Pengaruh Metode Mind Mapping terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Optik

(1)

(Penelitian Kuasi Eksperimen di MTs Fajrul Islam Kalideres)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Memenuhi Prasyarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

BUNYANAH

NIM 108016300028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

iv

ABSTRAK

Bunyanah (108016300028). Pengaruh Metode Mind Mapping terhadap Hasil Belajar Siswa pada konsep Alat Optik. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode mind mapping

terhadap hasil belajar siswa pada konsep alat optik. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Fajrul Islam pada bulan mei 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Kuasi Eksperimen. Pada penelitian ini sampel diambil sebanyak 40 siswa dengan menggunakan teknik Purposive Sampling dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes objektif bentuk pilihan ganda. Tes ini terdiri dari empat pilihan (opsi) dan hasilnya diuji melalui statistik uji “t”. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 2,99 sedangkan ttabel sebesar 2,02 pada taraf signifikan 0,05 atau dapat diketahui thitung>ttabel. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima atau terdapat pengaruh metode mind mapping terhadap hasil belajar siswa pada konsep alat optik.


(6)

v

ABSTRACT

Bunyanah (108016300028), The Effect of The Mind Mapping Method to The

Students Learning Achievement on Optic Tools Concept. Thesis of Physics Departement, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

The aims of this research is to determine the influence of the mind mapping Method to the student learning achievement especially on optic tools concept. This research has been done at MTs Fajrul Islam, on May 2014. The research methodology that is used is Quasi Experiment method. The research is used 40 students as a sample with purposive sampling than devided to be two classes, the experiment class and the control class. The instrument that is used is an objective test on multiple choices. The test are consist of four option and the result is tested

by statistical test of “t”. Based on calculations, the value of tcount is 2,99 then the

value of ttable is 2,02 of 0,05 significant standard or the tcount > ttable. So, Ha could

be accepted or the mind mapping method has influence to the students learning achievement. It means that the metode mind mapping brings a influence to the student learning achievement on optic tools concept.


(7)

vi

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya yang tak ternilai, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Mind Mapping terhadap Hasil Belajar Siswa

pada Konsep Alat Optik”. Shalawat serta salam juga tercurah kepada Nabi besar

Muhammad SAW, juga kepada keluarganya, para sahabatnya, juga kepada umatnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode mind mapping

jika diterapkan dalam proses pembelajaran terutama pada konsep alat optik terhadap hasil belajar siswa.

Adapun keberhasilan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak terlepas dari dukungan dan bantuan banyak pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

3. Bapak Dwi Nanto, Ph.D, selaku Ketua Prodi Pendidikan Fisika.

4. Ibu Erina Hertanti, M.Si, selaku dosen penasehat akademik dan penguji II, terima kasih atas bimbingan dan arahannya.

5. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd., dosen pembimbing I dan Ibu Ai Nurlaela, M.Si., dosen pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, pikiran dan bimbingan, motivasi, serta sarannya selama menyusun skripsi.

6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan bermanfaat dan mendapat keberkahan dari Allah SWT.

7. Bapak Drs. M. Soewono, Kepala Sekolah MTs Fajrul Islam Kalideres Jakarta Barat yang telah memberikan izin tempat dan kesempatan untuk melakukan


(8)

vii membimbing selama penelitian.

8. Seluruh guru dan Staf MTs Fajrul Islam Kalideres Jakarta Barat. Terima kasih atas kebersamaan dan rasa kekeluargaanya selama penelitian.

9. Siswa-siswi MTs Fajrul Islam Kalideres Jakarta Barat khususnya kelas VIII-1 dan VIII-2 angkatan 2013-2014 yang telah membantu penulis saat proses penelitian berlangsung.

10.Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang kasih sayangnya tak terbatas. Senantiasa memberikan do’a, nasehat, dan semangat sehingga menjadi pemicu untuk peneliti berusaha melakukan yang terbaik.

11.Adik dan Kakak-kakakku tercinta. Terima kasih atas do’a, harapan, pengorbanan dan semangat yang diberikan.

12.Suamiku tercinta Muhammad Kholil, terima kasih atas segala Pengorbanan, cinta, nasehat dan motivasi yang diberikan senantiasa menjadi pengobat rasa lelah dan menjadi kekuatan besar bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi. 13.Teman-teman satu perjuangan di kampus UIN Syarif Hidayatullah khususnya

Fisika 2008 dan Lembaga Dakwah Kampus Komda FITK , Sahabat-sahabatku Indah, Nurhayati, Poppy, Nisa, Lutfiah, Atiyah dan teman-teman dimana pun berada yang tak bisa disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih atas kebersamaan, kerjasama dan bantuannya selama ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, Amin. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, April 2015

Penulis


(9)

viii

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik ... 7

1. Hakikat Metode Pembelajaran ... 7

a. Pengertian Metode Pembelajaran ... 7

b. Prinsip-prinsip Pemilihan Metode Mengajar ... 8

2. Hakikat Mind Mapping ... 10

a.Pengertian Mind Mapping ... 10

b.Kelebihan Mind Mapping ... 11

c.Kelemahan Mind Mapping ... 11

d.Bahan yang Diperlukan untuk Membuat Mind Mapping ... 11


(10)

ix

f. Manfaat Mind Mapping... 13

g.Perbedaan Mind Mapping dengan Catatan Biasa... 14

h.Penilaian Mind Mapping ... 17

3. Hakikat Hasil Belajar ... 17

a. Pengertian Belajar ... 17

b. Pengertian Hasil Belajar ... 19

4. Konsep Alat Optik ... 22

a.Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 22

b.Uraian Materi ... 22

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27

C. Kerangka Berpikir ... 29

D. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Metode dan Desain Penelitian ... 31

C. Variabel penelitian ... 32

D. Populasi dan Sampel ... 32

E. Prosedur Penelitian ... 33

F. Teknik Pengumpulan data ... 33

G. Instrumen Penelitian ... 34

1. Instrumen Tes ... 34

2. Instrumen Nontes... 36

H. Teknik Analisis Data ... 38

1. Uji Coba Prasyarat Instrumen ... 38

a. Uji Validitas ... 38

b. Uji Reliabilitas ... 39

c. Pengujian Tingkat Kesukaran ... 40

d. Pengujian Daya Pembeda ... 41

2. Pengujian Prasyarat Analisis ... 42


(11)

x

b. Uji Homogenitas ... 44

c. Uji Hipotesis ... 44

4. Analisis Data Kualitatif ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47

1. Deskripsi Data Pretest-Posttest Eksperimen dan Kontrol ... 47

2. Hasil Analisis Data ... 48

a. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data ... 48

1) Uji Normalitas ... 48

2) Homogenitas ... 49

B. Pengujian Hipotesis ... 51

1. Pengujian Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest ... 51

2. Pengujian Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest ... 51

3. Skor Mind Mapping Kelas Eksperimen ... 52

4. Analisis Data Hasil Observasi ... 54

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Catatan Biasa dengan Catatan Mind Mapping ... 15

Tabel 2.2 Perbandingan Mencatat Tanpa Diringkas Sama Sekali ... 16

Tabel 2.3 Rubric Assessment Tugas Mind Mapping ... 17

Tabel 2.4 Bagian Mata dan Fungsi Mata ... 23

Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group ... 31

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 34

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Alat Optik ... 35

Tabel 3.4 Point Rubric Assessment ... 36

Tabel 3.5 Kategori Penilaian Mind Mapping ... 37

Tabel 3.6 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai rpbi ... 39

Tabel 3.7 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r11 ... 40

Tabel 3.8 Interpretasi Taraf Kesukaran ... 40

Tabel 3.9 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen ... 41

Tabel 3.10 Interpretasi Daya Pembeda ... 42

Tabel 3.11 Hasil Uji Daya pembeda Instrumen ... 42

Tabel 4.1 Data Hasil Pretest-Posttest kelompok eksperimen dan kontrol ... 47

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest ... 48

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Posttest ... 49

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest ... 50

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Posttest ... 50

Tabel 4.6 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest ... 51

Tabel 4.7 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Posttest ... 52

Tabel 4.8 Penilaian Skor Mind Mapping Siswa ... 53


(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Contoh Mind Mapping ... 13

Gambar 2.2 Bagian-bagian Mata ... 23

Gambar 2.3 Prinsip Kerja Periskop ... 26


(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Perangkat Pembelajaran ... 63

A1. Silabus Pembelajaran ... 64

A2. RPP Kelas Eksperimen ... 67

A3. RPP Kelas Kontrol ... 84

A4. Penilaian ... 98

A5. Lembar Kerja Siswa ... 99

Lampiran B Instrumen dan Uji Coba Instrumen ... 108

B1. Instrumen Tes Konsep Alat Optik ... 109

B2. Soal Validitas ... 129

B3. Jawaban Validitas ... 134

B4. Uji Validitas ... 135

B5. Uji Reabilitas ... 139

B6. Uji Taraf Kesukaran ... 143

B7. Uji Daya Pembeda ... 147

B8. Rekapitulasi Uji Coba Instrumen Soal ... 153

Lampiran C Perangkat Instrumen Penelitian ... 155

C1. Soal Pretest – Posttest Konsep Alat Optik ... 156

C2. Kunci Jawaban ... 158

Lampiran D Hasil Penelitian ... 159

D1. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 160

D.1a. Uji Normalitas ... 160

D.1b. Uji Homogenitas ... 164

D2. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 165

D.2a. Uji Normalitas ... 165

D.2b. Uji Homogenitas ... 170

D3. Uji Hipotesis ... 171

D4. Rekapitulasi Lembar Observasi dan Penilaian Mind Mapping ... 173


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya.1 Nana Sudjana mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.2

Belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya pendidikan formal di sekolah, yakni belajar dengan cara terstruktur, tersistematis dan bertujuan. Pendidikan formal di sekolah tentunya melibatkan guru dalam proses belajar mengajar. Guru dalam proses pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting. Bagaimana pun hebatnya kemajuan teknologi, peran guru akan tetap diperlukan.3 Guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik – teknik penyajian yang disebut metode mengajar.4

Metode merupakan fasilitas abstrak untuk mengantarkan bahan pelajaran dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.5 Oleh karena itu, bahan pelajaran

1

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008 ) h.1

2

Ibid, h.2

3

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet.VI, h.20

4

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet.IV, h.74

5

Mastur Faizi, Ragam Metode Mengajarkan Eksakta pada Murid, (Yogyakarta: DIVA Pres, 2013), Cet. I, h.37


(16)

yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Pengalaman membuktikan bahwa salah satu penyebab kegagalan pengajaran adalah pemilihan metode yang kurang tepat. Kondisi kelas yang kurang bergairah, terlebih saat pelajaran eksakta, membuat siswa malas, bahkan membenci pelajaran yang disampaikan.6

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di MTs Fajrul Islam guru masih menggunakan metode yang monoton. Siswa melakukan aktivitas belajar dengan cara menghapal dan mencatat pelajaran dengan catatan konvensional serta tidak adanya fasilitas yang menunjang proses pembelajaran IPA sehingga para siswa merasa jenuh dengan pelajaran IPA dan tidak memiliki semangat dan minat belajar yang tinggi.

Kurikulum di sekolah saat ini pun cenderung membuat anak berpikir rutin, karena harus mengerjakan berbagai latihan soal dan lembar kerja siswa. Hal ini membuat anak menjadi malas dan lebih suka menyontek hasil kerja temannya. Karena rutinitas sangat membosankan. Akhirnya di dalam kelas terjadi “ nyontek masal”. Banyak guru di sekolah yang mengabaikan hal ini, dan hanya mengumpulkan tugas tanpa diperiksa secara detail. Para siswa pun menjadi malas bertanya di kelas. Saat gurunya bertanya pun, kelas hanya terdiam. Kebanyakan mereka tidak tahu mau bertanya apa dan lebih banyak bersikap diam. Padahal otak dan kecerdasan adalah dua hal yang sangat berkaitan. Fungsi otak yang optimal berperan dalam menentukan kecerdasan siswa.7

Kedua belahan otak perlu dikembangkan secara optimal dan seimbang. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya memaksa siswa untuk berpikir logis dan rasional akan membuat siswa dalam posisi “kering dan hampa”. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur – unsur yang bisa mempengaruhi emosi, yaitu unsur estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.8

6

Ibid. h.37

7

Femi olivia, 5-7menit asyik mind mapping kreatif, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013) h. vii

8


(17)

Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar siswa di kelas. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran.9

Banyak beragam metode yang dapat di praktekkan dalam proses belajar mengajar, salah satunya yaitu metode mind mapping (Peta Pikiran). Dalam metode mind mapping siswa diberikan keleluasaan dalam mencatat hal-hal yang berkenaan dengan materi pelajaran. Selain itu, setiap siswa juga dapat berkreativitas sesuai dengan kemampuannya tanpa ada tekanan dari siapapun. Metode ini juga membantu siswa dalam memanfaatkan potensi kedua otaknya yaitu otak kanan dan otak kiri. Karena interaksi dari otak tersebut dapat memicu kreativitas siswa yang memberi kemudahan dalam proses mengingat dan berfikir, untuk mengidentifikasi ide-ide dengan kata-kata kunci yang telah dibuat sehingga memberikan kemudahan dalam mengingat materi pelajaran.10

Berdasarkan kondisi di atas, peneliti mencoba menyajikan metode baru yang dapat meningkatkan pemahaman dan minat belajar siswa yaitu metode mind mapping. Mind mapping bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis, yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. Mind mapping adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Dan teknik ini sangat cocok dan praktis untuk pembelajaran fisika.11

Metode mencatat mind mapping didasarkan pada penelitian tentang cara otak memproses informasi, bekerja bersama otak kita, dan bukan menentangnya. Para ahli pernah menyangka bahwa otak memproses dan menyimpan informasi secara linear, seperti metode mencatat tradisional. Para ilmuwan sekarang mengetahui bahwa otak mengambil informasi campuran gambar, bunyi, aroma, pikiran, dan perasaan, dan memisah-misahkannya dalam bentuk linear. Saat otak

9

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op.cit, h.77

10

Riyanti, “Penerapan Metode Mind Mapping Sebagai Upaya Untuk meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas V Dalam Mapel PAI pada Materi Zakat di SDN Ngrawan 02 kecamatan Getasan Kabupaten Semarang”, 2012, Skripsi pada STAIN Salatiga. h. 22, tidak dipublikasikan.

11


(18)

mengingat informasi, biasanya dilakukan dalam bentuk gambar warna warni, simbol, bunyi, dan perasaan.12

IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis oleh manusia yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia.13 Selain itu, khusus mata pelajaran fisika yang merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah menengah Pertama. Mata pelajaran tersebut termasuk salah satu pelajaran yang keberadaannya menjadi momok menakutkan bagi sebagian besar siswa, mereka diharuskan menghapal rumus - rumus, tertinggal sedikit saja materi pelajaran maka akan tidak paham seterusnya.14

Pada materi Fisika, siswa akan berhadapan dengan berbagai titik dan variabel yang saling berhubungan satu sama lain. Dengan metode pembelajaran

mind mapping ini, siswa dapat lebih mudah dalam memahami dan mengingat hubungan antar variabel tersebut.15 Fisika yang awalnya terlihat sukar akan menjadi mudah ketika siswa menikmati proses belajar yang kreatif dari metode

mind mapping.

Alat Optik merupakan salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran IPA di kelas VIII yang di dalamnya cukup banyak memuat konsep dan teori. Siswa diminta mampu mendeskripsikan alat-alat optik dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dibutuhkan metode dalam penyampaiannya kepada siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Berdasarkan uraian di atas metode mind mapping adalah metode yang dipilih penulis dalam memecahkan masalah rendahnya nilai IPA siswa pada ranah fisika. Sehingga dalam penyusunan penelitian ini Penulis memberi judul “Pengaruh

12

Sudomo Sinaga, “Penerapan Pembelajaran Mind Mapping Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Persamaan Kuadrat “, 2012, Skripsi pada Univ.Negeri Medan, tidak dipublikasikan.

13

Hendrik Budi Susanto, “ Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Teknik

Mind Mapping pada Materi Alat Tubuh Manusia “, 2011, h.1, Skripsi pada Univ. Jember, tidak dipublikasikan.

14

Faizi, op. cit, h. 149


(19)

Metode Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Optik”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya terdapat permasalahan yaitu :

1. Metode yang digunakan masih monoton.

2. Sebagian siswa sulit memahami materi fisika yang cakupannya cukup luas sehingga hasil belajar rendah.

C. Pembatasan masalah

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, masalah dibatasi pada :

1. Metode mind mapping yang digunakan merujuk pada mind mapping Tony Buzan

2. Hasil belajar siswa yang diukur hanya pada ranah kognitif jenjang C1 sampai C3 yaitu kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), dan mengaplikasikan (C3)

3. Konsep yang digunakan dalam pembelajaran adalah materi alat optik.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah maka masalah dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : “ Bagaimana pengaruh metode mind mapping terhadap hasil belajar siswa pada konsep Alat Optik ?

E. Tujuan

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode mind mapping terhadap hasil belajar siswa pada konsep Alat Optik.


(20)

F. Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi siswa, diharapkan dapat mendorong kreativitas dan motivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan mempermudah siswa dalam memahami materi Fisika yang selama ini dianggap membosankan.

2. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif metode yang dapat membantu kesulitan siswa dalam mempelajari fisika yang cakupannya cukup luas.


(21)

7 A. Deskripsi Teoritik

1. Hakikat Metode Pembelajaran a. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah di susun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah di susun tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.1

Di tinjau dari segi etimologis (bahasa), metode berasal dari bahasaYunani, yaitumethodos. Kata ini berasal dari dua suku kata, yaitu metha yang berarti

“melewati” atau “melalui”, dan hodos yang berarti “jalan“ atau “cara“. Oleh

karena itu, metode memiliki arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.2 Sutikno menyatakan, metode pembelajaran adalah cara – cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya mencapai tujuan. 3

Menurut Syaiful B. Djmaraah, dkk, metode mengajar memiliki kedudukan sebagai alat motivasi eksentrik dalam kegiatan belajar-mengajar, menyiasati perbedaan individu siswa, dan untuk mencapai target atau tujuan pembelajaran.4

Menurut Nana Sudjana dalam dasar-dasar proses belajar-mengajar, terdapat bermacam -macam metode dalam mengajar, yaitu metode ceramah, tanya jawab, diskusi, resitasi, kerja kelompok, demonstrasi, dan eksperimen, sosiodrama

1

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, ( Jakarta: Kencana, 2009), Cet.VI, h.145

2

Mastur Faizi, Ragam Metode Mengajarkan Eksakta pada Murid, ( Yogyakarta: DIVA Press, 2013), Cet.I, h.12

3

Poppy, “Pengaruh Metode Mind Map dengan Menggunakan Media Power Point

terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”, Skripsi pada Sekolah Universitas Indraprasta Jakarta, 2013, h.24, tidak dipublikasikan.

4


(22)

(role-playing), problem solving, sistem regu (team teaching), latihan (drill), karyawisata (field-trip), survei masyarakat, dan metode simulasi.5

Menurut Ahmadi, dalam memilih metode mengajar perlu diperhatikan hal-hal berikut :

1) Metode mengajar yang digunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar siswa

2) Metode mengajar yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa

3) Metode mengajar yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya

4) Metode mengajar yang digunakan harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi

5) Metode mengajar yang digunakan harus dapat mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha sendiri 6) Metode mengajar yang digunakan harus dapat meniadakan penyajian yang

bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata yang bertujuan

7) Metode mengajar yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap - sikap utama yang diharapkan dalam cara kebiasaan bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.6

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, dapat di simpulkan bahwa metode mengajar adalah cara yang digunakan guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Prinsip-prinsip Pemilihan Metode Mengajar

1) Prinsip Motivasi dan Tujuan Belajar

Motivasi memiliki kekuatan besar dalam proses pembelajaran. Belajar tanpa motivasi seperti badan tanpa jiwa.

5

Ibid, hal.26

6

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, ( Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, 2009), Cet.I, h.96


(23)

2) Prinsip Kematangan dan Perbedaan Individual

Belajar memiliki masa kepekaan masing-masing dan setiap siswa memiliki tempo kepekaan yang tidak sama. Kepekaan intelektual anak menurut J. Piaget yang dikutip oleh Mansur memiliki tiga fase. Pertama, fase praoperasional, yang dialami anak usia 5-6 tahun atau masa prasekolah. Fase ini belum dapat membedakan sesuatu secara konsep atau abstrak. Kedua, fase operasi konkret. Pada fase ini, anak sudah mulai berpikir abstrak. Ketiga, fase operasional formal. Pada fase ini, siswa sudah mulai memikirkan apa yang ada di balik realitas, baik melalui percobaan atau observasi.

3) Prinsip Penyediaan Peluang dan Pengalaman Praktis

Belajar dengan memperhatikan peluang sebesar-besarnya bagi praktisi siswa dan pengalaman langsung oleh siswa, jauh memiliki makna dari pada belajar verbalistik.

4) Integrasi Pemahaman dan Pengalaman

Penyatuan pemahaman dan pengalaman menghendaki suatu proses pembelajaran yang mampu menerapkan pengalaman nyata dalam suatu proses belajar. Prinsip belajar ini didasarkan pada asumsi bahwa pengalaman mendahului proses belajar, sedangkan isi pengajaran atau makna dari suatu materi harus berasal dari pengalaman siswa sendiri.

5) Prinsip Fungsional

Belajar merupakan proses pengalaman hidup yang bermanfaat bagi kehidupan berikutnya. Setiap belajar tampaknya tidak dapat lepas dari nilai manfaat, sekalipun bisa berupa manfaat teoritis atau praktis bagi kehidupan

6) Prinsip Menggembirakan

Belajar merupakan proses yang terus berkelanjut tanpa henti, tentu seiring dengan kebutuhan dan tuntutan yang terus – menerus. Oleh karena itu, metode pembelajaran jangan sampai memberi kesan memberatkan, sehingga kesadaran belajar pada anak cepat berakhir.7

7


(24)

2. Hakikat Mind Mapping a. Pengertian mind mapping

Mind mapping diciptakan pertama kali oleh Tony Buzan di Inggris, seorang pakar pengembangan otak, kreativitas dan revolusi pendidikan sejak awal tahun 1970-an.8 Mind mapping yang dikembangkan Tony Buzan didasarkan pada riset tentang bagaimana otak yang sebenarnya. Otak sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk - bentuk, dan perasaan.

Mind mapping menggunakan pengingat - pengingat visual dan sensorik yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan dan merencanakan. Mind mapping

dapat membangkitkan ide - ide orisinal, memicu ingatan yang mudah, menenangkan, menyenangkan, dan kreatif.9

Mind mapping adalah cara paling mudah untuk memasukkan informasi kedalam otak dan mengambil informasi dari otak. Cara ini adalah cara efektif dan kreatif dalam membuat catatan. Mind mapping merupakan alat yang paling hebat dalam membantu otak berpikir teratur dan sederhana.10

Mind mapping adalah salah satu metode kreatif yang bisa dikreasikan dalam pembelajaran fisika kepada siswa. Mind mapping adalah pemetaan pikiran atau peta pikiran yang memanfaatkan pengingat – pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide – ide yang berkaitan di dalam otak.11

Mind mapping adalah alat pilihan untuk membantu menajamkan ingatan.

Mind mapping dapat bekerja dengan baik karena ia menggunakan dua peran utama dalam ingatan, yaitu imajinasi dan asosiasi (hubungan).12

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti menyimpulkan mind mapping adalah suatu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Sistem belajar dan berpikir yang menggunakan kedua belahan otak dan sesuai dengan cara alami otak bekerja. Dengan memadukan warna, simbol, gambar dan

8

SutantoWindura, Mind Map untuk Siswa, Guru, dan Orang Tua, (Jakarta: PT.Elex Media Komputindo, 2013), h. 13

9

Bobby De Porter dkk, Quantum Learning, (Bandung: Kaifa, 2010), h.152

10

Toni Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 200), h.4.

11

Faizi, op. cit., h.192

12

Toni Buzan, Buku Pintar Mind Mapping untuk Anak, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), h.19


(25)

bentuk, mind mapping akan meningkatkan minat belajar siswa dan siswa akan mudah mengingat materi yang dipelajari.

b. Kelebihan mind mapping13

Kelebihan mind mapping antara lain :

1) Siswa dapat mengemukakan pendapat secara bebas 2) Siswa dapat bekerja sama dengan teman lainnya 3) Catatan yang dibuat dapat lebih padat dan jelas 4) Siswa lebih mudah mencari catatan jika diperlukan 5) Catatan lebih terfokus pada inti materi

6) Siswa dapat melihat gambaran materi secara keseluruhan

7) Membantu otak mengatur, mengingat, membandingkan, dan membuat hubungan antar ride pokok bahasan

8) Memudahkan penambahan informasi baru 9) Setiap peta bersifat unik.

c. Kelemahan mind mapping14

Adapun Kelemahan mind mapping antara lain : 1) Hanya siswa aktif yang terlibat

2) Tidak sepenuhnya siswa yang belajar

3) Membutuhkan waktu yang tidak sebentar dalam memahami mind mapping

4) Mind mapping siswa bervariasi, sehingga guru membutuhkan waktu cukup lama mengoreksi.

d. Bahan yang diperlukan untuk membuat mind mapping15

1) Kertas kosong tak bergaris 2) Pena dan pensil warna 3) Otak

4) Imajinasi

13

Faizi, op. cit 196

14

Ibid, h.197

15


(26)

e. Langkah-langkah membuat mind mapping16

1) Mulai dari bagian tengah kertas dengan posisi mendatar. Karena memulai dengan bagian tengah akan memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.

2) Gunakan sebuah gambar untuk gagasan sentral. Karena suatu gambar bernilai seribu kata dan membantu menggunakan imajinasi. Gambar yang letaknya di tengah – tengah akan tampak lebih menarik, membuat siswa tetap berfokus, membantu memusatkan pikiran dan membuat otak semakin aktif dan sibuk. 3) Gunakan warna pada seluruh mind mapping. Karena bagi otak, warna-warni

tidak kalah menariknya dari gambar. Warna membuat mind mapping tampak lebih cerah dan hidup, meningkatkan kekuatan dahsyat bagi cara berpikir kreatif dan ini juga adalah hal yang menyenangkan.

4) Hubungkan cabang - cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang - cabang tingkat kedua dan ketiga pada tingkat pertama dan kedua, dan seterusnya. Karena seperti yang telah kita ketahui, otak bekerja dengan menggunakan asosiasi, jika menggunakan cabang – cabang akan jauh memahami dan mengingatnya.

5) Buatlah garis hubung melengkung, bukan garis lurus. Karena garis lurus akan membosankan otak. Cabang- cabang yang melengkung dan organis, seperti cabang – cabang pohon akan lebih menarik bagi mata.

6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Karena kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas pada mind mapping.

7) Gunakan gambar, seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata. Jadi bila siswa hanya mempunyai 10 gambar di dalam mind mapping, maka sudah setara dengan 10.000 kata catatan.

16


(27)

Gambar.2.1 Contoh Mind Mapping17

f. Manfaat mind mapping18

Adapun manfaat mind mapping untuk anak, antara lain :

1) Membantu untuk berkonsentrasi (memusatkan perhatian) dan lebih baik dalam mengingat

2) Meningkatkan kecerdasan visual dan keterampilan observasi 3) Melatih kemampuan berpikir kritis dan komunikasi

4) Melatih inisiatif dan rasa ingin tahu 5) Meningkatkan kreativitas dan daya cipta

6) Membuat catatan dan ringkasan pelajaran dengan lebih baik 7) Membantu mendapatkan atau memunculkan ide atau cerita brilian 8) Meningkatkan kecepatan berpikir dan mandiri

9) Menghemat waktu sebaik mungkin

10)Membantu mengembangkan diri serta merangsang pengungkapan pemikiran

17

Ibid, h.131

18


(28)

11)Membantu menghadapi ujian dengan mudah dan mendapat nilai yang lebih bagus

12)Membantu mengatur pikiran, hobi, dan hidup 13)Melatih koordinasi gerakan tangan dan mata

14)Mendapatkan keseimbangan lebih banyak untuk bersenang – senang 15)Membuat tetap fokus pada ide utama maupun semua ide tambahan

16)Membantu menggunakan kedua belahan otak yang membuat kita ingin terus-menerus belajar.

Selain manfaat mind mapping yang dipaparkan di atas, mind mapping

telah digunakan tidak hanya di dunia pendidikan, tetapi juga di perusahaan-perusahaan kelas dunia seperti General Motor, General electric, Boeing, IBM, Microsoft, Oracle, Disney, Flour Daniels, HP dan lain-lain. Di Indonesia sendiri, Mind Map telah masuk sejak tahun 1980-an dan mencapai puncaknya di dunia pendidikan sejak berdirinya Buzan Centre Indonesia di tahun 2009. 19

g. Perbedaan mind mapping dengan metode catatan biasa

Mencatat merupakan salah satu usaha meningkatkan daya ingat. Otak manusia dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Tujuan pencatatan adalah membantu mengingat informasi yang tersimpan dalam memori. Tanpa mencatat dan mengulangi informasi, siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang di ajarkan.20

Mencatat bentuk outline (catatan biasa) yang sering digunakan para siswa berbentuk catatan panjang yang mencakup seluruh pelajaran, sehingga catatan terlihat monoton dan membosankan. Umumnya catatan monoton akan

19

SutantoWindura, op. cit. h.13

20

Sugesti Fitriani, “Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Menggunakan Mind Map terhadap Hasil Belajar Biologi pada Konsep Keanekaragaman Hayati”. Skripsi pada UIN Jakarta, 2010.h.18, tidak dipublikasikan.


(29)

menghilangkan topik – topik utama yang penting dan kaitan- kaitan antar gagasan dari materi pelajaran.21

Mind mapping adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Mind mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima. Mind mapping yang dibuat siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya.22

Tabel 2.1 Perbedaan Catatan Biasa dengan Mind Mapping23

Catatan Biasa Mind Mapping

1. hanya berupa tulisan - tulisan saja 2. hanya dalam satu warna

3. untuk mereview ulang diperlukan waktu yang lama

4. Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama

5. Statis

1. berupa tulisan, simbol, dan gambar

2. berwarna - warni

3. untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek 4. waktu yang diperlukan untuk

belajar lebih cepat dan efektif 5. membuat individu menjadi

lebih kreatif

21

Hendrik Budi Susanto, “Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Teknik

Mind Mapping pada Materi Fungsi Alat Tubuh Manusia”. Skripsi pada Universitas Jember, 2011, h.3, tidak dipublikasikan.

22

R. TetiRostikawati, Mind Mapping Dalam Metode Quantum Learning Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Dan Kreatifitas Siswa. Biology Education Study Program FKIP UNPAK. Tersedia : (http://www.sman1-btg.sch.id)

23


(30)

Tabel 2.2 Perbandingan mencatat tanpa diringkas sama sekali, digaris bawahi yang penting dan mind mapping24

Tanpa diringkas sama sekali Digaris bawahi yang penting

Mind Mapping

 Materi yang di ingat sangat banyak

 Tidak ada kata kunci

 Boros waktu membaca dan mengingatnya

 Pancaran pikiran

pengarang buku atau guru

 Tidak dapat melihat keseluruhan isi dan maksud materi

 Hubungan antar informasi masih acak sehingga membingungkan

 Tidak ada

pengelompokkan atau kategori informasi

 Tidak ada hirarki informasi, mana yang penting, kurang penting, tidak penting

 Warna monoton, otak merasa bosan

 Materi yang diingat lebih sedikit

 Ada kata - kata penting tapi bukan merupakan kata kunci

 Lebih hemat waktu membaca, namun lama mengingatnya

 Pancaran pikiran pengarang buku atau guru

 Tidak dapat melihat

keseluruhan isi dan maksud materi

 Hubungan antar informasi masih acak sehingga membingungkan

 Tidak ada

pengelompokkan atau kategori informasi

 Hirarki informasi masih belum jelas

 Warna monoton, otak merasa bosan

 Materi yang diingat sangat sedikit

 Semuanya berupa kata kunci

 Hemat waktu membaca dan mengingatnya

 Pancaran dan pikiran sendiri

 Dapat mudah melihat keseluruhan isi dan maksud materi

 Hubungan antar informasi sangat jelas

 Ada pengelompokan atau kategori informasi

 Hirarki informasi sangat jelas struktur dan

tujuannya

 Berwarna warni, otak sangat fun

24


(31)

h. Penilaian Mind Mapping

Penilaian mind mapping tidak dinilai berdasarkan benar dan salah karena

mind mapping merupakan imajinasi dan pemikiran individu. Oleh karena itu mind mapping yang dibuat kelompok siswa akan dinilai menggunakan rubrik dengan kriteria seperti pada Tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3 Rubric Assessment Tugas Mind Mapping

No Variabel Distribusi Nilai

Kel.1 Kel.2 Kel.3 Kel.4 1. Penilaian sub tema atau sub topik

2. Hubungan cabang utama dengan cabang lainnya

3. Penggunaan kata kunci 4. Desain (warna dan desain) 5. Struktur keseluruhan

Skor Kumulatif

Sumber: Adaptasi dari Ohassta (Onario history and social sciences teacher’

association: 2004)

3. Hakikat Hasil belajar a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan. Belajar merupakan tindakan yang hanya di alami oleh individu itu sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar, oleh karena itu suksesnya tujuan suatu pendidikan sangat bergantung dari proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya.25

Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap. Tahapan dalam belajar tergantung pada fase – fase belajar, salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh Witting

25


(32)

yaitu : a). tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi, b). tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi, c). tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi.26

Menurut Gagne, belajar merupakan seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.27

Sudjana berpendapat, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Sedangkan menurut John Deweys, belajar merupakan bagian interaksi manusia dengan lingkungannya.28,

Slameto merumuskan belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”.29

Hal senada pun diungkapkan oleh Herman Hudojo , “belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan keterampilan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah

laku”.30

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri.

26

Ibid, h.2

27

Dimyati dan mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: RinekaCipta, 2009) h. 10

28

Asep Jihad, loc.cit.

29

Ibid. h.2.

30


(33)

b). Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Menurut Winkel hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan tersebut mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencangkup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.31

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Sudjana pun berpendapat, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.32 Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni keterampilan, kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motorik.33

Menurut A.J. Romizowski hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemprosesan masukan (input). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam – macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance).34 Menurut Benjamin S. Bloom ada tiga ranah hasil belajar, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif.35

Ketiga tingkatan itu dikenal dengan Bloom’s Taxonomy (Taksonomi Bloom). Akan tetapi pada tahun 2001 dalam buku A Taxonomy for Learning,

Teaching and Assessing (A Revision of Bloom’s taxonomy of Educational

Objectives), Lorin W. Anderson dan David R. Krathwol melakukan revisimen

31

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), h. 44 - 45

32

Asep Jihad, op, cit, h.15.

33

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), cet. VII, h. 22

34

Asep Jihad, op. cit., h.14

35


(34)

dasar mengenai klasifikasi kognitif yang pernah dikembangan oleh Bloom. Adapun revisi taksonomi Bloom antara lain, sebagai berikut:

1) Ranah Kognitif

Di bawah ini merupakan penjabaran dari dimensi proses kognitif hasil revisi taksonomi Bloom:

a. Mengingat (C1)

Mengingat merupakan tahapan paling sederhana dalam proses kognitif belajar. Mengingat berarti memanggil kembali pengetahuan yang telah tersimpan dalam memori jangka panjang. Jenis pengetahuan yang relevan dengan kemampuan mengingat ini adalah pengetahuan faktual, pengetahuan konsep, pengetahuan prosedural atau pengetahuan meta kognitif36

b. Memahami (C2)

Siswa dikatakan mengerti ketika mereka mampu membangun pemahaman dari pesan (pengetahuan) yang disampaikan baik lisan, tulisan dalam bentuk grafik maupun ketika penyampaian tersebut media buku atau komputer sekalipun. Jenis pengetahuan yang membutuhkan proses memahami ini adalah pengetahuan konsep. Terdapat tujuh proses kognitif yang tergabung dalam proses memahami, yaitu:

1) Menafsirkan (interpreting

2) Menggunakan contoh (exemplifying)

3) Mengklasifikasi (classifying)

4) Meringkas (summarizing) 5) Menyimpulkan (inferring)

6) Membandingkan (comparing)

7) Menjelaskan (explaining).37

36

W. Anderson dan David R. Krathwohl, A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing

(A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objective), (New York: Longman,2001), h. 66.

37


(35)

3) Mengaplikasikan (C3)

Mencakup kemampuan untuk menerapkan abstraksi (kaidah) atau metode bekerja pada suatu kasus/problem yang konkret dan baru.38 Mengaplikasikan adalah menerapkan pengetahuan yang telah didapat untuk berlatih dalam memecahkan masalah (persoalan). Dalam kategori mengaplikasikan ini terdiri dari dua proses kognitif yaitu pelaksanaan (executing) dan penerapan (implementing).

4) Menganalisis (C4)

Merupakan proses dimana siswa mampu menghubungkan satu bagian dalam materi pelajaran tersebut dengan bagian lain. Proses kognitif menganalisis ini terbagi menjadi tiga yaitu, membedakan, mengorganisir dan menghubungkan.39

5) Mengevaluasi (C5)

Kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya, dan kriteria yang dipakai.40 Mengevaluasi didefinisikan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan kriteria atau patokan tertentu. Kriteria yang sering digunakan meliputi kualitas, afektivitas, efisiensi dan kekonsistenan. Dalam kategori evaluasi ini terdapat pengecekan (checking)

dan mengkritisi (critiquing).41

6) Menghasilkan Karya (C6)

Create yaitu memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk utuh yang koheren dan baru atau membua tsesuatu yang orisinil. Kemampuan dalam menghasilkan karya ini merupakan kemampuan tertinggi yang dimiliki siswa dalam proses kognitif belajarnya. Didalam create ini terdapat tiga proses kognitif meliputi menghasilkan (generating), merencanakan (planning) dan membuat produk (producing).42

38

Zulfiani, op. cit., h.64

39

W. Anderson dan David R. Krathwohl, op. cit., h.79

40

Zulfiani, op. cit., h.64

41

W. Anderson dan David R. Krathwohl, op. cit. h. 83

42


(36)

4. Konsep Optik

a. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 1) Standar Kompetensi

Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.

2) Kompetensi Dasar

Mendeskripsikan alat-alat optik dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Uraian Materi 1. Pengertian

Kata optik berasal dari bahasa Latin, yang artinya tampilan. Optika adalah cabang fisika yang menggambarkan perilaku atau sifat-sifat cahaya dan interaksi cahaya dengan materi. Intinya optika membahas tentang gejala-gejala optik.43 Alat yang cara kerjanya memanfaatkan prinsip pemantulan dan pembiasan cahaya disebut Alat Optik. Alat optik membuat hidup manusia lebih mudah dan berarti. Alat yang Langkah Percobaannya memanfaatkan prinsip pemantulan dan pembiasan cahaya disebut alat optik. Alat optik yang sering digunakan adalah kacamata, kaca pembesar (lup), mikroskop, kamera, dan periskop.44

2. Jenis-jenis Alat Optik45 a) Mata

Setiap manusia memiliki alat optik tercanggih yang pernah ada, yaitu mata. Bagian dari panca indra yang berfungsi untuk melihat. Mata membantu kita menikmati keindahan alam, melihat teman-teman, mengamati benda-benda di sekeliling, dan masih banyak lagi yang dapat kita nikmati melalui mata.

43

Iwan Permana Suwarna, Optik, ( Bogor: CV.DutaGrafika, 2010), Cet.I, h.1

44

Saeful Karim, dkk, Belajar IPA Membuka Cakrawala Sekitar 2 untuk Kelas VIII/SMP/MTs,

( Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h.307

45

Moch.Agus Krosno, dkk, Ilmu Pengetahuan Alam: SMP/MTs Kelas VIII, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h.306 - 316


(37)

Gambar 2.2 Bagian-bagian Mata b). Bagian – bagian Mata46

No. Bagian Mata Fungsi

1. Kornea menerima dan meneruskan cahaya yang masuk pada mata, serta melindungi bagian mata yang sensitif di bawahnya.

2. Pupil celah sempit berbentuk lingkaran dan berfungsi agar cahaya dapat masuk ke dalam mata.

3. Iris mengatur besar kecilnya pupil. Warna inilah yang kita lihat sebagai warna mata seseorang. 4. AquaeusHumour membiaskan cahaya ke dalam mata

5. Otot Mata Menggerakkan mata agar bayangan yang terbentuk jatuh di bintik kuning. Otot mata juga berfungsi mencembungkan atau memipihkan bola mata.

6. Lensa Mata membiaskan cahaya dari benda supaya terbentuk bayangan pada retina

7. Retina bagian belakang mata yang berfungsi sebagai tempat terbentuknya bayangan.

8. Vitreous Humour meneruskan cahaya dari lensa ke retina

9. Bintik Kuning bagian dari retina yang berfungsi sebagai tempat terbentuknya bayangan yang jelas.

10. Saraf Mata meneruskan rangsangan bayangan dari retina menuju ke otak.

46

Saeful Karim, dkk, op. cit., h.306-307

1 2 4

3

6

7

9

10 5


(38)

c). Daya Akomodasi Mata

.Kemampuan otot mata untuk menebalkan atau memipihkan lensa mata disebut daya akomodasi mata.47

d). Cacat mata

1) Miopi (Rabun Jauh)

Miopi adalah kondisi mata yang tidak dapat melihat dengan jelas benda-benda yang letaknya jauh. Penderita miopi ditolong dengan kacamata berlensa cekung (negatif).48

Kekuatan lensa negatif yang digunakan oleh penderita miopi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :49

Keterangan :

P = kekuatan lensa (dioptri)

S = titik terjauh mata normal ( ∞ ) S’ = titik terjauh mata miopi( m )

Karena jarak titik terjauh mata normal bernilai tak hingga, kekuatan lensa negatif yang digunakan juga dapat ditentukan dengan rumus berikut :

Keterangan :

PR = titik terjauh mata miopi( m )

2) Hipermetropi (Rabun Dekat)

Orang yang menderita rabun dekat atau hipermetropi tidak mampu melihat dengan jelas objek yang terletak di titik dekatnya tapi tetap mampu melihat dengan jelas objek yang jauh (tak hingga). Titik dekat mata orang yang menderita rabun dekat lebih jauh dari jarak baca normal (PP > 25 cm). Cacat mata

47

Suwarna, op. cit., h.78

48

Saeful Karim, dkk, op. cit., h.307-308

49

Suwarna, op. cit., h.78


(39)

hipermetropi dapat diperbaiki dengan menggunakan lensa konvergen yang bersifat mengumpulkan sinar.50

Kekuatan lensa positif yang digunakan penderita hipermetropi dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut :51

Keterangan :

S = titik terdekat mata normal ( 25 cm = 0,25 m )

S’ = titik terdekat hipermetropi ( m )

Kekuatan lensa positif juga dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut :

Keterangan :

PP = titik terdekat mata hipermetropi ( m )

3) Presbiopi (Mata Tua)

Orang-orang yang sudah tua, biasanya daya akomodasinya sudah berkurang. Penderita presbiopi dapat ditolong dengan kacamata berlensa rangkap (kacamata bifokal). Kacamata bifokal adalah kaca mata yang terdiri atas dua lensa, yaitu lensa cekung dan lensa cembung. Lensa cekung berfungsi untuk melihat benda jauh dan lensa cembung untuk melihat benda dekat/membaca.52

4) Astigmatisma

Astigmatisma adalah cacat mata dimana kelengkungan selaput bening atau lensa mata tidak merata sehingga berkas sinar yang mengenai mata tidak dapat terpusat dengan sempurna. Cacat mata ini dapat ditolong dengan kacamata berlensa silinder.53

50

Ibid, h. 81

51

Ibid, h.81

52

Moch.Agus Krosno, dkk,op. cit., h.313

53

Saeful Karim, dkk, op. cit., h.311


(40)

b)Lup

Lup atau kaca pembesar adalah alat optik yang terdiri atas sebuah lensa cembung. Lup digunakan untuk melihat benda-benda kecil agar nampak lebih besar dan jelas. Ada 2 cara dalam menggunakan lup, yaitu dengan mata berakomodasi dan dengan mata tak berakomodasi.54

c) Kamera

Kamera adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan bayangan fotografi pada film negatif. Biasanya kamera digunakan untuk mengabadikan kejadian-kejadian penting.55

d)Mikroskop

Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda-benda kecil agar tampak jelas dan besar.56

e) Teropong

Teropong atau teleskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauh agar tampak lebih jelas dan dekat. Pertama kali ditemukan oleh Galilio Galilei. Teropong ada dua macam, yaitu teropong bintang dan teropong bumi.57

f). Periskop

Periskop adalah alat bantu optik yang berfungsi untuk mengamati benda dalam jarak jauh atau berada dalam sudut tertentu. Periskop berfungsi untuk melihat permukaan laut tanpa memunculkan badan kapal selam.58

Gambar 2.3 Prinsip Kerja Periskop

54

Suwarna, op. cit., h.97

55

Saeful Karim, dkk, op. cit., h. 312

56

Ibid, h. 313

57

Ibid, h.316

58

Moch.Agus Krosno, dkk, op. cit., h. 317

Prisma 2 Lensa

okuler

Prisma 1

Lensa objektif


(41)

B. Penelitian yang Relevan

1. Poppy Novianti (2013 ), dalam penelitian skripsinya yang berjudul “Pengaruh Metode Mind Map dengan Menggunakan Media Power Point Terhadap Hasil Belajar Matematika di SMK IP YAKIN Jakarta” menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa yang di ajar dengan metode mind mapping menggunakan media power point dari pada siswa yang di ajar dengan metode pemberian tugas (resitasi). Hal ini terlihat dari uji hipotesis thitung = 2,77 dan ttabel untuk dan dk = 38 sebesar 1,68 karena thitung>ttabel atau 2,77 > 1,68 maka H0 ditolak, dengan demikian H1 diterima.59

2. David Yoga Hardiyanto (2013), dalam penelitian skripsinya yang berjudul

“Penerapan Mind Mapping sebagai Media dalam Meningkatkan Kemampuan Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sengare Kabupaten Pekalongan

”menyatakan bahwa terdapat pengaruh terhadap hasil belajar siswa yang menggunakan media mind mapping. Analisis data hasil belajar siswa setelah tindakan siklus I dapat diketahui bahwa nilai rata-rata 53,57 dengan ketuntasan belajar klasikal mencapai 25%. Setelah tindakan siklus II nilai rata-rata 72,31 dengan ketuntasan belajar klasikal 76,92%, sedangkan nilai rata-rata pada siklus III 89,64 dengan ketuntasan belajar klasikal mencapai 96,43%. Hasil analisis aktivitas siswa pada tindakan siklus I diperoleh hasil 60% dengan kriteria cukup. Aktivitas siswa pada siklus II mencapai 73,33% dengan kriteria baik, sedangkan pada siklus III mencapai 87% dengan kriteria amat baik.60 3. Anjar Sari (2012). Dalam penelitian skripsinya yang berjudul “Pengaruh

metode Mind Mapping terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep

Listrik Dinamis”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode mind mapping terhadap hasil belajar Fisika. Hasil penelitian menunjukkan

mind mapping berpengaruh terhadap hasil belajar fisika. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t.

59

Poppy, op. cit, h.iv

60

David Yoga Hardiyanto, “Penerapan Mind Mapping sebagai Media dalam Meningkatkan Kemampuan Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sengare Kabupaten Pekalongan”.


(42)

Berdasarkan pengujian hipotesis tersebut, diperoleh nilai thitung sebesar 2,07, dan nilai ttabel pada taraf signifikan 5% adalah 2,008. Dengan demikian terlihat bahwa thitung>ttabel, sehingga hipotesis nol ditolak. Selain dengan uji-t, mind

mapping juga dapat dilihat dari nilai rata-rata pretest, yaitu 26,51 yang meningkat pada nilai rata-rata posttest, yaitu 71,37.61

4. N. W. Mariyani, A. A. I. N Marhaeni, M. Sutama bersama - sama melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Implementasi Strategi Mind Mapping

Terhadap Prestasi Belajar Menulis Kreatif Ditinjau dari Kreativitas Siswa”. Hasil penelitian menyimpulkan yaitu : (1) terdapat perbedaan signifikan prestasi belajar menulis kreatif siswa yang mengikuti strategi mind mapping

dengan pembelajaran konvensional, (2) setelah diadakan pengendalian kreativitas siswa, prestasi menulis kreatif siswa yang mengikuti strategi mind mapping lebih tinggi dari pada pembelajaran konvensional, (3) kontribusi kreativitas siswa terhadap prestasi menulis kreatif siswa dengan mind mapping

19,9 %.62

5. Putri Arum Sekaridanto (2012), dalam penelitian skripsinya yang berjudul

“Pengaruh Penggunaan Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa“. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan peta pikiran terhadap hasil belajar kimia siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan peta pikiran memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan uji hipotesis melalui uji-t pada tingkat kepercayaan 95% (α =0,05) dengan hasil ttabel thitung atau 2,01 6,278 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.63

6. Sugesti Fitriani, dalam penelitian skripsinya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Menggunakan Mind Map Terhadap Hasil Belajar Biologi

61

Anjar Sari, “Pengaruh Metode Mind Mapping Terhadap hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Listrik Dinamis”, Skripsi pada UIN Jakarta, 2012, tidak dipublikasikan.

62

N. W. Mariyani, A. A. I. N Marhaeni, M. Sutama, PengaruhImplementasiStrategi Mind Mapping terhadap Prestasi Belajar Menulis Kreatif Ditinjau dari Kreativitas Siswa, e-jurnal Pasca SarjanaUniv.Pend.Ganesha, vol.3, 2013

63

Putri Arum Sekaridanto, “Pengaruh Penggunaan Peta Pikiran Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa”. Skripsi pada UIN Jakarta, 2012, tidak dipublikasikan.


(43)

pada Konsep Keanekaragaman Hayati”. Menyatakan bahwa analisis data menggunakan uji-t, data penghitungan perbedaan rata-rata post-tet kedua kelompok diperoleh thitung sebesar 2,98, sedangkan ttabel dengan taraf signifikan 5 % dengan derajat kebebasan (dk) =70, yaitu sebesar 2,00 , maka dapat dikatakan bahwa thitung>ttabel berarti hipotesis alternatif ( Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak.64

7. Anthony V. D’Antoni, DC, MSa, dkk, dalam penelitiannya yang berjudul

Applications of the Mind Map Learning Technique in Chiropractic Education:

A Pilot Study and Literature Review”. Menunjukkan Hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh pada aplikasi Mind Mapping pada teknik pembelajaran, hal ini terbukti dari 14 siswa yang menggunakan Mind Mapping 10 setuju menggunakan mind mapping sebagai teknik yang lebih baik dalam mengingat materi.65

C. Kerangka Berfikir

Guru salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode. Guru sudah seharusnya lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajan di kelasnya, dengan tujuan yang diharapkan yaitu dapat mengembangkan seluruh potensi siswa secara optimal dan dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan guru saat ini sering kali belum menumbuhkan kondisi belajar yang kreatif dan motivasi bagi siswa. Guru masih banyak menggunakan metode yang monoton dan kurang melibatkan siswa secara aktif selama proses pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran kurang menarik dan membosankan. Guru perlu menggunakan metode pembelajaran yang

64

Sugesti Fitriani, “Pengaruh model Pembelajaran Aktif Menggunakan Mind Map Terhadap Hasil Belajar Biologi pada Konsep Keanekaragaman Hayati”. Skripsi pada UIN Jakarta. 2010. h. I, tidak dipublikasikan.

65Anthony V. D’Antoni,

Aplcations of the mind map learning technique in chiropractic education : a pilot study and literature review, journal of chiropractic humanities, 2006.


(44)

tepat dalam menyampaikan materi untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Penggunaan metode mind mapping merupakan salah satu cara efektif untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran, khususnya pada pembelajaran IPA. Metode mind mapping merupakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa aktif terlibat dalam pemeblajaran, siswa dapat berpikir bebas mengeluarkan ide dan kreatifitas mereka.

Metode mind mapping merupakan teknik mencatat yang memadukan dua belahan otak. Dengan memanfaatkan gambar dan teks ketika seseorang mencatat atau mengeluarkan ide yang ada di dalam pikiran, maka kita telah menggunakan dua belahan otak secara sinergis. Apalagi jika dalam mind mapping itu kemudian ditambahkan warna - warna dan hal-hal yang memperkuat emosi.

Dengan mind mapping siswa akan lebih kuat dalam memahami dan mengingat informasi yang diterimanya, lebih kreatif dan mandiri dalam mengembangkan potensinya. Dengan berbagai warna, simbol dan gambar, siswa tidak akan merasa jenuh justru mereka akan menikmati proses belajar mengajar di sekolah, menumbuhkan minat semangat belajar sehingga siswa tidak malas membaca, mengkaji dan mempelajari materi. Dengan demikian hasil belajar siswa akan meningkat, inilah yang diharapkan oleh seluruh guru agar para siswa mengalami peningkatan mutu kualitas yang salah satunya dibuktikan dari hasil belajar di sekolah.

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap permasalahan penulis angkat dalam penelitian ini samapai terbukti kebenarannya melalui data terkumpul dan telah diuji. Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh metode


(45)

31 BAB. III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap bulan Mei - Juni tahun ajaran 2013 – 2014, dilaksanakan di MTs.Fajrul Islam yang beralokasi di Jl. Tanjung Pura, Kalideres, Jakarta Barat.

B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment, yaitu suatu eksperimen untuk memprediksi keadaan yang dapat dicapai melalui eksperimen sebenarnya tetapi tidak ada pengontrolan terhadap seluruh variabel yang relevan.1 Pada penelitian eksperimen semu, pengontrolan perlakuan disesuaikan dengan kondisi yang ada.

2. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam eksperimen semu ini yaitu Nonequivalent Control Group Pretest – Posttest. Adapun desain/rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut

Tabel . 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group2

Kelompok Pretest Variabel Bebas Posttest

Eksperimen O XE O

Kontrol O XK O

Keterangan :

XE : Pembelajaran dengan menggunakan metode mind mapping XK : Pembelajaran dengan menggunakan catatan biasa

O : Pretest - Posttest hasil belajar siswa

1

ZainalArifin, Penelitian Pendidikan, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011). Cet.I, h.74

2

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & B, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.79


(46)

C. Variabel Penelitian

Variabel merupakan pusat perhatian di dalam penelitian kuantitatif. Secara singkat, variabel dapat didefinisikan sebagai konsep yang memiliki variasi atau memiliki lebih dari satu nilai.Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.3

Salah satu jenis variabel yang digunakan adalah variabel bebas (independent variable) yang mempengaruhi variabel lain dan variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel bebas (dependent variable).

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independent ( X ) = Metode mind mapping

Variabel dependent ( Y ) = Hasil belajar siswa pada konsep alat optik

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari : obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.4 Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.5

Populasi target ini adalah seluruh siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Fajrul Islam Jakarta Barat Tahun Ajaran 2013/2014. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan VIII B di MTs Fajrul Islam Jakarta Barat. Sampel diambil dari populasi terjangkausebanyak 2 kelas. Satu kelas dipilih sebagai kelas eksperimen, dan satu kelas lagi dipilih sebagai kelas kontrol. Sampel diambil dengan teknik Purposive Sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.6 Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.

3

Ibid,h.38

4

Ibid,h. 80

5

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), Cet.XII, h. 109

6


(47)

E. Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan

Teknik persiapan dilakukan dengan menyesuaikan penelitian dengan waktu belajar siswa dan materi yang akan digunakan. Mencari materi fisika yang sesuai dengan mind mapping dan menyusun materi dengan mind mapping. Selanjutnya pembuatan dan pengujian instrumen penelitian akan digunakan. 2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilakukan pembelajaran menggunakan mind mapping. Pada awal pertemuan, siswa diberikan penjelasan tentang langkah-langkah membuat mind mapping. Setelah itu siswa membuat mind mapping

berdasarkan materi dari handout yang dibuat guru ataupun dari sumber buku lainnya. Setelah siswa selesai membuat mind mapping, para siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS).

3. Tahap pengetesan hasil belajar siswa

Tahap terakhir untuk pengumpulan data penelitian adalah melakukan tes yang sudah diuji validitasnya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa tes dan non tes. Instrument tes yang digunakan berupa tes pilihan ganda yang jumlah pilihannya terdiri dari empat pilihan (option). Tes ini berupa pretest dan posttest.

Pretest dilaksanakan sebelum proses pembelajaran dan posttest dilaksanakan sesudah proses pembelajaran. Sedangkan non tes berupa observasi aktivitas siswa selama melakukan kegiatan belajar mengajar dan rubric assessment untuk melihat kesiapan dan kemampuan siswa dalam membuat mind mapping.


(48)

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel.3.2 berikut.

Tabel.3.2 Teknik Pengumpulan data Sumber

Data

Jenis Data Teknik

Pengumpulan Data

Instrumen

Siswa Hasil belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan metode mind mapping

Pretest dan Posttest Soal Pilihan Ganda

Siswa Aktivitas siswa selama

pembelajaran

 Observasi

 LKS

 Lembar Observasi

 Lembar LKS

Siswa Mind mapping Dokumentasi Rubric Assessment Mind Mapping

G. Instrumen Penelitian

1. Tes Pilihan Ganda

Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar IPA siswa yang berupa tes pencapaian terdiri dari tes objektif bentuk pilihan ganda, Soal tersebut mengacu pada aspek kognitif. Skor untuk setiap soal adalah satu untuk jawaban yang benar dan nol untuk jawaban yang salah. Nilai akhir yang diperoleh siswa adalah:

Adapun bentuk soal tes berupa pilihan ganda dengan empat option /pilihan jawaban ( A, B, C, D ) sebanyak 20 butir soal. Soal –soal tersebut sudah dapat mewakili beberapa indikator pencapaian hasil belajar yang akan diterapkan dalam pembelajaran yang menggunakan metode mind mapping dengan empat pilihan


(49)

jawaban yang meliputi jenjang hafalan (C1), pemahaman ( C2), dan penerapan (C3). Tes ini akan diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran untuk mengetahui penguasaan konsep siswa dalam konsep alat optik.

Tabel 3.3 Kisi – kisi Instrumen Tes Alat Optik

Kompetensi Dasar

Indikator Aspek kognitif

C1 C2 C3 Total

Mendeskripsi-kan alat-alat optik dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Mendeskripsikan fungsi dan bagian alat optik

1, 2*, 21*,35 3*, 13*, 27, 38* 9 Memahami beberapa cacat mata dan

penggunaan lensa pada kacamata

5, 11* 4, 6*, 7, 9 6 Menentukan kekuatan lensa 10, 14*, 17,22 * 3

Menentukan titik fokus pada miopi dan

hipermetropi

8, 15, 18*

3

Mengetahui prinsip kerja mata, kamera, lup dan teropong 23*, 25, 30, 32*, 33*, 37 5 Memahami pembentukan bayangan pada mata, kamera dan lup

16, 31* 3

Menentukan perbesaran alat optik kamera, lup, mikroskop, dan teropong. 19*, 26*, 28, 34 4 Menentukan panjang fokus teropong bintang

29, 33*

1 Menentukan panjang

teropong bintang

36* 1 Menentukan panjang

fokus lup

24 Mengidentifikasi

penerapan alat optik dalam kehidupan sehari

– hari

20*, 39*, 40

5


(50)

* Valid Keterangan : C1 : mengingat C2 : memahami C3 : mengaplikasikan

2. Rubric Assessment Mind Mapping

Penilaian terhadap mind mapping yang telah dibuat kelompok siswa pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga menggunakan rubric assessment dengan kriteria yang sudah ditetapkan. Setiap aspek memiliki poin terkecil 0 dan terbesar 4. Adapun poin untuk setiap aspek dari rubric assessment yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4 Poin Rubric Assesment7

No Aspek Penilaian

Poin Kriteria

1

Pemilihan subtema/

subtopik

0 Tidak ada sub tema yang dipilih menjadi fokus konsentrasi

1 Hanya satu sub tema yang dipilih

2 Beberapa sub tema yang dipilih tetapi sedikit tidak sesuai dan seharusnya tidak untuk fokus konsentrasi

3 Seluruh sub tema yang dipilih telah sesuai dan menjadi konsentrasi

4 Seluruh sub tema yang dipilih telah efektif

2 Hubungan cabang Utama dengan Cabang lainnya

0 Tidak menggunakan cabang yang terhubung dengan cabang utama

1 Hanya menggunakan satu cabang 2 Menggunakan dua cabang

3 Menggunakan tiga cabang

4 Menggunakan lebih dari tiga cabang

3

Penggunaan kata Kunci

0 Tidak menggunakan kata kunci

1 Penggunaan kata kunci masih sangat terbatas (beberapa masih dalam bentuk paragraf)

2 Penggunaan kata kunci terbatas (semua ide dalam bentuk kalimat)

7

John Mayers, Generic Mind Map Performance Rubric, published by Ontario History and

Social Science Teacher’ Association tahun 2004, diakses pada 10 september 2014 di http://ohassta.org//resources/generalresources.htm


(51)

3 Semua ide ditulis dalam kata kunci dan kalimat 4 Semua ide ditulis dalam bentuk kata kunci

4

Desain (warna dan gambar)

0 Tidak menggunakan warna dan gambar

1 Hanya menggunakan satu warna dan tidak menggunakan gambar

2

Menggunakan warna berbeda disetiap cabang utama dan pemberian gambar/simbol hanya pada pusat topik

3

Menggunakan warna yang berbeda disetiap cabang utama dan pemberian gambar/simbol hanya pada pusat topik dan cabang utama

4

Menggunakan warna berbeda disetiap cabang dan pemberian gambar/simbol pada pusat topik, cabang utama, dan cabang lainnya

5 Struktur keseluruhan

0 Ide-ide (subtema, kata kunci, dan gambar) yang digunakan tidak sesuai dengan pusat topik

1 Hanya subtema saja yang sesuai dengan pusat topik 2 Beberapa diindikasikan bahwa ide – ide

berhubungan dengan pusat topik

3 Hampir semua ide – ide yang digunakan sesuai dengan pusat topik dan memiliki hirarki yang baik 4 Keseluruhan ide – ide yang digunakan memiliki

hirarki yang efektif.

Adapun kategori penilaian untuk mind mapping ini dilihat dari banyaknya aspek yang dinilai dan dikalikan skor. Dapat dilihat pada Tabel 3.5 sebagai berikut:

Tabel 3.5 Kategori Penilaian Mind Mapping

Kategori Nilai

Sangat baik (80% - 100%) 18 – 20 Baik (70% - 79%) 15 – 17 Cukup (60% - 69%) 12 – 14 Kurang (50 – 59%) 9 – 11 Sangat kurang ( 0% - 49%) < 8


(52)

3. Pedoman Observasi (Catatan Lapangan)

Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.8 Lembar observasi digunakan untuk menilai aktivitas siswa dalam membuat mind mapping serta sebagai pendukung pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan siswa. Aktivitas siswa dilihat mulai dari tahap persiapan dan pembuatan mind mapping.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Coba Prasyarat Instrumen

Untuk mengetahui apakah soal yang diberikan memenuhi syarat soal yang baik, maka dilakukan pengujian validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda soal.

a. Uji Validitas

Validitas berasal dari akta validity, dapat diartikan tepat atau shahih, yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas ini untuk mengukur tes berupa tes objektif menggunakan rumus koefisien korelasi biserial.9

……….…( 3.1) Keterangan:

r

pbi

:

Angka Indeks Korelasi Poin Biserial

Mp : Mean (nilai rata-rata hitung) skor yang dicapai oleh peserta tes yang menjawab betul, yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.

Mt : Mean skor total, yang berhasil dicapai oleh seluruh peserta tes. SDt : Deviasi standar total.

p : Proporsi peserta tes yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.

q : Proporsi peserta tes yang menjawab salah terhadap butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.

8

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2009 ), h. 30

9

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, ( Jakarta : Raja grafindo Persada, 2010 ), h.258


(53)

Kriteria uji validitas berdasarkan interpretasi koefisien korelasinya dapat dilihat pada Tabel 3.6 sebagai berikut:10

Tabel 3.6 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai rpbi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,81 – 1,00 Sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 -0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah

Kemudian hasil di atas dibandingkan dengan nilai ttabel pada signifikansi 5% ( = 0,05). Kaidah keputusannya adalah jika thitung>ttabel berarti valid, dan sebaliknya jika thitung<ttabel berarti tidak valid. Berdasarkan Tabel 3.6 di atas terlihat bahwa dari 40 soal yang diujikan terdapat 20 soal yang dinyatakan valid setelah di uji validitasnya.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan rumus Kunder Richardson atau lebih dikenal dengan nama K-R 2011, yaitu:

r

11

=

[

] [

]………(3.2

)

Keterangan:

r11 = reabilitas tes secara keseluruhan n = banyaknya item

S2 = varian total

p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah

jumlah hasil perkalian antara p dan q

Kriteria uji reliabilitas berdasarkan interpretasi koefisien korelasinya dapat dilihat pada Tabel 3.7 di bawah ini: 12

10

Suharsimi Arikunto, op. cit., h.75

11


(54)

Tabel 3.7 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r11

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,91 – 1,00 Sangat tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi

0,41 -0,70 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 Sangat rendah

Kemudian hasil di atas dibandingkan dengan nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% (alfa = 0,05). Jika thitung>ttabel maka instrumen dikatakan baik dan dapat dipercaya. Berdasarkan Tabel 3.7 di atas, terlihat bahwa hasil uji reabilitas instrument tes yang didapat sebesar 0,752 dan termasuk kriteria tinggi.

c. Pengujian Tingkat Kesukaran

Untuk mengukur tingkat kesukaran penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:13

…………..……….

(3.3)

Keterangan:

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria uji taraf kesukaran berdasarkan interpretasi taraf kesukarannya dapat dilihat pada Tabel 3.8 sebagai berikut: 14

Tabel 3.8 Interpretasi Taraf Kesukaran

Indeks Taraf Kesukaran Kriteria Taraf Kesukaran

0,00 – 0,30 Sukar

0,30 – 0,70 Sedang

0,70 – 1,00 Mudah

12

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), Cet. Ke-10, h.196

13

Suharsimi Arikunto, op. cit, h. 208.

14

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet ke-13, h.137


(55)

Hasil perhitungan tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut ini:

Tabel 3.9 Tabel Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes

Kriteria Soal Butir Soal

Jumlah Soal Persentase

Mudah 31 77,50%

Sedang 9 22,50%

Sukar 0 0%

Jumlah 40 100%

Berdasarkan Tabel 3.8 di atas dapat dilihat bahwa hasil uji taraf kesukaran soal menunjukkan kriteri sedang lebih banyak dibandingkan dengan kriteria lainnya, yaitu 31 soal (77,50%). Untuk kriteria mudah 9 soal (22,50%) dan tidak ada kriteria sukar (0%).

d. Pengujian Daya Pembeda

Pengujian daya pembeda soal digunakan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Rumus yang digunakan untuk pengujian daya pembeda adalah sebagai berikut:15

=

………

(3.4)

Keterangan:

D : indeks daya pembeda

: banyaknya peserta kelompok atas : banyaknya peserta kelompok bawah

: banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

BA: banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria uji daya pembeda berdasarkan interpretasi daya pembedanya dapat dilihat pada Tabel 3.10 sebagai berikut: 16

15

Suharsimi Arikunto, op. cit, h. 213.

16


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BUNYANAH. Anak terakhir dari 9 bersaudara pasangan H.Amsari dan Nafsiah. Lahir di Jakarta pada tanggal 31 Desember 1989, bertempat tinggal di Kp. Koang Rt. 003/005 Kec. Kalideres Kel. Pegadungan Jakarta Barat.

Riwayat Pendidikan. Memulai pendidikan di MI Fajrul Islam, lulus tahun 2002. Melanjutkan sekolah di MTs Fajrul Islam, lulus tahun 2005. Kemudian melanjutkan ke SMA Fajrul Islam, lulus tahun 2008. Penulis kemudian melanjutkan ke Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam , Program Studi Pendidikan Fisika sejak tahun 2008 melalui jalur Mandiri.