commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan
pengendalian yang tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri Tarwaka, dkk, 2008. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja mengupayakan agar
resiko bahaya dapat diminimalisasi melalui teknologi pengendalian terhadap lingkungantempat kerja serta upaya mencegah dan melindungi tenaga kerja
agar terhindar dari dampak negatif dalam melaksanakan pekerjaan Budiono, 2003.
Sejalan dengan pertumbuhan industri sekarang ini jelas memerlukan kegiatan tenaga kerja sebagai unsur dominan yang mengelola
bahan bakumaterial, mesin, peralatan dan proses lainnya yang dilakukan ditempat kerja, guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi
masyarakat. Oleh karena itu, tenaga kerja mempunyai peranan yang sangat penting sebagai penggerak roda pembangunan nasional khususnya yang
berkaitan dengan sektor industri. Disamping itu tenaga kerja adalah unsur yang langsung berhadapan dengan berbagai akibat dari kegiatan industri,
sehingga sudah seharusnya kepada mereka diberikan perlindungan dan pemeliharaan kesehatan Budiono, 1992.
commit to user 2
Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan Kerja, bahwa upaya kesehatan kerja harus diselenggarakan
disemua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan
paling sedikit 10 orang. Sebab utama kejadian kecelakaan kerja adalah adanya faktor dan persyaratan K3 yang belum dilaksanakan secara benar
substandart. Faktor penyebab kecelakaan kerja meliputi faktor manusia atau dikenal dengan istilah tindakan tidak aman unsafe action, faktor lingkungan
atau dikenal dengan kondisi tidak aman unsafe conditions dan interaksi sarana dan pendukung kerja Tarwaka, 2008.
Penyebab dari kecelakaan tersebut ada dua yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu
yang langsung menyebabkan terjadinya kecelakaan. Penyebab tidak langsung merupakan faktor yang turut memberikan kontribusi terhadap kejadian
tersebut Ramli, 2009. Untuk mencegah terjadinya Penyakit Akibat Kerja PAK dan Kecelakaan Akibat Kerja KAK dilakukan pencegahan dengan 5
cara, yaitu eliminasi, subtitusi, engineering rekayasa, administrasi dan Alat Pelindung Diri APD. Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health
Administration, pesonal protective equipment atau alat pelindung diri APD didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka
atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya hazard di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik,
mekanik dan lainnya. Penggunaan APD terhadap tenaga kerja merupakan
commit to user 3
pilihan terakhir apabila 4 pengendalian resiko eliminasi, subtitusi, engineering rekayasa dan administrasi tidak dapat dilakukan atau dapat
dilakukan namun demikian masih terdapatpotensi bahaya yang dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja Anizar, 2009.
Menurut Lawrence Green tahun 1980 dalam Notoatmodjo, 2010 masalah kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor, yakni behafioral factors
faktor perilaku dan non behafioral factors faktor non perilaku. Sedangkan faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu faktor-faktor
predisposisi predisposing factors, faktor-faktor pemungkin enabling factors dan faktor-faktor penguat reinforcing factors. Faktor predisposisi
predisposing factors meliputi pengetahuan, sikap, nilai-nilai budaya, kepercayaan dari orang tersebut tentang dan terhadap perilaku tertentu
tersebut dan beberapa karakteristik individu misalnya umur, jenis kelamin, masa kerja dan tingkat pendidikan. Faktor-faktor pemungkin enabling
factors ialah faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu tersebut, meliputi ketersediaan sarana yang meliputi kondisi dan kelengkapan
APD, adanya peraturan-peraturan, komitmen dan keterampilan. Faktor-faktor penguat reinforcing factors adalah adanya kebijakan dan penilaian
Notoatmodjo, 2010. PT. Suwastama Pabelan merupakan sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang industri kerajinan dengan orientasi export. Bahan baku yang digunakan antara lain rotan, enceng gondok, pandan, pelepah pisang,
commit to user 4
dan tapas kelapa. Dalam proses produksinya menggunakan mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan dan lingkungan kerja yang berdebu.
Dari hasil survei di tempat pembuatan barang berbahan dasar rotan, didapatkan hampir 50 pekerja tidak memakai APD sesuai prosedur. Dari
hasil pengukuran kebisingan diketahui bahwa kebisingan mencapai 89 dB. Pekerjanya tidak memakai earplug yang seharusnya, tetapi mereka
menggunakan headset untuk mengurangi bising. Headset disini tentunya tidak dapat mengurangi kebisingan tetapi menambah bising yang diterima
oleh telinga pekerja. Selain earplug, APD yang tidak digunakan secara benar adalah masker. Pekerja memakai masker dengan hanya dikaitkan di telinga
tanpa menutupi hidung dan mulut. Padahal dengan debu yang dihasilkan dari proses produksi rotan tersebut beresiko menimbulkan Panyakit Akibat Kerja
PAK. Data penyakit akibat kerja selama setahun didapatkan hasil bahwa hampir setiap bulan terdapat PAK. Penyakit Akibat Kerja yang paling tinggi
diderita para pekerja adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA. Misalnya saja pada bulan maret diketahui penyakit ISPA sebanyak 43,30,
pusing 10,46, gastritis 6,27, penyakit kulit 6,06 dan sisanya penyakit pernafasan, penyakit pencernaan, herpes dan lain-lain. Dibandingkan dengan
penyakit yang lain ISPA memiliki resiko tertinggi PAK mengingat lingkungan kerja yang menghasilkan banyak debu. Penggunaan masker
memang tidak melindungi sepenuhnya, tetapi paling tidak dapat mengurangi resiko terpapar debu.
commit to user 5
Dengan mengacu pada hasil survei awal yang dilakukan oleh
penulis, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai
”Hubungan Faktor Enabling dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri APD pada Tenaga Kerja Di PT. Suwastama Pabelan
”.
B. Rumusan Masalah