UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR PENCAK SILAT KUDA-KUDA TENGAH KANGKANG DENGAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V B SD MUHAMMADIYAH 1BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR PENCAK SILAT KUDA-KUDA TENGAH KANGKANG

DENGAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V B SD MUHAMMADIYAH 1 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Skripsi)

Oleh

ANGGRAHENI A.W

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ii ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR PENCAK SILAT KUDA-KUDA TENGAH KANGKANG

DENGAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V B SD MUHAMMADIYAH 1 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh Anggraheni A.W

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil pembelajaran gerak dasar pencak silat kuda-kuda tengah kangkang dengan alat bantu. Yaitu siklus satu dengan alat bantu tali rafia yang dipancangkan pada kedua atas sisi paha pada saat siswa melakukan gerakan kuda-kuda tengah kangkang. Kemudian siklus kedua kursi (bangku sekolah) yang diangkat pada saat melakukan gerakan kuda-kuda tengah kangkang agar dapat menahan bentuk kuda-kuda-kuda-kuda tetap konsisten. Dan siklus ketiga menggendong kawan yang berat dan tingginya hampir sama pada siswa kelas V B SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Class room Action Reserch), dengan tiga siklus, dimana pada setiap siklus menggunakan tindakkan yang berbeda-beda. Siklus pertama menggunakan tali rafia yang dipancangkan pada kedua sisi paha, siklus kedua menggunakan kursi (bangku sekolah) yang diangkat pada saat melakukan gerakan kuda-kuda tengah kangkang dan siklus ketiga menggendong kawan yang berat dan tingginya hampir sama dengan posisi kuda-kuda tengah kangkang. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan gerak dasar pencak silat kuda-kuda tengah kangkang melalui penggunaan alat bantu pada setiap siklusnya, adapun peningkatan pada setiap siklus adalah sebagai berikut tes awal 18,42 %, siklus kesatu sebesar 47,37 %, siklus kedua sebesar 60,52 %, dan siklus ketiga sebesar 92,1 %.


(3)

iii

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR PENCAK SILAT KUDA-KUDA TENGAH KANGKANG

DENGAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V B SD MUHAMMADIYAH 1BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

ANGGRAHENI A.W Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

iv

Judul Skripsi : UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR PENCAK SILAT KUDA-KUDA TENGAH KANGKANG DENGAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V B SD MUHAMMADIYAH 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : Anggraheni A.W Nomor Pokok mahasiswa : 0613051060

Program Studi : Pendidikan Jasman dan Kesehatan

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Drs. Usman Adam, M.Pd Drs. Akor Sitepu, M.Pd NIP. 19520229 198303 1 004 NIP. 19590117 198403 1 001

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharuddin, M.Pd. NIP. 19510507 198103 1 002


(5)

v

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Usman Adam, M.Pd ...

Sekretaris : Drs. Akor Sitepu, M.Pd ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Surisman, M.Pd ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003


(6)

vi

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Anggraheni A.W

NPM : 0613051060

Tempat tanggal lahir : Way Jepara, 14 April 1987

Alamat : Perumnas GNL Blok B.4 Natar, Lampung Selatan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Pencak Silat Kuda-Kuda Tengah Kangkang Dengan Alat Bantu Pada Siswa Kelas V B SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung ” adalah benar-benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 24 Mei – 14 Juni 2012. Skripsi ini bukan hasil plagiat, ataupun hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenar-benarnya, apabila

dikemudian hari terjadi kesalahan, penulis bersedia menerima sanksi akademik sebagaimana yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung, 19 Februari 2013


(7)

vii MOTTO

Motivasi terbesar berada dalam diri kita sendiri, orang lain hanyalah sebagai pendorong agar kita lebih semangat dalam mencapai tujuan

(By : Anggraheni A.W)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Q. S. Alam Nasroh: 5-6)

Sesungguhnya jika kamu bersyukur niscaya aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat ku maka sesungguhnya azab


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kuucapakan kehadirat Allah SWT atas semua anugerah yang telah diberikan kepadaku…

Karya ini kupersembahkan kepada:

Ayahanda M. Archani dan Ibundaku Rodiyah tercinta Yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan yang

begitu besar sampai sepanjang masa...

Suamiku Slamet Priadi, S.Pdi dan putra pertamaku M. Syafiq Nugroho yang telah genap berusia 2 tahun, yang selalu mendampingi dan menemanku setiap saat dan setiap waktu serta memberiku inspirasi dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Masku M. Machsun, M.Pd dan mbakku Soraya Murcita Ningrum, M.Si yang aku sayangi terima kasih karena selama ini telah mendidikku serta menjadikanku mandiri serta berakhlak mulia serta keponakan-keponakanku Adzka dan nafis dan adikku yang

aku sayangi Retno Ayu Dewi Putri yang selalu memberiku motivasi dalam menjalani hidup.

Sahabat-sahabatku serta kawan-kawan seperjuangan yang telah membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini.


(9)

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Braja Asri, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung pada Tanggal 14 April 1987 dari pasangan Bapak Muhammad Archani dan Ibu Rodiyah. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah Braja Asri Way Jepara Lampung Timur pada tahun 2000, tingkat SLTP di SMP Negeri 1 Way Jepara Lampung Timur pada tahun 2003, tingkat SMA di SMA Muhammadiyah 1 Way Jepara Lampung Timur pada tahun 2006. Penulis diterima di Universitas Lampung, Pada Fakultas Pertanian melalui tes SPMB pada tahun 2006, kemudian penulis mengajukan Transfer Fakultas pada semester 3 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Jasmani pada tahun 2007. Selama menjadi Mahasiswa penulis pernah aktif di dalam UKM Pencak Silat Tapak Suci Putra Muhammdiyah di Universitas Lampung dan pernah mengikuti beberapa event kejuaraan Pencak Silat antar Universitas di tingkat Nasional.


(10)

x

SANWACANA

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji Syukur penulis haturkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Pencak Silat Kuda-Kuda Tengah Kangkang Dengan Alat Bantu Pada Siswa Kelas V B SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam Penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Drs. Baharudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung.

3. Drs. Usman Adam, M.Pd selaku pembimbing I dalam penulisan

skripsi ini yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis. 4. Drs. Akor Sitepu, M.Pd selaku pembimbing II dalam penulisan skripsi


(11)

xi

5. Drs. Surisman, M.Pd selaku pembahas dalam penulisan skripsi ini

yang telah memberikan pengarahan, keritik dan saran kepada penulis. 6. Bapak dan ibu dosen Penjaskes yang telah membantu dalam proses

perkuliahan, pembimbingan, pembinaan dan atas segala ilmu yang telah

diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu di staf Tata Usaha FKIP Unila.yang telah membantu proses

terselesaikannya skripsi ini.

8. Kepala SD Muhammadiyah 1 Bamdar Lampung beserta dewan guru yang

telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 19 Februari 2013 Penulis


(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G.Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani ... 9

1. Hakikat Pendidikan Jasmani ... . 9

2. Pengertian Belajar Mengajar ... . 10

3. Belajar Dan Pembelajaran ……….. 11

4. Hasil Belajar ……….. 12

5.Model Pembelajaran ... .. 14

6.Alat Bantu ... 16

B. Pencak Silat ... 18

C.Kuda-Kuda Tengah Kangkang ... 19

D.Ketrampilan Gerak Dasar ... 20

E. Kerangka Pikir ... 21

F. Hipotesis ... 21

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 23

B. Subyek Penelitian ... 28

C. Tempat Dan Waktu ... 28

D. Proses Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar Pencak Silat Kuda-Kuda Tengah kangkang ... 29

E. Instrumen Penelitian ... 33


(13)

xiii

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 36

B. Pembahasan ... 48

C. Uji Hipotesis ... 53

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penetapan KKM ……….... ... 34 2. Poin/ Skor Pada Setiap Kriteria ……… .... 34 3. Deskripsi Hasil PTK Pembelajaran Gerak dasar Pencak Silat Kuda-Kuda Tengah Kangkang ... 37 4. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Laki-laki dan Perempuan Pembelajaran Gerak Dasar Pencak Silat Kuda-Kuda Tengah Kangkang ... 42 5. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar Pencak Silat

Kuda-Kuda Tengah Kangkang Pada Tes Awal ... 44 6. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar Pencak Silat

Kuda-Kuda Tengah Kangkang Siklus 2 ... 46 7. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar Pencak Silat

Kuda-Kuda Tengah kangkang Siklus 3... 47 5. Hasil Ketuntasan Pembelajaran Gerak Dasar Pencak Silat Kuda-Kuda Tengah Kangkang Pada Setiap Siklus ... 47


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kuda-Kuda Tengah kangkang ………..………... 19

2. Bagan Model penelitian Tindakan Kelas Suharsismi Arikunto (2007: 16) .…………..………. 27

3. Diagram Batang Perbandingan Prosentase Nilai Ketuntasan Belajar Laki-Laki Dan Perempuan pada tes Awal-Siklus 1………….. 39

4. Diagram Batang Perbandingan Prosentase Nilai Ketuntasan Belajar Laki-Laki Dan Perempuan pada tes Awal-Siklus 1-2 …..…… 40

5. Diagram Batang Perbandingan Prosentase Nilai Ketuntasan Belajar Laki-Laki Dan Perempuan pada tes Awal-Siklus 2-3 ... ... 42

6. Diagram Batang Perbandingan Prosentase Nilai Rata-Rata Kelas Dan Ketuntasan Belajar Pada Temuan Awal, Siklus 1, 2 Dan Siklus 3 ... 43

7. Dokumentasi pengambilan data tes awal ……….. ... 90

8. Dokumentasi pengambilan data siklus 1 ……….. ... 92

9. Dokumentasi pengambilan data siklus 2 ……….. ... 93

10.Dokumentasi pengambilan data siklus 3 ……….. ... 94


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Langkah-Langkah Perhitungan Hasil Penelitian ... 60

2. Indikator Penilaian (Instrumen) Gerak Dasar Pencak Silat Kuda-Kuda Tengah Kangkang ……….. 62

3. Hasil Tes Awal Gerak Dasar Pencak Silat Kuda-Kuda Tengah Kangkang ... 68

4. Hasil Tes Siklus Pertama Gerak Dasar Pencak Silat Kuda-Kuda Tengah Kangkang ... 69

5. Hasil Tes Siklus Kedua Gerak Dasar Pencak Silat Kuda-Kuda Tengah Kangkang ... 70

6. Hasil Tes Siklus Ketiga Gerak Dasar Pencak Silat Kuda-Kuda Tengah Kangkang ... 71

7. Hasil Peningkatan Nilai Tes Awal Ke Nilai Tes Siklus Satu ... 72

8. Hasil Peningkatan Nilai Tes Siklus Kesatu Ke Nilai Tes Siklus Kedua 73

9. Hasil Peningkatan Nilai Tes Siklus Kedua Ke Nilai Tes Siklus Ketiga 74

10. Hasil Peningkatan Nilai Tes Awal Ke Nilai Tes Siklus Kedua ... 75

11. Hasil Peningkatan Nilai Tes Awal Ke Nilai Tes Siklus Ketiga ... 76

12. Jadwal Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Kesatu ... 77

13. Jadwal Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Kedua ... 78

14. JadwalRencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Ketiga ... 79

15. Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP) ... 81

16. Daftar Absen Kelas V B ... 86

17. Surat Izin Penelitian ... 87

18. Surat Keterangan Penelitian …………... ... 88

19. Daftar Hadir Seminar Proposal ………... .... 89


(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, dan mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal

semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar dapat membangun dirinya serta bersama-sama bertangung jawab atas pembangunan bangsa.

Pembangunan bangsa merupakan tanggung jawab kita bersama dan salah satu upaya untuk mewujudkan bentuk manusia yang memiliki ketaqwaan,

kecerdasan, budi pekerti dan semangat kebangsaan cinta tanah air sesuai dengan Pancasila adalah melalui Pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kebugaran jasmani, kemampuan kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indoenesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan pancasila. Pendidikan jasmani bukan saja mengembangkan dan membangkitkan potensi individu, tetapi juga ada unsur pembentukan yang mencakup kemampuan fisik, intelektual, emosional, sosial dan moral- spiritual.


(18)

2

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilisasi

emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktifitas jasmani dan olahraga. Ada berbagai macam aktifitas olahraga dalam

pendidikan jasmani seperti olahraga permainan : Bela Diri (Pencak Silat) sepakbola, bola voli, basket, dan lain-lain,ada juga olahraga aquatik (air) : renang, polo air, kemudian ada juga nomor – nomor lomba seperti senam dan atletik.

Dalam Pendidikan jasmani, bela diri merupakan salah satu aktifitas jasmani yang efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak, gerakan-gerakan pada olahraga bela diri sangat sesuai untuk mengisi program pendidikan jasmani seperti kekuatan, kecepatan, kelentukan, dan

kesimbangan. Ada beberapa macam cabang dalam bela diri seperti pencak silat, karate, taekwondo, judo, gulat, kempo, tinju dan salah satu yang diajarkan di sekolah khususnya pada siswa tingkat Sekolah Dasar adalah : cabang olahraga pencak silat. Cabang olahraga pencak silat tersebut yang akan dibahas lebih lanjut adalah gerak dasar pencak silat khususnya gerak dasar pencak silat kuda-kuda tengah kangkang.

Salah satu permasalahan yang muncul dan dihadapi oleh guru pendidikan jasmani dalam mengajar materi pencak silat khususnya gerak dasar pencak silat kuda-kuda tengah kangkang adalah bagaimana memilih strategi, pendekatan dan metode pembelajaran yang cocok untuk menyampaikan


(19)

3

materi pelajaran sesuai dengan karakteristik dan kompetensi siswa serta kemampuan memahami dan melakukan gerakan dengan benar. Maka dari itu, saat ini guru diharuskan lebih kreatif dalam menyusun metode pembelajaran agar lebih bervariasi. Dengan banyaknya ragam dan metode pembelajaran serta penggunaan alat bantu pada pembelajaran gerak dasar pencak silat, khususnya gerakan kuda-kuda tengah kangkang diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar.

Gerak dasar pencak silat kuda-kuda tengah kangkang merupakan jenis keterampilan yang menuntut kemampuan yang tinggi, karena pada saat melakukan kuda-kuda tengah kangkang siswa harus mempertahankan bentuk kuda-kuda-kuda-kuda agar tetap stabil. Karena itu, dalam melakukan gerakan kuda-kuda tengah kangkang siswa harus mempunyai kemampuan menahan bentuk kuda-kuda yang baik agar tetap stabil. Sehingga dapat bertahan lebih lama dan dapat melakukan gerakan kuda-kuda tengah kangkang dengan sempurna.

Pembelajaran Penjas pada kelas V B SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung merupakan pengembangan dari materi yang ada di kelas V B. Sehingga guru beranggapan bahwa siswa akan mudah menerima pembelajaran dengan baik. Namum apa yang terjadi di kelas ini tidaklah demikian. Siswa merasa kesulitan dalam menerima pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Guru merasakan kejanggalan tersebut sehingga guru akan mencoba menanggulangi

permasalahan tersebut dengan mengetahui masalah yang sebenarnya. Adapun hal-hal yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar pencak silat adalah sebagai berikut: kurangnya pengetahuan siswa dalam melakukan gerak dasar pencak silat yang menyebabkan kurangnya


(20)

4

kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar pencak silat, kurangnya kemauan siswa untuk berlatih gerak dasar pencak silat yang disebabkan oleh kurangnya sarana dan prasarana pada pembelajaran tersebut.

Dilihat dari daftar nilai siswa, nilai yang didapat oleh siswa rata-rata hanya mencapai 60. Padahal nilai standar untuk Penjas adalah 67 dan berdasarkan pengamatan yang dilakuakan pada siswa kelas V B SD Muhammadiyah I Bandar Lampung pada kegiatan pembelajaran, bahwa dari hasil daftar nilai raport semester 1 mata pelajaran Penjas, hasil yang diperoleh siswa belum maksimal. Hal ini terlihat dari 38 siswa yang mengikuti ujian hanya ada 40 % siswa yang mampu mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu 67 selebihnya 60 % belum memcapai KKM.

Nilai hasil ulangan siswa yang ditunjukan pada daftar nilai tersebut bagi guru mata pelajaran Penjas dalam hal ini adalah peneliti, maka peneliti

mengharapkan siswa bisa mendapatkan nilai yang sesuai standar yang telah ditetapkan standar KKM yaitu 67. Untuk itu guru perlu memikirkan strategi pembelajaran yang baru.

Alasan-alasan tersebut di atas menjadikan guru menginginkan untuk

melakukan penelitian guna mengkaji lebih dalam permasalahan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung di kelas.

Penelitian yang dilakuakan oleh peneliti tentunya menginginkan hal yang lebih positif yaitu pembelajaran yang berlansung pada setiap materi pelajaran Penjas dalam masalah yang lebih optimal. Dikatakan optimal jika siswa mendapatkan nilai sesuai dengan standar bahkan melebihi standar yang ada. Jika siswa


(21)

5

mendapat nilai sesuai dengan standar bahkan melebihi nilai standar maka pembelajaran tersebut dianggap telah tuntas.

Upaya yang diperkirakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

pembelajaran Penjas ini penelitian dengan Pembelajaran Gerak Dasar Pencak Silat Kuda- Kuda Tengah Kangkang Dengan Alat Bantu. Melalui penerapan Pembelajaran Gerak Dasar Pencak Silat Kuda- Kuda Tengah Kangkang Dengan Alat Bantu diharapkan dapat meningkatkan nilai siswa sesuai dengan ketentuan standar yaitu mencapai atau bahkan melebihi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu 67.

Masalah ini perlu pengkajian dari guru mata pelajaran untuk dapat mengetahui masalah yang ada dalam diri siswa tersebut mengapa nilai yang didapatkan tidak memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum).

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba untuk mengadakan penelitian yang berkaitan dengan penerapan Pembelajaran Gerak Dasar Pencak Silat Kuda-Kuda Tengah Kangkang Dengan Alat Bantu sebagai pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan topik penelitian ” Upaya

Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Pencak Silat Kuda- Kuda Tengah Kangkang Dengan Alat Bantu Pada Siswa Kelas V B SD Muhammdiyah I Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012".

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti akan mengidentifikasi permasalahan yang ada yaitu sebagai berikut :


(22)

6

1. Kurangnya pengetahuan siswa Kelas V B SD Muhammdiyah I Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012 melakukan keterampilan gerak dasar pencak silat kuda- kuda tengah kangkang dari tahap persiapan, pelaksanaan dan tahap pemulihan dengan benar.

2. Kurangnya kemampuan siswa Kelas V B SD Muhammdiyah I Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012 melakukan keterampilan gerak dasar pencak silat kuda- kuda tengah kangkang dari tahap persiapan,

pelaksanaan dan tahap pemulihan dengan benar.

3. Rendahnya hasil belajar Siswa Kelas V B SD Muhammdiyah I Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012 dalam keterampilan gerak dasar pencak silat kuda- kuda tengah kangkang.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas, maka penelitian ini dibatasi hanya pada “Upaya Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Pencak Silat Kuda – Kuda Tengah Kangkang Dengan Alat Bantu Pada Siswa Kelas V B SD

Muhammadiyah 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka inti permasalahannya adalah :

1. Apakah dengan menggunakan Alat Bantu dapat meningkatkan pengetahuan siswa kelas V B SD Muahammadiyah I Bandar Lampung dalam materi gerak dasar pencak silat kuda-kuda tengah kangkang?


(23)

7

2. Apakah dengan menggunakan alat bantu dapat meningkatkan kemampuan siswa Kelas V B SD Muhammdiyah I Bandar Lampung dalam materi gerak dasar pencak silat kuda-kuda tengah kangkang ?

3. Apakah dengan menggunakan Alat Bantu dapat meningkatkan Hasil belajar siswa kelas V B SD Muahammadiyah I Bandar Lampung dalam materi

gerak dasar pencak silat kuda-kuda tengah kangkang ?

Untuk mengatasi masalah yang terjadi di kelas dalam pembelajaran Penjas pada materi gerak dasar pencak silat, maka peneliti menggunakan Alat Bantu diharapkan akan dapat menyelesaikan masalah tersebut di atas dan

mempermudah siswa dalam belajar Penjas.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, serta rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk:

1. Untuk meningkatkan pengetahuan siswa Kelas V B SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam melakukan

keterampilan gerak dasar pencak silat kuda–kuda tengah kangkang dari tahap persiapan, pelaksanaan dan tahap pemulihan.

2. Untuk meningkatkan kemampuan siswa Kelas V B SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam melakukan keterampilan gerak dasar pencak silat kuda–kuda tengah kangkang dari tahap persiapan, pelaksanaan dan tahap pemulihan.


(24)

8

3. Untuk meningkatkan hasil belajar Siswa Kelas V B SD Muhammadiyah I Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam keterampilan gerak dasar pencak silat kuda – kuda tengah kangkang.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut : 1. Bagi siswa.

Dapat meningkatkan Hasil belajar siswa, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

4. Bagi guru.

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya, menambah pengetahuan guru, serta mengembangkan

kemampuan guru dalam mempersiapkan diri untuk menjadi guru yang professional.

3. Bagi SD Muhammadiyah I Bandar Lampung.

Memberikan landasan kebijakan yang akan diambil sebagai upaya untuk perbaikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Tempat penelitian di SD Muhammmadiyah 1 Bandar Lampung. 2. Subjek penelitian yang diamati adalah kelas V B.

3. Objek penelitian yang diamati adalah kegiatan olahraga di lapangan pada saat pelajaran berlangsung.


(25)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Jasmani

1. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional. (Depdiknas 2004:1)

Pendidikan Jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, pengetahuan, prilaku hidup yang aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri sebagai pelaku dan menghargai manfaat aktifitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup sehat seseorang sehingga akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup yang aktif ( Depdiknas, 2004 : 2 ).

Menurut Eddy Suparman (2000:1) pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan


(26)

10

kebiasaan hidup sehat menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang selaras, serasi, seimbang.

Sepaham dengan pendapat yang telah disampaikan sebelumnya, Roji (2007:1) menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah “Proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas jasmani dan membiasakan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari”.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan, peneliti berpendapat bahwa yang dimaksud pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah suatu proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan hidup bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih.

2. Pengertian Belajar Mengajar

Belajar adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sebab proses belajar dilakukan oleh manusia sejak lahir sampai meninggal dunia. Terdapat beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli mengenai esensi belajar diataranya, Sadiman, (2005:20) menyatakan bahwa “Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,


(27)

11

mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya”. Menurut Roestiyah (1998:8) belajar adalah “Suatu proses aktivitas yang dapat membawa perubahan pada individu”. Sepaham dengan pernyataan sebelumnya, Rohani (2004:19) menyatakan bahwa belajar adalah “Proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan”.

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Releven dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah “ penambahan pengetahuan “.

3. Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupkan suatu proses dari perkembangan hidup manusia. Secara luas, belajar merupakan proses menuju perubahan tingkah laku, seperti pendapat Hamalik (2004:28) yang mengatakan, “. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya ”.

Mustaqim dan Wahib (1991:62) berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan baik lahir maupun batin, tidak hanya perubahan tingkah laku yang tampak melainkan juga perubahan yang tidak tampak dan perubahan itu adalah perubahan yang positif bukan negatif. Perubahan positif yang dimaksud adalah perubahan menuju ke arah kemajuan atau


(28)

12

perbaikan, sedangkan perubahan negatif merupakan perubahan yang menuju ke arah kemunduran. Lain halnya yang dikemukakan oleh Sardiman (2007:20) ia mengatakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik dan menghasilkan perubahan menuju perkembangan individu seutuhnya.

Dalam bidang pendidikan, belajar dapat dikatakan sebagai upaya untuk menguasai ilmu pengetahuan. Hal ini dipertegas oleh Sardiman (2007:21) yang mengemukakan bahwa, “Belajar diartikan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya keindividuan seutuhnya ”. Abdurrahman (2003:28) mengemukakan bahwa, “Belajar merupakan suatu proses seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut dengan hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.”

Berdasarkan pendapat- pendapat di atas, disimpulkan bahwa belajar adalah seluruh aktivitas baik fisik maupun psikis yang menghasilkan perubahan tingkah laku positif yang terjadi melalui proses interaksi dengan lingkungannya.

4. Hasil Belajar

Setelah menjalani proses belajar, seorang siswa akan memperoleh hasil yang disebut hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil yang menggambarkan kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil inilah yang akan menjadi ukuran keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan


(29)

13

pembelajaran yang telah ditetapkan. Pengertian hasil belajar tersebut merujuk pada pendapat beberapa ahli pendidikan seperti Abdurrahman (2003:37) yang mengatakan bahwa, ”hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2006:3) mengatakan bahwa, “hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”.

Siswa dikatakan memperoleh hasil belajar yang tinggi pada suatu pelajaran tertentu jika siswa tersebut memiliki penguasaan yang baik terhadap pelajaran tersebut, selain itu siswa tersebut telah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdurrahman (2003:38), “ seorang anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional”.

Sardiman (2007:49) mengungkapkan bahwa hasil belajar dikatakan baik jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

“a).hasil belajar itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa, b). hasil belajar itu merupakan pengetahuan “asli” atau “autentik”, c). hasil belajar itu selalu memunculkan pemahaman atau pengertian yang kemudian menimbulkan reaksi atau jawaban yang dapat dipahami dan diterima oleh akal, d). hasil belajar itu tidak terikat pada situasi ditempat hasil belajar itu dicapai, tetapi juga dapat digunakan dalam situasi lain”.

Hasil belajar yang tidak menunjukkan ciri-ciri tersebut dapat dikatakan bukan hasil belajar yang baik. Contohnya, bila siswa memahami suatu materi hanya pada saat akan dilakukan ulangan saja, maka hasil belajar yang diperolehnya bukan hasil belajar yang baik.


(30)

14

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran selama kurun waktu tertentu. Perubahan tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, seperti yang dikemukakan Bloom dalam Dimyati (2006:26) yang mengategorikan hasil belajar dalam 3 ranah, yaitu: “

“a). ranah kognitif mencakup kegiatan otak yaitu segala upaya yang menyangkut aktivitas otak, terdiri dalam enam jenis perilaku, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,evaluasi, b). ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai seperti perhatian Terhadap pelajaran, menghargai guru dan teman kelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Terdiri dalam lima perilaku, yaitu: penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, pembentukan pola hidup, c). ranah psikomotorik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas otak, fisik, atau gerakan-gerakan anggota badan. terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, kreativitas.

Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, maka hasil belajar yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melalui proses belajar dan ditandai oleh skor yang diperoleh siswa dari tes hasil belajar.

5. Model Pembelajaran

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa tidak terlepas dari peranan guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Menurut Soekamto dan Winataputra (1996: 101) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan


(31)

15

melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dengan demikian model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari strategi, metode atau prosedur.

Model pembelajaran adalah sebuah perancangan atau pola yang dapat digunakan untuk menjabarkan kurikulum, untuk merancang materi pembelajaran dan untuk membantu kegiatan pembelajaran di dalam kelas atau setting kelas yang lain. (Ahmad H.P, 2005:15). Menurut Ismail (2002) dalam Djamah Sopah (2000: 22) Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus, yaitu:

(1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya; (2) tujuan pembelajaran yang akan dicapai; (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat terlaksana, 4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tersebut tercapai.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut model pembelajaran dapat diartikan sebagai penerapan konsep-konsep tertentu dalam pembelajaran yang harus dikerjakan menurut langkah-langkah yang teratur dan bertahap, sistematis dan terorganisir, agar mencapai pengalaman belajar dan tujuan belajar tertentu, sekaligus merupakan pedoman bagi para pembelajar dalam pelaksanaan aktivitas pembelajaran.

Model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani adalah model pembelajaran dengan bantuan guru dan dengan penggunaan alat bantu. Model ini sangat sesuai dengan materi Pendidikan Jasmani di sekolah yang pencapaian tujuan pendidikannya melalui aktivitas jasmani yang berupa gerak jasmani atau olahraga. Dengan bantuan guru dan penggunaan alat bantu diharapkan akan tercipta pembelajaran yang


(32)

16

menyenangkan, menarik dan dapat meningkatkan motivasi/semangat anak untuk melakukan gerak sehingga pembelajaran efektif dan efisien.

6. Alat Bantu

Menurut Azhar Arsyad (2005: 7) media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.

Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997 : 2) “media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi”. Sedangkan pengertian media menurut Djamarah (1995 : 136) adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran”.

Hamalik dalam Azhar Arsyad (2005: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran saat itu.

Alat bantu adalah alat yang digunakan pendidik dalam menyampaikan pendidikan, alat bantu (peraga) sangat penting. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih mudah diterima atau dipahami peserta didik. Dalam proses belajar mengajar alat peraga


(33)

17

dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih berhasil dalam proses pembelajaran dan efektif serta efesien.

Dari pendapat para ahli yang telah dikemukakan, peneliti berpendapat bahwa alat bantu adalah pengembangan materi yang dilakukan bertujuan untuk mempermudah proses belajar sehingga dapat mencapai hasil yang diinginkan.

Alat bantu ( peraga ) yang digunakan dalam pembelajaran gerak dasar pencak silat kuda- kuda tengah kangkang siklus pertama adalah menggunakan tali rafia yang pancangkan pada kedua paha. Tali rafia pada siklus pertama ini digunakan untuk mengukur bentuk kuda- kuda tengah kangkang pada saat penelitian berlangsung, agar bentuk kuda- kuda mereka tetap konsisten. Pada siklus kedua kursi (bangku sekolah) yang diangkat pada saat melakukan gerakan kuda-kuda tengah kangkang. Pada siklus kedua ini bertujuan sama seperti yang pernah dipraktikkan pada siklus sebelumnya agar membantu bentuk kuda- kuda tengah kangkang mereka tetap konsisten yaitu dengan pertama duduk, kemudian posisi kuda-kuda tengah kangkang. Tujuanya supaya menahan bentuk kuda-kuda mereka agar tetap konsisiten. Kemudian pada siklus ketiga berpasangan menggendong kawan yang berat dan tingginya hampir sama, tujuanya sama seperti pada siklus-siklus yang sebelumnya, yaitu menahan bentuk kuda- kuda agar tetap konsisten.

Keuntungan alat bantu pada siklus pertama, kedua dan ketiga adalah hemat biaya, praktis, serta memudahkan guru untuk mengevaluasi gerakan siswa yaitu kuda-kuda tengah kangkang dalam pembelajaran gerak dasar pencak silat. Diharapkan dengan menggunakan tali, kursi (bangku sekolah) dan


(34)

18

menggendong kawan yang berat dan tingginya hampir sama, siswa akan termotivasi untuk mempraktikkan teknik dasar yang sedang diajarkan dengan benar.

Alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran gerak dasar pencak silat kuda-kuda tengah kangkang adalah:

1. Tali rafia yang dipancangkan pada kedua sisi paha 2. Kursi (bangku sekolah) kecil

3. Berpasangan, menggendong kawan yang berat dan tingginya hampir sama

B.Pencak Silat

Sejarah perkembangan Pencak Silat secara selintas dapat dibagi dalam kurun waktu :

a. Perkembangan sebelum zaman penjajahan Belanda b. Perkembangan pada zaman penjajahan Belanda c. Perkembangan pada zaman penjajahan Jepang d. Perkembangan pada zaman kemerdekaan

Pencak silat merupakan salah satu cabang olahraga yang menurut sejarahnya merupakan olahraga bela diri yang berasal dari Indonesia. Perkembangan pencak silat sebagai cabang olahraga sejak ditumbuhkan pada tahun 1970 menunjukkan peningkatan. Ada beberapa cirri pencak silat yang berkaitan dengan jsmani diantaranya peranan pencak silat terhadap kebugaran jasmani. Kita sebagai bangsa Indonesia dituntut untuk melestarikan dan mengembangkanya. Dalam upaya ini salah satunya mencantumkanya dalam kurikulum sekolah.


(35)

19

Menurut Atok Iskandar dalam Khasanah Pencak Silat (1997:35) bela diri Indonesia memiliki 3 tingkatan dengan urutan Pencak, Pencak silat dan silat. Masing-masing berbeda-beda fungsi dan tujuanya. Pencak adalah gerak dasar bela diri yang terikat pada aturan tertentu dan digunakan dalam belajar dan latihan atau pertunjukan. Pencak silat adalah gerak beladiri tingkat tinggi yang disertai dengan perasaan, sehingga merupakan gerak yang efektif dan terkendali. Silat sering digunakan dalam latihan sabung atau pertandingan. Sedangkan silat adalah gerak beladiri yang sempurna, bersumber pada kerohanian yang suci murni guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama.

C. Kuda- Kuda Tengah Kangkang

Gambar 1. Kuda-kuda Tengah Kangkang

Menurut Atok Iskandar dalam Khasanah Pencak Silat (1997:35) Kuda- kuda tengah kangkang adalah kuda- kuda yang kuat, banyak dilakukan serangan atau tangkisan yang agak rendah. Pada kuda- kuda tengah kangkang keseimbangan badan ada ditengah-tengah. Dari pinggang sampai kepala harus lurus dan tegak, pandangan kedepan, ke-dua lutut segaris tegak lurus dengan


(36)

20

ibu jari kak kiri dan kaki kanan. Untuklebih jelasnya kuda-kuda tengah kangkang dapat dilihat pada gambar di atas.

D. Keterampilan Gerak Dasar

Seperti kita ketahui salah satu tujuan dari proses pembelajaran pendidikan jasmani adalah untuk mengembangkan kemampuan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, pada proses pembelajaran pendidikan jasmani para siswa diajarkan berbagai jenis olahraga, baik yang bersifat keterampilan maupun yang bersifat permainan untuk mengembangkan kemampuan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga.

Gerak dasar adalah gerak yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan dan tingkat kematangan. Keterampilan gerak dasar merupakan pola gerak yang menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Rusli Lutan dalam Herman Tarigan (2003:23) membagi tiga gerakan dasar yang melekat pada individu yaitu, 1) lokomotor, (2) gerak non lokomotor, (3) manipulatif.

Rusli Lutan (2000:11) mendefinisikan gerak lokomotor adalah :

“Gerak yang digunakan untuk memudahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau memproyeksikan tubuh ke atas misalnya: jalan, lompat dan

berguling”. Gerak non lokomotor “adalah keterampilan yang dilakukan tanpa memindahkan tubuh dari tempatnya, misalnya membungkuk badan, memutar badan, mendorong dan menarik”.


(37)

21

Sedangkan gerak manipualtif adalah keterampilan memainkan suatu proyek baik yang dilakukan dengan kaki maupun dengan tangan atau bagian tubuh yang lain.Gerak manipulatif ini bertujuan untuk koordinasi kaki, mata-tangan, misalnya melempar, menangkap dan menendang.

E. Kerangka Pikir

Kemampuan gerak secara efesian adalah awal yang perlu dilakukan untuk penampilan yang terampil. Penampilan gerak dasar adalah hasil dari kerja otot yang sangat terkoordinasi untuk menghasilkan gerakan yang diharapkan. Keberhasilan dalam belajar teknik tergantung kekhususan unsur kondisi fisik yang dominan, yang merupakan peningkatan dari komponen-komponen fisik dasar seperti daya tahan, kekuatan, kelentukan, dan koordinasi yang baik.

Menurut Soekamto (1984:24) “Kerangka pikir adalah konsep yang

memerlukan abstraksi dan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya berdimensi sosial yang dianggap relevan dengan peneliti.

F. Hipotesis Tindakan

Pada penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis dengan menggunakan alat bantu sebagai berikut :

 H1: Jika menggunakan alat bantu tali rafia yang dipancangkan pada

kedua atas sisi paha dapat mengontrol bentuk kuda-kuda siswa agar tetap konsisten dan dapat meningkatkan pembelajaran gerak dasar pencak silat kuda-kuda tengah kangkang pada siswa kelas V B SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung.


(38)

22

H2: Jika menggunakan alat bantu kursi (bangku sekolah) yang diangkat

pada saat siswa melakukan praktik gerakan kuda-kuda tengah kangkang dapat mengontrol bentuk kuda-kuda mereka agar tetap konsisten dan dapat meningkatkan pembelajaran gerak dasar pencak silat kuda-kuda tengah kangkang pada siswa kelas V B SD

Muhammadiyah 1 Bandar Lampung.

 H3: Jika menggunakan alat bantu menggendong kawan yang berat dan

tingginya hampir sama dapat mengontrol bentuk kuda-kuda mereka agar tetap konsisten dan dapat meningkatkan pembelajaran gerak dasar pencak silat kuda-kuda tengah kangkang pada siswa kelas V B SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung.


(39)

23

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan, karena penelitian ini dilakukan dengan metode kaji tindak dengan menggunakan pedoman yang peneliti tindak kelas (Clas room action research). Clas action research adalah penelitian yang bersifat partisipatif dan kolaboratif.

Maksudnya, penelitiannya dilakukan sendiri oleh yang berkepentingan, yaitu sipeneliti, dan diamati bersama dengan rekan-rekannya. Action research berbeda dengan studi kasus karena tujuan, sifat kasusnya yang tidak unik seperti studi kasus, dan prinsipnya yang tidak digunakan untuk menguji teori, dan dilakukan sendiri oleh peneliti serta diamati oleh rekan-rekan peneliti. Namun, kedua macam penelitian ini sama dalam hal, yaitu bahwa peneliti tidak memikirkan tentang generalisasi hasil penelitiannya.

Dan dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas atau di lapangan dikarenakan ada 3 kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan, (1) Penelitian menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat


(40)

24

dalam meningkatkan mutu suatu yang menarik minat dan penting bagi peneliti, (2) Tindakan menujuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukukan dengan tujuan tertentu dalam penelitian pembentuk

merangkaikan siklus kegiatan siswa, dan (3) Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi ruang kelas dalam penelitain, yang lebih sepesifik seperti yang lama dikenal dalam bidang pendidikan dalam

pengajaran yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa sekelas yang sama dari guru yang sama pula (Arikunto 2006:3).

Dalam penelitian tindakan kelas terdapat tujuan serta manfaat. Adapun tujuan PTK dapat digolongkan atas 6 jenis adalah sebagai berikut:

1. Tujuan pertama adalah: Agar guru dapat melakukan perbaikan dan peningkatan layanan professional guru dalam menangani proses

pembelajaran. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis kondisi, kemudian mencoba secara sistematis berbagai model pembelajaran alternatif yang diyakini secara teoretis dan praktis dapat memecahkan masalah pembelajaran. Dengan kata lain, guru melakukan perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan evaluasi, dan refleksi.

2. Tujuan kedua adalah: Agar guru dapat melakukan pengembangan

keteranpilan yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai persoalan aktual yang dihadapinya terkait dengan pembelajaran. Tujuan ini dilandasi oleh tiga hal penting, kebutuhan pelaksanaan tumbuh dari guru sendiri, bukan karena ditugaskan oleh kepala sekolah, proses latihan


(41)

25

terjadi secara hand-on dan mind-on, tidak dalam situasi artifisial,

produknya adalah sebuah nilai, karena keilmiahan segi pelaksanaan akan didukung oleh lingkungan. Tujuan sertaan, menumbuh kembangkan budaya meneliti di kalangan guru.

3. Tujuan ketiga adalah: Agar guru dapat memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena memang sasaran akhir PTK adalah perbaikan

pembelajaran. Perbaikan ini akan menimbulkan rasa puas bagi guru karena ia sudah melakukan sesuatu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dikelolanya.

4. Tujuan keempat: Agar guru dapat lebih percaya diri dan PTK mampu membuat guru berkembang sebagai pekerja profesional.

5. Tujuan kelima adalah: Agar guru mampu melakukan analisis terhadap kinerjanya sendiri di dalam kelas sehingga menemukan kekuatan dan kelemahan kemudian mengembangkan alternatif untuk mengatasi kelemahanya.

6. Tujuan keenam adalah: Agar guru dapat berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan sendiri.

Kemudian manfaat dari penelitian tindakan kelas ini antara lain dapat dilihat dan dikaji dalam beberapa komponen pendidikan dan/ atau pembelajaran di kelas antara lain mencangkup:

1. Perbaikan dan peningkatan layanan professional guru dalam menangani proses pembelajaran.

2. Pengembangan keteranpilan kurikulum untuk menanggulangi berbagai persoalan aktual yang dihadapinya terkait dengan pembelajaran.


(42)

26

3. Perbaikan kualitas pembelajran yang dikelolanya.

4. Dapat menjadi lebih percaya diri karena PTK mampu membuat guru berkembang sebagai pekerja profesional.

5. Mampu melakukan analisis terhadap kinerjanya sendiri di dalam kelas sehingga menemukan kekuatan dan kelemahan kemudian mengembangkan alternatif untuk mengatasi kelemahanya.

6. Dapat berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan sendiri.

Pada penelitian tindakan ini berciri sebagai berikut: a. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual.

b. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan perkembangan-perkembangan yang lebih baik.

c. Dilakukan melalui putaran-putaran yang berspiral.

Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui putaran atau spiral dengan beberapa siklus yang terdiri dari merencanakan, tahap melakukan tindakan, pengamatan (Observasi) dan tahap refleksi.

Yang dimaksud dengan penelitian yang dilakukan melalaui putaran spiral adalah penelitian yang melalui siklus-siklus berikut ini:


(43)

27

Bagan Model Penelitian Tindakan Kelas Suharsimi Arikunto (2007:16).

Keterangan gambar tahapan Penelitian Tindakan Kelas di atas :  Perencanaan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.  Tindakan

Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.  Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat oleh suatu tindakan.

 Refleksi

Adalah merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.

Perencanaan SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan Pelaksanaan

Refleksi Refleksi


(44)

28

 Perbaikan rencana

Adalah memperbaiki suatu tindakan yang sudah dilaksanakan apabila tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan atau tindakan sesuai

rencana.

B. Subjek Penelitian

Populasi menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 108 ) Menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruan dari subjek penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V B, SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Suharsimi Arikunto (1998 : 109) sedangkan menurut Sudjana (1996 : 184) sample adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakter yang sama sehingga betul-betul dapat mewakili populasi. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V B SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung yang berjumlah 38 orang yang terdiri dari siswa putra 22 dan siswa putri 16 orang.

C. Tempat dan Waktu

a. Tempat penelitian

Di lapangan SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung. b. Pelaksanaan penelitian

Lama waktu yang dilakukan dalam penelitian kurang lebih selama 1 bulan dan terdapat tiga siklus (6 kali pertemuan). Setiap siklus 2 kali pertemuan.


(45)

29

D.Proses Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar Pencak Silat Kuda-Kuda Tengah Kangkang

1. Siklus Pertama a. Rencana

1. Menyiapkan skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan pendahuluan, inti, penutup.

2. Menyiapkan alat berupa tali rafia yang dipancangkan pada kedua paha pada saat pelaksanan gerakan kuda-kuda tengah kangkang yaitu untuk proses pembelajaran dan instrumen yang dibutuhkan untuk mengobservasi tindakan. Tali ini digunakan bertujuan agar mengontrol bentuk kuda-kuda mereka tetap konsisten.

3. Menyiapkan siswa yang berjumlah 38 untuk berbaris sejumlah 6 baris pada saat proses pembelajaran.

b. Tindakan

1. Siswa dibariskan sebanyak 6 baris dengan jumlah 2 baris yang

beranggotakan sebanyak 7 orang dan sisanya 6 orang.

2. Siswa melakukan gerakan bentuk kuda-kuda tengah kangkang sesuai dengan gerakan yang benar dan dicontohkan oleh guru (peneliti) dalam gerak dasar pencak silat dalam tindakan siklus pertama. 3. Setiap siswa melakukan gerakan secara bergantian dan


(46)

30

c. Observasi

1. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi dan berikan waktu pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi

d. Refleksi

1. Dari data hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan oleh guru dan peneliti.

2. Guru dan peneliti mendiskusikan rencana tindakan pada siklus kedua

2. Siklus Kedua a. Rencana

1. Menyiapkan skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan- kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, penutup

2. Menyiapkan alat-alat kursi (bangku sekolah) ukuran kecil sebanyak 18 buah untuk proses pembelajaran dan instrumen yang dibutuhkan untuk mengobservasi tindakan. Kursi (bangku sekolah) disini digunakan agar bertujuan mengontrol bentuk kuda-kuda mereka tetap konsisten yaitu dengan cara pertama duduk, kemudian posisi bentuk kuda-kuda tengah kangkang.

3. Menyiapkan siswa berbaris sesuai jumlah untuk pembelajaran

b. Tindakan

1. Siswa dibariskan sesuai dengan banyaknya jumlah kursi (bangku sekolah) kecil yang disediakan.


(47)

31

2. Kursi (bangku sekolah) kecil dipergunakan untuk membantu mempertahankan bentuk kuda-kuda mereka dengan cara

diangkat masing-masing siswa setelah dibariskan dengan merata. 3. Setelah siswa siap, kemudian posisi kuda-kuda tengah kangkang

dengan gerakan yang benar dan dicontohkan oleh guru (peneliti) dalam gerak dasar pencak silat sambil mengangkat kursi dalam tindakan siklus kedua.

4. Setiap siswa melakukan gerakan secara bergantian dan berulang-ulang.

c. Observasi

1. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi dan berikan waktu pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi

d. Refleksi

1. Dari data hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan oleh guru dan peneliti

2. Guru dan peneliti mendiskusikan rencana tindakan pada siklus Ketiga.

3. Siklus Ketiga a. Rencana

1. Menyiapkan skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan - kegiatan yang


(48)

32

2. Menyiapkan berpasangan menggendong kawan yang berat dan tingginya hampir sama sebanyak untuk proses pembelajaran dan instrumen yang dibutuhkan untuk mengobservasi tindakan. Menggendong kawan disini digunakan agar bertujuan mengontrol bentuk kuda-kuda mereka tetap konsisten yaitu dengan cara mengangkat kursi dengan posisi bentuk kuda-kuda tengah kangkang.

3. Menyiapkan siswa berbaris sesuai jumlah untuk pembelajaran 4. Menyiapkan instrument yang diperlukan untuk mengevaluasi dan mengobservasi tindakan.

b. Tindakan

1. Setelah dibariskan dengan merata siswa dibariskan sesuai dengan berat dan tinggi yang hampir sama.

2. Siswa menggendong kawan yang berat dan tingginya hampir sama.

3. Kemudian siswa menggendong kawan dengan posisi gerakan bentuk kuda-kuda tengah kangkang dengan gerakan yang benar dan dicontohkan oleh guru (peneliti) dalam gerak dasar pencak silat dalam tindakan siklus ketiga.

4. Setiap siswa melakukan gerakan secara bergantian dan berulang-ulang.


(49)

33

c. Observasi

1. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi diberikan waktu pengulangan dan dinilai maka dapat diketahui presentase keberhasilan sehingga dapat disimpulkan.

d. Refleksi

1. Kesimpulan dari hasil pembelajaran penjaskes dengan materi gerak dasar pencak silat kuda-kuda tengah kangkang mulai dari siklus 1 sampai dengan siklus 3 berapa persen peningkatan yang dicapai oleh siswa.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK ( Penelitian Tindakan Kelas ) di setiap siklusnya, menurut Freir and Cuning Ham dalam Muhajir ( 1997: 58 )

Alat untuk mengukur instrumen dalam PTK ( Penelitian Tindakan Kelas ) dikatakan valid bila tindakan itu memegang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Alat itu berupa indikator – indikator serta alat bantu yang digunakan dalam proses penelitian berupa tali rafia, kursi dan berpasangan menggendong kawan yang berat dan tingginya hampir sama digendong serta penilaian keterampilan gerakan pencak silat kuda - kuda tengah kangkang.


(50)

34

F.Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan melalui tindakan setiap siklusnya, selanjutnya data di analisis melalui perhitungan kuantitatif menggunakan rumus sebagai berikut :

P =

(Subagio 1991 : 107 dalam Surisman 1997)

Keterangan : P : Prosentase keberhasilan.

f : Jumlah gerakan yang dilakukan dengan benar.

n : Jumlah siswa yang mengikuti tes.

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dibuat skala penilaian yang disepakati oleh guru mata pelajaran.

Tabel 1. Penetapan KKM

Aspek yang dianalisis Kriteria dan skala penilaian

Kompleksitas Tinggi

< 67

Sedang 65-79

Rendah 80-100

Daya Dukung Tinggi

80-100

Sedang 65-79

Rendah < 67

Intake Siswa Tinggi

80-100

Sedang 65-79

Rendah < 67

Tabel 2. Poin/Skor Pada Setiap Kriteria yang Ditetapkan

Aspek yang dianalisis Kriteria Pensekoran

Kompleksitas Tinggi

1

Sedang 2

Rendah 3

Daya Dukung Tinggi

3

Sedang 2

Rendah 1

Intake Siswa Tinggi

3

Sedang 2

Rendah 1


(51)

35

Jika indikator memiliki Kriteria Kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi, dan intake peserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah ;

Selanjutnya berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka siswa yang dikatakan tuntas apabila :

1. Ketuntasan belajar telah mencapai nilai ≥ atau persentase ketercapaian % secara perorangan.

1. Ketuntasan belajar klasikal di capai bila kelas tersebut telah terdapat 85 % siswa yang telah mendapat nilai ≥ ( Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 79).

Dalam penelitian ini dikatakan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa,

jika jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus pertama lebih sedikit dari

pada sesudah siklus kedua dari jumlah siswa yang tuntas belajar pada

tindakan sisklus dan seterusnya, atau setiap pergantian siklus terjadi


(52)

55

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Dengan menggunakan alat bantu tali rafia yang dibentangkan sepanjang 6 meter sebanyak 6 buah dibuat untuk mengontrol kuda - kuda tengah kangkang tetap konsisten pada siklus pertama dapat meningkatkan hasil pembelajaran gerak dasar kuda – kuda tengah kangkang pada siswa kelas V B SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung.

2. Dengan menggunakan alat bantu kursi (bangku sekolah) ukuran kecil sebanyak 19 buah pada siklus kedua dapat meningkatkan hasil

pembelajaran gerak dasar kuda - kuda tengah kangkang pada siswa kelas V B SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung.

3. Dengan menggunakan alat bantu menggendong teman sesuai jenis kelamin dengan berat badan kira-kira hampir sama pada siklus ketiga dapat meningkatkan hasil pembelajaran gerak dasar kuda - kuda tengah kangkang pada siswa kelas V B SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung.

B. Saran


(53)

56

1. Bagi peneliti agar terus mengembangkan hasil penelitian modifikasi alat bantu untuk meningkatkan gerak dasar kuda - kuda tengah kangkang. 2. Bagi siswa kelas V B SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung agar terus

berlatih, sehingga terjadi peningkatan hasil belajar gerak dasar kuda - kuda tengah kangkang.

3. Bagi guru pendidikan jasmani agar penggunaan tali rafia, kursi (bangku sekolah ) kecil dan saling berpasangan menurut jenis kelamin dan berat badan sebagai modifikasi alat bantu yang dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan hasil belajar gerak dasar kuda - kuda tengah kangkang. 4. Bagi sekolah agar pembina sekolah dapat menjadikan referensi

penggunaan modifikasi alat bantu untuk meningkatkan gerak dasar kuda - kuda tengah kangkang.

5. Bagi mahasiswa penjaskes agar penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar kuda - kuda tengah kangkang.

6. Bagi Program Studi Penjaskes FKIP Universitas Lampung, agar penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian dalam pembelajaran gerak dasar kuda - kuda tengah kangkang.

7. Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya kiranya penelitian ini dapat diteliti kembali agar penelitian ini dapat terus diperbaiki.


(54)

57

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. 1994. Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Abdurrahman. 2003. Belajar dan Hasil Belajar: PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Adang Suherman dan Agus Mahendra. 2001. Menuju Perkembangan Menyeluruh Menyiasati Kurikulum Pendidikan Jasmani Menengah Umum: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah Bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Olahraga. Jakarta.

Ade Mardiana, Purwadi dan Wira Indra Satya. 2008. Pendidikan Jasmani dan Olahraga: Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Aip Syarifuddin, Eddy Suparman dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Anita J. Harrow. (1997). Belajar Motorik: Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Balai Pustaka. 2001. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. PT (Persero) Penerbitan dan Percetakan: Jakarta. Depdiknas. 2004. Belajar Gerak (makalah). Menpora, Jakarta

Depdiknas. 2004/2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani,

Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.


(55)

58

PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hamalik. (2001 ). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bina Aksara Juarno. 1989. Pedoman Pembinaan Latihan Prestasi Olahraga Pencak Silat.

Jakarta: PB IPSI Jakarta

Muhajir, 2003. Teori dan Praktik Pendidikan Jasmani. Bandung: Yudhistira. Mulyadi Lubis Hasan. BA. 1981. Pencak Silat. Medan: IKIP Medan

Notosoejitno. 1997. Khasanah Pencak Silat. Jakarta: CV. Sagung Seto Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.

Lutan Rusli dan Agung Suherman. (2000). Perencanaan Pembelajaran Penjaskes, Depdikbud, Jakarta.

Rohani. 1997. Media Pembelajaran. (http://www.scribd.com/doc/23657962/

Media Pembelajaran). Diakses tanggal 25 Januari 2011, Pukul 13.05

WIB.

Roestiyah. 1998. Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem: Reneka Cipta. Jakarta.

Sadiman, Arief, dkk. 2005. Media Pendidikan Dalam Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sardiman. AM ( 2007 ). Interaksi dan Hasil Belajar Mengajar: PT Grafindo Persada. Jakarta.

Soekamto, T Winataputra. 1996, Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta.

Sopah, Djamah. 2000. Pengaruh Model Pembelajaran dan Motifasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pemdidikan dan Kebudayaan No. 22 Tahun Ke 5 Edisi Maret 2000.

Unila, 2008. Panduan Umum Universitas Lampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Wiyono, M.Pd. 2011. Bahan Ajar Pencak Silat. Lampung: Universitas Lampung


(1)

F.Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan melalui tindakan setiap siklusnya, selanjutnya data di analisis melalui perhitungan kuantitatif menggunakan rumus sebagai berikut :

P =

(Subagio 1991 : 107 dalam Surisman 1997)

Keterangan : P : Prosentase keberhasilan.

f :Jumlah gerakan yang dilakukan dengan benar.

n : Jumlah siswa yang mengikuti tes.

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dibuat skala penilaian yang disepakati oleh guru mata pelajaran.

Tabel 1. Penetapan KKM

Aspek yang dianalisis Kriteria dan skala penilaian Kompleksitas Tinggi

< 67

Sedang 65-79

Rendah 80-100 Daya Dukung Tinggi

80-100

Sedang 65-79

Rendah < 67 Intake Siswa Tinggi

80-100

Sedang 65-79

Rendah < 67

Tabel 2. Poin/Skor Pada Setiap Kriteria yang Ditetapkan

Aspek yang dianalisis Kriteria Pensekoran Kompleksitas Tinggi

1

Sedang 2

Rendah 3 Daya Dukung Tinggi

3

Sedang 2

Rendah 1 Intake Siswa Tinggi

3

Sedang 2

Rendah 1


(2)

Selanjutnya berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka siswa yang dikatakan tuntas apabila :

1. Ketuntasan belajar telah mencapai nilai ≥ atau persentase ketercapaian % secara perorangan.

1. Ketuntasan belajar klasikal di capai bila kelas tersebut telah terdapat 85 % siswa yang telah mendapat nilai ≥ ( Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 79).

Dalam penelitian ini dikatakan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa,

jika jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus pertama lebih sedikit dari

pada sesudah siklus kedua dari jumlah siswa yang tuntas belajar pada

tindakan sisklus dan seterusnya, atau setiap pergantian siklus terjadi


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Dengan menggunakan alat bantu tali rafia yang dibentangkan sepanjang 6 meter sebanyak 6 buah dibuat untuk mengontrol kuda - kuda tengah kangkang tetap konsisten pada siklus pertama dapat meningkatkan hasil pembelajaran gerak dasar kuda – kuda tengah kangkang pada siswa kelas V B SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung.

2. Dengan menggunakan alat bantu kursi (bangku sekolah) ukuran kecil sebanyak 19 buah pada siklus kedua dapat meningkatkan hasil

pembelajaran gerak dasar kuda - kuda tengah kangkang pada siswa kelas V B SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung.

3. Dengan menggunakan alat bantu menggendong teman sesuai jenis kelamin dengan berat badan kira-kira hampir sama pada siklus ketiga dapat meningkatkan hasil pembelajaran gerak dasar kuda - kuda tengah kangkang pada siswa kelas V B SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung.

B. Saran


(4)

2. Bagi siswa kelas V B SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung agar terus berlatih, sehingga terjadi peningkatan hasil belajar gerak dasar kuda - kuda tengah kangkang.

3. Bagi guru pendidikan jasmani agar penggunaan tali rafia, kursi (bangku sekolah ) kecil dan saling berpasangan menurut jenis kelamin dan berat badan sebagai modifikasi alat bantu yang dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan hasil belajar gerak dasar kuda - kuda tengah kangkang. 4. Bagi sekolah agar pembina sekolah dapat menjadikan referensi

penggunaan modifikasi alat bantu untuk meningkatkan gerak dasar kuda - kuda tengah kangkang.

5. Bagi mahasiswa penjaskes agar penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar kuda - kuda tengah kangkang.

6. Bagi Program Studi Penjaskes FKIP Universitas Lampung, agar penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian dalam pembelajaran gerak dasar kuda - kuda tengah kangkang.

7. Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya kiranya penelitian ini dapat diteliti kembali agar penelitian ini dapat terus diperbaiki.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. 1994. Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Abdurrahman. 2003. Belajar dan Hasil Belajar: PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Adang Suherman dan Agus Mahendra. 2001. Menuju Perkembangan Menyeluruh Menyiasati Kurikulum Pendidikan Jasmani Menengah Umum: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah Bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Olahraga. Jakarta.

Ade Mardiana, Purwadi dan Wira Indra Satya. 2008. Pendidikan Jasmani dan Olahraga: Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Aip Syarifuddin, Eddy Suparman dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Anita J. Harrow. (1997). Belajar Motorik: Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.

Bumi Aksara

Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Balai Pustaka. 2001. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. PT (Persero) Penerbitan dan Percetakan: Jakarta. Depdiknas. 2004. Belajar Gerak (makalah). Menpora, Jakarta

Depdiknas. 2004/2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani,

Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.


(6)

Juarno. 1989. Pedoman Pembinaan Latihan Prestasi Olahraga Pencak Silat. Jakarta: PB IPSI Jakarta

Muhajir, 2003. Teori dan Praktik Pendidikan Jasmani. Bandung: Yudhistira. Mulyadi Lubis Hasan. BA. 1981. Pencak Silat. Medan: IKIP Medan

Notosoejitno. 1997. Khasanah Pencak Silat. Jakarta: CV. Sagung Seto Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.

Lutan Rusli dan Agung Suherman. (2000). Perencanaan Pembelajaran Penjaskes, Depdikbud, Jakarta.

Rohani. 1997. Media Pembelajaran. (http://www.scribd.com/doc/23657962/ Media Pembelajaran). Diakses tanggal 25 Januari 2011, Pukul 13.05 WIB.

Roestiyah. 1998. Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem: Reneka Cipta. Jakarta.

Sadiman, Arief, dkk. 2005. Media Pendidikan Dalam Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sardiman. AM ( 2007 ). Interaksi dan Hasil Belajar Mengajar: PT Grafindo Persada. Jakarta.

Soekamto, T Winataputra. 1996, Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta.

Sopah, Djamah. 2000. Pengaruh Model Pembelajaran dan Motifasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pemdidikan dan Kebudayaan No. 22 Tahun Ke 5 Edisi Maret 2000.

Unila, 2008. Panduan UmumUniversitasLampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Wiyono, M.Pd. 2011. Bahan Ajar Pencak Silat. Lampung: Universitas Lampung


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR KAYANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SUKARAME TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 47

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR HEAD STAND ROLL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS V SD N GEDUNG AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 41

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR HEAD STAND ROLL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS V SD N GEDUNG AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 41

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR KAYANG DENGAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 MARGODADI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 16 39

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR KAYANG DENGAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 MARGODADI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 20 39

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR GULING LENTING DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAGI SISWA KELAS V SD N SUMBER JAYA LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 36

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR GULING LENTING DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAGI SISWA KELAS V SD N SUMBER JAYA LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 15 38

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR KOORDINASI LENGAN DAN NAPAS PADA RENANG GAYA BEBAS MELALUI ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 SINAR REJEKI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 4 37

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR BACKHAND DALAM BULUTANGKIS MELALUI MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V SUKAMAJU PUGUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 21 17

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR PENCAK SILAT KUDA-KUDA TENGAH KANGKANG DENGAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V B SD MUHAMMADIYAH 1BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 22 55