Pengaruh Penerapan Metode Mind Mop Terhadap Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Pada Siswa Kelas VIII (Quasi Eksperimen Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Jakarta)

(1)

PENGARUH PENERAPAN METODE MIND MAP TERHADAP

HASIL BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI)

PADA SISWA KELAS VIII

(Quasi Eksperimen di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Jakarta)

Skripsi

Diajukan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

(S.Pd.I)

Disusun Oleh :

YULLY KHUSNIAH

1110011000040

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

KELAS

VIII

(Quasi Eksperimen di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Jakarta)

Skripsi

Diajukan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.D

Oleh:

YULLY KHUSNIAH

NIM: 1110011000040

Di bawah bimbingan

AHMAD IRFAN MUFID. MA

NIP. 197403 1 82003 t2t002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF IIIDAYATULLAH

JAKARTA. 2015


(3)

PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Pengaruh Penerapan Metode Mind

Map

Terhadap Irasil Belajar sejarah Kebudayaan Islam

(sKr)

pada Siswa Kelas

vrlr

(euasi

Eksperimen Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Jakarta) disusun oleh

yully

Khusniah,

NIM.

1110011000040, Jurusan pendidikan Agama Islam. Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, Januari 2015 Yang mengesahkan,

Pembimbing

AHMAD IRFAN MUFID. MA


(4)

Belajar Sejarah Kebudayaan Islam

(SKI)

Pada Siswa Kelas

VIII

(Quasi Eksperimen

Di

Madrasah Tsanawiyah Negeri

3

Jakarta) disusun oleh

YULLY

KHUSNIAH, Nomor Induk Mahasiswa 1110011000040, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan Lulus dalam Ujian Munaqasah pada 2 Maret 2015 dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S. Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 2 Maret 2015 Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Kepala Jurusar/Prodi Studi),

Dr. H. Abdul Majid Khon. M.Ag NIP : 19580101 t98703 1 005

S ekretaris (S ekretaris JurusarVProdi)

Marhamah Saleh. Lc. MA NIP : 19720313 2008012 010

Penguji I

Prof. Dr. Ahmad Syaf ie Noor NIP : 19470902 196712 1 001

Penguji II

Muhammad Zuhdi. S.Ae.. M.Ed.. PhD NIP

:

19720704 199703

I

002

'?

[t:??'{

iii Mengetahui


(5)

SURAT PERNYATAAN KARYA

ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di

Nama

NIM

Jurusan/prodi Fakultas

Nama Pembimbing

NIP

bawah ini: Yully Khusniah I 1 1001 1000040

Pendidikan Agama Islam (PAD Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

: Ahmad Irfan Mufid, MA. : 197403182003 121002

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang be{udul Pengaruh Penerapan Metode

Mind

Mop Terhadap Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Pada Siswa Kelas

VIII

(Quasi Eksperimen Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Jakarta) adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen :

Demikian surat pernyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta,23 Januai2015

Mahasiswa ybs

YULLY KHUSNIAH NrM. 1110011000040


(6)

v

VIII. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui apakah terdapat pengaruh penerapan metode mind map terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran SKI. Penelitian ini telah dilaksanakan di MTs Negeri 3 Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan rancangan penelitian

non-equivalent control group design. Sedangkan teknik pengambilan sampel

menggunakan sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu. Dalam rancangan ini melibatkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen penulis menerapakan pembelajaran dengan metode mind map, sedangkan pada kelompok kontrol tidak menggunakan metode mind map.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar dengan bentuk pilihan ganda.

Berdasarkan pengujian dua sampel mennggunakan uji-t diperoleh thitung (3,91) > ttabel (1,99) pada taraf signifikasi 0,05 (5%). Hal ini menunujukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperiman dan kelas kontrol. Jadi, hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan metode mind map terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).


(7)

vi

Yully Khusniah (1110011000040). Influence of Applying the Method of Mind Map on Learning Outcomes of the Islamic Cultural History in Eighth Grade Students. Skripsi, Department of Islamic Education at Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

The research aims to prove whether there is the influence of applying the method of mind mapping on learning outcomes of students in the subjects of Islamic cultural history. This research has been done in MTs 3 Jakarta. The method used is a quasi-experimental research design to the design of non-equivalent control group. While the sampling technique used purposive sampling (purposive sampling), namely by taking the subject is not based on strata, random or area but based on their specific goals. In this design involves two groups: the experimental group and the control group. In the experimental group the authors apply learning with mind mapping method, whereas the control group did not use mind mapping method. The research instrument used was a multiple-choice achievement tests.

Based on testing using the two-sample t-test was obtained t.arithmetic (3.91)> t.table (1.99) at the 0.05 level (5%). This shows that there are significant differences between the experimental class and the control class. Therefore, the results of hypothesis testing can be concluded that there is a significant influence of the method of mind mapping on learning outcomes Islamic Cultural History.


(8)

vii

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW.

Terimakasih teramat banyak penulis haturkan kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Sarpin.S dan Ibunda Siti Nurhayati, atas segala doa dan pengorbanannya telah mendidik penulis dengan penuh kasih sayang, you are my everything.

Dalam pembuatan dan penulisan skripsi ini tak lepas dari dukungan dan dorongan semua pihak. Penulis menyadari selama pembuatan skripsi ini banyak terdapat hambatan dan kendala yang dihadapi baik yang bersifat materil maupun moril. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Marhamah Saleh, Lc. MA, selaku Ketua dan Seketaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Ahmad Irfan Mufid, MA. selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi.

4. Prof. Dr. Armai Arif M.Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik. 5. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Agama Islam

6. Dra. Hj. Faizah, selaku Kepala MTs Negeri 3 Jakarta, yang telah memberikan izin penelitian di madrasah tersebut.

7. Yayah Sulayah, S.Ag selaku guru SKI di MTs Negeri 3 Jakarta.

8. Kakak-kakak tersayang Mas Yogi Saputra beserta istri, mba Dwi Syarifah, mas Arif Setiawan, kedua adek tercinta De Nurul dan de Fadil, Serta Alula ponakan pertamaku.

9. Keluarga besar DPC GMNI Tangerang Selatan, bung Angga, bung Mahbub, bung Rahman, bung Didik, bung Irul, bung Ridwan, bung Zaki, bung Dimyati.


(9)

viii

Juga para Abang senior, bang Yusri, ka Tenjo, bang Blek, ka Gunawan, ka Dziki, ka Dewa, ka Kori, ka Nino, bang Uceng dan yang lainnya yang selama ini berjuang dalam barisan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia.

10.Sahabat-sahabat: Endang, Alis, Tia, Mae, May, Isma, mba Uni, Upik, Parti, dan semua sahabat-sahabat Jurusan PAI angkatan 2010 yang telah berjuang bersama dalam menggapai ilmu di bangku perkuliahan.

11.Kawan-kawan Piramida Circle UIN Jakarta, mas Nurhidayat, Dede Afrizal (bedel), Agung Saputra, dan yang lainnya.

12.Kawan-kawan Lembaga LAW-Institute: bang Supriyanto S.Sos; bang Idarul Haq SH. MH; bang M. Saleh, SE; Fahri; Syaiful Wahid; bang Roem Jibran, SH. MH; dan yang lainnya.

13.Rekan-rekan alumni Kursus Pengelolaan Keberagaman (KPK) Aliansi Bhineka Tunggal Ika (ANBTI) Jabodetabek.

14.Dan untuk semua pihak yang berjasa pada penulis baik yang disadari ataupun tidak sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan skripsi ini dengan baik

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai saran dan kritik sehingga dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam penelitian ini.

Demikian, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi para pengembang produk pendidikan.

Jakarta, 23 Januari 2015


(10)

ix

PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretik... 8

1. Hakekat Active Learning... 8

a. Pengertian Active Learning... 8

b. Indikator Pendekatan Active Learning... 9

c. Prinsip-Prinsip Active Learning... 10

d. Tehnik Pembelajaran Aktif... 11

2. Pembelajaran Aktif Metode Mind Map... 12


(11)

x

b. Langkah-Langkah Membuat Mind Map... 15

c. Tujuan dan Manfaat Mind Map... 16

d. Faktor Penghambat Pembuatan Mind Map... 17

e. Contoh Mind Map... 18

3. Belajar dan Hasil Belajar... 18

a. Pengertian Belajar... 18

b. Prinsip-Prinsip Belajar... 19

c. Pengertian Hasil Belajar... 21

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 22 4. Sejarah Kebudayaan Islam Sebagai Mata Pelajaran... 23

a. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam... 23

b. Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam di MTs... 24

c. Ruang Lingkup... 25

d. Kendala Pembelajaran SKI... 25

B. Hasil Penelitian yang Relevan... 26

C. Kerangka Berpikir... 28

D. Hipotesis Penelitian... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B. Metode dan Desain Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel... 34

D. Teknik Pengumpukan Data ... 35

E. Instrumen Penelitian... 37

F. Uji Coba Instrumen... 37

1. Pengujian Validitas... 37

2. Reliabilitas... 38

3. Taraf Kesukaran... 39

4. Daya Pembeda... 39

G. Teknik Analisis Data ... 40


(12)

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil MTs Negeri 3 Jakarta... 44

1. Sejarah Singkat... 44

2. Visi, Misi, dan Tujuan... 45

3. Program-Program Madrasah... 48

4. Guru dan Tenaga Kependidikan... 49

5. Siswa MTs Negeri 3 Jakarta... 50

6. Sarana dan Prasarana... 50

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

1. Hasil Uji Coba Instrumen Test... 52

a. Uji Validitas... 52

b. Reliabilitas... 53

c. Taraf Kesukaran... 53

d. Daya Pembeda... 53

2. Data Hasil Belajar... 54

a. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 55

b. Hasil Postest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 57

c. Perkembangan Nilai Rata-Rata Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 60

3. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis... 60

a. Pengajuan Prasyarat Analisis... 60

1) Uji Normalitas Data... 60

2) Uji Homogenitas... 62


(13)

xii

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

D. Keterbatasan Penelitian ... 67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 68

B. Implikasi... 68

C. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(14)

xiii

Tabel 3.3 Klasifikasi Guilford ... 38

Tabel 3.4 Klasifikasi Taraf Kesukaran ... 39

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ... 40

Tabel 4.1 Kondisi Guru ... 49

Tabel 4.2 Kondisi Tenaga Kependidikan... 50

Tabel 4.3 Kondisi Siswa... 50

Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana... 51

Tabel 4.5 Hasil Validitas Butir Soal... 52

Tabel 4.6 Hasil Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal... 53

Tabel 4.7 Hasil Klasifikasi Daya Pembeda... 54

Tabel 4.8 Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol.... 55

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Eksperimen... 55

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Kontrol... 56

Tabel 4.11 Data Hasil Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol.. 57

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Postest Kelompok Eksperimen... 58

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Postest Kelompok Kontrol... 59

Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 61

Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 62

Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63

Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63


(15)

xiv

Gambar 2.1 Contoh Mind Map tentang Prestasi Khulafaur Rasyidin... 19

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir... 32

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok

Eksperimen... 56

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Kontrol... 57

Gambar 4.3 Diagram Distribusi Frekuensi Postest Kelompok

Eksperimen... 58

Gambar 4.4 Diagram Distribusi Frekuensi Postest Kelompok Kontrol... 59

Gambar 4.5 Diagram Nilai Rata-Rata Kelompok Kontrol dan


(16)

xv

Lampiran 2. RPP Kelas Kontrol ... 82

Lampiran 3. Kisi-Kisi Uji Coba Soal ... 89

Lampiran 4. Soal Uji Coba... 90

Lampiran 4.a. Tabel Hasil Uji Coba Tiap Butir Soal... 96

Lampiran 5. Soal untuk Pretest dan Postest... 98

Lampiran 6. Perhitungan Manual Validitas Tes Pilihan Ganda .... 103

Lampiran 7. Uji Reliabilitas ... 106

Lampiran 8. Taraf Kesukaran ... 108

Lampiran 9. Daya Pembeda ... 110

Lampiran 10. Hasil Pretest Dan Postest Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen ... 112

Lampiran 11. Uji Normalitas Pretes Kelompok Kontrol ... 114

Lampiran 12. Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen ... 116

Lampiran 13. Uji Homogenitas Dua Varian Pretes... 118

Lampiran 14. Uji Normalitas Postes Kelompok Kontrol ... 119

Lampiran 15. Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen ... 121

Lampiran 16. Uji Homogenitas Dua Variansi Postest... 123

Lampiran 17. Analisis Uji T ... 124


(17)

xvi

Lampiran 19. Lembar Observasi Pengamatan Pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI)... 127

Lampiran 20. Lembar Observasi Instrumen Penelitian Responden Siswa MTs Negeri 3 Jakarta ... 129

Lampiran 21. Lembar Uji Referensi ... 130

Lampiran 22. Surat permohonan Izin Penelitian ... 134

Lampiran 23. Surat Keterangan Penelitian ... 135


(18)

1

Fadil SJ dalam bukunya yang berjudul Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah berkata, “mempelajari sejarah menurut ajaran Islam adalah perbuatan/usaha yang diperintahkan untuk mengambil pelajaran dan hikmah dari kejadian-kejadian yang terjadi di muka bumi ini untuk membina kehidupan sekarang dan di masa yang akan datang”.1

Perhatikan Surat Ar-Ruum ayat 9 berikut :

“Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku lalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku lalim kepada diri sendiri”.

Sementara itu, menurut Ibnu Khaldun yang dikutip oleh Dedi Supriyadi, “sejarah tidak hanya dipahami sebagai suatu rekaman peristiwa masa lampau, tetapi juga penalaran kritis untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa pada masa lampau. Dengan demikian unsur penting dalam sejarah adalah adanya peristiwa, batas waktu / masa lampau, adanya pelaku, dan daya kritis dari peneliti sejarah”.2

Dari beberapa pandangan di atas, dapat dipelajari bahwa generasi muslim perlu mengetahui perkembangan sejarah, terutama pada sejarah kebudayaan Islam. Kebudayaan Islam merupakan kebudayaan masyarakat yang menganut agama Islam. Kebudayaan Islam adalah suatu budaya yang cara

1

Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h.6

2


(19)

berkembangnya tidak terlepas dari unsur politik dan kekuasaan. Oleh karena itu, sejarah kebudayaan Islam di Jazirah Arab mulai muncul setelah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul.

Sebagaimana dikatakan oleh Abuddin Nata bahwa sejarah kebudayaan Islam adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang seluruhnya berkaitan dengan agama Islam. Selanjutnya, karena agama Islam itu luas cakupannya, sejarah Islam pun menjadi luas cakupannya. Di antar cakupan itu ada yang berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan, dan penyebaran, tokoh-tokoh yang melakukan pengembangan dan penyebaran agama islam tersebut, sejarah kemajuan dan kemunduran yang dicapai umat islam dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan umum, kebudayaan, arsitektur, politik pemerintah, peperangan, pendidikan, dan ekonomi.3

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi lahirnya kebudayaan Islam seperti yang dijelaskan oleh H.Darsono dan T.Ibrahim, dapat dibagi dalam empat faktor:

1. bahasa, bahasa Arab menjadi bahasa resmi pemerintahan pada masa Dinasti Umayyah, dengan khalifah Abdul Malik bin Marwan, Dengan adanya kebijakan itu bahasa Arab tersebar keseluruh wilayah Islam, 2. perpindahan agama secara besar-besaran tidak hanya disebabkan oleh

peperangan akan tetapi daerah taklukan yang sudah berbudaya tinggi itu memang sudah menunggu datangnya agama baru,

3. adanya golongan non-Arab, pada masa Dinasti Bani Umaiyah masyarakat Arab terbagi menjadi dua kelompok yang dinamakan dengan kelompok non Arab, kelompok ini dianggap sebagai warga kelas dua, hal ini bertentangan dengan ajaran Islam. Akhirnya pada masa kekhalifahan Umar bin Abdul azis perbedaan kedua kelompok itu dihilangkan,

4. perpecahan kesatuan islam, setelah Umar bin Abdul Aziz wafat, lahirlah tiga kekhalifahan yaitu, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Fatimaiyah, dan Dinasti Ummayyah, masing-masing Dinasti tersebut menampilkan kebudayaan yang berbeda.4

3

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), cet.17. h.363

4

H.Darsono dan T.Ibrahim, Tonggak Sejarah kebudayaan Islam 1 untuk Kelas VII MTs,


(20)

Pada dasarnya, mempelajari sejarah kebudayaan Islam bertujuan untuk mengetahui berbagai masalah kehidupan umat manusia yang berkaitan dengan hukum islam. Selain itu, dengan mempelajari sejarah kebudayaan islam kita juga dapat memahami berbagai masalah kehidupan umat Islam, yang disertai dengan maju mundurnya kebudayan Islam itu sendiri.

Di Madrasah, sejarah kebudayaan Islam dijadikan sebagai mata pelajaran penting untuk dipelajari oleh peserta didik karena sejarah kebudayaan Islam merupakan salah satu cabang dari bidang studi Pendidikan Agama Islam yang bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan juga sebagai pengembangan potensi spiritual pada diri peserta didik.

Mata pelajaran sejarah kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam yang mengandung nilai-nilai kearifan serta dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.

Untuk mencapai tujuan dari mata pelajaran sejarah kebudayaan di madrasah dibutuhkan berbagai aspek pendidikan yang berkualitas. Kualitas pendidikan khususnya pada pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh banyak aspek di dalamnya, terutama masalah kualitas pembelajaran dan keprofesionalan para pengajarnya, dalam hal ini guru yang mengajar pada bidang studi.

Pada pasal 20 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005, tentang guru dan dosen point (a) dan (b), dijelaskan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalanya, guru berkewajiban:

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.5

5

Undang-Undang Sisdiknas dan Undang-Undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Asa Mandiri, 2009), cetakan ke 9, hal.61


(21)

Guru professional adalah guru yang senantiasa mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensinya secara terus-menerus, sehingga ahli dalam menyampaikan materi ajar serta cermat dalam memilih metode yang tepat dalam mengajar sehingga peserta didik mudah mengerti dan memahami pelajaran yang diberikan.

Seorang guru yang profesional akan mampu memilih metode, strategi, dan media pembelajaran dengan baik. Pemilihan media, metode dan strategi pembelajaran disesuaikan dengan materi yang diajarkan, kondisi sekolah, kondisi peserta didik yang akan diajar, dan penyesuaian-penyesuaian lainnya. karena sebagus apapun pemilihan metodenya jika tidak disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada disekolah maka hasilnya akan kurang maksimal, begitu juga sebaliknya selengkap apapun sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah hal itu akan sia-sia jika guru tidak mampu memanfaatkannya dengan baik.

Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki inovasi-inovasi yang kreatif dan imajinatif dalam merancang suatu metode dan strategi pembelajaran sesuai materi yang akan disampaikan, terutama mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam yang memerlukan suatu kreatifitas yang tinggi dari pengajarnya.

Namun pada realitasnya, saat melakukan observasi di salah satu madrasah peneliti menemukan beberapa problematika dalam proses pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di kelas, diantaranya ialah apresiasi siswa terhadap mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam masih rendah, bahkan beberapa guru sejarah kebudayaan Islam juga menunjukkan apresiasi yang rendah terhadap mata pelajaran ini. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya perhatian mereka terhadap pengajaran sejarah.

Masalah lainnya ialah siswa sering merasa bosan karena untuk mempelajari dan mendalami sebuah sejarah dibutuhkan hafalan yang kuat. Rasa bosan mereka biasanya disebabkan oleh 2 faktor, yang pertama tuntutan menghafal peristiwa, aktor dan waktu; yang kedua metode pengajaran yang kurang cocok sehingga mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam kurang


(22)

diminati dan mengakibatkan makna sejarah yang begitu penting menjadi terbelenggu dalam suasana monoton, dan kaku.

Sistem pembelajaran sejarah yang dikembangkan sebenarnya tidak lepas dari pengaruh budaya yang telah mengakar. Model pembelajaran yang bersifat satu arah, guru menjadi sumber pengetahuan utama dalam kegiatan pembelajaran menjadi sangat sulit untuk diubah. Pembelajaran sejarah saat ini mengakibatkan siswa kurang berperan di dalamnya sehingga menempatkan siswa sebagai peserta pembelajaran sejarah yang pasif. Kekurangcermatan pemilihan strategi mengajar akan berakibat fatal bagi pencapaian tujuan pengajaran itu sendiri. Padahal strategi dalam pembelajaran mempunyai kedudukan yang sangat strategis untuk mencapai tujuan pendidikan dan keberhasilan dalam pembelajaran.

Seiring dengan bergulirnya perkembangan dalam dunia pendidikan, sekarang ini banyak ditemui adanya strategi/pendekatan pembelajaran yang lebih menuntut peserta didik untuk lebih aktif, kreatif dan lebih siap untuk menerima pelajaran. Salah satu alternatif strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan ialah Active learning (Pembelajaran aktif).

Guna mencapai maksud dan tujuan pembelajaran pada bidang studi SKI, maka pemilihan strategi pembelajaran aktif dengan menggunakan metode

Mind map dirasa sesuai untuk membantu peserta didik belajar, menyusun, dan menyimpan sebanyak mungkin informasi yang peserta didik inginkan, serta mengelompokkannya dengan cara yang alami. Karena pada bidang studi sejarah kebudayaan Islam siswa dituntut untuk memahami mengenai struktur dan kronologi sebuah peristiwa sejarah.

Sebagai apresiasi permasalahan di atas maka peneliti perlu melakukan penelitian terhadap strategi atau metode yang dilakukan guru dalam mengajara bidang studi SKI dengan judul: “Pengaruh Penerapan Metode Mind Map

Terhadap Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada Siswa Kelas VIII (Studi Eksperimen di MTs Negeri 3 Jakarta)”.


(23)

B. Identifikasi Masalah

Pada latar belakang masalah di atas, penulis menarik beberapa masalah dengan berdasarkan kepada :

1. Siswa belum terlibat aktif dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di madrasah.

2. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas masih cenderung berpusat pada guru (teacher centris)

3. Hasil belajar pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas VIII masih belum mencapai harapan

4. Metode yang digunakan dalam pengajaran masih monoton, kurang bervariatif, dan kurang disesuaikan dengan materi yang ada

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, untuk menjaga agar penelitian lebih terfokus, maka masalah yang diteliti dibatasi pada :

1. Penerapan metode mind map pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas VIII semester I.

2. Hasil belajar siswa kelas VIII semester I pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

“Apakah terdapat pengaruh penerapan metode mind map terhadap hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada siswa?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh penggunaan metode mind map terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan melihat ada


(24)

tidaknya perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode mind map dan yang diajarkan tanpa menggunakan metode mind map.

F. Kegunaan Penelitian

1. Hasil penelitian ini secara teoritis diharap mampu memperkaya keilmuan

dan sebagai bahan acuan khususnya dalam meningkatkan hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam para peserta didik.

2. Sedangkan secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan positif kepada semua pihak yang terkait dalam dunia pendidikan, terutama bagi:

a. Kepala Sekolah dan Supervisor, sebagai sarana informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam.

b. Pendidik, sebagai alternatif untuk menentukan strategi pembelajaran yang sesuai dalam pelajaran di kelas dan sebagai usaha menumbuhkan kreatifitas dan gagasan siswa.

c. Siswa, diharapkan mampu berkreasi dalam melakukan proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran tidak membosankan dan dapat mencapai hasil yang optimal.

d. Peneliti, sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang tertuang secara teori dan praktek khususnya dalam mengembangkan masalah-masalah pembelajaran mengenai hasil belajar siswa serta meningkatkan kualitas mengajar peneliti sebagai calon pendidik mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.


(25)

8

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik

Metode Mind Map merupakan bagian dari strategi pembelajaran aktif (Active Learning). Oleh karena itu, sebelum mengacu pada penjabaran tentang kajian teori metode mind map, penulis memaparkan terkait pengertian active

learning dan komponen-komponennya.

1. Active Learning

a. Pengertian Active Learning

Pembelajaran aktif (Active learning) bukanlah disiplin ilmu (teori) melainkan sebuah strategi dalam pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Menurut M. Dalyono, “active learning merupakan salah satu cara atau strategi pembelajaran yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa seoptimal mungkin, sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.”6

Kathleen McKinney dalam skripsi Andi Fadlan yang berjudul Pengembangan Aktive Learning di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisanga mengungkapkan bahwa Active Learning (pemblajaran aktif) adalah pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif, tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara mental, perasaan (emosi), dan sosial.

Active learning berkaitan dengan teknik di mana peserta didik melakukan lebih dari sekedar mendengarkan ceramah guru atau dosen, termasuk di dalamnya menemukan, memproses, dan menerapkan informasi yang diterimanya.7

Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa active learning

menempatkan siswa sebagai sentral dari kegiatan belajar dan pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat pada siswa akan dapat mengembangkan cara-cara belajar mandiri, berperan dalam

6

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), cet. Ke-3, h.195.

7

Andi Fadlan, Pengembangan Aktive Learning di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisanga,


(26)

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses pembelajaran itu sendiri. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berpikir kreatif, kritis, dan dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih lanjut lagi, M. Dalyono menjelaskan bahwa pemusatan pembelajaran pada diri siswa sudah lama dicetuskan oleh tokoh-tokoh pendidikan diantaranya adalah John Dewey dengan semboyan

learning by doing”. Ada empat perangkat dasar perlunya active learning dalam proses pembelajaran. Keempat perangkat tersebut yaitu mengenai pendidikan, anak didik, guru, dan proses pengajaran.8

b. Indikator Pendekatan Active Learning

Untuk melihat terwujudnya active learning dalam proses pembelajaran pembelajaran, ada beberapa indikator active learning. Dari indikator ini dapat diketahui tingkah laku mana yang muncul dalam suatu proses pembelajaran. Menurut M. Dalyono indikator tersebut dapat dilihat dari lima segi, yaitu:

1) Dari Sudut Siswa

a) Keinginan, kekeberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahannya.

b) Keinginan, keberanian dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.

c) Penampilan berbagai usaha atau keaktifan belajar dalam menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilan.

d) Kebebasan untuk melakukan hal tersebut di atas tanpa ada tekanan dari pihak manapun.

2) Dari Sudut Guru

a) Adanya usaha mendorong, membina gairah belajar dan partisipasi siswa secara aktif.

b) Guru tidak mendominasi kegiatan pembelajaran.

c) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara dan keadaan masing-masing.

d) Guru menggunakan berbagai jenis metode pembelajaran serta menggunakan berbagai media.

8


(27)

3) Dari Sudut Program

a) Tujuan instruksional serta konsep maupun isi pelajaran sesuai dengan kebutuhan, minat serta kemampuan peserta didik.

b) Program yang cukup jelas sehingga dapat dimengerti oleh siswa.

c) Bahan pembelajaran mengandung fakta atau informasi, konsep, prinsip dan keterampilan.

4) Dari Sudut Situasi Belajar

a) Adanya hubungan yang erat antara guru dengan siswa, guru dengan guru dan siswa dengan siswa.

b) Siswa memiliki motivasi yang kuat untuk belajar dan memiliki kebebasan untuk mengembangkan cara belajar masing-masing.

5) Dari Sudut Sarana Belajar a) Sumber belajar bagi siswa.

b) Fleksibilitas waktu untuk melakukan kegiatan belajar. c) Dukungan dari berbagai media pembelajaran.

d) Kegiatan siswa tidak terbatas di dalam kelas tetapi juga di luar kelas9.

Dengan adanya indikator tersebut, maka akan lebih memudahkan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, setidaknya memberi rambu-rambu bagi guru dalam melaksanakan

active learning.

c. Prinsip-Prinsip Active Learning

Pembelajaran dengan menggunakan strategi active learning

memerlukan adanya prinsip-prinsip. Hal ini hendaknya diperhatikan agar pada saat proses pembelajaran siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal. Dalam hal ini M. Dalyono memberikan beberapa prinsip belajar active learning, antara lain :

1) Stimulus Belajar

Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus. Stimulus dapat berbentuk verbal atau bahasa, visual dan lain-lain. Stimulus ini hendaknya dapat benar-benar mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan guru kepada siswa. Ada dua cara yang mungkin dapat membantu siswa agar pesan tersebut mudah diterima, yaitu pengulangan yang

9


(28)

dilakukan oleh guru dan siswa mengulang kembali pesan yang telah disampaikan guru kepadanya.

2) Perhatian dan Motivasi

Guru bertindak sebagai motivator, pendorong, pemberi semangat sehingga akan tercipta motif-motif yang positif pada siswa yang dapat ditingkatkan atau dikembangkan.

3) Respon yang Dipelajari

Keterlibatan siswa atau respon siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru harus menunjang tercapainya tujuan instruksional, sehingga siswa mampu mengubah perilakunya seperti yang tersirat dalam rumusan tujuan instruksional.

4) Penguatan

Apabila respon yang diterima siswa yang diberikan oleh guru memuaskan kebutuhannya, maka siswa cenderung untuk mempelajari tingkah laku tersebut. Penguat tersebut dapat berupa nilai, ganjaran, hadiah dan lain-lain.

5) Pemakaian dan Pemindahan

Pikiran manusia mempunyai kesanggupan menyimpan informasi yang tidak terbatas jumlahnya. Dalam proses belajar mengajar, siswa dihadapkan pada situasi baru yang menuntut pemecahan masalah melalui informasi yang telah dimiliki sebelumnya10.

d. Tehnik Pembelajaran Aktif

Bagian ini berisi keterampilan tehnik-tehnik pengajaran yang bisa digunakan ketika guru sedang mengajarkan inti dari pelajaran. Hal ini dirancang untuk menghindari atau justru menguatkan cara pengajaran yang didominasi guru. Alternatif-alternatif tersebut menurut Melvin L Siberman antara lain :

1) Proses belajar satu kelas penuh: pengajaran yang dipimpin oleh guru yang menstimulus seluruh siswa

2) Diskusi kelas: dialog dan debat tentang persoalan-persoalan utama

3) Pengajuan pertanyaan: siswa meminta penjelasan

4) Kegiatan belajar kolaboratif: tugas dikerjakan secara bersama dalam kelompok kecil

5) Pengajaran oleh teman sekelas: pengajaran yang dilakukan oleh siswa sendiri

6) Kegiatan belajar mandiri: aktivitas belajar yang dilakukan secara perseorangan

7) Kegiatan belajar aktif: kegiatan yang membantu siswa memahami perasaan, nilai-nilai, dan sikap mereka

10


(29)

8) Pengembangan ketrampilan: mempelajari dan mempraktikan ketrampilan, baik teknis maupun non-teknis.11

Kegiatan belajar mandiri merupakan salah satu dari tehnik di atas yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Belajar bersama dan belajar dalam satu kelas penuh bisa ditingkatkan dengan aktivitas belajar mandiri. Ketika siswa belajar dengan caranya sendiri, mereka mengembangkan kemampuan untuk memfokuskan diri dan merenung. Bekerja dengan cara mereka sendiri juga memberi siswa kesempatan untuk memikul tanggung jawab pribadi atas apa yang mereka pelajari. Salah satu dari strategi belajar mandiri yang akan peneliti lakukan dalam penelitian adalah metode Mind Map.

2. Pembelajaran Aktif Metode Mind Map

a. Pengertian Metode Mind Map

Menurut Muhibbin Syah, “metode secara harfiah berarti cara,

dalam pemakaian umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis”.12

Masih berkaitan dengan pengertian metode, dalam hal ini Abuddin Nata mengungkapkan bahwa,

metode dan berpikir yang benar tak ubahnya seperti orang yang berjalan. Seorang yang lumpuh sebelah kakinya dan tidak dapat berjalan dengan cepat, tetapi memilih jalan yang benar akan mencapai tujuannya lebih cepat daripada jago lari yang mengambil jalan yang terjal lagi berbelok-belok. Betapapun tepatnya jago lari itu, ia akan datang terlambat pada tempat yang dituju, sedangkan orang yang lumpuh sebelah kakinya yang memilih jalan yang benar akan sampai kepada tujuan dengan segera. Dari contoh ini semakin terlihat tentang pentingnya metode dalam melaksanakan

11

Melvin L.Siberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nuansa, 2012), cetakan ke-7.h. 13-14

12

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan pendekatan Baru, (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2011), cetakan ke-17, hlm. 198.


(30)

suatu kegiatan. Metode yang tepat adalah masalah pertama yang harus diusahakan dalam pelbagai cabang ilmu pengetahuan.13

Jika dikaitkan dengan pendidikan, menurut Munif Chatib, “metode (pembelajaran) dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan susunan rencana dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis agar tujuan pembelajaran tercapai”.14

Sedangkan menurut Michael Michalko dalam bukunya Tony Buzan yang berjudul Buku Pintar Mind Map mendefinisikan, “Mind Map adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linear. [Mind Map] menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai

pikiran dari segala sudut.”15

Mind Map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke

dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind map

adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita. Sebagaimana dikatakan oleh Tony Buzan, Mind map juga sangat sederhana. Sama seperti peta jalan, mind map akan:

1) Memberi pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang luas.

2) Memungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihan-pilihan dan mengetahui kemana kita akan pergi dan di mana kita berada

3) Mengumpulkan sejumlah besar data di satu tempat

4) Mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan trobosan kreatif baru

5) Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna, dan diingat.16

Tony Buzan juga menjelaskan bahwa semua bentuk mind map

mempunyai kesamaan. Semuanya menggunakan warna. Semuanya

13

Abuddin Nata, Metodologi studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), cetakan ke-17, hlm.148

14

Munif Chatib, Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara, (Bandung: Kaifa, 2013), Cetakan ke-12, hlm.131

15

Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), cetakan ke-XI, h. 2

16


(31)

memiliki struktur alami yang memancar dari pusat. Semuanya menggunakan garis lengkung, simbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian aturan yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak. Dengan mind map, daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna warni, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal.17

Pemetaan pikiran merupakan cara kreatif bagi tiap siswa untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari, atau merencanakan tugas baru. Menurut Melvin L Siberman, “meminta siswa untuk membuat peta pikiran memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi dengan jelas dan kreatif apa yang telah mereka pelajari atau apa yang mereka tengah rencanakan”.18

Dari penjelasan di atas, maka dapat diartikan bahwa metode mind map adalah salah satu metode pembelajaran aktif (active learning)

yang bekerja sebagai alat pikir organisasional, metode mind map

merupakan metode atau cara kreatif tiap siswa untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari, menjadikannya peta rute yang hebat bagi ingatan, serta memungkinkan siswa menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal.

Salah satu cara yang mudah untuk membangkitkan imajinasi dan membantu siswa mengingat adalah dengan mind map, ini karena mind map melibatkan sisi kanan otak secara alami melalui penggunaan warna dan gambar.

17

Ibid., h. 5

18

Melvin L.Siberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nuansa, 2012), cetakan ke-7, hlm.200


(32)

b. Langkah-Langkah Membuat Mind Map

Sebelum mengacu pada langkah pembuatan mind map, yang perlu disiapkan awal adalah bahan-bahan membuat mind map. Menurut Tony Buzan, bahan-bahan tersebut antara lain :

1) Selembar kertas kosong tak bergaris 2) Pena dan pensil warna

3) Otak 4) Imajinasi.19

Adapun langkah-langkah dalam membuat mind map seperti yang dijelaskan pula oleh Tony Buzan adalah sebagai berikut:

a) Mulailah dari bagian tengah kertas yang kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar, karena memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami. b) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Sebab sebuah

gambar bermakna seribu kata dan membantu seseorang menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan menarik, membuat tetap terfokus, membantu berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak.

c) Gunakan warna. Bagi otak warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat mind map lebih hidup, menambahkan energi kepada pemikiran yang kreatif, dan menyenangkan. d) Hubungkan cabang utama ke gambar pusat dan

cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua atau tiga atau empat hal sekaligus. Bila menghubungkan cabang-cabang, akan lebih mudah mengerti dan mengingat.

e) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Karena garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis, seperti cabang-cabang pohon, jauh lebih menarik bagi mata.

f) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Karena kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas karena

mind map. Setiap kata tunggal atau gambar adalah pengganda, menghasilkan sederet asosiasi dan hubungannya sendiri. Jika menggunakan kata tunggal, setiap kata akan lebih bebas dan karenanya lebih bisa memicu ide dan pikiran baru.

19

Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), cetakan ke-XI, h.14


(33)

g) Gunakan gambar seperti gambar sentral, karena setiap gambar bermakna seribu kata. Jadi jika mempunyai gambar di dalam

mind map sebanyak 10, maka sudah setara dengan 10.000 kata catatan.20

c. Tujuan dan Manfaat Mind Map

Tujuan membuat mind map adalah untuk mengingat segala sesuatu yang dipikirkan dalam pikiran yang berangkat dari gagasan sentral. Karena pikiran akan mengeluarkan gagasan lebih cepat dari yang akan ditulis. Menurut Maurizal Alamsyah, “Mind map sangat membantu menyederhanakan materi pelajaran menjadi hanya kata-kata kunci, sekaligus menjaga keutuhan dari seluruh bagian materi yang dikupas”.21

Tony Buzan mengatakan bahwa, “Mind Map dapat membantu pada banyak hal, seperti: merencanakan, berkomunikasi, menjadi lebih kreatif, menghemat waktu, menyelesaikan masalah, memusatkan perhatian, menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat dengan lebih baik, belajar lebih cepat dan efisien”.22

Michael Michalko berpendapat bahwa mind map akan membantu untuk :

a) Mengaktifkan seluruh otak

b) Memungkinkan fokus pada pokok bahasan

c) Membantu menunjukkan hubungan antar bagian informasi yang saling terpisah

d) Memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian e) Mengelompokkan konsep dan membandingkannya

f) Menyaratkan untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.23

20

Ibid., h. 15-16

21

Maurizal Alamsyah, Kiat jitu Meningkatkan Prestasi dengan Mind Mapping,

(Yogyakarta: Mitra Pelajar, 2009), h. 104.

22

Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), cetakan ke-XI, h. 6

23Michael Michalko, “Cracking Creativity”,

dalam Tony Buzan (ed), Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), cet-XI, h. 6-7


(34)

d. Faktor Penghambat Pembuatan Mind Map

Ada beberapa hambatan yang dialami peserta didik dalam pembuatan mind map, baik dari peserta didik sendiri maupun proses dalam pembuatan mind map. Faktor penghambat dari peserta didik dapat dilihat dari karakteristik peserta didik yang berbeda serta pemahaman masing-masing peserta didik juga berbeda. Selain itu, tingkat kreatifitas peserta didik yang berbeda-beda pula.

Selanjutnya, Sutanto Windura menjelaskan faktor penghambat dalam pembuatan mind map adalah sebagai berikut :

1) Kesulitan mencari cabang utama jika struktur materi tidak terlalu sistematis.

2) Kesulitan dalam mencari kata kunci suatu kalimat untuk dituliskan di atas cabang mind map, kata kunci umumnya kata benda.

3) Cabang-cabang, siswa kadang membuat cabang-cabang dalam pembuatan mind map ini tidak menyebar ke segala arah.

4) Warna, siswa kadang-kadang malas menggunakan beberapa warna karena merasa repot dan terkesan kekanak-kanakan. Warna pada mind map tidak hanya melibatkan otak kanan secara aktif, namun juga untuk membantu pengelompokan informasi.

5) Gambar, siswa kadang malas menggunakan atau menambahkan gambar dalam mind map-nya. Alasannya; tidak tahu apa yang harus digambar, membuang-buang waktu, atau merasa kekanak-kanakan.

6) Tata ruang, ketidakrapian siswa dalam hal tata ruang dalam membuat mind map-nya. Di mana dapat membuat siswa putus asa atau jengkel karena tidak ada ruang di kertas tempat mereka membuat mind map.

7) Tingkat kedetailan mind map, tingkat kedetailan pembuatan mind map sifatnya subjektif, tergantung kebutuhan anak masing-masing Semakin jauh dari pusat mind map berarti semakin kurang penting.24

Pada dasarnya pembuatan mind map sangat mudah. Namun ada aturan-aturan pembuatan mind map yang harus diketahui dan dipatuhi. Aturan mind map ini tidak lain adalah kinerja otak kita sendiri.

24


(35)

e. Contoh Mind Map

Berikut ini adalah salah satu contoh gambar bentuk mind map

tentang “Prestasi Khulafaur Rasyidin”.

Gambar 2.1

Contoh Mind Map tentang Prestasi Khulafaur Rasyidin

3. Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses, kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hal ini senada dengan Syaiful Bahri Djamarah yang menjelaskan belajar sebagai “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru


(36)

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.20

Sedangkan menurut Hilgard yang dikutip oleh Alisuf Sabri,

mendefinisikan belajar sebagai, “Learning is the procces by wich an

activity originated or is changed through trainig procedures (wether in the laboratory or in the natural environment) is distinguished from change by factor not atributable to training.”21

Dari beberapa definisi tersebut dapat dipahami bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. Perubahan tingkah laku akibat belajar dapat berupa perolehan perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada.

b. Prinsip-Prinsip Belajar

Prinsip-prinsip belajar merupakan salah satu komponen terpenting yang perlu diketahui oleh pengajar/guru, karena prinsip-prinsip belajar dapat mengungkapkan batas-batas kemampuan dalam pembelajaran sehingga guru bisa membuat acuan yang tepat dalam pembelajaran yang akan diberikan oleh siswa. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Dimyati dan Mudjiono, prinsip-prinsip tersebut antara lain :

1) Perhatian dan Motivasi

Perhatian dan motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.

20

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), cetakan ke-2, hal.13

21

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010), cetakan ke-4, hal.54


(37)

2) Keaktifan

Sebagai “primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun

kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif siswa dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional.

3) Keterlibatan langsung/berpengalaman

Siswa dituntut untuk terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh pengalaman.

4) Pengulangan

Pengulangan masih diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Karena pengulangan dapat melatih daya-daya jiwa dan dapat membentuk respon yang benar dan membentuk kebiasaan-kebiasaan.

5) Tantangan

Dengan adanya tantangan siswa dituntut untuk memiliki kesadaran pada diri sendiri akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses, dan mengolah pesan. Selain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya.

6) Balikan dan Penguatan

siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi dirinya sendiri.22

Berdasarkan prinsip-prinsip belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya prinsip-prinsip belajar, seorang guru dapat mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa. Guru juga dituntut untuk memusatkan perhatian,

22

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010). Cet, 4, h.4


(38)

mengelola, menganalisis, dan mengoptimalkan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar tersebut. 23

c. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar secara etimologi terdiri dari dua kata yaitu kata

“hasil” dan “belajar”, di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata

“hasil” adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh

usaha (pikiran, tanam-tanaman, sawah, tanah, ladang, hutan, dsb)24.

Sedangkan kata “belajar” adalah berlatih atau berubah tingkah laku

atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.25

Menurut Muhibbin Syah, perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar terjadi melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih, dan mencoba sendiri atau dengan pengalaman dan latihan. Sebuah kegiatan belajar dapat dikatakan efesien apabila dengan usaha belajar tertentu memberikan prestasi belajar tinggi.26

Hasil belajar pada hakekatnya merupakan kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

Jadi hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah melakukan proses pembelajaran dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.

23

Ibid., h.53

24

Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990) cet.3, h.300

25

Ibid. h. 13

26


(39)

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut M. Alisuf Sabri, ada berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1) Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari luar siswa terdiri dua faktor, yaitu : a) Faktor-Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: faktor lingkungan alam dan faktor lingkungan sosial. Yang termasuk faktor lingkungan alam ialah seperti keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya (masyarakat) maupun budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar.

b) Faktor-Faktor Instrumental

Terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar.

2) Faktor-Faktor Kondisi Internal Siswa

Faktor kondisi siswa terdiri dari dua macam, yaitu kondisi fisiologis siswa dan kondisi psikologis siswa. Faktor fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik serta kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran. Adapun faktor psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah faktor minta, bakat, inteligensi, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi,


(40)

ingatan, berfikir, dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan appersepsi) yang dimiliki siswa27.

4. Sejarah Kebudayaan Islam Sebagai Mata Pelajaran a. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau”.28 Sedangkan kebudayaan adalah “hasil akal budi dari alam sekelilingnya dan dipergunakan bagi kesejahteraan hidupnya”, definisi lainnya dari kebudayaan adalah “keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya”.29

Kebudayaan Islam itu sendiri menurut darsono dan T.Ibrahim, dapat diartikan sebagai “kondisi-kondisi kehidupan yang terjadi pada masa perkembangan Islam hingga runtuhnya daulah islamiah. Kebudayaan Islam berdasarkan pada hukum agama Islam dengan sumber hukum Al-Qur’an dan hadis”.30

Dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan kebisaaan.

Peraturan Kementrian Agama RI pada Lampiran 3b – BabVII – SK KD PAI dan Bhs Arab tingkat MTs tahun 2008 menjelaskan :

27

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010), cetakan ke-4, hal 59-60

28

Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990) cet.3, h.794

29

Ibid. h. 131

30

Darsono dan T.Ibrahim, Tonggak Sejarah kebudayaan Islam 1 untuk Kelas VII MTs,


(41)

Sejarah Kebudayaan Islam di MTs merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafaurrasyidin, Bani ummayah, Abbasiyah, Ayyubiyah sampai perkembangan Islam di Indonesia.31

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Sejarah Kebudayaan Islam yaitu salah satu bagian dari cabang ilmu Pendidikan Agama Islam di madrasah yang di dalamnya membahas tentang peristiwa-peristwa penting, peradaban Islam serta tokoh-tokoh populernya dalam Sejarah Kebudayaan Islam agar tertanamnya nilai-nilai kepahlawanan dan keilmuan dalam diri peserta didik.

Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.

b. Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam di MTs

Di dalam PERMENAG RI pada Lampiran 3b – BabVII – SK KD PAI dan Bhs Arab tingkat MTs tahun 2008 juga menjelaskan bahwa mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW. dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

2) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.

31

PERMENAG, Lampiran 3b – BabVII – SK KD PAI dan Bhs Arab tingkat MTs,


(42)

3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.

5) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil

ibrah dari peristiwa – peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.32

c. Ruang Lingkup

Pada PERMENAG Lampiran 3b – BabVII – SK KD PAI dan Bhs Arab tingkat MTs tahun 2008 dijelaskan mengenai ruang lingkup Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Tsanawiyah yang meliputi:

1) Pengertian dan tujuan mempelajari sejarah kebudayaan Islam 2) Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Makkah 3) Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Madinah 4) Memahami peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin

5) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Umaiyah

6) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Abbasiyah

7) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Al-Ayyubiyah

8) Memahami perkembangan Islam di Indonesia33

d. Kendala Pembelajaran SKI

Sejarah Kebudayaan Islam secara substansial memberikan motivasi kepada peserta didik untuk memperaktekan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.

Namun menurut Nurhidayati, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam menghadapi beberapa kendala, antara lain:

1) Waktu yang disediakan terbatas sedangkan materi begitu padat dan memang penting, yakni menuntu pemantapan pengetahuan

32

Ibid., h. 51-52

33


(43)

hingga terbentuk watak dan kepribadian yang berbeda jauh dengan tuntunan terhadap mata pelajaran lainnya.

2) Materi Sejarah Kebudayaan Islam, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif). Dalam implementasinya juga lebih didominasi pencapaian kemampuan kognitif, kurang mengakomodasikan kebutuhan afektif.

3) Lemahnya sumber daya guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam pengembangan pendekatan, metode yang lebih variatif serta dalam mengusahakan media yang digunakan untuk mengefektifkan kegiatan belajar mengajar (KBM)

4) Minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan bagi guru Sejarah Kebudayaan Islam. Padahal guru Sejarah Kebudayaan Islam merupakan tenaga kependidikan dan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang mempunyai kedudukan strategis dan menentukan keberhasilan pembelajaran di sekolah.34

Strategi pembelajaran baru dapat berlangsung secara efektif dan efisien, jika guru harus dapat mengetahui keadaan yang tepat untuk memulai proses belajar mengajar. Keadaan siswa yang memiliki konsentrasi atau perhatian yang penuh tentu akan dapat dengan mudah menerima pelajaran yang diberikan kepadanya. Siswa yang memilik konsentrasi penuh akan belajar lebih cepat dan lebih mudah. Selain itu, mereka mengingat informasi lebih lama.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah hasil kajian (review) dari laporan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sesuai dengan masalah atau tema pokok yang peneliti ajukan.

1. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Mind Maps Terhadap Pemahaman, Sikap Dan Keterampilan Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA” oleh Danik Wahyuningsih.

Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran aktif Mind Maps terhadap pemahaman, sikap dan

34

Nurhidayati, Hubungan Antara Minat Dengan Prestasi Belajar Siswa Dalam Bidang Studi Sejarah Kebudayaan Islam,(Skripsi: Jakarta, 2009), h.35-36


(44)

keterampilan belajar biologi siswa kelas XI SMA Negeri 2 Karanganyar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi experiment) Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran aktif Mind Maps tidak berpengaruh nyata terhadap pemahaman belajar siswa tetapi berpengaruh nyata terhadap sikap dan keterampilan siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Karanganyar.35

2. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Cooperative Learning

Tipe Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Biologi Kelas VIII SMP Islam Subhanah Subah Batang Materi Sistem Gerak Pada Manusia”, Oleh Titin Wahyuningsih.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh pembelajaran

cooperative learning tipe mind mapping terhadap hasil belajar Biologi materi sistem gerak pada manusia di SMP Islam Subhanah Subah Batang. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pembelajaran cooperative learning tipe mind mapping terhadap hasil belajar biologi materi sistem gerak pada manusia. Berdasarkan hasil perhitungan, menyimpulkan bahwa pembelajaran

cooperative learning tipe mind mapping berpengaruh terhadap hasil belajar Biologi materi sistem gerak pada manusia.36

3. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Peta Pikiran (Mind

Mapping) terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa di SMA Negeri 1 Tambun

Utara”. oleh Putri Arum Sekaridanto.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan peta pikiran terhadap hasil belajar kimia siswa. Metode yang digunakan yaitu Quasi Eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan peta pikiran memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan uji hipotesis melalui uji-t pada uji-tingkauji-t kepercayaan 95% dengan hasil uji-t.uji-tabel ≤ t.hitung atau 2,01 ≤

35

Sumber data diambil dari Perpustakaan Digital FKIP Universitas Sebelas Maret Semarang, berbentuk PDF pada tanggal 11 September 2014

36

Sumber data diambil dari Perpustakaan Digital IAIN Walisongo Semarang, berbentuk PDF pada tanggal 11 September 2014


(45)

6,278 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.37

Persamaan penelitian-penelitian di atas dengan penelitian peneliti terletak pada penelitian mind map sebagai metode pembelajaran. Sedangkan yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini memfokuskan pada metode mind map yang digunakan untuk pembelajaran sejarah kebudayaan Islam dan ditekankan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran mind map terhadap hasil belajar sejarah kebudayaan Islam.

C. Kerangka Berpikir

Sejarah Kebudayaan Islam di MTs merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/ peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam di madrasah memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.

Untuk mewujudkan pembelajaran yang diharapkan pada mata pelajaran SKI maka perlu adanya pendekatan pembelajaran yang efektif, aktif, kreatif, dan efisien. Ada berbagai macam pendekatan pembelajaran, namun salah satu pendekatan pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar aktif, kreatif, efektif, dan efisien adalah pendekatan active learning.

Active learning menempatkan siswa sebagai sentral dari kegiatan belajar dan pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat pada siswa akan dapat mengembangkan cara-cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses pembelajaran itu sendiri. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat

37

Sumber data diambil dari Perpustakaan Digital UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, berbentuk pada tanggal 13 September 2014


(46)

yang dimilikinya, berpikir kreatif, kritis, dan dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu dari strategi belajar mandiri yang akan peneliti lakukan dalam penelitian adalah metode Mind Map.

Metode peta pikiran (mind map) adalah alat pikir organisasional yang merupakan cara kreatif bagi tiap siswa untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari, menjadikannya peta rute yang hebat bagi ingatan, serta memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal.

Maka dari pemaparan di atas, kesuksesan mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam dengan menggunakan metode mind map dapat dilihat dari hasil belajar siswa.

Setelah melihat konsep-konsep tentang metode mind map, hasil belajar sejarah kebudayaan Islam, serta pengaruh dari keduanya, maka kesimpulan dari kerangka berfikir ini adalah “Jika menggunakan metode mind map maka akan memberikan pengaruh yang baik dalam meningkatkan hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa”.


(47)

Untuk memudahkan memahami kerangka berpikir yang telah disusun, dibuatlah kerangka berpikir dalam bentuk bagan pada lembar berikut :

Gambar 2.2

Bagan Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono, “Hipotesis adalah jawaban sementara pada rumusan

masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang

KBM mata pelajaran SKI

Peserta didik/Siswa Guru

Tujuan Pembelajaran

Proses Pembelajaran

solusi

Metode Konvensional

teacher centered, Siswa kurang antusias, bosan, hasil pembelajaran kurang maksimal

Strategi Active Learning Metode Mind map


(48)

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data”.38

Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengajukan hipotesis bahwa

“Ada pengaruh hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) siswa kelas VIII dengan menerapkan metode mind map”, rinciannya sebagai berikut:

Ha : Ada pengaruh yang signifikan pada hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) siswa kelas VIII dengan menerapkan metode mind map H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan pada hasil belajar Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) siswa kelas VIII dengan menerapkan metode

mind map

38

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods),


(49)

32

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 3 Pondok Pinang, Jl. Ciputat Raya, Pondok Pinang, Jakarta.Tempat ini dipilih karena peneliti pernah melakukan Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) selama 4 bulan, jadi sedikitnya peneliti akan cukup mengenal keadaan sekolah tersebut. Selain itu, di sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian pada pembelajaran sejarah kebudayaan Islam dengan menggunakan metode pembelajaran mind map

Waktu penelitian berlangsung pada semester ganjil, yaitu pada tanggal 29 September sampai dengan 27 November 2014

Tabel 3.1

Pembagian Waktu dalam Penelitian

No Kegiatan Tanggal

1. Penyerahan surat izin penelitian kepada pihak

madrasah 02 Oktober 2014

2. Observasi awal (pengamatan keadaan kelas,

madrasah, dan analisis data temuan) 13-15 Oktober 2014 3. Uji coba soal (Validitas soal tes) di Kelas IX 23 Oktober 2014

4.

Mengenalkan diri dan menjelaskan dengan singkat maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan dan melakukan Pretes di kelas VIII.3 dan VIII.4

05 November 2014

5. Mulai mengajar dengan menerapkan metode

mind map

12-19 November 2014

6. Revew pelajaran diakhiri dengan melakukan

Postes 26 November 2014

7. Mengolah hasil dan penyusunan laporan


(50)

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode quasi experiment (eksperimen semu) dengan desain non-equivalent control group design. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sugiyono, metode quasi experiment dilakukan dengan memberikan perlakuan kepada subjek penelitian kemudian memberikan tes pada subjek penelitan. Dalam rancangan ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kelompok kontrol tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.44

Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan, pengaruh dari perlakuan diukur dari perbedaan antara pengukuran awal dan pengukuran akhir. Di dalam penelitian ini penulis membagi kelas menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dua kelompok tersebut diberikan pelajaran sama-sama menggunakan metode, tetapi jenis metodenya yang berbeda antara kelompok kontrol dan eksperimen. Pada kelompok eksperimen penulis menerapakan pembelajaran dengan metode mind map, sedangkan pada kelompok kontrol penulis tidak menggunakan metode mind map.

Siswa terbagi ke dalam dua kelompok, kedua kelompok tersebut diberikan perlakuan yang berbeda, dengan tujuan untuk menyelidiki kemungkinan saling berhubungan sebab akibat antara variabel bebas dengan variabel teriakat. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, sedang variabel bebasnya adalah metode mind map.

Adapun rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posstest

E T1 X1 T1

C T2 X2 T2

44

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009), cet.ke-4, h. 114


(51)

Keterangan:

E : Kelas eksperimen yang menggunakan metode mind map C : Kelas kontrol yang tidak menggunakan metode mind map T1 : Pretest kelompok eksperimen

T2 : Pretest kelompok kontrol

X1 : Pelaksanaan pembelajaran dengan metode mind map

X2 : Pelaksanaan pembelajaran tidak menggunakan metode mind map

T1 : Posstest kelompok eksperimen

T2 : Posstest kelompokkontrol

C. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono, “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.45

Dalam pengertian lain, menurut Nurul Zuriah, “populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian”.46

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTs Negeri 3 Pondok Pinang. Sedangkan populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester II MTs Negeri 3 Pondok Pinang.

Nurul Zuriah mendefinisikan Sampel sebagai “sebagian atau wakil

populasi yang diteliti”.47 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-4 sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VIII-3 sebagai kelompok kontrol.

Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan

45

Sugiyono, op.cit., h. 80

46

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan Teori-Aplikasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), cet II, h. 116

47


(52)

didasarkan atas strata, random atau daerah akan tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu48.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh penulis untuk memperoleh data.:

Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan alat ukur berupa instrument, yaitu: Observasi, dokumentasi, dan tes hasil belajar.

1. Observasi.

Dalam Burhan, “observasi atau pengamatan adalah kegiatan

keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit”.49 Observasi awal dilakukan untuk :

a. mengumpulkan informasi mengenai latar/lingkungan kelas dalam proses belajar mengajar

b. mengamati guru dalam melakukan proses pembelajaran Sejarah kebudayaan Islam di kelas

c. mengamati respon siswa ketika proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

d. mengumpulkan informasi mengenai banyaknya populasi dan sampel yang akan menjadi objek penelitian

e. mencari informasi apa saja sumber belajar yang dapat dimanfaatkan di madrasah tersebut guna memperlancar penelitian penulis tentang metode mind map.

2. Dokumentasi

Sukardi dalam buku Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi

dan Praktiknya menjelaskan bahwa “dokumentasi asal kata dari dokumen,

yang artinya barang-barang tertulis”.50 Dalam pelaksanaan teknik ini,

48

Ibid, h. 139.

49

Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:Kencana. 2009) Cet. 4, h. 133

50

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 158


(53)

peneliti menyelidiki untuk memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat penelitian. Teknik ini digunakan untuk mengetahui dan memperoleh data tentang materi pelajaran sejarah kebudayaan Islam, daftar nama peserta didik, sarana dan prasarana belajar, serta profil madrasah yang terdapat di MTs Negeri 3 Jakarta.

3. Test Hasil Belajar

Tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang untuk mengukur hasil belajarnya. Tes adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden. Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pretest dan posttest. Pretest

adalah tes yang dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada materi tertentu sedangkan posttest adalah tes yang dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.

Dalam buku Mudjijo ”postes bertujuan untuk mengetahui tingkat

penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan pada

suatu periode waktu tertentu”.51

Data diambil dari hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada kelas eksperimen dan kontrol yang diperoleh dari skor tes formatif. Tes ini berbentuk soal pilihan ganda yang mengacu pada Standar Kompetensi

“Memahami perkembangan Islam pada masa Bani Abbasiyah” dengan

Kompetensi Dasar “Mengidentifikasi tokoh ilmuwan muslim dan perannya dalam kemajuan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah”. Soal tes yang dikerjakan oleh kedua kelas tersebut sama.

51


(1)

KEMENTERTAN AGAMA

UIN JAKARTA

FITK

,t. ,r, H. Juon& tlo g Ctpi.i6/l 1 Xl 2 lnbnesb

FORM (FR)

No. Dokumen No. Revisi:

SURAT

PERMOHONAN IZIN

PENELITIAN

Nomor : Un.01/F.1/KM.01 .3t...t2014

Lamp.

: Outline/proposal

Hal

:

Permohonan

lzin penelitian

Kepada Yth. Kepala Sekolah MTs

Negeri3

Jakarta di

Tempat

Ass al a mu' al a iku m wr, wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Jakarta, 29 September 2O14

:Yully Khusniah : 1 110011000040

Jurusan

:Pendidikan Agama lslam (pAl)

Semester

: lX

Judul

Skripsi :

Pengaruh penerapan Metode Mind

Map

Terhadap

Hasil

Betajar

Sejarah Kebudayaan lslam (SKl) Pada Siswa Keias

Vill

(Studi

euasi

Eksperimr..n

di Madrsah Tsanawiyah Negeri S Jakarta)

adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta ya,lg

sedang

menyusun

skripsi,

dan

akan

mengadakan penelitian

(riset)

di

instansi/sekolah/madrasah ya n g Sa udara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon Saudara dapat

mengizinkan mahasiswa/i

tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kamiucapkan terima kasih. Wassalamu' alaiku m wr.wb,

Nama NIM

Tembusan:

1.

Dekan FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswa yang bersangkutan

an Agama Islam

Majid Khon, M 9580707 19870-3

I

005


(2)

TELB : (021) 7695337 FAX ; (021) 75877029, Website : http://www.mtsn3jkt.sch.id

SU

RAT

KETERANGAN

Nomor : Mts,O9:01 .3/TL,00l 997 12074

Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pondok Pinang Kota Jakarta $elatan menerangkan :

Nama

Tempat, dan tanggal lahir

NIM

Fa ku ltas Jurusan

Tahun Akademik Jenjang Program Studi Universitas

Yully Khusniah

Kalirejo, 20 Juli

r99r

111OO11OOOO4O

llmu Tarbiyah dan l(eguruan (FITK)

Pendidikan Agama lslam (PAl)

2oto/2ott

Strata satu (S1)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Adalah

benartelah

melaksanakan Penelitian pada l"4adrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pondok Pinang

Kota Jakarta Selatan dalam rangka

penyelesaian

dan

penyusunan

Skripsi yang

berjudul

,,pengaruh penerapan

Mind

Map Terhadap Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan lslam (SKl) pada Siswa

Kelas

Vlll

(Quasi Eksperimen di MTs Negeri 3 Jakarta)"

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta,

8

Desember 2014

ala

/l

, Hj.

196

Fa iza h

A

70s021e97032001t


(3)

136

Lampiran 24

FOTO-FOTO PENELITIAN

Uji Coba Soal di kelas IX

Siswa kelas IX Sedang Mengerjakan Soal Uji Coba


(4)

Siswa kelas Kontrol sedang mengerjakan soal Pretest

Siswa Kelas Eksperimen Sedang Membuat

Mind Map

Materi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Umum Dan Ilmu Pengetahuan Agama

Pada Masa Bani Abbasiyah


(5)

138

Siswa sedang membuat

mind map

Hasil pembuatan

Mind map

kelas Eksperimen

Peneliti sedang memberikan arahan sebelum memulai


(6)

Suasana Siswa di kelas