Hubungan antara Penilaian Proses dan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat-alat Optik

(1)

(Di Kelas VIII SMP Daar El Falaah Mandalawangi Pandeglang Banten Tahun Ajaran 2012/2013)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

RIAN INDRA GUNAWAN NIM. 107016302361

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

iii

ABSTRAK

Rian Indra Gunawan, NIM 107016302361, “Hubungan antara Penilaian Proses dan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat-alat Optik” (Di SMP Daar El Falaah Mandalawangi Pandeglang Banten). Skripsi, Program Studi Fisika, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penilaian proses (rata-rata penilaian kinerja dan penilaian produk) dan hasil belajar siswa terutama pada konsep alat-alat optik. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Daar El-Falaah Mandalawangi Pandeglang Banten pada tanggal 27 April sampai dengan 11 Mei 2013. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi sederhana, yaitu metode yang digunakan untuk menguji hubungan antara satu variabel dependen (Y) dan satu variabel independen (X). Subjek penelitian yang digunakan pada penelitian adalah kelas VIII-B putri sebanyak 27 siswa. Instrumen yang digunakan adalah tes kinerja untuk mengamati kegiatan diskusi dan eksperimen peserta didik, tes produk untuk menilai kualitas suatu produk (laporan kegiatan eksperimen), dan tes tulis untuk menilai hasil belajar siswa ranah kognitif. Dari hasil analisis regresi linier sederhana didapat nilai R Square sebesar 0,682. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan yang linier antara penilaian proses dan hasil belajar siswa sebesar 68,2%, sedangkan sisanya sebesar 31,8% dipengaruhi oleh faktor lain.

Kata Kunci : Penilaian Proses, Penilaian Kinerja, Penilaian Produk, Hasil Belajar Siswa, Alat-alat Optik


(6)

iv ABSTRACT

Rian Indra Gunawan. NIM 107016302361. Correlation Between Process Of Assessment And Result Of Student Learning On Optical Instruments” (at Daar el Falaah Junior High School Mandalawangi Pandeglang Banten). Research, Study of Physics Program, Natural science Course, Teaching And Education Science Faculty. Syarif Hidayatullah Islamic State University Jakarta.

The research is aimed to find out correlation between process of assessment and result of student learning on optical instruments (at Daar El Falaah Junior High School Mandalawangi Pandeglang Banten). The research is held at Daar El Falaah Junior High School Mandalawangi Pandeglang Banten on 27th April to 11th Mei 2013. The research used simple regression analysis method, which is used to examine correlation between one dependent (Y) and one independent variable (X). The subject of research is class VII B of female on 27 students. The instrument is performance test to observe discussion activities and experiment of learner. The test is to assess quality some product (experiment activity report). Dan writing test to assess student output learning of cognitive aspect. The result of simple linier regression analysis is obtained value of R Square in amount of 0,682. It Shows linier correlation between process of assessment and result of student learning is amount of 68,2%, while the rest of 31,8% is influenced another factors.

Keywords : Assessment Process, Perfomance Assessment, Product Assessment, Result of Student Learning Optical Instruments.


(7)

v

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia yang tak terhingga sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan antara Penilaian Proses dan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat-alat Optik”. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasul tercinta Muhammad SAW sebagai manusia sempurna pemimpin umat dan panutan terbaik. Keselamatan atas keluarga, sahabat serta bagi kita selaku pengikut ajarannya yang lurus.

Peneliti menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan saran dari berbagai pihak yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya peneliti sampaikan kepada:

1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika FITK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas inspirasi, ilmu, didikan, arahan, dan dukungan yang diberikan dalam penyelesaian penulisan skripsi.

4. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd., selaku dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam pembuatan skripsi, serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran.

5. Bapak Hasian Pohan, M.Si., selaku dosen Pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi. Terima kasih pula atas berbagai masukan sehingga dapat membuka cakrawala pengetahuan penulis.


(8)

vi

proses perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah.

7. Segenap guru dan staf di SMP Daar El Falaah Mandalawangi Pandeglang Banten. Terima kasih atas sambutan, kebersamaan, serta kesempatan untuk melakukan penelitian.

8. Bapakku Rahman dan mamahku Muslihah, yang telah memberikan kasih sayang yang tak terbatas dan tak akan lekang dimakan waktu. Terima kasih atas didikan, nasihat, dukungan, dan do’a yang diberikan kepada ananda. Semua dukungan yang diberikan kepada ananda senantiasa menjadi pengobat lara, letih dan menjadi pemicu agar dapat melakukan segala yang terbaik untuk membanggakan bapak dan mamah, Allahumma irhamhumaa kamaa rabbayaanii shogiira. Untuk adik-adikku tersayang Indri Aprianti, Andri Darmawan, dan Rai Wijaksana terima kasih atas segala do’a, dukungan, dan kasih sayang, kalianlah sumber inspirasi bagiku.

9. Kawan-kawan keluarga besar Physics Family ’07, terima kasih atas segala kebersamaan yang telah kita lalui bersama di kampus tercinta UIN Syarif Hidayatullah.

10.Sahabat-sahabatku, Mas Anwar, Yogie, Rizal, Ziaul, Jideng, Fitri, Tahdia, terima kasih atas dukungan dan bantuan yang kalian berikan.

Semoga segala bentuk bantuan, dukungan, saran, bimbingan, dan do’a yang diberikan kepada peneliti mendapatkan balasan yang baik di sisi Allah SWT.

Jakarta, 22 April 2014


(9)

vii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORITIS, DAN KERANGKA BERPIKIR ... 5

A. Penilaian Pembelajaran dalam KTSP ... 5

1. Pengertian Penilaian (Assesment) ... 5

2. Fungsi dan Tujuan Penilaian (Assesment) ... 7

3. Penilaian Berbasis Kelas (PBK) ... 9

a. Pengertian Penilaian Berbasis Kelas (PBK) ... 9

b. Tujuan Penilaian Berbasis Kelas (PBK) ... 10

c. Manfaat Penilaian Berbasis Kelas (PBK) ... 12

d. Fungsi Penilaian Berbasis Kelas (PBK) ... 12

e. Prinsip-prinsip Penilaian Berbasis Kelas (PBK) ... 13


(10)

viii

B. Penilaian Kinerja (Performance Assesment) ... 25

1. Pengertian Penilaian Kinerja (Performance Assesment) ... 25

2. Langkah-langkah Penerapan Penilaian Kinerja ... 26

3. Teknik Penilaian Kinerja ... 27

C. Penilaian Produk ... 32

1. Pengertian Penilaian Produk ... 32

2. Teknik Penilaian Produk ... 33

D. Hasil Belajar Siswa ... 34

1. Ranah Kognitif ... 34

2. Ranah Afektif ... 36

3. Ranah Psikomotorik ... 38

E. Kajian Materi Tentang Alat-alat Optik ... 39

1. Pengertian Alat-alat Optik ... 41

2. Macam-macam Alat Optik ... 41

F. Penelitian Yang Relevan ... 45

G. Kerangka Berpikir ... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 49

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

B. Metode Penelitian ... 49

C. Subjek Penelitian ... 49

D. Prosedur Penelitian ... 50

E. Teknik Pengumpulan Data ... 51

F. Instrumen Penelitian ... 51

1. Instrumen Tes Penilaian Kinerja ... 52

2. Instrumen Tes Penilaian Produk ... 53

3. Instrumen Tes Tulis ... 54

G. Kalibrasi Instrumen ... 55


(11)

ix

4. Daya Pembeda ... 59

H. Teknik Deskriptif Analitis ... 60

1. Nilai Kinerja Siswa ... 61

2. Nilai Produk Siswa ... 61

3. Nilai Kinerja dan Produk Siswa (Nilai Proses) ... 62

4. Hasil Belajar Siswa ... 62

5. Uji Regresi Penilaian Proses dan Penilaian Hasil Belajar ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 65

1. Nilai Kinerja Siswa ... 65

2. Nilai Produk Siswa ... 67

3. Nilai Kinerja dan Nilai Produk (Nilai Proses) ... 68

4. Nilai Hasil Belajar Siswa ... 68

5. Hasil Analisis Regresi Linearitas Penilaian Proses dan Hasil Belajar ... 70

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70

C. Keterbatasan Penelitian ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(12)

x

Tabel 2.1 Contoh 2 Penilaian Kinerja dengan Menggunakan Model

Chek-list pada Lompat Jauh Gaya Menggantung ... 29

Tabel 2.2 Contoh 1 Penilaian Kinerja dengan Menggunakan Model Skala Penilaian (Rating Scale) ... 30

Table 2.3 Contoh 2 Penilaian Kinerja dengan Menggunakan Model Skala Penilaian (Rating Scale) ... 31

Tabel 2.4 Contoh Lembar Penilaian Pembacaan Teks UUD 1945 dengan Model Skala Penilaian (Rating Scale) ... 31

Tabel 2.5 Contoh Lembar Penilaian Kinerja Olahraga pada Ekstrakulikuler Silat ... 32

Tabel 2.6 Contoh Instrumen Penilaian Produk Penskoran Tugas Untuk Penilaian Produk ... 33

Tabel 3.1 Uji Kelayakan Ahli pada Penilaian Kinerja ... 53

Tabel 3.2 Uji Kelayakan Ahli pada Penilaian Produk ... 54

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Tulis ... 55

Tabel 3.4 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 57

Tabel 3.5 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 58

Tabel 3.6 Hasil Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal ... 59

Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda ... 60

Tabel 3.8 Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal ... 60

Tabel 3.9 Klasifikasi Kategori Penilaian Kinerja Siswa ... 61

Tabel 3.10 Klasifikasi Kategori Penilaian Produk Siswa ... 62

Tabel 3.11 Klasifikasi Kategori Penilaian Hasil Belajar ... 63

Tabel 3.12 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 64

Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Penilaian Kinerja ... 66

Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Penilaian Produk ... 67

Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Proses ... 68


(13)

xi

Gambar 2.1 Peta Konsep Alat-alat Optik ... 40

Gambar 2.2 Mata dan Bagiannya ... 41

Gambar 2.3 Pembentukan Bayangan pada Mata Miopi ... 42

Gambar 2.4 Pembentukan Bayangan pada Mata Miopi setelah Menggunakan Kacamata Lensa Negatif ... 43

Gambar 2.5 Pembentukan Bayangan pada Mata Hipermetropi ... 43

Gambar 2.6 Pembentukan Bayangan pada Mata Hipermetropi setelah Menggunakan Kacamata Lensa Positif ... 43

Gambar 2.7 Bagian-bagian Kamera ... 44

Gambar 2.8 Pembentukan Bayangan pada Lup ... 44

Gambar 2.9 Bagan Kerangka Berpikir ... 48


(14)

xii

Lampiran 1 Silabus ... 79

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 83

Lampiran 3 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 109

Lampiran 4 Kisi-kisi Uji Instrumen Tes Tulis ... 122

Lampiran 5 Kisi-kisi Uji Instrumen Tes Tulis dan Alternatif Jawaban .... 123

Lampiran 6 Kalibrasi Uji Instrumen Tes Tulis ... 140

Lampiran 7 Instrumen Penelitian Tes Tulis ... 150

Lampiran 8 Instrumen Penilaian Kinerja ... 154

Lampiran 9 Instrumen Penilaian Produk ... 156

Lampiran 10 Kelompok Kelas Subjek Penelitian ... 160

Lampiran 11 Rekapitulasi Hasil Tes Tulis ... 161

Lampiran 12 Rekapitulasi Penilaian Kinerja ... 163

Lampiran 13 Rekapitulasi Penilaian Produk ... 164

Lampiran 14 Rekapitulasi Penilaian Proses (Rata-rata Penilaian Kinerja dan Produk) ... 165

Lampiran 15 Mean, Median, Modus, dan Standar Deviasi Tes Tulis ... 166

Lampiran 16 Uji Normalitas Tes Tulis ... 167

Lampiran 17 Analisis Regresi Linier Sederhana ... 168

Lampiran 18 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 169


(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan.1 Artinya, penilaian merupakan salah satu aspek penting yang harus ada

dalam sebuah pendidikan formal yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan, kemajuan dan hasil belajar siswa selama program pendidikan. Penilaian dalam KTSP menganut prinsip berkelanjutan dan komprehensif guna mendukung upaya memandirikan siswa untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri. Karena itu, penilaian dilakukan dengan penilaian berbasis kelas yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

Penilaian dalam suatu pembelajaran harus bersifat heterogen (tidak boleh satu jenis penilaian), hal ini disebabkan satu jenis penilaian tidak dapat menilai kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap), kelengkapan cakupan yang ingin dicapai, dan hasil belajar peserta didik berdasarkan tingkat pencapaian prestasi peserta didik. Oleh sebab itu, jika kita menggunakan satu jenis penilaian saja hasil penilaian yang didapat kurang autentik.

Autentik assesmen adalah teknik evaluasi belajar yang sengaja dirancang agar penilaian yang diberikan kepada pesera didik dijamin keasliannya, kejujurannya dan hasilnya dapat terpercaya.2 Penilaian autentik merupakan jenis penilaian yang memicu peserta didik berperan aktif membangun pengetahuan dan membentuk kompetensi seperti yang ditetapkan dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), maupun indikator. Penerapan penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk

1

Sarwiji Suwandi, Model Assesmen Dalam Pembelajaran, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), h. 7.

2

Yuham Nuram Sujiono, Mengajar dengan Portofolio: Praktis Dilaksanakan di Perguruan Tinggi, SMA, SMP, SD yang sederajat, serta TK dan Kelompok Bermain, (Jakarta: PT Indeks, 2010), h. 8.


(16)

tujuan tertentu. Selain itu penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi para peserta didik untuk dapat menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar mengajar.

Terdapat beberapa penilaian autentik yang dapat digunakan untuk menilai hasil belajar siswa, antara lain penilaian dengan tes, penilaian kinerja, penilaian sikap, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian portofolio dan penilaian diri. Penilaian kinerja dan penilaian produk merupakan jenis penilaian yang mengutamakan kepada penilaian proses belajar mengajar. Kedua jenis penilaian ini dapat digunakan untuk menilai keterampilan atau ranah psikomotorik siswa. Sehingga dengan diterapkannya penilaian kinerja dan penilaian produk ini diharapkan dapat dilihat hubungan antara ranah kognitif dengan ranah psikomotorik.

Penilaian kinerja (unjuk kinerja) merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.3 Jenis

penilaian ini sangat cocok untuk menilai siswa dalam melaksanakan tugas diantaranya: praktikum, presentasi, diskusi, demonstrasi, dan lain-lain. Dengan adanya penilaian semacan ini, guru dapat melihat secara langsung kinerja siswa yang sebenarnya serta dapat memperbaiki juga mengoreksi jika ada kinerja siswa yang kurang tepat dari suatu kompetensi. Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk dan kualitas produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik dan logam.4

Fisika merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam, khususnya interaksi antara materi dan energi. Di dalam fisika banyak terdapat konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan mudah untuk ditemui dalam penerapannya. Diantaranya konsep pengukuran, gerak, gaya, energi, pesawat sederhana, tekanan, getaran, gelombang, bunyi, cahaya, alat optik.

3

Ibid., h. 72.

4

Hamzah B Uno, Satria Koni, Assesment Pembelajaran, Ed. 1, Cet. 1, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012) h. 22-23.


(17)

Dalam penelitian ini dicoba untuk menerapkan penilaian kinerja dan penilaian produk pada konsep alat optik. Alasannya pemilihan konsep alat-alat optik karena pada konsep ini terdapat kegiatan untuk melakukan eksperimen dan pembuatan laporan setelah melakukan kegiatan eksperimen. Kegiatan eksperimen dapat dinilai dengan penilaian kinerja, sedangkan laporan dapat dinilai dengan menggunakan penilain produk. Pada kenyataanya penilaian jarang dilakukan pada proses dan produk pembelajaran karena penilaian lebih terpaku kepada penilaian hasil belajar saja, berdasarkan kenyataan tersebut peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ALAT-ALAT OPTIK”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Penilaian yang diterapkan di sekolah lebih cenderung kepada penilaian hasil belajar siswa pada ranah kognitif saja, namun kurang memperhatikan ranah psikomotorik dan ranah afektif

2. Setiap jenis penilaian autentik memiliki kelebihan tersendiri, namun tidak semua jenis penilaian cocok diterapkan pada suatu konsep fisika. Oleh sebab itu diperlukan peran seorang guru untuk menentukan jenis penilaian yang sesuai dengan kriteria keterampilan yang hendak dicapai.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan dapat lebih terarah dan mendalam, maka penulis memberikan batasan, yaitu:

1. Penilaian yang digunakan untuk menilai proses pembelajaran adalah dengan menggunakan penilaian kinerja dan penilaian produk peserta didik meliputi diskusi siswa, melakukan kegiatan eksperimen dan pengambilan data, serta pembuatan produk berupa laporan hasil kegiatan eksperimen.


(18)

2. Penilaian hasil belajar yang digunakan adalah dalam bentuk tes pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban, dengan tingkat berfikir mengingat (C1), memahami (C2), dan mengaplikasikan (C3).

3. Konsep yang digunakan pada penelitian adalah konsep alata-alat optik yang meliputi pengertian alat-alat optik, dan macam-macam alat optik yang disajikan dengan pembelajaran diskusi dan eksperimen.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

“Bagaimanakah hubungan antara penilaian proses dan hasil belajar siswa pada konsep alat-alat optik?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penilaian proses dan hasil belajar siswa pada konsep alat-alat optik.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, bagi:

1. Siswa, diharapkan dengan adanya penerapan penilaian autentik dapat

mendorong mereka mengembangkan kemampuan berkomunikasi,

memecahkan masalah, melakukan kegiatan sesuai dengan arahan guru, mengoperasikan alat, dan lain-lain.

2. Guru, diharapakan menjadi informasi tentang jenis penilaian autentik yang dapat diterapkan dalam pelajaran fisika khususnya pada konsep alat-alat optik.


(19)

5

BAB II

KAJIAN TEORITIS, DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Penilaian Pembelajaran dalam KTSP

1. Pengertian Penilaian (Assesment)

Assesment berasal dari bahasa Inggris “Assessment” yang berarti penilaian, keputusan mengenai nilai/harga, penentu hasil ujian/ulangan.1 Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penilaian berasal dari kata nilai yang diberi imbuhan pe-an. Pe.ni.lai.an: proses, cara, perbuatan menilai; pemberian nilai (biji, kadar mutu, harga): penelaahan dan ~ yang lengkap.2

Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka, deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi untuk membuat keputusan.3

Arnie Fajar menjelaskan pengertian assesmen adalah sebagai berikut:

“Assesmen dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang dilakukan secara sistematis, untuk mengungkap kemajuan siswa secara individu untuk menentukan pencapaian hasil belajar dalam rangka pencapaian kurikulum. Adapun maksud dari assesmen adalah : a) melacak kemajuan siswa (keeping track), b) mengecek ketercapaian kemajuan (checking up), c) mendeteksi kesalahan (finding out), d) menyimpulkan (summing up).”4

Sumarna dan Hatta mengemukakan pengertian penilaian sebagai berikut:

“Penilaian merupakan proses menyimpulkan dan menafsirkan fakta-fakta dan membuat pertimbangan dasar yang profesional untuk mengambil kebijakan pada

sekumpulan informasi, yaitu informasi tentang peserta didik”.5

Sarwiji menjelaskan bahwa assesmen adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai

1

Kamus Populer Inggris-Indonesia/ Rayner Hardjono. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 21.

2

Kamus Besar Bahasa Indonesia/ Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, Ed. 4. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 963.

3

Departemen Pendidikan Nasional, Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah DasarI. Power Point. (Jakarta: Januari 2007), h. 210.

4

Arnie Fajar, Portofolio dalam Pelajaran IPS. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 218.

5

Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, Penilaian Portofolio Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 3.


(20)

dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan.6 Muslich menyatakan bahwa

asesmen yaitu proses pengumpulan berbagai informasi dan data pembelajaran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan keputusan profesional tentang program dan pelaksanaan pembelajaran serta memberikan balikan terhadap perkembangan siswa.7 Sedangkan Anwar dan Harmi menyatakan bahwa:

“penilaian merupakan suatu proses untuk menggambarkan perubahan diri siswa setelah mengikuti pembelajaran”.8

Penilaian juga dapat diartikan sebagai proses mendapakan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa, baik yang menyangkut kurikulum, program pembelajaran, iklim sekolah, maupun kebijakan-kebijakan sekolah.9 Lebih terperinci Kusaeri dan Suprananto

menyatakan penilaian adalah suatu prosedur sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan tentang karakteristik seseorang atau objek.10

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa assesmen (penilaian) adalah proses pengumpulan bukti yang dilakukan secara sengaja, sistematis, dan berkelanjutan serta digunakan untuk mengetahui perkembangan, kemajuan dan menilai kompetensi siswa selama program pendidikan dilaksanakan.

6

Sarwiji Suwandi, Model Assesmen Dalam Pembelajaran, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), h. 7.

7

Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual Panduan bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, Cet. 6,(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 94.

8

Kasful Anwar, Hendra Harmi, Perencanaan Sistem Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 130.

9

Hamzah B Uno, Satria Koni, Assesment Pembelajaran, Ed. 1, Cet. 1, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 2.

10

Kusaeri dan Suprananto, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 8.


(21)

2. Fungsi dan Tujuan Penilaian (Assesment)

Suatu penilaian (assesment) memiliki fungsi penting dalam membantu menilai kemampuan siswa, baik dilihat dari proses maupun hasil yang didapat siswa. Fungsi penilaian menurut Suharsimi Arikunto adalah sebagai berikut: 11

a. Selektif

Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain:

1)Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu. 2)Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya. 3)Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.

4)Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan sebagainya.

b. Diagnostik

Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu, diketahui pula sabab-musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasinya.

c. Penempatan

Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di negara barat, adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket belajar yang lain. Sebagai alasan dari timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan karena keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan. Pendekatan yang lebih

11

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Cet. 11, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 10-11.


(22)

bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.

d. Pengukur keberhasilan

Penilaian dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.

Bexter dalam Sarwiji mengemukakan alasan mengenai pentingnya penilaian dalam pembelajaran. Pertama, untuk membandingkan siswa satu dengan siswa lainnya. Kedua, untuk mengetahui apakah para siswa memenuhi standar tertentu. Ketiga, untuk membantu kegiatan pembelajaran siswa. Guru perlu menilai pada bagian mana siswa memerlukan lebih banyak bantuan. Berdasarkan hasil analisis tersebut guru dapat memberi bantuan pembelajaran secara efektif. Keempat, untuk mengetahui atau mengontrol apakah program pembelajaran berjalan sebagaimana mestinya. Penilaian atau tes ini dimaksudkan untuk menganalisis kesalahan yang secara umum dilakukan para siswa sehingga dapat dijadikan sebagai dasar untuk memutuskan perlu tidaknya mengubah program pendidikan atau program pembelajaran yang dilakukan.12

Arnie Fajar mengungkapkan tujuan penilaian adalah untuk mengukur seberapa jauh keberhasilan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, dikembangkan dan ditanamkan di sekolah serta dapat dihayati, diamalkan/diterapkan, dan dipertahankan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penilaian bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang digunakan sebagai feed back/umpan balik bagi guru dalam merencanakan proses pembelajaran selanjutnya. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan, memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran yang dilaksanakan.13

12

Sarwiji Suwandi, Op. Cit., h. 9.

13


(23)

Berdasarkan beberapa fungsi tersebut, seorang guru, pengajar, dan lembaga yang berkepentingan dapat memilih dan menyesuaikan fungsi berdasarkan kebutuhan dari sebuah penilaian.

3. Penilaian Berbasis Kelas (PBK)

a. Pengertian Penilaian Berbasis Kelas (PBK)

Penilaian kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru melalui sejumlah bukti untuk membuat keputusan tentang pencapaian hasil belajar.14 Menurut Surapranata dan Hatta penilaian berbasis kelas

merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian belajar yang terdapat dalam kurikulum.15

Selanjutnya, Sarwiji Suwandi mengungkapkan penilaian berbasis kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian belajar yang terdapat dalam kurikulum. Penilaian berbasis kelas ini dapat dilaksanakan di dalam dan/atau di luar kelas seperti di laboratorium maupun lapangan.16

Muslich menyatakan bahwa PBK merupakan proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan konsisten (sebagai akuntabilitas publik).17

Penilaian kelas pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan pendidikan yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau

14

Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit., h. 210.

15

Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, Op. Cit., h. 5.

16

Sarwiji Suwandi, Op. Cit., h. 12.

17

Masnur Muslich, Authentic Assesment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi, (Bandung: Refika Aditama, 2011), h. 32.


(24)

hasil belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran.18 Dalam melaksanakan penilaian kelas, ada beberapa proses yang harus dilaksanakan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti untuk menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik. Pada penilaian berbasis kelas ini, hasil belajar siswa yang telah dilakukan pada periode tertentu dibandingkan dengan hasil yang dimiliki siswa tersebut sebelumnya, tetapi pada penilaian ini tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan siswa yang lain agar mereka tidak merasa dihakimi.

Berdasarkan definisi penilaian berbasis kelas dapat dipahami sebagai proses pengumpulan informasi yang dilakukan guru secara terus menerus selama kegiatan belajar mengajar baik di dalam kelas ataupun di luar kelas dengan mengambil keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar siswa selama proses pembelaran.

Hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan Penilaian Berbasis Kelas (PBK) adalah sebagai berikut: 19

1)Memandang penilaian sebagai bagian integral dari kegiatan pembelajaran 2)Mengembangakan strategi pembelajaran yang mendorong dan memperkuat

proses penilaian sebagai kegiatan refleksi (bercermin diri dan pengalaman belajar)

3)Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pembelajaran untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar siswa.

4)Mengakomodasi kebutuhan khusus siswa

5)Mengembangkan sistem pencatatan yang menyediakan cara yang bervariasi dalam pengamatan belajar siswa

6)Menggunakan penilaian dalam rangka mengumpulkan informasi untuk membuat keputusan tentang tingkat pencapaian siswa.

b. Tujuan Penilaian Berbasis Kelas (PBK)

Secara umum semua jenis penilaian berbasis kelas bertujuan untuk menilai hasil belajar peserta didik di sekolah, mempertanggungjawabkan penyelenggaraan

18

Hamzah B Uno, Satria Koni, Op. Cit., h. 4.

19Masnur


(25)

pendidikan kepada masyarakat, dan untuk mengetahui ketercapaian mutu pendidikan secara umum. Penilaian berbasis kelas bertujuan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses pembelajaran, penentuan kenaikan kelas; dan memotivasi belajar peserta didik dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.

Kasful Anwar Us dan Hendra Harmi menyebutkan beberapa tujuan penting dalam pembelajaran diantaranya sebagai berikut: 20

1) Grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan kedudukan hasil kerja siswa dibandingkan dengan siswa lain. Fungsi penilaian grading ini cenderung membandingkan anak dengan anak yang lain, sehingga mengacu kepada penilaian acuan norma.

2) Alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara siswa yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Siswa yang boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh.

3) Untuk menggambarkan sejauh mana seorang siswa telah menguasai kompetensi.

4) Bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa dalam rangka membantu siswa memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.

5) Alat diagnosis, penilaian bertujuan untuk menunjukkan kesulitan belajar yang dialami siswa dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan apakah seseorang perlu remediasi atau pengayaan. 6) Alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat memprediksi bagaimana kinerja siswa pada jenjang pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai.

20


(26)

c. Manfaat Penilaian Berbasis Kelas (PBK)

Sumarna dan Hatta mengungkapkan beberapa manfaat dari penilaian berbasis kelas, diantaranya: 21

1) Memberikan umpan balik pada program jangka pendek yang dilakukan peserta didik dan guru dalam kegiatan proses belajar sehingga memungkinkan pembuatan koreksi hasil penilaian.

2) Memberi kegunaan hasil pembelajaran peserta didik dengan melibatkan peserta didik secara maksimal.

3) Membantu pembuatan laporan lebih bagus dan meningkatkan efisiensi pembelajaran, dan

4) Mendorong pembelajaran sebagai proses penilaian formatif yang melibatkan banyak waktu untuk melakukan umpan balik dan perbaikan hasil peserta didik.

Bagi peserta didik, penilaian berbasis kelas sangat bermanfaat untuk: 1) Memantau pembelajaran dirinya secara lebih baik.

2) Menitikberatkan pada kebutuhan perubahan kemampuan, keterampilan dan nilai.

Sementara itu, bagi orang tua penilaian berbasis kelas sangat bermanfaat untuk:

1)Mengetahui kelemahan dan peringkat anaknya.

2)Mendorong orang tua peserta didik untuk melakukan bimbingan kepada anaknya, dan

3)Melibatkan orang tua peserta didik untuk melakukan diskusi dengan guru/sekolah dalam hal perbaikan kelemahan peserta didik.

d. Fungsi Penilaian Berbasis Kelas (PBK)

Fungsi penilaian berbasis kelas yang dilaksanakan oleh guru memiliki berbagai fungsi, beberapa fungsi dari penilaian berbasis kelas tersebut diantaranya: 22

1) Menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.

21

Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, Op. Cit., h. 5-6.

22


(27)

2) Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membantu keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan).

3) Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu guru menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan. 4) Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang

berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.

5) Sebagai kontrol bagi guru dan sekolah tentang kemajuan perkembanga peserta didik.

Jadi fungsi penilaian berbasis kelas diantaranya untuk mengetahui penguasaan peserta didik terhadap suatu kompetensi, evaluasi hasil belajar, menemukan kesulitan dan kemungkinan prestasi yang dapat dikembangkan dari peserta didik serta sebagai alat diagnosis, menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajara, dan sebagai alat kontrol bagi guru dan sekolah.

e. Prinsip-prinsip Penilaian Berbasis Kelas (PBK)

Prinsip penilaian berbasis kelas yang perlu diperhatikan oleh guru. Prinsip umum Penilaian Berbasis Kelas (PBK) meliputi: 23

1) Valid (penilaian berbasis kelas harus mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan alat ukur yang dapat dipercaya dan sahih).

2) Mendidik (penilaian harus memberi sumbangan yang positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa: dirasakan sebagai penghargaan yang memotivasi bagi siswa yang berhasil dan sebagai pemicu semangat untuk meningakatkan hasil belajar bagi yang kurang berhasil).

3) Berorientasi pada kompetensi (mampu menilai pencapaian kompetensi yang dimaksud dalam kurikulum).

4) Adil dan objektif (penilaian harus adil terhadap semua siswa dan tidak membeda-bedakan latar belakang siswa).

23


(28)

5) Terbuka (kriteria penilaian hendaknya terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak yang berkepentingan). 6) Berkesinambungan (penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, teratur,

terus menerus, dan berkesinambungan untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan kemajuan belajar siswa).

7) Menyeluruh (penilaian terhadap hasil belajar siswa hendaknya dilaksanakan secara menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik serta berdasarkan berbagai teknik dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti hasil belajara siswa).

8) Bermakna (penilaian hendaknya mudah dipahami dan mudah ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan).

Menurut Uno dan Koni, penilaian kelas meliputi: (1) valid, (2) reliabel, (3) total, (4) kontinu, (5) objektif, dan (6) membelajarkan peserta didik.24 Sedangkan menurut Surapranata dan Hatta prinsip-prinsip dasar yang harus digunakan dalam Penilaian Berbasis Kelas (PBK) adalah: (1) motivasi, (2) validitas, (3) adil, (4) terbuka, (5) berkesinambungan, (6) bermakna, (7) menyeluruh, dan (8) edukatif.25 f. Karakterisrik Penilaian Berbasis Kelas (PBK)

Penilaian berbasis kelas (PBK) memiliki karakteristik istimewa sebagai berikut: 26

1) Pusat belajar dan berakar dalam proses pembelajaran

Perhatian utama penilaian berbasis kelas tidak terletak pada perbaikan mengajar melainkan pada perhatian guru dan peserta didik dalam perbaikan hasil belajar. Adapun apabila guru melakukan perbaikan program pengajaran sebagaimana diuraiakan di atas, tujuannya tidak lain adalah dalam rangka memperbaiki hasil belajar peserta didik. Penilaian berbasis kelas dapat memberikan informasi dan petunjuk bagi guru dan peserta didik dalam membuat pertimbangan yang tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki hasil belajar. Sebagai contoh misalnya ketika seorang peserta didik memiliki

24

Hamzah B Uno, Satria Koni, Op. Cit., h. 37-38.

25

Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, Op. Cit., h. 8-11.

26


(29)

nilai yang kurang baik dari suatu mata pelajaran, maka yang harus diperbaiki adalah bukan cara mengajar melainkan menekankan pada bagaimana meningkatkan hasil belajar peserta didik tersebut.

Penilaian berbasis kelas dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk membangun proses pembelajaran yang lebih baik salah satunya dengan melakukan umpan balik pada belajar peserta didik lebih sistematik, fleksibel, dan efektif. Guru atara lain harus bertanya kepada peserta didik tentang konsep-konsep yang harus dikuasai peserta didik, memonitor bahasa badan dan ekspresi wajah peserta didik. Hal yang juga sangan penting adalah guru harus selalu bertanya apakah peserta didik mengerjakan pekerjaan rumah. Penilaian berbasis kelas memberi suatu cara untuk melakukan penilaian secara menyeluruh dan sistematik dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian, penilaian berbasis kelas senantiasa berakar dalam proses pembelajaran. Karena difokuskan pada belajar, maka penilaian berbasis kelas memerlukan partisipasi aktif peserta didik. Dalam hal ini guru terus menerus memotivasi peserta didik agar hasil belajar mereka meningkat.

2) Umpan Balik

Penilaian berbasis kelas dapat juga diartikan sebagai suatu alur proses umpan balik (feedback up) di kelas. Guru maupun peserta didik dapat dengan cepat dan mudah menggunakan penilaian berbasis kelas sebagai umpan balik. Dari hasil penilaian berbasis kelas guru maupun peserta didik dapat melakukan saran perbaikan belajar. Melalui umpan balik ini seluruh pihak yang berkepentingan di sekolah baik kepala sekolah, guru, dan peserta didik dalam proses pembelajaran akan menjadi lebih efisien dan lebih efektif. Penilaian berbasis kelas dapat dipandang sebagai alat untuk formatif. Penilaian berbasis kelas bukan hanya untuk memberi nilai atau skor (grading) peserta didik, tetapi juga untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan mutu belajar peserta didik.

g. Jenis-jenis Penilaian Berbasis Kelas

Penilaian merupakan hal mutlak dilakukan dalam mengetahui perkembangan dan pencapaian siswa dalam proses belajar mengajar. Secara


(30)

umum penilaian berbasis kelas antara lain terdiri atas ulangan harian, pemberian tugas, dan ulangan umum. Ada berbagai bentuk dan teknik yang biasa dilakukan dalam penilaian berbasis kelas antara lain penilaian dengan tes, penilaian kinerja, penilaian sikap, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian portofolio dan penilaian diri.

1) Penilaian dengan Tes

Tes merupakan suatu pemberian tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan oleh siswa yang sedang dites. Jawaban yang diberikan siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan itu dianggap sebagai informasi terpercaya yang mencerminkan kemampuannya. Informasi tersebut dinyatakan sebagai masukan penting untuk mempertimbangakan siswa.27

Senada dengan di atas Hamzah dan Satria menyatakan tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik umtuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu.28

Jadi tes merupakan tugas atau pertanyaan yang diberikan guru terhadap siswa yang harus dijawab dan dikerjakan untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi yang yang diajarkan.

Ada beberapa tujuan penggunaan penilaian tes tertulis, diantaranya: 29

a) Mendiagnosis siswa (kekuatan dan kelemahan).

b) Menilai kemampuan siswa (keterampilan, pengetahuan dan sikap). c) Memberikan bukti atas kemampuan yang telah dicapai

d) Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. e) Monitoring standar pendidikan.

Kegiatan penilaian dengan tes dapat dilaksanakan jika ada seperangkat alat tes seperti tugas, pertanyaan, atau latihan. Perangkat tugas, pertanyaan, atau latihan itulah yang kemudian dikenal sebagai alat tes atau instrumen tes. Beberapa bentuk alat penilaian tes tertulis diantaranya: (1) pilihan ganda

27

Sarwiji Suwandi, Op. Cit., h. 39.

28

Hamzah B Uno, Satria Koni, Op. Cit., h. 3.

29


(31)

(objektif), (2) dua pilihan benar-salah, ya-tidak (objektif), (3) menjodohkan (objektif), (4) isian atau melengkapi (non objektif), (5) jawaban singkat atau pendek (objektif), soal uraian, dan (6) pertanyaan lisan.30

2) Penilaian Unjuk Kinerja (Performance Assesment)

Penilaian unjuk kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi.31 Sarwiji menyatakan

penilaian kinerja (unjuk kerja) merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.32

Penilaian unjuk kinerja menurut Hamzah dan Satria adalah penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Lebih jauh lagi mereka menerangkan bahwa penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan unjuk kinerja. Unjuk kinerja yang dapat diamati seperti bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklarasi, menggunakan alat laboratorium, dan mengopersikan suatu alat.33

3) Penilaian Sikap

Penilaian sikap adalah penilaian terhadap perilaku dan keyakinan siswa terhadap suatu objek, fenomena, atau masalah. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara, diantaranya: (1) Observasi perilaku, misalnya tentang kerja sama, inisiatif, perhatian, (2) Pertanyaan langsung, misalnya tanggapan terhadap tata tertib sekolah baru, (3) Laporan pribadi, misalnya menulis pandangan tentang

“kerusuhan antar etnis”.34

Menurut Sarwiji objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut: (1) Sikap terhadap materi pelajaran, (2) Sikap terhadap guru/pengajar, (3) Sikap terhadap proses pembelajaran, (4) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan materi pelajaran.35

30

Ibid., h. 139-143.

31

Masnur Muslich, Op. Cit., h. 95.

32

Sarwiji Suwandi, Op. Cit., h. 72.

33

Hamzah B Uno, Satria Koni, Op. Cit., h. 19.

34

Masnur Muslich, Op. Cit., h. 125.

35


(32)

Penilaian sikap dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 36 a) Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan, misalnya mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam.

b)Memilih dan membantu daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan dengan objek penilaian sikap. Misalnya menarik, penting, menyenangkan, dan mudah dipelajari.

c) Memilih kata sikap yang tepat dan akan digunakan dalam skala. d)Menentukan rentang skala dan penskorannya.

4) Penilaian Proyek

Penilaian penugasan atau proyek merupakan penilaian untuk mendapatkan gambaran kemampuan menyeluruh/umum secara kontekstual, mengenai kemampuan siswa dalam menerapkan konsep dan pemahaman mata pelajaran tertentu. Penilaian terhadap suatu tugas yang mengandung investigasi harus selesai dalam waktu tertentu. Investigasi dalam penugasan memuat beberapa tahapan, yaitu perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data. Penilaian penugasan ini bermanfaat untuk menilai: 37 Keterampilan

menyelidiki secara umum, pemahaman dan pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan mengaplikasi pengetahuan dalam suatu penyelidikan, dan, kemampuan menginformasikan subjek secara jelas.

Menurut Sarwiji penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.38

Dalam penilaian proyek setidaknya ada tiga hal yang perlu dipertimbangakan, yaitu:

a) Kemampuan pengelolaan

Kemapuan peserta didik dalam mimilih topik dan mencari informasi serta dalam mengelola waktu pengumpulan data dan penulisan laporan.

36

Kasful Anwar, Hendra Harmi, Op. Cit., h. 153.

37

Masnur Muslich, Op. Cit., h. 105-106.

38


(33)

b) Relevansi

Kesesuaian dengan mata pelajaran, dalam hal ini mempertimbangkan tahap pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman dalam pembelajaran.

c) Keaslian

Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru pada proyek peserta didik, dalam hal ini petunjuk atau dukungan.39

Kasful Anwar dan Hendra Harmi menjelaskan lebih lanjut tentang langkah-langkah pengembangan penilaian proyek, langkah-langkah-langkah-langkah tersebut ialah: 40 a) Merencanakan penilaian. Melihat kesesuaiannya dengan kompetensi yang

dituntut kurikulum, misal: i. Kerja ilmiah

ii. Berpikir dan bekerja sistematik iii. Menggunakan alat sains

iv. Kerja matematik v. Mengumpulkan data a) Dapat dikelola

i. Topik tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit ii. Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit

a) Merancang spesifikasi proyek yang berfokus pada proses

i. Memilih topik (dapat dipilih oleh siswa dari topik-topik yang disediakan guru)

ii. Memetakan area yang akan dicakup (dapat ditempuh dengan curah pendapat, jaring area yang akan dicakup)

iii. Merancang rincian langkah; contoh:

39

Hamzah B Uno, Satria Koni, Op. Cit., h. 25.

40


(34)

Pertanyaan penelitian:

……….

Hipotesis:

……….

Referensi yang akan digunakan

………. ……….

Bahan yang diperlukan:

………. ………. ……….

Prosedur yang akan ditempuh:

1. ………. 2. ………. 3. ………. 4. ………. 5) Penilaian Produk

Penilaian hasil kerja atau produk merupakan penilaian kepada siswa dalam mengontrol proses dan memanfaatkan/menggunakan bahan untuk menghasilkan sesuatu, kerja praktik atau kualitas estetik dari suatu yang mereka produksi. Contohnya: kerja artistik (menggambar, melukis, kerajinan), makanan, pakaian, produk yang terbuat dari kayu, metal, plastik, keramik.41

Senada dengan Masnur, Sarwiji menyatakan bahwa penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.42

6) Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya

41

Masnur Muslich, Op. Cit., h. 115.

42


(35)

peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, hasil tes (bukan nilai) atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.43

Portofolio adalah suatu koleksi pribadi hasil pekerjaan seorang siswa (bersifat individual) yang menggambarkan (merefleksikan) taraf pencapaian, kegiatan belajar, kekuatan, dan pekerjaan terbaik siswa.44 Sedangkan Sumarna dan Hatta menyatakan bahwa portofolio merupakan kumpulan hasil evidence atau hasil belajar atau karya peserta didik yang menunjukkan usaha, perkembangan, prestasi belajar peserta didik dari waktu ke waktu dan dari satu mata pelajaran ke pelajaran lain.45

Selanjutnya, Hamzah dan Satria mengemukakan bahwa penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan peserta didik dalam satu periode tertentu. Dapat disimpulkan bahwa pengertian assesmen portofolio dari teori-teori diatas adalah penilain yang dilakukan terus-menerus berdasarkan informasi yang terkumpul dari karya, tugas dan pekerjaan untuk menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam periode tertentu.

Sebagai kumpulan karya yang akan dinilai, portofolio mempunyai karakteristik khas sebagai berikut: 46

a) Portofolio dapat menggambarkan perkembangan atau kemajuan kemampuan seseorang dalam satu bidang. Misalnya, perkembangan kemampuan seseorang dalam menulis dapat dilihat dari kemampuan tulisannya dalam portofolio.

b) Portofolio merupakan bukti autentik dari kemampuan seseorang.

c) Portofolio dapat menggambarkan kemampuan seseorang secara lebih komprehensif, lebih-lebih jika portofolio direncanakan untuk menilai kemampuan siswa secara utuh.

43

Ibid., h. 93.

44

Masnur Muslich, Op. Cit., h. 118.

45

Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, Op. Cit., h. 27.

46


(36)

d) Portofolio menggambarkan refleksi dari suatu tujuan pembelajaran yang tergambar dalam tahapan pengalaman siswa dalam mencapai tujuan.

Penilaian portofolio memiliki beberapa tujuan untuk: 47

a) Penilaian formatif dan diagnostik, untuk memonitor perkembangan siswa dari hari ke hari, berfokus pada proses perkembangan siswa.

b) Memberi eviden (bukti) penilaian formal

c) Mengikuti perkembangan pekerjaan siswa, berfokus pada proses dan hasil. d) Mengoleksi hasil pekerjaan yang telah selesai, berfokus pada penilaian

sumatif.

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam menggunakan portofolio di sekolah, yaitu: 48

a) Saling percaya (mutual trust) antara guru dan siswa. b) Kerahasiaan bersamaan antara guru dan siswa. c) Milik bersama antara guru dan murid.

d) Kepuasan. e) Kesesuaian.

f) Penilaian proses hasil. Proses penyusunan penilaian portofolio dilakukan beberapa tahap sebagai berikut: koleksi, mengumpulkan hasil kerja siswa yang menunjukkan pertumbuhan, kemajuan, hasil belajarnya.

g) Organisasi: mengorganisasikan berbagai hasil kerja siswa.

h) Refleksi: merenungkan/memikirkan kembali apa yang telah dikoleksi dan diorganisasi.

i) Penyajian: mempresentasikan hasil kerja siswa. Langkah-langkah penentuan penilaian portofolio. Dalam pemberian skor terhadap kumpulan portofolio siswa, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan guru.

j) Membuat kerangka konseptual berupa kriteria tentang tingkat kualitas yang menggambarkan materi dan proses penampilan yang akan dinilai.

k) Kembangkan rincian pedoman yang menggambarkan urutan-urutan materi dan proses dari awal sampai akhir.

47

Kasful Anwar, Hendra Harmi, Op. Cit., h. 154.

48


(37)

l) Kembangkan cara penskoran secara umum yang sesuai dengan pedoman terperinci dan terfokus pada aspek-aspek penting menyangkut materi dan proses untuk dinilai melalui tugas-tugas berbeda.

7) Penilaian Diri (Self Assesment)

Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.

Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang, diantaranya:49

a) Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri,

b) Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya,

c) Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.

Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Langkah-langkah untuk melakukan penilaian diri sebagai berikut: 50

a) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai. b) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.

c) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian.

d) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.

e) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.

49

Sarwiji Suwandi, Op. Cit., h. 114-115.

50


(38)

f) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.

Jadi penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan oleh peserta didik terhadap dirinya sendiri terhadap aspek-aspek yang dapat dinilai dari kompetensi yang dicapainya.

4. Asesmen Autentik

Asesmen yang relevan (autentik) adalah jenis-jenis assesmen yang gayut dengan ciri peserta didik aktif membangun pengetahuan, hingga terbentuk kompetensi seperti yang ditetapkan dalam SKL, SK, KD, maupun indikator.51

Menurut Masnur Muslich penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan guru dalam kompetensi dan hasil belajar peserta didik berdasarkan tingkat pencapaian prestasi peserta didik.52

Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa asesmen autentik merupakan penilaian yang dilakukan guru terhadap siswa dalam pencapaian kompetensi dan hasil belajar siswa.

Masnur Muslich menerangkan secara garis besar suatu asesmen dikatakan autentik apabila memiliki sifat-sifat berikut:53

a. Sasaran penilaiannya mengarah kepada kompetensi yang ingin dicapai.

b. Penilaian yang melibatkan peserta didik pada tugas-tugas atau kegiatan yang bermanfaat, penting, dan bermakna.

c. Penilaian yang mampu menantang peserta didik menerapkan informasi keterampilan akademik baru pada situasi nyata dan untuk maksud yang jelas. d. Penilaian yang mampu mengukur perbuatan atau penampilan yang sebenarnya

atas kompetensi pada suatu mata pelajaran.

e. Penilaian yang mampu mengukur penguasaan peserta didik terhadap kompetensi mata pelajaran tertentu dengan cara yang akurat.

51

A.A. Istri N. Nurhaeni, Assesmen Otentik dalam Rangka KTSP Suatu Upaya Pemberdayaan Guru dan Siswa, Makalah Disampaikan pada Pelatihan KTSP bagi Guru SMP/MTS di Kabupaten Tabanan Tanggal 10 – 14 September (Universitas Pendidikan Ganesha : 2007), h. 2.

52

Masnur Muslich, Authentic Assesment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi, Op.

Cit., h. 2.

53


(39)

f. Penilaian yang menguji atau memeriksa kemampuan kolektif peserta didik dalam rangka mengevaluasi secara tepat apa yang telah dipelajarinya.

g. Penilaian yang menguji atau memeriksa secara langsung perbuatan/prestasi peserta didik berkaitan dengan tugas intelektual yang layak, dan

h. Penilaian yang melibatkan peserta didik untuk mendemonstrasikan apa yang mereka ketahui dalam suatu konteks kehidupan nyata.

Sedangkan menurut Nurhaeni assesmen autentik memiliki sifat:

a. Berbasis kompetensi, yaitu assesmen yang mampu memantau kompetensi seseorang.

b. Individual, kompetensi tidak dapat disamaratakan pada semua orang, tetapi bersifat personal. Karena itu, assesmen harus dapat mengungkapkan seoptimal mungkin kelebihan individual dan juga kekurangannya untuk bisa dilakukan perbaikan.

c. Berpusat pada peserta didik.

d. Terintegrasi dengan proses pembelajaran.

e. Otentik (nyata, riil seperti kehidupan sehari-hari) dan sesuai dengan proses pembelajaran yang dilakukan, dan

f. Berkelanjutan.

Dalam praktiknya, asesmen autentik mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Bagian tak terpisahkan dari pembelajaran di kelas. b. Merupakan cermin dunia nyata.

c. Menggunakan banyak ukuran/metode kriteria. d. Bersifat komprehensif dan holistik.

B. Penilaian Kinerja (Performance Assesment)

1. Pengertian Penilaian Kinerja (Performance Assesment)

Penilaian kinerja (performance assesment) merupakan penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilaian terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian biasanya digunakan untuk menilai kemampuan siswa


(40)

dalam berpidato, pembacaan puisi, diskusi, pemecahan masalah, partisipasi siswa dalam diskusi, menari, memainkan alat musik, aktivitas olahraga, menggunakan peralatan laboratorium, mengoperasikan suatu alat, dan aktivitas lain yang bisa diamati/diobservasi.54

Sedangkan Hamzah dan Satria menyatakan bahwa penilaian unjuk kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.55 Selain itu, menurut Kasful Anwar dan Hendra Harmi

penilaian unjuk kinerja (performance assesment) merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahamannya dan mengaplikasikan pengetahuan yang mendalam serta keterampilan dalam berbagai konteks.56

Dapat kita pahami bahwa penilaian kinerja merupakan penilaian yang dilakukan guru terhadap peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar mengajar baik di dalam kelas ataupun di luar kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Dalam pelaksanaan penilaian kinerja ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, diantaranya: 57

a. Langkah-langkah kinerja diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.

b. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut. c. Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. d. Upayakan yang akan dinilai tidak terlalu banyak sehingga semua dapat

diamati.

e. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.

2. Langkah-langkah Penerapan Penilaian Kinerja

Langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan penilaian kinerja adalah sebagai berikut: 58

54

Masnur Muslich, Op. Cit., h. 95.

55

Hamzah B Uno, Satria Koni, Op. Cit., h. 19.

56

Kasful Anwar, Hendra Harmi, Op. Cit., h. 144.

57

Sarwiji Suwandi, Op. Cit., h. 72.

58


(41)

a. Identifikasi semua aspek penting

b. Tuliskan semua kemampuan khusus yang diperlukan

c. Usahakan kemampuan yang akan dinilai dapat teramati dan tidak terlalu banyak

d. Urutkan kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan yang akan diamati e. Apabila menggunakan rating scale perlu menyediakan kriteria untuk setiap

pilihan (misalnya: baik apabila …, cukup apabila …, kurang apabila …).

3. Teknik Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja dapat menggunkan dua kemungkinan instrumen, yaitu: a. Daftar cek (Chek-list)

Penilaian unjuk kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya-tidak, baik-tidak baik, dll). Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak dapat memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah hanya mempunyai dua pilihan mutlak, seperti benar-salah, ya-tidak, baik-tidak baik, dapat diamati-tidak dapat diamati.59 Dengan demikian, tidak dapat diamati nilai tengah, namun kelebiahan daftar cek ini lebih praktis digunakan untuk mengamati subjek dalam jumlah besar.

59


(42)

Contoh instrumen penilaian kinerja dengan model Chek-list Contoh 1 Penilaian Kinerja dengan model chek-list

Petunjuk: Beri tanda centang (√) di belakang huruf di mana kemapuan siswa teramati pada waktu praktek membaca al-Qur’an.

Nama : ……….

Kelas : ……….

I. Persiapan saat ingin membaca al-Qur’an

…..A. Berwudhu terlebih dahulu.

…..B. Pakaian yang digunakan menutup aurat.

…..C. Membaca Ta’udz dan surat al-Fatihah II. Makharijul huruf dan teknik membaca.

…..A. Huruf dibaca dengan jelas.

…..B. Tidak mencuri nafas saat ditengah bacaan

…..C. Lancar dalam membaca dan tidak terbata-bata. III. Hukum Tajwid

…..A. Panjang dan pendek sudah sesuai dengan hukum tajwid.

…..B. Berhenti dan meneruskan bacaan sudah sesuai dengan hukum tajwid.

…..C. Dapat membedakan antara hukum nun sukun dan mim sukun.

…..D. Qalqalah dibaca dengan jelas.

IV. Penutup

…..A. Membaca “Shadaqallahuladzim”


(43)

Tabel 2.1 Contoh 2 Penilaian Kinerja dengan Model Chek-List pada Lompat Jauh Gaya Menggantung

Nama Peserta didik: --- Kelas: ---

No Aspek yang Dinilai Baik Tidak Baik

1 Teknik awalan 2 Teknik tumpuan

3 Sikap/posisi tubuh saat di udara 4 Teknik mendarat

Skor yang dicapai Skor maksimum Keterangan:

- Baik mendapat skor 1 - Tidak baik mendapat skor 0 b. Skala rentang (Rating Scale)

Penilaian kinerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna dampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten, dan 4 sangat kompeten. Untuk memperkecil faktor subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang, agar hasil penilaian lebih akurat.60

60


(44)

Contoh instrumen penilaian kinerja dengan model Skala Penilaian (Rating Scale)

Tabel 2.2 Contoh 1 Penilaian Kinerja dengan Model Skala Penilaian (Rating Scale)

Petunjuk: Beri lingkaran pada angka yang sesuai untuk setiap kemampuan yang teramati.

1. Apabila tidak kompeten 2. Apabila cukup kompeten 3. Apabila kompeten 4. Apabila sangat kompeten

Nama : ……….

Kelas : ……….

Aspek yang Dinilai

Deskriptor Skala Nilai

II. Ekspresi fisik (physical expression)

A. Berdiri tegak melihat penonton. 1 2 3 4

B. Mengubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang disajikan.

1 2 3 4

C. Mata melihat kepada penonton 1 2 3 4

III.Ekspresi suara (vocal expression)

A. Berbicara dengan kata-kata yang jelas. 1 2 3 4 B. Nada suaranya berubah-ubah sesuai

dengan pernyataan yang ditekankan.

1 2 3 4 C. Berbicara cukup keras untuk didengar

penonton.

1 2 3 4 III. Ekspresi

verbal (verbal expression)

A. Memilih kata-kata yang tepat untuk menegaskan arti.

1 2 3 4 B. Tidak mengulang-ulang pernyataan. 1 2 3 4 C. Menggunakan kalimat yang lengkap

untuk mengutarakan suatu pikiran.

1 2 3 4 D. Menyimpulkan pokok-pokok pikiran

yang penting.


(45)

Tabel 2.3 Contoh 2 Penilaian Kinerja dengan Model Skala Penilaian (Rating Scale)

Nama Peserta didik: --- Kelas: ---

No Aspek yang Dinilai Nilai

1 2 3 4

1 Teknik awalan 2 Teknik tumpuan

3 Sikap/posisi tubuh saat di udara 4 Teknik mendarat

Skor yang dicapai

Skor maksimum 16

Keterangan penilaian:

1 = tidak kompeten 3 = kompeten

2 = cukup kompeten 4 = sangat kompeten Kriteria penilaian dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Jika seorang siswa memperoleh skor 14 - 16 dapat ditetapkan sangat kompeten 2) Jika seorang siswa memperoleh skor 9 -13 dapat ditetapkan kompeten

3) Jika seorang siswa memperoleh skor 5 - 8 dapat ditetapkan cukup kompeten 4) Jika seorang siswa memperoleh skor 0 - 4 dapat ditetapkan tidak kompeten

Tabel 2.4 Contoh Lembar Penilaian Pembacaan Teks Pembukaan UUD 1945 dengan Model Skala Penilaian (Rating Scale)

No Nama Aspek yang Dinilai

Kefasihan Konsentrasi Jeda Intonasi A B C A B C A B C A B C

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


(46)

Tabel 2.5 Contoh Lembar Penilaian Kinerja Olahraga pada Ekstrakulikuler Silat

Kontinum Penilaian Kriteria Unjuk Kinerja

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Posisi Kuda-kuda 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sikap Pasang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Teknik Pukulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Teknik Tendangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sikap Push up

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sikap Situp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Teknik Pernapasan

C. Penilaian Produk

1. Pengertian Penilaian Produk

Penilaian hasil kerja atau produk merupakan penilaian kepada siswa dalam mengontrol proses dan memanfaatkan/menggunakan bahan untuk menghasilkan sesuatu, kerja praktik atau kualitas estetik dari suatu yang mereka produksi. Contohnya: kerja artistik (menggambar, melukis, kerajinan), makanan, pakaian, produk yang terbuat dari kayu, metal, plastik, keramik.61

Senada dengan Masnur, Sarwiji menyatakan bahwa penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni.62 Selanjutnya, Hamzah dan Satria mengemukakan bahwa

penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil akhir saja, tetapi juga proses pembuatannya.63

Jadi penilaian produk merupakan penilaian yang dilakukan kepada siswa untuk mengontrol suatu proses untuk menghasilkan suatu produk dan kualitasnya serta laporan pada suatu kegiatan.

Hal-hal yang dinilai dalam penilaian produk diantaranya: Bereksplorasi dan mengembangkan gagasan dalam mendesain, memilih bahan-bahan yang tepat,

61

Masnur Muslich, Op. Cit., h. 115.

62

Sarwiji Suwandi, Op. Cit., h. 90.

63


(47)

menggunakan alat, menunjukkan inovasi dan kreasi, memilih bentuk dan gaya dalam karya seni.64

Ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan dalam menghasilkan produk, yaitu: 65

a. Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.

b. Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.

c. Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

2. Teknik Penilaian Produk

Teknik penilaian yang digunakan pada penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik dan analitik. Kedua metode penilaian tersebut dijelaskan sebagai berikut: 66

a. Holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilkakukan pada tahap appraisal.

b. Analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.

Tabel 2.6 Contoh Instrumen Penilaian Produk Penskoran Tugas untuk Penilaian Produk

No Kriteria Skor

1 Ada gambar rancangan model B C K

2 Bahan tertulis dalam model B C K

3 Spesifikasi bahan B C K

Kriteria penskoran:

B = Baik; gambar proporsional, bahan tertulis lengkap, spesifikasi bahan jelas.

64

Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual Panduan bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, Op. Cit., h. 115.

65

Kasful Anwar, Hendra Harmi, Op. Cit., h. 146 - 147.

66


(48)

C = Cukup; gambar kurang proporsional, bahan tertulis kurang lengkap, spesifikasi bahan kurang jelas

K = Kurang; gambar tidak proporsional, bahan tertulis tidak lengkap, spesifikasi bahan tidak jelas

D. Hasil Belajar Siswa

Hasil merupakan sesuatu yang diadakan oleh usaha.67 Berarti hasil adalah suatu istilah yang untuk menunjukkan suatu pencapaian seseorang setelah melakukan sebuah usaha. Jika kita kaitkan dengan proses belajar, berarti merujuk kepada suatu pencapaian seseorang dalam waktu tertentu pada proses belajar mengajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar.68

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa hasil belajar merupakan kemampuan dan pengalaman yang didapat siswa setelah melalui proses belajar mengajar.

Hasil belajar memiliki cakupan yang begitu luas, namun cakupan yang ada tersebut dibagi kedalam tiga kelompok besar. Sebagaimana Benyamin S Bloom membaginya kedalam tiga ranah yang biasa disebut dengan Taksonomi Bloom, ketiga (kawasan) ranah tersebut yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotor. Berikut ini merupakan Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Kratwohl:

1. Ranah Kognitif

Hasil belajar ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yakni mengingat (remember), memahami (understand), mengaplikasikan (apply), menganalisis

67

Kamus Besar Bahasa Indonesia/ Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, Ed. 4. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 486.

68

Masnur Muslich, Authentic Assesment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi, Op.


(49)

(analyze), mengevaluasi (evaluate), dan mencipta (create). Keenam ranah tersebut sebagai berikut:69

a. Mengingat (Remember)/ C1

Remembering involves retrieving relevant knowledge from long-term memory. The two associated cognitive processes are regognizing and recalling.

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari ingatan yang telah lampau, baik yang baru maupun yang sudah lama didapatkan.

Mengingat meliputi mengenali dan memanggil kembali.

b. Memahami (Understand)/C2

Student are said to understand when they are able to contruct meaning from instructional messages, including oral, written, and graphic communication.

Seorang siswa dikatakan memahami saat mereka dapat membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, termasuk berbicara, bacaan dan komunikasi.

c. Menerapkan (Apply)/C3

Apply involves using procedures to perform exercises or solve problem. Thus, apply is closely linked with procedural knowledge.

Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural.

d. Menganalisis (Analyze)/C4

Analyze involves breaking material into its constituent parts and determining how the parts are related to one another and to an overall structure. This process category includes the cognitive processes of differentiating, organizing, and attributing.

Menganalisis yaitu memutuskan suatu material ke dalam unsur-unsur pokok dan menentukan bagaimana hubungan suatu unsur dengan unsur lain dan ke

69

Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl, A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives, (New York: Addison Wesley Longman, 201), h. 66 – 84.


(50)

dalam struktur umum dari suatu materi. Proses kognitif yang dilalui adalah: membedakan, mengorganisir, dan menemukan makna tersirat.

e. Mengevaluasi (Evaluate)/C5

Evaluated is defined as making judgments based on criteria and standards. The criteria most often used are quality, effectiveness, efficiency, and consistency. The category Evaluate includes the cognitive processes of cheking (judgments about the internal consistency) and critiquing (judgments based on external criteria)

Evaluasi didefinisikan sebagai memberikan keputusan (penilaian) berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kategori Evaluasi meliputi mengecek (penilaian terhadap konsistensi diri) dan mengkritisi (penilaian berdasarkan standar eksternal).

f. Mencipta (Create)

Create involves putting elements together to form a coherent or functional whole. Objectives classified as create have students make a new product by mentality reorganizing some elements or part into a pattern or structure not clearly present before. That create is associated with three cognitive processes: generating, planning, and producing.

Mencipta yaitu mengambil semua unsur pokok untuk membuat sesuatu yang memiliki fungsi atau mengorganisasikan kembali element yang ada ke dalam stuktur atau pola yang baru. proses ini meliputi : merumuskan, merencanakan/mendesain, memproduksi.

2. Ranah Afektif

Pembelajaran pada ranah afektif sangat berkaitan erat dengan sikap atau perasaan/kesadaran, seperti perasaan senang atau tidak senang, perasaan sedih atau bahagia, perasaan bangga atau malu, dan lainnya.70 Secara singkat Masnur

70

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 67.


(51)

Muslich menyatakan bahwa ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai.71 Hasil belajar pada ranah ini nilai yang nampak terletak pada tingkah laku, sikap, nilai-nilai interes, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatkan afektif ini ada lima, dari yang paling sederhana ke yang kompleks adalah sebagai berikut:72

a. Kemauan Menerima/Reciving atau Attending (A1)

Kemauan menerima merupakan kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang dari peserta didik dalam membentuk masalah, situasi, atau gejala. Yang termasuk dalam tipe ini adalah kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi atas gejala atau rangsangan dari luar.

b. Kemauan Menanggapi/Responding (A2)

Responding atau jawaban, yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Yang termasuk dalam tipe ini mancakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulasi dari luar yang datang kepada dirinya.

c. Penilaian/Valuing (A3)

Penilaian yaitu nilai dan kepercayaan terhadap stimulasi yang datang kepadanya. Yang termasuk dalam tipe ini adalah kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d. Mengorganisasi/Organization (A4)

Organisasi yaitu pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, skala prioritas nilai, dan sebagainya. e. Tingkat Karakteristik/Pembentukan Pola

Yaitu keterpaduan semua sisten nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

71

Masnur Muslich, Authentic Assesment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi, Op. Cit., h. 46.

72


(52)

3. Ranah Psikomotor

Hasil belajar psikomotoris menampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.73 Kawasan psikomotor ini dibagi ke dalam enam ranah, yaitu:74

a. Persepsi (P1)

Persiapan berkenaan dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan. Seperti mengenal kerusakan mesin dari suaranya yang sumbang, atau menghubungkan suara musik dengan tarian tertentu.

Dimensi dari persepsi adalah:

1) Sensori stimuli, yakni berhubungan dengan sebuah stimuli yang berkaitan dengan organ tubuh, yaitu: (1) auditori, (2) visual, (3) taktile (“ancang

-ancang” untuk bertindak), (4) taste (rasa), (5) smell (bau), (6) kinestetik. 2) Seleksi isyarat yakni menetapkan bagian isyarat sehingga orang harus

merespon untuk melakukan tugas tertentu dari suatu kinerja. Pemilihan isyarat meliputi identifikasi isyarat dan mengasosiasikannya dengan tugas yang akan dilakukan.

3) Translasi yakni berhubungan dengan persepsi terhadap aksi dalam membentuk gerakan. Ini merupakan proses mental dalam menentukan arti dari isyarat yang diterima untuk melakukan aksi. Translasi meliputi translasi simbolik, yaitu memiliki image atau menjadi teringat akan sesuatu, memiliki ide, sebagai hasil dari isyarat yang diterima. Trasnlasi juga mencakup insight yang amat esensial dalam memecahkan masalah dengan mencari faktor-faktor esensial yang berhubungan dengan penyelesaian. Translasi sensori merupakan satu aspek dari level ini. Translasi sensori meliputi umpan balik, yaitu pengetahuan tentang efek dari suatu proses. Translasi merupakan bagian kontinyu dari gerakan yang sedang dilakukan

b. Kesiapan (P2)

Kesiapan merupakan perilaku yang siaga untuk kegiatan atau pengalaman tertentu. Teramsuk di dalamnya adalah kesiapan mental set (kesiapan mental),

73

Ibid,. h. 48.

74


(53)

physical set (kesiapan fisik) atau emotional set (kesiapan emosi perasaan) untuk melakukan suatu tindakan.

c. Gerakan Terbimbing (P3)

Gerakan terbimbing adalah gerakan yang berada pada tingkat mengikuti suatu model, kemudian meniru model tersebut dengan cara mencoba sampai dapat menguasai dengan benar suatu gerakan.

d. Gerakan Terbiasa (P4)

Gerakan terbiasa adalah berkenaan dengan penampilan respons yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan, sehingga gerakan yang ditampilkan menunjukkan suatu kemahiran. Seperti menulis halus, menari atau mengatur/menata laboratorium

e. Gerakan yang Kompleks (P5)

Gerakan yang kompleks adalah suatu gerakan yang berada pada tingkat ketrampilan yang tinggi. Gerakan itu menampilkan suatu tindakan motorik yang menuntut pola tertentu dengan tingkat kecermatan, dan atau keluwesan, serta efesiensi yang tinggi.

f. Penyesuaian dan Keaslian

Pada tingkat ini individu sudah berada pada tingkat yang terampil sehingga ia sudah dapat menyesuaikan tindakannya untuk situasi-situasi yang menuntut

persyaratan tertentu. Individu sudah dapat mengembangkan

tindakan/ketrampilan baru untuk memecahkan masalah-masalah tertentu.

E. Kajian Materi Tentang Alat-alat Optik

Konsep alat-alat optik pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SMP diajarkan di kelas VIII. Standar kompetensi (SK) pada konsep ini yaitu: memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optik terkait produk teknologi sehari-hari. Kompetensi dasar (KD) pada konsep ini adalah mendeskripsikan alat-alat optik dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dari standar kompetensi dan kompetensi di atas, konsep alat-alat optik memiliki karakteristik sebagai berikut: melibatkan peserta didik pada kegiatan, menerapkan informasi keterampilan akademik baru pada situasi nyata, memeriksa


(54)

kemampuan kolektif peserta didik, melibatkan peserta didik untuk mendemonstrasikan apa yang mereka ketahui dalan suatu konteks kehidupan nyata. Dari beberapa karakteristik tersebut, maka dibutuhkan suatu penilaian yang bersifat autentik dan tepat untuk diterapkan pada konsep alat-alat optik, karena penilaian autentik merupakan jenis penilaian dengan ciri peserta didik aktif membangun pengetahuan, hingga terbentuk kompetensi seperti yang ditetapkan dalam SKL, SK, KD, maupun indikator. Gambar 2.1 berikut merupakan peta konsep pada alat-alat optik.

Alat Optik Mata dan

Kaca mata

Mata terdiri atas Kornea

Retina Cairan

Aqueous

Lensa Kristalin Iris

Mata dapat menderita

Hipermetropi, diatasi dengan lensa cembung

(+)

Presbiopi, diatasi dengan lensa

rangkap Miopi,

diatasi dengan lensa

cekung (-)

Astigmatisma, diatasi dengan lensa silindris

Kamera

Bayangan bersifat: Nyata, terbalik, dan

diperkecil

Lup Mikroskop Teropong Periskop


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)