to men. The most commonly used NSAID among patients is Meloxicam (31,9%).


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastropati didefenisikan sebagai setiap kelainan yang terdapat pada mukosa lambung (Tugushi, 2011). Gastropati menunjukkan suatu kondisi dimana terjadi kerusakan epitel atau endotel tanpa inflamasi pada mukosa lambung. Istilah gastropati dibedakan dengan gastritis, dimana gastritis menunjukkan suatu keadaan inflamasi yang berhubungan dengan lesi pada mukosa lambung. Manifestasi klinis dari gastropati adalah kumpulan gejala berupa anoreksia, nyeri ulu hati, mual, dan muntah (Papadakis & McPhee, 2013). Salah satu penyebab gastropati adalah efek samping dari pemakaian OAINS, serta beberapa faktor lain seperti, infeksi H.pylori, konsumsi alkohol, refluks cairan empedu, hipovolemia, dan kongesti kronik (Pashankar, Bishop, & Mitros, 2002).

OAINS adalah obat yang secara luas digunakan di seluruh dunia untuk pengobatan nyeri, inflamasi (peradangan), dan demam (Sinha & Gautam, 2013). OAINS merupakan obat yang secara luas diresepkan dan dan dijual secara bebas (over the counter drug) (Lopez-Pintor & Lumbreras, 2011).

OAINS memiliki beberapa efek teraputik seperti analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi (Lopez-Pintor & Lumbreras, 2011). Sebagai efek analgesik, obat ini efektif untuk meredakan nyeri ringan-sedang. Efek antipiretik yang dihasilkan obat ini bisa digunakan dalam pengobatan demam rematik (Furst & Ulrich, 2007). Untuk efek antiinflamasi, obat ini digunakan untuk pengobatan osteoartritis dan reumatoid artritis (Schellack, 2012). Sebagai tambahan terhadap OAINS, aspirin dosis rendah (acetylsalicylic) digunakan untuk profilaksis primer atau sekunder baik untuk


(17)

penggunaan OAINS juga dilakukan sebagai pengobatan untuk jenis kanker tertentu (Sinha & Gautam, 2013).

Penggunaan jangka panjang dari OAINS menyebabkan efek samping yang bervariasi mulai dari gejala seperti mual dan dispepsia sampai komplikasi ulserasi (Lopez-Pintor & Lumbreras, 2011). Efek samping dari penggunaan OAINS juga ditemukan terhadap sistem gastrointestinal seperti lesi mukosa, perdarahan, ulserasi peptikum, dan inflamasi dari usus yang akan berkembang menjadi perforasi, striktur pada usus halus, dan akan berkembang menjadi masalah kronik. Beberapa efek samping dari penggunaan OAINS mungkin asimptomatik, tetapi pada banyak kasus dilaporkan, bahwa kejadian ini dapat mengancam jiwa (Sinha & Gautam, 2013).

Diperkirakan ada lebih dari 30 juta orang yang menggunakan OAINS setiap harinya. Di Spanyol, penggunaan OAINS telah sangat meningkat, dua kali lebih banyak dari 14 tahun sebelumnya. Dari 20 atau lebih obat yang digunakan di Spanyol pada tahun 2009, 7 di antaranya adalah OAINS (Lopez-Pintor & Lumbreras, 2011). Lebih dari 30 miliar OAINS yang dijual secara bebas dan lebih dari 100 juta peresepan OAINS setiap tahunnya di Amerika Serikat (Kasper, Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, & Jameson, 2008). Peresepan OAINS ditujukan untuk semua jenis usia, tapi terkhususnya pada populasi usia lanjut. Hampir 70% orang yang berusia lanjut memakai OAINS teratur setiap minggunya ( Schellack,2012).

Gastropati OAINS adalah gejala gastropati yang mengacu kepada spektrum komplikasi saluran cerna bagian atas yang dihubungkan oleh penggunaan obat anti inflamasi non steroid dengan durasi waktu tertentu, dan biasanya disebabkan oleh penggunaan jangka panjang OAINS. Disebut gastropati OAINS bila terdapat kumpulan gejala-gejala gastropati yang bervariasi seperti dispepsia, nyeri abdominal, sampai komplikasi yang fatal seperti perforasi, ulserasi, dan perdarahan dimana gejala-gejala tersebut tidak ditemukan sebelum menggunakan OAINS (Roth, 2012).

Di Indonesia, gastropati OAINS merupakan penyebab kedua gastropati setelah gastropati yang disebabkan oleh infeksi Helicobacter pylori dan penyebab


(18)

kedua perdarahan saluran cerna bagian atas setelah ruptur varises esophagus (Suyata, 2004).

Spektrum penggunaan OAINS yang menginduksi gastropati bervariasi yaitu mulai dari mual dan dispepsia (prevalensi yang dilaporkan 50%-60%) sampai dengan komplikasi gastrointestinal yaitu ulserasi peptikum (3%-4%), diikuti dengan perdarahan atau perforasi sebanyak 1,5% dari pengguna setiap tahun. Hampir 20.000 pasien meninggal setiap tahun akibat komplikasi gastrointestinal yang serius dari pemakaian OAINS. Bahkan pemakaian 75 mg/hari dari aspirin dapat mengakibatkan ulserasi gastrointestinal yang serius, sehingga tidak memberikan dosis OAINS adalah cara yang paling aman. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti usia, riwayat ulserasi terdahulu, penggunaan kortikosteroid, penggunaan dosis tinggi OAINS, penggunaan beberapa OAINS, penggunaan antikoagulan, dan penyakit sistemik yang serius. Faktor resiko yang mungkin termasuk adalah infeksi oleh H.pylori, merokok, dan mengonsumsi alkohol (Kasper, Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, & Jameson, 2008).

Banyaknya jumlah pasien yang menggunakan OAINS dan berhubungan dengan terjadinya gejala gastropati, mendorong pentingnya kajian mengenai prevalensi terjadinya gastropati yang disebabkan oleh penggunaan obat anti inflamasi non steroid.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Berapa prevalensi gastropati Obat Anti Inflamasi Non Steroid di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode Juli- Desember 2012?


(19)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui prevalensi gastropati Obat Anti Inflamasi Non Steroid di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode Juli - Desember 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui jumlah pasien gastropati OAINS di RSUP HAM pada bulan Juli-Desember 2012.

2. Mengetahui distribusi frekuensi pasien gastropati OAINS yang terbanyak berdasarkan usia.

3. Mengetahui distribusi frekuensi pasien gastropati OAINS yang terbanyak berdasarkan jenis kelamin.

4. Mengetahui jenis-jenis OAINS yang sering digunakan dan menyebabkan terjadinya gastropati.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Data atau informasi hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan, tentang prevalensi terjadinya gastropati yang disebabkan oleh penggunaan OAINS pada periode Juli-Desember 2012.

2. Data atau informasi hasil penelitian ini dapat meningkatkan kewaspadaan para pelayan kesehatan dalam hal pemberian OAINS dan efek sampingnya yang berhubungan dengan gastropati, serta dapat menjadi masukan dalam merencanakan tindakan dan upaya pencegahan dalam menangani kasus gastropati yang disebabkan oleh penggunaan OAINS. 3. Data atau informasi hasil penelitian dapat digunakan sebagai sarana


(20)

4. Penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman dan menambah pengetahuan serta kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lambung ( Gaster)

2.1.1. Anatomi Lambung

Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan terletak di antara bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus (Gray, 2008). Lambung merupakan ruang berbentuk kantung mirip huruf J, berada di bawah diafragma, terletak pada regio epigastrik, umbilikal, dan hipokondria kiri pada regio abdomen (Tortora & Derrickson, 2009).

Secara anatomik, lambung memiliki lima bagian utama, yaitu kardiak, fundus, badan (body), antrum, dan pilori (gambar 2.1). Kardia adalah daerah kecil yang berada pada hubungan gastroesofageal (gastroesophageal junction) dan terletak sebagai pintu masuk ke lambung Fundus adalah daerah berbentuk kubah yang menonjol ke bagian kiri di atas kardia. Badan (body) adalah suatu rongga longitudinal yang berdampingan dengan fundus dan merupakan bagian terbesar dari lambung. Antrum adalah bagian lambung yang menghubungkan badan (body) ke pilorik dan terdiri dari otot yang kuat. Pilorik adalah suatu struktur tubular yang menghubungkan lambung dengan duodenum dan mengandung spinkter pilorik (Schmitz & Martin, 2008).


(22)

2.1.2 Histologi Lambung

Dinding lambung tersusun dari empat lapisan dasar utama, sama halnya dengan lapisan saluran cerna secara umum dengan modifikasi tertentu yaitu lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa (Schmitz & Martin, 2008).

1. Lapisan mukosa terdiri atas epitel permukaan, lamina propia, dan muskularis mukosa. Epitel permukaan yang berlekuk ke dalam lamina propia dengan kedalaman yang bervariasi, dan membentuk sumur-sumur lambung disebut foveola gastrika. Epitel yang menutupi permukaan dan melapisi lekukan-lekukan tersebut adalah epitel selapis silindris dan semua selnya menyekresi mukus alkalis. Lamina propia lambung terdiri atas jaringan ikat longgar yang disusupi sel otot polos dan sel limfoid. Muskularis mukosa yang memisahkan mukosa dari submukosa dan mengandung otot polos (Tortora & Derrickson, 2009).

2. Lapisan sub mukosa mengandung jaringan ikat, pembuluh darah, sistem limfatik, limfosit, dan sel plasma. Sebagai tambahan yaitu terdapat pleksus submukosa (Meissner) (Schmitz & Martin, 2008).

3. Lapisan muskularis propia terdiri dari tiga lapisan otot, yaitu (1) inner oblique, (2) middle circular, (3) outer longitudinal. Pada muskularis propia terdapat pleksus myenterik (auerbach) (Schmitz & Martin, 2008). Lapisan oblik terbatas pada bagian badan (body) dari lambung (Tortora & Derrickson, 2009).

4. Lapisan serosa adalah lapisan yang tersusun atas epitel selapis skuamos (mesotelium) dan jaringan ikat areolar (Tortora & Derrickson, 2009). Lapisan serosa adalah lapisan paling luar dan merupakan bagian dari viseral peritoneum (Schmitz & Martin, 2008).


(23)

Gambar 2.2 Histologi dari lambung (Tortora & Derrickson, 2009)

2.1.3. Fisiologi Sekresi Getah Lambung

Setiap hari lambung mengeluarkan sekitar 2 liter getah lambung. Sel-sel yang bertanggung jawab untuk fungsi sekresi, terletak di lapisan mukosa lambung. Secara umum, mukosa lambung dapat dibagi menjadi dua bagian terpisah : (1) mukosa oksintik yaitu yang melapisi fundus dan badan (body), (2) daerah kelenjar pilorik yang melapisi bagian antrum. Sel-sel kelenjar mukosa terdapat di kantong lambung (gastric pits), yaitu suatu invaginasi atau kantung pada permukaan luminal lambung. Variasi sel sekretori yang melapisi invaginasi ini beberapa diantaranya adalah eksokrin, endokrin, dan parakrin (Sherwood, 2010).

Ada tiga jenis sel tipe eksokrin yang ditemukan di dinding kantung dan kelenjar oksintik mukosa lambung (Gambar 2.3), yaitu :

1. Sel mukus yang melapisi kantung lambung, yang menyekresikan mukus yang encer.


(24)

2. Bagian yang paling dalam dilapisi oleh sel utama (chief cell) dan sel parietal. Sel utama menyekresikan prekursor enzim pepsinogen.

3. Sel parietal (oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik. Oksintik artinya tajam, yang mengacu kepada kemampuan sel ini untuk menghasilkan keadaan yang sangat asam.

Semua sekresi eksokrin ini dikeluarkan ke lumen lambung dan mereka berperan dalam membentuk getah lambung (gastric juice ) (Sherwood, 2010). Sel mukus cepat membelah dan berfungsi sebagai sel induk bagi semua sel baru di mukosa lambung. Sel-sel anak yang dihasilkan dari pembelahan sel akan bermigrasi ke luar kantung untuk menjadi sel epitel permukaan atau berdiferensiasi ke bawah untuk menjadi sel utama atau sel parietal. Melalui aktivitas ini, seluruh mukosa lambung diganti setiap tiga hari (Sherwood, 2010).

Kantung-kantung lambung pada daerah kelenjar pilorik terutama mengeluarkan mukus dan sejumlah kecil pepsinogen, yang berbeda dengan mukosa oksintik. Sel-sel di daerah kelenjar pilorik ini jenis selnya adalah sel parakrin atau endokrin. Sel-sel tersebut adalah sel enterokromafin yang menghasilkan histamin, sel G yang menghasilkan gastrin, sel D menghasilkan somatostatin. Histamin yang dikeluarkan berperan sebagai stimulus untuk sekresi asetilkolin, dan gastrin. Sel G yang dihasilkan berperan sebagai stimuli sekresi produk protein, dan sekresi asetilkolin. Sel D berperan sebagai stimuli asam (Sherwood, 2010).


(25)

Gambar 2.3 Kelenjar oksintik di lambung ( Harrison, 2008 ) 2.1.3.1. Mekanisme Sekresi Asam Hidroklorida

Sel-sel parietal secara aktif mengeluarkan HCl ke dalam lumen kantung lambung, yang kemudian mengalirkannya ke dalam lumen lambung. pH isi lumen turun sampai serendah 2 akibat sekresi HCl. Ion hidorgen (H+) dan ion klorida (Cl¯ ) secara aktif ditransportasikan oleh pompa yang berbeda di membran plasma sel parietal. Ion hidrogen secara aktif dipindahkan melawan gradien konsentrasi yang sangat besar, dengan konsentrasi H+ di dalam lumen mencapai tiga sampai empat juta kali lebih besar dari pada konsentrasinya dalam darah. Karena untuk memindahkan H+ melawan gradien yang sedemikian besar diperlukan banyak energi, sel-sel parietal memiliki banyak mitokondria, yaitu organel penghasil energi. Klorida juga disekresikan secara aktif, tetapi melawan gradien konsentrasi yang jauh lebih kecil, yakni hanya sekitar satu setengah kali (Sherwood, 2010).


(26)

dari proses-proses metabolisme di dalam sel parietal. Secara spesifik, ion H+ disekresikan sebagai hasil pemecahan dari molekul H2O menjadi H+ dan OH-.

Di sel parietal H+ disekresikan ke lumen oleh pompa H+-K+-ATPase yang berada di membran luminal sel parietal. Transpot aktif primer ini juga memompa K+ masuk ke dalam sel dari lumen. Ion K+ yang telah ditranspotkan, secara pasif balik ke lumen, melalui kanal K+, sehingga jumlah K+ tidak berubah setelah sekresi H+.Sel-sel parietal memiliki banyak enzim karbonat anhidrase (ca). Dengan adanya karbonat anhidrase, H2O mudah

berikatan dengan CO2, yang diproduksi oleh sel parietal melalui proses

metabolisme atau berdifusi masuk dari darah. Kombinasi antara H2O dan CO2

menghasilkan H2CO3 yang secara parsial terurai menjadi H+ dan HCO3-

(Sherwood, 2010).

HCO3- dipindahkan ke plasma oleh antipoter Cl- __ HCO3- pada

membran basolateral dari sel parietal. Kemudian mengangkat Cl- dari plasma ke lumen lambung. Pertukaran Cl- dan HCO3- mempertahankan netralitas


(27)

Gambar 2.4 Mekanisme Sekresi HCl (Sherwood, 2010) Proses tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

CO2+H2O  H2CO3 H+ +HCO3 –

Adapun fungsi dari HCl adalah sebagai berikut :

1. Mengaktifkan prekursor enzim pepsinogen menjadi enzim aktif pepsin, dan membentuk lingkungan asam yang optimal untuk aktivitas pepsin.

2. Membantu penguraian serat otot dan jaringan ikat, sehingga partikel makanan berukuran besar dapat dipecah-pecah menjadi partikel-partikel kecil.

3. Bersama dengan lisozim air liur, mematikan sebagian besar mikroorganisme yang masuk bersama makanan, walaupun


(28)

sebagian dapat lolos serta terus tumbuh dan berkembang biak di usus besar (Sherwood, 2010).

2.1.4. Sistem Pertahanan Mukosa Lambung

Lambung dapat diserang oleh beberapa faktor endogen dan faktor eksogen yang berbahaya. Sebagai contoh faktor endogen adalah asam hidroklorida (HCl), pepsinogen/pepsin, dan garam empedu, sedangkan contoh substansi eksogen yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung adalah seperti obat, alkohol, dan bakteri. Sistem biologis yang kompleks dibentuk untuk menyediakan pertahanan dari kerusakan mukosa dan untuk memperbaiki setiap kerusakan yang dapat terjadi (Kasper, Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, & Jameson Epitelium, 2008).

Sistem pertahanan dapat dibagi menjadi tiga tingkatan sawar yang terdiri dari preepitel, epitel, dan subepitel (gambar 2.5) . Pertahanan lini pertama adalah lapisan mukus bikarbonat, yang berperan sebagai sawar psikokemikal terhadap beberapa molekul termasuk ion hidrogen. Mukus dikeluarkan oleh sel epitel permukaan lambung. Mukus tersebut terdiri dari air (95%) dan pencampuran dari lemak dan glikoprotein (mucin). Fungsi gel mukus adalah sebagai lapisan yang tidak dapat dilewati air dan menghalangi difusi ion dan molekul seperti pepsin. Bikarbonat, dikeluarkan sebagai regulasi di bagian sel epitel dari mukosa lambung dan membentuk gradien derajat keasaman (pH) yang berkisar dari 1 sampai 2 pada lapisan lumen dan mencapai 6 sampai 7 di sepanjang lapisan epitel sel (Kasper, Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, & Jameson Epitelium, 2008).

Lapisan sel epitel berperan sebagai pertahanan lini selanjutnya melalui beberapa faktor, termasuk produksi mukus, tranpoter sel epitel ionik yang mengatur pH intraselular dan produksi bikarbonat dan taut erat intraselular.


(29)

(restitution). Proses ini terjadi dimana pembelahan sel secara independen dan membutuhkan aliran darah yang tidak terganggu dan suatu pH alkaline di lingkungan sekitarnya. Beberapa faktor pertumbuhan (growth factor) termasuk epidermal growth factor ( EGF), transforming growth factor (TGF)α dan basic fibroblast growth factor (FGF), memodulasi proses pemulihan. Kerusakan sel yang lebih besar yang tidak secara efektif diperbaiki oleh proses perbaikan (restitution), tetapi membutuhkan proliferasi sel. Regenerasi sel epitel diregulasi oleh prostaglandin dan faktor pertumbuhan (growth factor) seperti EGF dan TGF α. Bersamaan dengan pembaharuan dari sel epitel, pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis) juga terjadi pada kerusakan mikrovaskular. Kedua faktor yaitu FGF dan VEGF penting untuk meregulasi angiogenesis di mukosa lambung (Kasper, Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, & Jameson Epitelium, 2008).

Sistem mikrovaskular yang luas pada lapisan submukosa lambung adalah komponen utama dari pertahanan subepitel, yang menyediakan HCO3¯ , yang menetralisir asam yang dikeluarkan oleh sel parietal. Lebih lagi, sistem mikrosirkulasi menyediakan suplai mikronutrien dan oksigen dan membuang metabolit toksik (Kasper, Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, & Jameson Epitelium, 2008).

Prostaglandin memainkan peran yang penting dalam hal pertahanan mukosa lambung. Mukosa lambung mengandung banyak jumlah prostaglandin yang meregulasikan pengeluaran dari mukosa bikarbonat dan mukus, menghambat sekresi sel parietal, dan sangat penting dalam mengatur aliran darah dan perbaikan dari sel epitel (Kasper, Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, & Jameson Epitelium, 2008).


(30)

Gambar 2.5 Komponen yang terlibat sebagai pertahanan mukosa lambung (Kasper, Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, & Jameson, 2008)

Setiap perubahan pada mekanisme sawar dapat membawa kepada keadaan asidosis sel, nekrosis, dan pembentukan ulserasi. Perubahan ini dapat terjadi sebagai hasil dari inflamasi (proteolisis mukus), pemaparan terhadap OAINS atau kerusakan akibat iskemia (penurunan aliran darah submukosa) (Schmitz & Martin, 2008).

2.2 Gastropati

2.2.1 Definisi Gastropati

Isitilah gastropati dibedakan dengan gastritis, karena gastropati mengacu kepada kondisi dimana inflamasi bukanlah sesuatu hal yang paling mendominasi, sedangkan gastritis mengacu kepada beberapa kondisi yang melukai mukosa lambung dan menghasilkan suatu peradangan dan diciri-cirikan dengan ditemukannya sel inflamasi (Ranjan, Eric, Gareth, & James, 1999). Gastropati adalah suatu keadaan mukosa lambung tanpa proses inflamasi atau proses inflamasi yang minimal, sedangkan gastritis adalah diagnosa secara histologis yang menunjukkan suatu inflamasi pada bagian mukosa lambung (Marx, 2009).


(31)

Salah satu penyebab gastropati adalah pemakaian obat anti inflamasi non steroid, selain refluks asam empedu, asam, basa dan konsumsi sejumlah alkohol (Nel, 2012).

2.3 Obat Anti Inflamasi Non Steroid 2.3.1 Definisi

Obat anti inflamasi non steroid adalah obat yang secara luas dikenal sebagai pengobatan nyeri, inflamasi, dan demam. (Sinha & Gautam, 2013). Selain itu, obat ini juga obat yang paling sering diresepkan di seluruh dunia (Becker, Domschke, & Thorsten, 2004). OAINS adalah suatu kelompok kimia heterogen yang memiliki efek teraputik (antiinflamasi, antipiretik, dan analgesik) dan efek samping. OAINS terdiri dari obat non selektif tradisional dan sub kelas obat yang secara selektif menghambat cyclooxygenase-2 (COX-2) (Brunton, Parker, Blumenthal, & Buxton, 2008).

Salisilat dan obat-obat lain yang digunakan untuk mengobati penyakit rematik mempunyai kemampuan untuk menekan tanda dan gejala peradangan. Beberapa dari obat ini juga mempunyai efek antipiretik dan analgesik, dan efek antiinflamasinya membuat obat ini bermanfaat dalam menanggulangi kelainan rasa nyeri yang berubungan dengan intensitas proses peradangan. (Furst & Ulrich, 2007).


(32)

2.3.2 Klasifikasi OAINS Tabel 2.1 Klasifikasi OAINS


(33)

(34)

(35)

2.3.3 Mekanisme Kerja OAINS 1. Sebagai Efek anti-inflamasi

Prostaglandin dikeluarkan bilamana sel mengalami kerusakan, dimana aspirin dan OAINS menghambat biosintesis dari prostaglandin di semua jenis sel. Bagaimanapun, aspirin dan OAINS biasanya tidak menghambat pembentukan dari mediator inflamasi lain seperti leukotrien (LTs). Sementara efek klinis dari obat ini dapat dijelaskan dalam istilah penghambatan dari sintesis prostaglandin, perbedaan substansi interindividu dan intraindividu juga diketahui.. Pada konsentrasi yang lebih tinggi OAINS juga diketahui menurunkan produksi radikal superoksida, menghambat ekspresi dari molekul adhesi, menurunkan sintesis nitric oxide (NO), menurunkan sitokin proinflmanatori (sebagai contoh : TNF-a, IL-1), memodifikasi aktivitas limfosit, dan mengubah fungsi membran seluler (Brunton, Parker, Blumenthal, & Buxton, 2008). Berbagai jenis OAINS memiliki tambahan mekanisme kerja yang mungkin melibatkan penghambatan kemotaksis, dan keterlibatan dengan kejadian intraseluler yang dikaitkan dengan ion kalsium (Furst & Ulrich, 2007).

Enzim pertama dalam jalur sintesis prostaglandin untuk menghasilkan prostaglandin G/H (gambar 2.1) disebut enzim cyclooxygenase (COX). Enzim ini mengkonversi asam arakidonat menjadi intermediat PGG2 dan PGH2 dan membawa pada produksi dari tromboksan A2 (TXA2) dan variasi dari prostaglandin lain. Dosis teraputik dari aspirin dan OAINS lain mengurangi biosintesis dari prostaglandin dengan cara memblok COX dan terdapat hubungan yang baik dan beralasan di antara potensi sebagai penghambat COX


(36)

dan kerja antiinflamasi (Brunton, Parker, Blumenthal, & Buxton,2008).

Ada dua bentuk dari COX, yaitu COX-1 dan COX-2. COX-1 adalah isoform konstitutif yang dasar ditemukan pada kebanyakan sel normal dan jaringan, sementara sitokin dan mediator inflamasi yang menyertai inflamasi menginduksi produksi COX-2. Bagaimanapun, COX-2 juga diekspresikan secara konstitutif pada beberapa area tertentu pada ginjal dan otak dan diinduksi pada sel endotel melalui laminar shear forces. Enzim COX-1 diekspresikan sebagai yang mendominasi, isoform konstitutif pada sel epitelial lambung dan menjadi sumber utama dari pembentukan sitoproteksi prostaglandin. Penghambatan dari COX-1 pada sisi ini akan menghasilkan efek samping pada lambung (Brunton, Parker, Blumenthal, & Buxton, 2008).


(37)

2. Sebagai Efek Analgesik

OAINS digunakan sebagai analgesik ringan. Tetapi pengenalan terhadap jenis dari nyeri dan intensitasnya penting dalam penilaian efek dari analgesik. OAINS efektif ketika inflamasi telah menyebabkan sentisisasi dari reseptor nyeri terhadap rangsangan mekanik ataupun kimia. Bradikinin, yang dikeluarkan dari plasma kininogen dan sitokin seperti TNF-a, IL-1, dan IL-8 tampil dalam nyeri pada inflamasi. Agen ini melepaskan prostaglandin dan mungkin beberapa faktor lain yang mempromosikan hiperalgesia. Neuropeptida, seperti substansi P dan calcitonin gen related peptide (CGRP) juga terlibat dalam terjadinya nyeri. (Brunton, Parker, Blumenthal, & Buxton, 2008).

Kapasitas prostaglandin untuk mensentisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimia ternyata menghasilkan penurunan ambang dari polimodal nosiseptor dari serabut saraf C (Brunton, Parker, Blumenthal, & Buxton, 2008).

3. Sebagai Efek Anti-piretik

Regulasi suhu badan membutuhkan keseimbangan antara produksi dan kehilangan panas; hipotalamus meregulasikan set poin dimana suhu tubuh diatur. Set poin ini ditingkatkan pada saat panas (bisa disebabkan karena infeksi, inflamasi, rejeksi graft, atau keganasan), sebagai hasil dari pembentukan sitokin seperti IL-1β, IL-6, interferon, dan TNF-α. Sitokin meningkatkan sintesis dari PGE2 di daerah hipotalamus dan PGE2 meningkatkan siklik AMP

dan memacu hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh dengan meningkatkan panas dan menurunkan pengeluaran panas. Aspirin dan OAINS menekan respon ini dengan menghambat PGE2, tapi


(38)

tidak mempengaruhi temperatur tubuh ketika tubuh melakukan latihan (exercise) (Brunton, Parker, Blumenthal, & Buxton, 2008). 2.3.4 Efek Samping dari OAINS

Efek samping dari penggunaan OAINS adalah meningkatnya resiko dari saluran cerna bagian atas ataupun bawah, bervariasi dari dispepsia sampai ulserasi dan perdarahan saluran cerna (Schellack, 2012). OAINS menghasilkan efek samping pada saluran cerna berupa lesi mukosal, perdarahan, ulkus peptikum dan inflamasi pada usus yang membawa kepada perforasi, striktur pada usus halus dan besar, yang membawa kepada masalah yang kronik (Sinha & Gautam, 2013).

2.4 Gastropati Obat Anti Inflamasi Non Steroid 2.4.1 Definisi

Gastropati OAINS merupakan komplikasi yang sering ditemukan yang mempunyai karakteristik gejala sindroma dispepsia dengan keluhan perasaan tidak nyaman di daerah epigastrium disertai kembung dan mual (Manan, Priosoeryanto, Daldiyono, Estuningsih, & Rahminiwati, 2008). Gastropati OAINS adalah kelainan yang mengacu kepada spektrum komplikasi saluran cerna yang berhubungan dengan OAINS, bervariasi antara dispepsia ringan sampai perforasi, erosi, ulserasi dan perdarahan (Roth, 2012). Gastropati OAINS disebut sebagai suatu fenomena dimana OAINS menyebabkan kerusakan mukosa lambung yang menghasilkan kejadian bervariasi dari dispepsia nonspesifik seperti, ulserasi, perdarahan saluran cerna bagian atas dan bahkan kematian (Becker, Domschke, & Thorsten, 2004).

Gastropati OAINS ini juga sering disebut sebagai gastropati kimia (chemical gastropathy). Istilah ini lebih diutamakan karena mengacu kepada


(39)

2.4.2 Faktor Resiko Gastropati OAINS

Faktor resiko gastropati yang perlu dipertimbangkan (tabel 2.2) seorang individu untuk mendapat gejala gastropati adalah jika individu tersebut merupakan pasien yang berusia di atas 60 tahun, memiliki riwayat ulserasi sebelumnya dan sedang menjalani pengobatan osteoartitis (Roth, 2012).

Tabel 2.2 Faktor Resiko Gastropati Usia > 60 tahun

Jenis kelamin perempuan Perokok (current smoker)

Riwayat ulserasi atau perdarahan sebelumnya Kombinasi terapi OAINS

Penggunaan yang bersamaan dari agen antiplatelet, aspirin, kortikosteroid, dan antikoagulan

Sumber Tabel 2.2 : (Roth,2012)

2.4.3 Mekanisme OAINS menginduksi gastropati

OAINS termasuk aspirin, menyebabkan kerusakan mukosa melalui dua cara utama, yaitu inhibisi sistemik dari prostaglandin dan iritasi epitel lambung. Inhibisi prostaglandin berhubungan dengan penghambatan dari COX-1, sementara efek antiinflamasinya berhubungan dengan inhibisi COX–2. Iritasi epitel lambung berhubungan dengan keasaman OAINS (Schellack, 2012). Ada tiga mekanisme yang berbeda dari gastropati yang disebabkan oleh OAINS dan menginduksi komplikasi saluran cerna, yaitu melalui : penghambatan enzim COX-1 dan gastroprotektif PG, permeabilisasi membran, dan produksi dari mediator proinflamatori (gambar 2.2) (Sinha&Gautam, 2013).


(40)

1. Inhibisi dari COX-1 dan Gastroprotektif PG

Ada dua isoform dari COX, yaitu COX-1 dan COX-2, yang memiliki fungsi yang berbeda. Enzim COX-1 bertanggung jawab terhadap proteksi normal fisiologis dari mukosa lambung. COX-1 penting untuk sintesis dari prostaglandin, yang mana melindungi lambung dari pengeluaran asam, mengatur aliran darah di mukosa lambung, dan menghasilkan bikarbonat. Isoform lain, COX-2, dipicu oleh kerusakan sel, sitokin proinflamatori yang bervariasi, dan faktor turunan tumor. Kebanyakan gastropati yang terjadi disebabkan oleh inhibisi oleh COX-1 oleh OAINS (Sinha & Gautam, 2013).

2. Membran Permeabilisasi

OAINS juga memiliki efek sitotoksik langsung pada sel mukosa lambung yang menyebabkan lesi dan luka. Kerusakan topikal pada jenis ini telah diobservasi pada kasus keasaman dari OAINS, seperti aspirin yang menghasilkan akumulasi dari OAINS yang terionisasi, suatu fenoma dinamakan “ion trapping”. Aspirin menurunkan ketidaklarutan air dan menyebabkan difusi kembali dari ion H+ dan pepsin (Schellack, 2012). Hal itu menunjukkan bahwa OAINS menyebabkan permeabilisasi membran membawa kepada kerusakan sawar epitel. OAINS juga dapat menginduksi baik nekrosis dan apoptosis pada mukosa sel lambung (Sinha & Gautam, 2013).

3. Produksi tambahan dari Mediator Proinflamatori

Inhibisi dari sintesis PG oleh OAINS membawa kepada aktivasi jalur lipooksigenase dan peningkatan sintesis leukotrien. Leukotrien menyebabkan inflamasi dan iskemia jaringan dan


(41)

juga produksi dari mediator proinflamatori yang ditingkatkan seperti tumor necrosing factor. Hal ini kemudian menjadikan oklusi mikrovesel yang membawa kepada penurunan aliran pembuluh darah dan pengeluaran radikal bebas. Radikal bebas akan bereaksi dengan asam lemak yang tidak jenuh dari mukosa dan akhirnya membawa kepada peroksidasi lemak dan kerusakan jaringan (Sinha & Gautam, 2013).

Gambar 2.7 Mekanisme Gastropati yang disebabkan oleh OAINS (Sinha & Gautam, 2013)

2.4.4 Hubungan COX-2 dengan terjadinya gastropati

Enzim COX-2 berhubungan dengan terjadinya efek samping pada saluran cerna. Hipotesis menunjukkan bahwa penghambatan selektif COX-2 akan menghematkan pengeluaran COX-1 yang memediasi PG, dan hanya menghambat COX-2 yang memediasi PG yang terlibat dalam proses inflamasi. Bagaimanapun, COX-2 terlibat dalam pertahanan dan perbaikan


(42)

mukosa, dan hal ini menunjukkan bahwa kedua isoform COX bertanggung jawab untuk proses fisiologis dari kerusakan jaringan. Penelitian yang dilakukan pada hewan, dimana dilakukan inhibisi COX-1 secara selektif, tidak terlihat proses inhibisi itu menghasilkan kerusakan lambung yang signifikan. Dalam penelitian lain dikatakan, inhibisi selektif COX-2 menghasilkan komplikasi saluran cerna yang lebih bahaya dibandingkan penggunaan OAINS yang non selektif (Schellack, 2012).

2.4.5 Gejala Klinis Gastropati OAINS

Gejala klinis yang sering dikeluhkan oleh pasien gastropati OAINS adalah sindroma dispepsia, perasaan tidak nyaman di daerah epigastrium, disertai kembung dan mual. (Manan, Priosoeryanto, Daldiyono, Estuningsih, & Rahminiwati, 2008). Gastropati OAINS mengacu kepada spektrum yang bervariasi dari dispepsia ringan, dan ketidaknyamanan perut sampai kepada perforasi yang lebih serius, erosi, ulserasi dan perdarahan (Roth, 2012). Manifestasi klinis dari penggunaan OAINS dapat bergantung pada keparahannya. Penggunaan OAINS dapat menyebabkan beberapa keadaan serius, dan kompilkasi yang mengancam jiwa (Schellack, 2012). 2.4.6 Diagnosis dan insidensi Gastropati OAINS

Gastropati, biasanya terjadi pada region prepilorik, merupakan suatu komplikasi umum penggunaan jangka panjang dari OAINS. Walaupun secara superfisial gastropati OAINS dapat memberikan tanda dan gejala dengan kelainan saluran cerna lainnya, seperti penyakit ulserasi peptikum, gastropati OAINS berbeda dari penyakit klasik ulserasi peptikum berdasarkan perbedaan patofisiologinya, lokasi anatomi, pola secara klinis, dan isitilah yang digunakan untuk menekankan perbedaan tersebut (Roth, 2012).


(43)

berusia muda, biasanya lelaki sesuai demografik. Ulserasi peptikum juga berhubungan dengan pemakaian jangka panjang dari OAINS, walaupun non-OAINS, non-H.pyolri juga dapat menyebabkan penyakit ulserasi peptikum (Roth, 2012).

Diagnosa gastropati OAINS dapat ditegakkan dari gejala klinis gastropati OAINS yang dapat bervariasi mulai dari dispepsia dan nyeri bagian perut sampai kepada komplikasi yang fatal seperti perforasi, ulserasi, dan perdarahan. Sebagai tambahan, lesi yang tidak memberikan gejala (asimtomatik), adalah yang paling sering ditemukan pada kasus gastropati OAINS. Endoskopi dapat menjadi alat diagnostik pada beberapa kasus, bila diagnosisnya masih belum jelas, dan penggunaan endoskopi tidak selalu diindikasikan (Roth, 2012).

Diagnosis juga diperkuat dengan melihat adanya faktor resiko yang memicu terjadinya gastropati OAINS, seperti penyakit komorbid (yang memperparah) seperti osteoartritis, reumatoid artritis, ankylosing spondylitis, penyakit muskuloskeletal dan penyakit kardiovaskular yang memiliki resiko lebih besar untuk mendapatkan gastopati yang disebabkan oleh pemakaian OAINS (Roth, 2012).

Insidensi penggunaan OAINS yang secara klinis signifikan berhubungan dengan efek samping pada saluran cerna adalah empat kali lebih besar dibandingkan dengan populasi umum yang tidak mendapat terapi OAINS (Roth, 2012).

2.4.7 Pengobatan Gastropati OAINS

Ketika mengindentifikasi dan menurunkan resiko terjadinya gastropati yang disebabkan oleh penggunaan OAINS, prinsip teraputik dibawah ini dapat digunakan :


(44)

1. Memberikan terapi OAINS yang bersamaan dengan proton pump inhibitor (PPI), atau misoprostol, akan mengurangi resiko ulserasi dan komplikasi pada pasien yang beresiko.

2. Menggunakan inhibitor COX-2 yang non-selektif, tidak secara keseluruhan menghilangkan ulserasi dan komplikasi, tapi setidaknya mengurangi resiko, dan tetap harus melakukan evaluasi terhadap profil kardiovaskular pasien.

3. Ketika menggunakan strategi gastroprotektif, pasien harus di evaluasi secara keseluruhan (Schellack, 2012)

Terapi terbaru untuk mencegah kerusaan mukosa lambung : 1. Mengidentifikasi profil pasien yang memiliki resiko

Resiko dapat diturunkan dengan substitusi OAINS dengan OAINS non-analgesik seperti parasetamol. Hal ini mungkin tidak mudah, khususnya pada pasien dengan kondisi inflamasi yang berat seperti artritis. Gambar 2.3 akan menunjukkan algoritma yang mungkin untuk manajemen pasien yang cenderung memakai OAINS dalam jangka waktu lama, dan pasien memilki resiko kardiovaskular. (Schellack, 2012).


(45)

2. Kombinasi Terapi OAINS dengan Gastroprotektif

Analog prostaglandin diresepkan bersama dengan OAINS untuk mengganti prostaglandin di mukosa lambung yang telah dirusak oleh OAINS (Sinha & Gautam, 2013). Sebagai contoh, misoprostol. Misoprostol adalah analog sintetik dari prostaglandin E. Walaupun penggunaan misoprostol didemonstrasikan untuk menurunkan resiko ulserasi pada saluran cerna, telah dibuktikan bahwa misoprostol memilki efek samping. Efek samping yang terjadi berupa, nyeri pada daerah perut, mual, diare, dan penggunaanya harus dihindarkan pada wanita yang menyusui (Schellack, 2012).

3. Kombinasi Terapi OAINS dengan Proton Pump Inhibitor (PPI)

PPI secara ireversibel terikat pada pompa proton ( H+–K+–ATPase) yang menghambat sekresi asam lambung. Sebagai contoh Lansoprazole telah dibuktikan untuk melindungi dan menyembuhkan mukosa lambung setelah diinduksi oleh pemakaian OAINS, melalui inhibisi apoptosis, dan stimulasi dari peningkatan kelangsungan hidup sel dan proliferasi sel (Schellack, 2012). PPI efektif juga dalam pencegahan ulserasi ketika diberikan bersamaan dengan OAINS (Sinha & Gautam, 2013). Penambahan dari PPI terhadap pemberian OAINS telah menunjukkan efek proteksi pada saluran cerna baik pada penggunaan OAINS jangka pendek ataupun jangka panjang. Dibandingkan dengan prostaglandin analog, PPI secara terapi lebih superior. Penggunaan yang lama dari PPI berhubungan dengan resiko fraktur panggul pada orang tua. PPI juga dapat menyebabkan penurunan serum level magnesium, dan jika digunakan untuk periode yang lebih lama akan meningkatkan resiko kardiovaskular. Penambahan PPI terhadap OAINS meningkatkan resiko interaksi obat, efek samping, dan kepatuhan pasien (Roth, 2012).


(46)

4. Kombinasi Histamin H2-Reseptor antagonis terhadap OAINS

Histamin H2-reseptor antagonis melindungi saluran cerna akibat

pemakaian OAINS dengan cara memblok kerja dari histamin pada sel parietal di lambung, sehingga menurunkan produksi asam oleh sel ini (Roth, 2012). H2 reseptor antagonis adalah obat pertama yang digunakan

sebagai pencegahan mekanisme terjadinya ulserasi peptikum yang diinduksi oleh penggunaan OAINS. Tetapi, tidak ada tanda perbaikan yang diamati pada kasus perdarahan mukosa lambung, sehingga obat ini tidak direkomendasikan lagi (Sinha & Gautam, 2013).

5. Penggunaan COX-2 inhibitor

Sesuai dengan namanya, obat ini bekerja dengan cara menghambat COX-2, sebagai efek anti-inflamasi yang akan melindungi saluran cerna. Sejauh ini, celecoxib dan rofecoxib adalah inhibitor COX-2 yang paling efektif dan menunjukkan kemanjuran di antara OAINS nonselektif lainnya terhadap efek pada mukosa saluran cerna dan efek samping saluran cerna lainnya (Sinha & Gautam, 2013). Pengobatan dengan COX-2 berhubugan dengan peningkatan resiko infark miokard, oedem perifer, toksisitas renal, dan peningkatan tekanan darah. (Roth, 2012). Setiap pasien yang menggunakan coxib harus dievaluasi secara teliti, baik resiko maupun keuntungannya. Kemungkinan ada hubungan antara dosis dan toksisitas kardiovaskular terhadap penggunaan celecoxib. Ketika menggunakan obat ini, harus diberikan pada dosis terendah yang paling memungkinkan, dan durasi yang paling cepat. (Schellack, 2012).

Pendekatan Terbaru terhadap pengobatan Gastropati OAINS : 1. Prodrug OAINS


(47)

aktivitas asetilkolinesterase. Telah diamati bahwa NO memberikan suatu proteksi pada saluran cerna. NO dibentuk oleh kerja dari NO sintase yang meningkatkan mukus dan sekresi bikarbonat dan juga mikrosirkulasi dan menurunkan perlengketan neutrofil (Sinha & Gautam, 2013). NO juga telah diketahui sebagai vasodilator. Pemberian agen ini akan meningkatkan resistensi dari mukosa lambung terhadap lesi yang dihasilkan dari pemakaian OAINS atau substansi berbahaya lainnya (Schellack, 2012).

2. Penghambatan dari COX dan 5-LOX

OAINS yang menginduksi COX juga meningkatkan produksi leukotrien, yaitu salah satu mediator inflamasi potent. Pendekatan terakhir terhadap terjadinya lesi pada saluran cerna yang diinduksi oleh OAINS adalah disebabkan oleh inhibisi dari COX/ 5-LOX (Sinha & Gautam, 2013).

3. Peran Laktoferin dalam menurunkan kerusakan saluran cerna

Beberapa penelitian melaporkan bahwa kolostrum bovin memiliki kemampuan untuk mencegah ulserasi yang disebabkan oleh OAINS. Penelitian lebih lanjut mendemonstrasikan peran rekombinan laktoferin pada manusia menurunkan perdarahan saluran cerna akut yang diinduksi oleh pemakaian OAINS (Sinha & Gautam, 2013).

4. Peran Glukokortikoid sebagai gastroprotektif

OAINS yang merupakan sama dengan stimulasi stres menginduksi produksi glukokortokoid yang membantu mukosa lambung untuk bertahan terhadap stimulus yang berbahaya dari obat tersebut. Efek gastroprotektif dari glukokortikoid selama pengobatan dengan OAINS dapat dimediasi oleh beberapa mekanisme, termasuk pengaturan aliran darah mukosa lambung, produksi mukus, dan proses perbaikan. Sebagai tambahan, glukokortikoid akan keluar selama diinduksi oleh OAINS sebagai aktivasi


(48)

oleh HPA aksis dan dapat berkontribusi untuk melindungi mukosa lambung dengan mengatur homeostasis, termasuk kadar gula darah dan tekanan darah sistemik, yang dapat sebagai pengaruh penting untuk integritas mukosa lambung. (Filaretova, 2013).


(49)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 3.1 Kerangka Konsep 3.2 Definisi Operasional

1. Variabel : Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

Definisi Operasional : Obat-obat golongan OAINS yang sering digunakan pasien sebelumnya, sebagai obat anti nyeri, dan penurun panas, seperti: Aspirin, Voltaren, Toradol, Plavix.

Alat Ukur : Rekam Medis Cara Ukur : Observasi Skala : Nominal

Hasil Ukur : Dikumpulkan data untuk melihat apakah pasien memiliki riwayat pemakaian OAINS atau tidak Sindroma Dispepsia

Gastropati OAINS

OAINS

- Prevalensi

- Distribusi Usia

- Distribusi Jenis Kelamin

- Jenis OAINS yang digunakan


(50)

2. Variabel : Sindroma Dispepsia

Definisi Operasional : Setiap pasien yang didiagnosa dispepsia berdasarkan gejala klinis berupa nyeri ulu hati, rasa tidak enak pada perut, kembung, mual, dan muntah

Alat Ukur : Rekam Medis Cara Ukur : Observasi Skala : Nominal

Hasil Ukur : Dikumpulkan untuk melihat apakah pasien menderita dispepsia atau tidak

3. Variabel : Gastropati OAINS

Definisi Operasional : Pasien yang didiagnosa dispepsia berdasarkan gejala klinis dan didapati riwayat pemakaian OAINS sebelumnya

Alat Ukur : Rekam Medis Cara Ukur : Observasi Skala : Nominal

Hasil Ukur : Dikumpulkan data untuk melihat pasien yang didiagnosa dispepsia apakah disebabkan oleh pemakaian OAINS sebelumnya atau tidak 4. Variabel : Prevalensi

Definisi Operasional : Jumlah pasien yang terkena gastropati OAINS dibagi dengan jumlah populasi pasien yang didiagnosa dispepsia seluruhnya pada periode Juli-Desember

Alat Ukur : Rekam Medis Cara Ukur : Observasi Skala : Nominal

Hasil Ukur : Dihitung jumlah kasus lama dan kasus baru gastropati OAINS dibagi total populasi pasien dispepsia untuk mendapatkan prevalensi , hasil dalam bentuk persen.


(51)

5. Variabel : Distribusi Usia

Definisi Operasional : Kelompok pasien yang terkena gastropati OAINS berdasarkan usia

Alat Ukur : Rekam Medis Cara Ukur : Observasi Skala Ukur : Nominal

Hasil Ukur : Pasien dikelompokkan berdasarkan usia, yaitu usia 17-26 tahun, 27-36 tahun, 37-46 tahun, 47-56 tahun, 57-66 tahun, 67-76 tahun, dan 77-86 tahun.

6. Variabel : Distribusi Jenis Kelamin

Definisi Operasional : Kelompok pasien yang terkena gastropati OAINS berdasarkan jenis

Alat Ukur : Rekam Medis Cara Ukur : Observasi Skala Ukur : Nominal

Hasil Ukur : Pasien dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, yaitu laki-laki ataupun perempuan.

7. Variabel : Jenis OAINS yang digunakan

Definisi Operasional : OAINS yang sering digunakan oleh pasien yang tertera dalam riwayat pengobatan terdahulu dan berhubungan dengan

terjadinya gastropati OAINS, baik penggunaan tunggal ataupun kombinasi OAINS

Alat Ukur : Rekam Medis Cara Ukur : Observasi Skala Ukur : Nominal

Hasil Ukur : Jenis OAINS tertentu yang sering digunakan dan berhubungan dengan terjadinya gastropati OAINS, seperti meloxicam, asam mefenamat, dan sebagainya.


(52)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) dengan menggunakan data sekunder, yaitu rekam medis. Penelitian ini menggambarkan prevalensi gastropati OAINS di RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan Juli-Desember 2012.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Poli Penyakit Dalam Umum Wanita/Pria, Poli Gastroentero dan Hepatologi, dan Poli Reumatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari bulan Agustus sampai September 2013.

4.3 Populasi dan Data Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah semua rekam medis pasien dengan sindroma dispepsia di Poli Rawat Jalan Penyakit Dalam Umum Pria/Wanita, Poli Rawat Jalan Gastroentero dan Hepatologi, dan Poli Rawat Jalan Reumatologi di RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan Juli-Desember 2012.


(53)

4.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini diambil dari rekam medis dengan menggunakan teknik total sampling, dimana seluruh populasi digunakan sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah

Kriteria inklusi :

Semua data rekam medik dari Poli Rawat Jalan Penyakit Dalam Pria/Wanita, Gastroentero dan Hepatologi dan Reumatologi pada periode Juli-Desember 2012 untuk pasien yang memiliki riwayat penggunaan OAINS sebelumnya dan didiagnosa dispepsia disebabkan oleh pemakaian OAINS.

Kriteria eksklusi :

Rekam medis yang tidak lengkap status pasien, dan lembar pemeriksaan pasien.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis yang ada di Poli Rawat Jalan Penyakit Dalam Umum Pria/Wanita, Poli Rawat Jalan Gastroentero dan Hepatologi, dan Poli Rawat Jalan Reumatologi, di RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan Juli-Desember 2012. Dari jumlah populasi sindroma dispepsia yang didapat, diteliti dan dicatat sindroma dispepsia yang berhubungan dengan OAINS (Gastropati OAINS). Kemudian diteliti distribusi frekuensi usia dan jenis kelamin terbanyak terhadap terjadinya Gastropati OAINS, dan juga jenis-jenis OAINS yang sering digunakan.


(54)

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat, dan kemudian diolah dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS) versi 17.0, sesuai dengan tujan penelitian untuk mengetahui prevalensi gastropati OAINS di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode Juli-Desember 2012.


(55)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/MENKES/SK/VII/1990 dan sesuai dengan SK Menkes No. 502/MENKES/SK/IX/1991. Selain itu, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik juga merupakan Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Rumah sakit ini juga merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik terletak di Jalan Bunga Lau No.17 Km.12 Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Penelitian dilakukan Poli Rawat Jalan Penyakit Dalam Pria/Wanita, Poli Rawat Jalan Gastroentero dan Hepatologi dan Poli Rawat Jalan Reumatologi yang berada di lantai tiga dan di bagian Instalasi Rekam Medis yang berada di lantai satu, gedung Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Poli Penyakit Dalam Pria/Wanita, Poli Gastroentero dan Hepatologi, dan Poli Reumatologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik adalah sub divisi dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Poli ini memiliki catatan rekam medis terhadap pasien yang datang ke poli tersebut.

Instalasi Rekam Medis adalah tempat penyimpanan rekam medis/ data pasien dari semua poli yang ada di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, baik untuk pasien rawat jalan dan juga rawat inap. Penyimpanan data di Instalasi


(56)

Rekam Medis menggunakan sistem komputerisasi yaitu untuk mengetahui jumlah pasien berdasarkan diagnosis utama untuk periode waktu tertentu dan menggunakan sistem manual dalam hal penyimpanan data berupa hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, ataupun hasil rujukan. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang berasal dari rekam medis pasien dispepsia dengan mencatat nomor rekam medis pasien di Poli Rawat Jalan Penyakit Dalam Umum Pria/Wanita, Poli Rawat Jalan Gastroentero dan Hepatoloogi dan Poli Rawat Jalan Reumatologi dan kemudian membuka rekam medis pasien tersebut di bagian Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Data yang diambil adalah berasal dari periode bulan Juli hingga Desember 2012. Jumlah data keseluruhan yang dicatat nomor rekam medisnya dengan diagnosa dispepsia di Poli Rawat Jalan Penyakit Dalam Pria/Wanita, Poli Rawat Jalan Gastroentero dan Hepatologi, dan Poli Rawat Jalan Reumatologi adalah 209 data, dan dari data tersebut yang rekam medisnya lengkap, memenuhi kriteria penelitian dan tersedia di bagian Instalasi Rekam Medis berjumlah 198 data.

5.1.2.1 Prevalensi Gastropati OAINS

Dari penelitian yang telah dilakukan di Poli Rawat Jalan Penyakit Dalam Pria/Wanita, Poli Rawat Jalan Gastroentero dan Hepatologi, dan Poli Rawat Jalan Reumatologi didapati jumlah pasien yang didiagnosa dispepsia berjumlah 198 pasien dan dari jumlah tersebut yang gastropati OAINS ( gejala dispepsia yang disebabkan oleh pemakaian OAINS) adalah 72 orang, jadi prevalensinya dapat diihitung sebagai berikut :


(57)

Prevalensi Gastropati OAINS =

= 72/ 198 X 100%

= 36,36%

5.1.2.2 Distribusi Frekuensi Pasien Gastropati OAINS berdasarkan Usia

Distribusi frekuensi pasien gastropati OAINS berdasarkan usia pada periode Juli-Desember 2012 di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pasien Gastropati OAINS berdasarkan Usia pada Periode Juli-Desember 2012

Usia N %

17-26 3 4,2

27-36 4 5,6

37-46 8 11,1

47-56 18 25,0

57-66 16 22,2

67-76 18 25,0

77-86 5 6,9

Total 72 100

Berdasarkan tabel 5.1, didapati bahwa jumlah pasien gastropati OAINS pada rentang usia 17-26 tahun sebanyak 3 orang (4,2%), pada rentang usia 27-36 tahun sebanyak 4 orang (5,6%), pada rentang usia 37-46 tahun sebanyak 8 orang (11,1%),

Jumlah pasien yang gastropati OAINS (dispepsia OAINS)

Jumlah pasien yang didiagnosa dispepsia seluruhnya


(58)

pada rentang usia 47-56 tahun sebanyak 18 orang (25,0%), pada rentang usia 57-66 tahun sebanyak 16 orang (22,2%), pada rentang usia 67-76 tahun sebanyak 18 orang (25,0%), dan pada rentang usia 77-86 tahun sebanyak 5 orang (6,9%).

5.1.2.3 Distribusi Frekuensi Pasien Gastropati OAINS berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi data penelitian pasien gastropati OAINS berdasarkan jenis kelamin pada periode Juli-Desember 2012 di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pasien Gastropati OAINS berdasarkan Jenis Kelamin pada Periode Juli-Desember 2012.

Jenis Kelamin N %

Laki-laki 26 36.1

Perempuan 46 63.9

Total 72 100

Berdasarkan tabel 5.2, didapati bahwa untuk periode Juli-Desember 2012, jumlah pasien laki-laki yang gastropati OAINS adalah 26 orang (36.1%) dan perempuan sebanyak 46 orang (63,9%).

5.1.2.4 Jenis-jenis Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) yang sering digunakan Data penelitian yang menunjukkan jenis OAINS yang sering digunakan pada periode Juli-Desember 2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(59)

Tabel 5.3 Jenis-jenis OAINS yang sering digunakan pada periode Juli-Desember 2012.

Nama OAINS Frekuensi %

Asam Mefenamat 22 30.6

Ketorolac 3 4.2

Meloxicam 23 31.9

Na diclofenac 11 15.3

Ibuprofen 2 2.8

Asetilsalisilat (ASA) 11 15.3

Total 72 100

Tabel 5.3 di atas memperlihatkan bahwa jumlah pasien yang menggunakan OAINS berupa asam mefenamat ada 22 orang (30.6%), ketorolac ada 3 orang (4,2%), meloxicam ada 23 orang (31,9%), Na diclofenac ada 11 orang (15,3%), ibuprofen ada 2 orang (2,8%), dan Asetilsalisilat (ASA) ada 11 orang (15,3%).

5.2 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi terjadinya gastropati akibat penggunaan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS), mengetahui distribusi frekuensi pasien gastropati OAINS berdasarkan usia, jenis kelamin dan mengetahui jenis-jenis OAINS yang sering digunakan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada periode Juli-Desember 2012.

Diagnosa gastropati OAINS ditegakkan bila hasil anamnesis di rekam medis menunjukkan bahwa pasien mengeluhkan nyeri ulu hati, perut kembung, mual, ataupun muntah atau yang disebut sindroma dispepsia dan didapati adanya riwayat penggunaan OAINS sebelumnya.


(60)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik didapati bahwa jumlah pasien gastropati OAINS adalah 72 orang, jumlah pasien dengan diagnosa dispepsia keseluruhan adalah 198 orang, sehingga didapatkan prevalensi terjadinya gastropati yang disebabkan oleh penggunaan OAINS pada periode Juli-Desember 2012 adalah 36,36%. Prevalensi yang ditemukan di setiap daerah berbeda. Data yang didapatkan dari Konsensus Nasional Penatalaksanaan Gastro-enteropati OAINS di Indonesia oleh Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (2011), menyatakan berdasarkan data endoskopi berbasis rumah sakit, komplikasi saluran cerna akibat penggunaan OAINS cukup bervariasi dan relatif tinggi di beberapa daerah seperti, Makassar 71%, Jakarta 67,7%, Surabaya 61%, dan Malang 21%. Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (2011) juga melaporkan, di Malang dari 505 pasien gastropati yang menjalani endoskopi, didapatkan 22,6% berkaitan dengan OAINS, 65,3% berkaitan dengan jamu, dan 12,1% berkaitan dengan OAINS dan jamu dan di Yogyakarta pada tahun 2010, dari 585 pasien yang menjalani endoskopi atas didapat 59 kasus dengan gastropati OAINS (10,1%).

Penggunaan OAINS yang terbanyak adalah pada pasien yang memiliki riwayat penyakit terdahulu berupa penyakit muskuloskeletal penyakit kardiovaskular, atau penyakit serebrovaskular. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Roth (2005) di Amerika Serikat yang melaporkan 28% dari 142 pasien yang didiagnosa reumatoid artritis yang diberikan OAINS menderita ulserasi pada lambung. Dan juga sejalan dengan Schellack dalam South African Pharmauceutical Journal (2012) yang menyatakan bahwa OAINS juga digunakan sebagai profilaksis primer dan sekunder baik untuk penyakit kardiovaskular dan penyakit serebrovaskular.

Dari hasil penelitian ini didapati, distribusi frekuensi pasien gastropati OAINS berdasarkan usia terbanyak adalah usia 47-56 tahun yaitu 18 orang (25,0%), dan jumlah yang sama juga didapatkan pada usia 67-76 tahun yaitu berjumlah 18 orang


(61)

(1998) dalam American Journal of Gastroenterology, dalam suatu penelitian kohort didapati pasien yang menggunakan OAINS dan berumur lebih dari 60 tahun meningkatkan resiko untuk terjadinya perdarahan saluran cerna. Kemudian didukung juga oleh Pietzsch (2002) yang melakukan penelitian di Rumah Sakit Rostock Jerman, menemukan 58 pasien terkena perdarahan saluran cerna disebabkan oleh pemakaian OAINS sebelumnya dan salah satu faktor resikonya adalah umur di atas 60 tahun. Begitu juga halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Van Leen, Van Der Eijk, dan Schols (2007) di Belanda yang menemukan bahwa pasien yang berumur lebih dari 65 tahun yang menjalani perawatan di rumah (nursing homes) memiliki faktor resiko yang lebih besar untuk terkena gastropati OAINS. Schellack (2012) menyatakan bahwa hampir 70% dari populasi usia lebih dari 50 tahun menggunakan OAINS setidaknya satu kali dalam seminggu yang mana penggunaan OAINS untuk periode yang lama akan meningkatkan terjadinya gastropati OAINS. Kejadian gastropati OAINS dalam penelitian ini lebih sering mengenai usia diatas 50 tahun. Hal ini bisa disebabkan usia diatas 50 tahun memiliki kecenderungan terkena penyakit degeneratif. Namun kejadian gastropati OAINS juga dapat terjadi pada usia yang lebih muda, tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih kecil dibandingkan dengan yang berusia lebih dari 50 tahun.

Hasil penelitian ini menunjukkan distribusi frekuensi pasien gastropati OAINS yang terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah jenis kelamin perempuan, yaitu 46 orang (63,9%), sedangkan pada jenis kelamin laki-laki terdapat 26 orang (36,1%). Hasil ini didukung oleh studi yang dilakukan oleh Visser dan Graatsma (2002) di Belanda yang melakukan observasi pada pasien yang telah diresepkan OAINS dalam jangka waktu tertentu. Dari hasil observasi tersebut didapati bahwa pasien yang mengalami komplikasi saluran cerna kebanyakan adalah kelompok jenis kelamin perempuan (56%). Hal tersebut sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Waranughara, P, dan Pratomo (2010) di Rumah Sakit Saiful Anwar di Malang, yang menyatakan bahwa sebagian besar pasien yang terkena gastropati


(62)

OAINS berjenis kelamin perempuan. Kejadian gastropati OAINS dalam penelitian ini lebih banyak terjadi pada perempuan. Hal ini terjadi karena ada beberapa penyakit tertentu yang cenderung menyerang perempuan, contohnya penyakit rematik yaitu oseteoartritis (Isbagio, 1992). Akibatnya perempuan lebih sering mendapat terapi OAINS yang pada umumnya jangka panjang.

Jenis OAINS yang sering digunakan berdasarkan hasil penelitian adalah meloxicam, dimana penggunaannya didapati pada 23 orang (31,9%) dan diikuti dengan penggunaan asam mefenamat yang didapati pada 22 orang (30,6%). Meloxicam tergolong prefential COX-2 inhibitor cenderung menghambat COX-2 lebih dari COX-1 pada dosis terapi nyata, dan obat ini sering dipakai sebagai pengobatan artritis (Brunton, Parker, Blumenthal, dan Buxton,2008). Riwayat penggunaan obat Meloxicam banyak ditemukan pada penelitian ini, dimana hal tersebut bisa disebabkan oleh karena kebanyakan pasien di Rumah Sakit Haji Adam Malik adalah pasien anggota Asuransi Kesehatan (ASKES) dan jenis OAINS yang banyak tersedia dari ASKES adalah meloxicam. Asam mefenamat adalah jenis OAINS yang menghambat pembentukan COX-1 dan COX-2, obat ini sering dipakai untuk mengobati dismenorea, osteoartritis dan peradangan. (Brunton, Parker, Blumenthal, dan Buxton,2008).


(63)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Prevalensi gastropati OAINS di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada periode Juli-Desember 2012 adalah 72 orang (36,36%).

2. Distribusi frekuensi pasien gastropati OAINS berdasarkan usia yang terbanyak adalah usia 47-56 tahun dan 67-76 tahun yaitu 18 orang (25,0%).

3. Distribusi frekuensi pasien gastropati OAINS berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak adalah jenis kelamin perempuan yaitu 46 orang (63,9%)

4. Jenis OAINS yang sering digunakan dan berhubungan dengan terjadinya gastropati OAINS adalah Meloxicam dimana penggunaannya didapati pada 23 orang (31,9%)

6.2 Saran

1. Lokasi penelitian sebaiknya diperluas, mengingat masih banyak sentra diagnostik yang lain yang terdapat di kota Medan, sehingga data demografi yang diperoleh semakin akurat.

2. Rekam Medis sebagai sumber data penelitian sebaiknya lebih lengkap dalam melampirkan unsur-unsur demografi, pelaporan pemeriksaan, hasil pemeriksaan, dan follow up yang dilakukan. Tata cara penyimpanan data sebaiknya lebih spesifik dalam pengklasifikasian dan memenuhi standar baku yang baik sehingga memudahkan dalam pengolahan data.

3. Sehubungan dengan meningkatnya kejadian gastropati OAINS, maka sebaiknya dalam peresepan obat anti inflamasi non steroid dikombinasikan dengan obat yang melindungi mukosa lambung (mukosa protektif) khususnya


(64)

bagi pasien yang memiliki riwayat sindroma dispepsia, atau dengan memilih OAINS lebih selektif, yaitu COX-2 inhibitor yang memiliki efek samping minimal pada lambung.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Becker, J.C., Domschke, W., Pohle, T., 2004. Current Approach to Prevent NSAID-induced Gastropathy-COX Selectivity and beyond. British Journal of Clinical Pharmacology 58(6):587-600.

Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., Buxton, I., 2008. Goodman & Gilman’s Manual of Pharmacology and Therapeutics. New York : McGraw-Hill.

Dohil, R., Hassall, E., Jevon, G., Dimmick, J., 1999. Gastritis and Gastropathy of Childhood. Journal of Pediatric Gastroenterology & Nutrition 29 (4) : 378-394. Filaretova, L., 2013. Gastroprotective Role of Glucocorticoids During

NSAID-induced Gastropathy. Current Pharmaceutical Design 19 (1) : 29-33.

Furst, D.E., Ulrich, R.W., 2007. Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs, Disease-Modifying Antirheumatic Drugs, Nonopioid Analgesics, &Drugs Used in Gout. In : Katzung, B.G., ed. Basic & Clinical Pharmacology. 10th ed. Singapore : McGraw-Hill, 573-577.

Isbagio, H., 1992. Strategi Pengobatan Medikamentosa Penyakit Rematik. Cermin Dunia Kedokteran 78 : 25-31

Lanza, F.L., 1998. A Guideline for the Treatment and Prevention of NSAID-Induced Ulcers. Am Coll of Gastroenterology 93 (11) 2037-2045.

M, Pietsch et al., 2002. Results of systemic screening for serious gastrointestinal bleeding associated with NSAIDs in Rostock hospitals. Int J Clin Pharmacol Ther 40 (3) : 115-5.

Manan, C., Priosoeryanto, B.P., Daldiyono, Estuningsih, S., Rahminiwati, M., 2011. Dyspepsia in Nonsteroidal Anti Inflammatory Drugs Gastropathy. The Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology, and Digestive Endoscopy 12(2) : 100-103.


(66)

Marx, J.A., Hockberger, R.S., Walls, R.M., Adams, J.G., Barsan, W.G., 2010. Rosen's Emergency Medicine: Concepts and Clinical Practice. 7th ed. Philadelphia : Elsevier.

Nel, W., 2012. Gastritis and Gastropathy: More Than Meets The Eye. Continuing Medical Education 30 (2) : 61-66.

Omran, M.L., 2008. Diseases of the Stomach. In : Schimtz, P.G., ed. Internal Medicine Just the Facts. Singapore : McGraw-Hill, 310-313.

Papadakis, M., McPhee, S.J., 2013. Current Medical Diagnosis and Treatment. 52th ed. USA : McGraw-Hill.

Pashankar, D.S., Bishop, W.P., Mitros, F.A., 2002. Chemical Gastropathy: A Distinct Histopathologic Entity in Children. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition 35 : 653-657.

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. 2011. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Gastro-enteropati OAINS di Indonesia. Jakarta Pusat : Interna Publishing.

Pintor, E.L., Lumbreras, B., 2011. Use of Gastrointestinal Prophylaxis in NSAID Patients: A Cross Sectional Study in Community Pharmacies. Int J Clin Pharm 33 : 155-164.

Roth, S.H., 2005. Nonsteroidal Antiinflammatory Drug Gastropathy : We started it, we can stop it. Arch Intern Med 147 : 2093-100.

Roth, S.H., 2012. Coming to Terms with Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug Gastropathy 72 (7) : 873-879.

Sastroamoro S, Ismael S. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Cetakan 4. Jakarta: Binaputra Aksara.


(67)

Anti-Sherwood, L., 2010. Human Pyhsiology:From Cells to Systems.7th ed. Canada : Brooks/Cole, Cengage Learning.

Sinha, M., Gautam, L., Shukla, K.P., Kaur, P., Sharma, S., Singh, T.P., 2013. Current Perspective in NSAID-Induced Gastropathy. Mediators of Inflammation 2013 : 1-11.

Smith, D.D., 2010. Non-steroidal Anti-inflammatory Drugs and Their Skin Side Effects. Available From : updated 12 Jan 2013]

Standring, S. 2008. Gray’s Anatomy The Anatomical Basis of Clinical Practice. 40th ed. Spain : Elsevier.

Suyata, B.E., Bardiman S., Bakry F., 2004. A Comparison of Efficacy between Rebamipide and Omeprazole in the Treatment of NSAID Gastropathy. The Indonesian Journal of Gastroenterology Hepatology and Digestive Endoscopy 5 (3): 89-94.

Tortora, G.J., Derrickson, B., 2009. Priciples Of Anatomy and Physiology.12th ed. USA : John Wiley&Sons, Inc.

Tugushi, M. 2011. Nonsteroidal Anti Inflamatory Drug (NSAID) Associated Gastropathies.

Available from:

http://www.worldmedicine.ge/?Lang=2&level1=5&event=publication&id=39 [Accessed 22 May 2013, last updated 2011]

Valle, J.D., 2008. Peptic Ulcer Disease and Related Disorders. In: Fauci, A.S., Kasper, D.L., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L, Jameson, J.L., Loscalzo, J.,eds. Harrison’s Principle of Internal Medicinie. 17th ed. New York : McGraw-Hill, 1855-1857.


(68)

Van Leen, M.W.F., Van Der Eijk, I., Schols, M.G.A., 2007. Prevention of NSAID Gastropathy in elderly patients. An observational study in general practice and nursing homes. Age and Aging 36 : 414-418.

Visser, L.E., Graatsma, H.H., Stricker, B.H.Ch., 2002. Contraindicated NSAIDs are frequently prescribed to elderly patients with peptic ulcer disease. Br J Clin Pharmacol 53: 183-188.

Waranugraha,Y., Suryana, B.P., Pratomo, B., 2010. Hubungan Pola Penggunaan OAINS dengan Gejala Klinis Gastropati pada Pasien Rematik. Jurnal Kedokteran Brawijaya 26 (2) 107-12.


(69)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi Nama Lengkap Jenis Kelamin

Tempat Tanggal Lahir Warga Negara Status Agama Alamat Mobile E-mail

: CARINA SHELIA : Perempuan

: Medan, 08 April 1993 : Indonesia

: Belum Menikah : Kristen Protestan

: Kompleks Taman Setia Budi Indah Blok F No. 64 Medan : 081376147321

Latar Belakang Pendidikan

1998 - 2004 2004 - 2007 2007 - 2010 2010 - Sekarang

: SD St. Antonius 2 Medan : SMP St.Thomas 1 Medan : SMA St. Thomas 1 Medan


(70)

Pengalaman Organisasi : 1. KMK FK USU 2010-sekarang 2. Anatomy Club 2013- sekarang

Pengalaman Kepanitiaan : 1. Panitia Natal FK USU 2011-2012 2. Panitia Paskah FK USU 2011-2012 3. Panitia Porseni FK USU 2012

4. Panitia Bakti Sosial Mahasiswa Kristen Fakultas Kedokteran USU 2012-2013

Pengalaman Seminar dan Pelatihan:

1. Seminar dan Workshop Terapi Cairan & Managemen Luka, TBM FK USU 2011

2. Seminar dan Workshop Pengenalan Alat Bedah Minor dan Sirkumsisi SCOPH FK USU 2011

3. Workshop Penulisan Karya Tulis Ilmiah SCORE PEMA FK USU 2013.

4. Seminar Internasional Scientific Project and Olympiad of Sriwijaya (SPORA), Palembang 2013

Pengalaman Lomba :

1. Semifinalis Lomba Olimpiade Kedokteran Scientific Project and Olympiad of Sriwijaya,


(71)

(72)

Lampiran 2 (Ethical Clearence)


(73)

(74)

(75)

Lampiran 3


(76)

(77)

(78)

(79)

(80)

(81)

Lampiran 4

(Formulir Rekam Medis)

No. Rekam Medis : Nama pasien :

Umur : tahun Jenis Kelamin :

Keluhan Utama :

RPO dan RPT : Diagnosa :


(82)

Laampiran 4 (Data Induk)


(83)

Nama Usia

Jenis

Kelamin Keluhan Utama RPT RPO

AS 56 laki2 nyeri perut bag.kiri sakit kepala asam

AL 77 laki2 nyeri perut DM, nyeri kepala asam mef

AC 21 laki2

mual, perut

menghisap TB paru asam mef

AB 79 perempuan nyeri ulu hati OA, anxiety disorder asam

AT 48 perempuan nyeri ulu hati PJK Aset

BT 71 perempuan mual, nyeri ulu hati PJK Aset

BK 69 laki2 nyeri ulu hati OA, Hipertensi, DM melo

CD 58 perempuan nyeri ulu hati dislipidemia, OA asam mef

CJ 30 perempuan nyeri ulu hati spondiloestesis, LBP Na d

DE 74 laki2 nyeri perut, ulu hati hipertensi Aset

DS 49 laki2 nyeri perut bag.atas DM II, CAD Aset

DR 70 perempuan nyeri pada perut spondilitis, cervicitis asam

DM 21 perempuan nyeri ulu hati, mual. sakit kepala Aset

DL 48 laki2

kembung, nyeri ulu

hati maag melo

EG 73 perempuan nyeri perut PJK melo

ET 73 perempuan nyeri ulu hati OA, dislipidemia Aset

nyeri ulu hati Lampiran 5


(84)

GT 49 laki2

nyeri perut kanan

bawah TB paru melo

HM 69 laki2 kembung, mual hipertensi, OA melo

HL 40 perempuan sakit ulu hati, mual Na d

HS 66 perempuan nyeri ulu hati OA melo

IK 52 laki2 nyeri ulu hati OA,spondilitis asam mef

JM 39 perempuan nyeri menjalar nevus pigmentosa asam mef

KT 46 laki2 nyeri ulu hati OA melo

LM 75 perempuan nyeri perut bagian kiri sakit kepala Na d

MA 41 laki2 nyeri perut, mual OA Na d

MP 73 laki2 nyeri perut bagian kiri rematik, OA melo

MU 65 perempuan nyeri perut bag.atas OA, DM, Hipertensi melo

MS 55 perempuan nyeri perut bag.atas cervitis keto

MB 60 perempuan nyeri ulu hati dislipidemia asam mef

ML 59 perempuan nyeri perut bag.kiri Rhinitis alergi, ibup

MH 60 perempuan mual DM, PJK asam

MH 73 perempuan

nyeri ulu hati,

kembung melo

MJ 31 perempuan sakit perut asam mef

MS 58 perempuan nyeri ulu hati nyeri dada asam mef


(85)

NI 56 perempuan nyeri perut iskemia, ischialgia melo

NH 46 perempuan mual, nyeri perut OA, Hipertensi melo

NT 41 perempuan nyeri ulu hati alergi, DM keto

NP 77 laki2 kembung,mual dispepsia, spondilitis melo

NR 59 perempuan nyeri ulu hati, mual. rhinitis alergi Na d

NL 61 perempuan nyeri ulu hati OA Na d

OK 65 laki2 nyeri perut OA Na d

PM 67 perempuan nyeri perut bagian atas Batu buli asam mef

PB 75 perempuan nyeri perut hipertensi, batu ginjal Na d

RD 44 perempuan nyeri ulu hati disparunea, PID ibup

RS 74 perempuan nyeri perut, ulu hati LBP, nyeri dada Na d

RB 54 perempuan nyeri perut bag.bawah PJK Aset

RS 49 perempuan nyeri ulu hati Hipertensi melo

RH 46 laki2

nyeri ulu hati,

kembung nyeri sendi melo

RK 62 perempuan nyeri ulu hati OA melo

RI 56 perempuan nyeri ulu hati OA asam mef

RS 57 perempuan nyeri perut Hipertensi Aset

RP 30 laki2 nyeri ulu hati mucositis melo

SS 68 laki2 nyeri ulu hati, mual. Hipertensi melo

SH 51 laki2 kembung OMSK asam mef

SP 67 perempuan nyeri ulu hati LBP, Hipertensi melo


(86)

SA 47 perempuan nyeri perut nyeri dada Aset

SM 57 perempuan nyeri ulu hati Dispepsia, DM II asam mef

SL 51 perempuan nyeri ulu hati nyeri kepala asam mef

SI 60 perempuan nyeri ulu hati RA asam mef

SP 33 perempuan nyeri ulu hati, muntah OA asam

TD 61 laki2 perut kembung, mual Hipertensi, OA, dispepsia Aset

TG 81 perempuan kembung, mual

hipertensi, OA,

dislipidemia melo

TT 51 laki2 nyeri ulu hati tumor paru Na d

TS 56 perempuan nyeri ulu hati asma Aset

TG 86 laki2 nyeri perut PSMBA, sakit kepala asam mef

UT 63 perempuan nyeri ulu hati dispepsia, OA melo

WS 52 laki2 nyeri perut bag,atas CAD asam mef


(87)

(1)

SA

47

perempuan

nyeri perut

nyeri dada

Aset

SM

57

perempuan

nyeri ulu hati

Dispepsia, DM II

asam mef

SL

51

perempuan

nyeri ulu hati

nyeri kepala

asam mef

SI

60

perempuan

nyeri ulu hati

RA

asam mef

SP

33

perempuan

nyeri ulu hati, muntah

OA

asam

TD

61

laki2

perut kembung, mual

Hipertensi, OA, dispepsia

Aset

TG

81

perempuan

kembung, mual

hipertensi, OA,

dislipidemia

melo

TT

51

laki2

nyeri ulu hati

tumor paru

Na d

TS

56

perempuan

nyeri ulu hati

asma

Aset

TG

86

laki2

nyeri perut

PSMBA, sakit kepala

asam mef

UT

63

perempuan

nyeri ulu hati

dispepsia, OA

melo

WS

52

laki2

nyeri perut bag,atas

CAD

asam mef


(2)

(3)

Lampiran 5

(Data SPSS)

Statistics

UMUR

N Valid 72

Missing 0

Mode 73

Range 69

Minimum 17

Maximum 86

Statistics

OAINS Umur Jenis kelamin

N Valid 72 72 72

Missing 0 0 0


(4)

UMUR1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 10-19 1 1.4 1.4 1.4

20-29 2 2.8 2.8 4.2

30-39 5 6.9 6.9 11.1

40-49 14 19.4 19.4 30.6

50-59 17 23.6 23.6 54.2

60-69 16 22.2 22.2 76.4

70-79 15 20.8 20.8 97.2

80-89 2 2.8 2.8 100.0

Total 72 100.0 100.0

Statistics

JENIS KELAMIN

N Valid 72

Missing 0


(5)

JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki2 26 36.1 36.1 36.1

Perempuan 46 63.9 63.9 100.0

Total 72 100.0 100.0

Statistics

OAINS

N Valid 72

Missing 0

Mode 3

OAINS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid asam mefenamat 22 30.6 30.6 30.6

ketorolac 3 4.2 4.2 34.7


(6)

Na diclofenac 11 15.3 15.3 81.9

ibuprofen 2 2.8 2.8 84.7

ASA 11 15.3 15.3 100.0