EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global. Upaya yang paling tepat untuk menyiapkan dan membangun SDM yang berkualitas adalah perbaikan di bidang pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan dengan meningkatkan kualitas pembelajar-an di sekolah.

Salah satu upaya tersebut adalah dengan diberlakukannya kurikulum tingkat satu-an pendidiksatu-an (KTSP) ysatu-ang menuntut perubahsatu-an paradigma dalam pendidiksatu-an dan pembelajaran. Peru-bahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih menjadi berpusat pada siswa (student centered), kemudian metodologi yang semula dido-minasi ekspositori berganti ke partisipatori dan pendekatan yang lebih banyak ber-sifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksud-kan untuk memperbaiki mutu pendididimaksud-kan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan.


(2)

KTSP juga menghendaki bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori dan fakta, tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula ilmu kimia yang merupakan cabang dari IPA yang lahir dari pengalaman para ahli kimia untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan “apa” dan “mengapa” tentang sifat dan materi yang ada di alam melalui s erang-kaian proses menggunakan sikap ilmah dan masing-masing akan meng-hasilkan fakta dan pengetahuan teoritis tentang materi yang kebenarannya dapat dijelaskan dengan logika matematika. Sebagian aspek kimia bersifat kasat mata (visible), artinya dapat dibuat fakta konkritnya dan sebagian aspek yang lain bersifat abstrak atau tidak kasat mata (invisible), artinya tidak dapat dibuat fakta konkrit-nya (Depdiknas, 2003). Dalam pembelajarankonkrit-nya juga harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai proses, produk, dan sikap. Untuk itu guru harus bijak-sana dalam menentukan suatu model yang sesuai yang dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Kesetimbangan kimia merupakan salah satu materi dalam pelajaran kimia yang dalam proses pembelajarannya siswa dapat diajak untuk mengamati fenomena kesetimbangan kimia dalam kehidupan sehari-hari dan diajak untuk melakukan praktikum sehingga siswa mendapatkan pengalaman langsung mengenai materi kesetimbangan kimia. Namun fakta yang terjadi dilapangan menunjukkan bahwa pembelajaran kimia khususnya pada materi kesetimbangan kimia cenderung text book, dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran, aktivitas siswa lebih banyak pada kegiatan mendengarkan penjelasan guru dan mencatat. Proses pembelajaran masih cenderung teacher centered dibandingkan


(3)

student centered. Kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhati-kan kemampuan berpikir siswa dan lebih sering menggunamemperhati-kan metode ceramah dalam menyampaikan materi. Hal inilah yang mengakibatkan pola belajar siswa cenderung menghafal, serta kemampuan berpikir dan daya analisis siswa kurang berkembang.

Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran maupun media pendukung yang menarik untuk membantu menjelaskan konsep kesetimbangan kimia agar siswa dapat lebih menguasai serta mampu mengaplikasikan konsep tersebut. Model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran kimia adalah model pem-belajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, karena tidak semua tujuan dapat tercapai hanya dengan satu model tertentu.

Mustaji & Sugiarso (2005) menyatakan bahwa pendekatan konstruktivisme meru-pakan suatu pendekatan yang memberi peluang terjadinya proses aktif siswa mengkontruksi atau membangun sendiri pengetahuannya, memanfaatkan sumber belajar secara beragam, dan memberi peluang siswa untuk berkolaborasi dengan yang lain. Problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan pandangan konstruktivisme yang dapat merangsang kemampuan berpikir siswa serta menuntut siswa berperan aktif dalam proses pemecahan masalah dan melatih siswa untuk menggunakan pola pikir yang terstruktur dan sitematis. Model pembelajaran problem solving terdiri dari lima tahapan yaitu adanya masa-lah yang jelas untuk dipecahkan, mencari data atau keterangan, menetapkan jawaban sementara, menarik kesimpulan. Pada tahap yang pertama, guru memberikan suatu masalah yang harus dipecahkan oleh siswa, selanjutnya


(4)

siswa diharapkan aktif dalam mencari informasi yang terkait dengan masalah yang ada sehingga siswa dapat memahami masalah tersebut. Tahap yang selanjutnya yaitu menetapkan jawaban sementara atau hipotesis, dalam tahap ini siswa diharapkan mampu menghubungkan masalah yang ada dengan pengetahuan yang telah didapat sebelumnya. Kemudian tahap pengujian hipotesis, pada tahap ini siswa bersama dengan kelompok diskusinya melakukan percobaan, dan menganalisis data hasil pengamatan serta mencari informasi dari berbagai sumber yang terkait dengan masalah yang dihadapi sehingga siswa secara langsung terlibat dalam pemecahan masalah. Tahap yang terakhir yaitu menarik kesimpulan, dimana siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan ide atau gagasan setiap kelompok berdasarkan hasil diskusi. Setelah menarik kesimpulan diharapkan siswa mampu menguasai konsep atau teori yang telah mereka dapat-kan dengan baik, serta mampu mengaplikasidapat-kannya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Boujaode dan Barakat (2003), yang berjudul “ Students’ Problem Solving Strategies in Stoichiometry and their Relationship to Conceptual Understanding and Learning Approaches” dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang menunjukkan adanya hubungan yang positif antara strategi problem solving dengan penguasaan konsep stokiometri pada siswa SMA.

Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, untuk mendeskripsikan peningkat-an penguasapeningkat-an konsep melalui penerappeningkat-an model pembelajarpeningkat-an problem solving, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran


(5)

Problem solving dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran problem solving dalam

meningkatkan penguasaan konsep kesetimbangan kimia siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : Efektivitas model pembelajaran problem solving dalam meningkatkan penguasa-an konsep kesetimbpenguasa-angpenguasa-an kimia siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bpenguasa-andar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa dan guru khususnya SMA Negeri 7 Bandar Lampung yaitu :

1. Guru mata pelajaran kimia

Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan dan penerapan model pembe-lajaran dan media pembepembe-lajaran yang sesuai dengan materi pembepembe-lajaran kimia, terutama pada materi pokok kesetimbangan kimia.


(6)

2. Siswa

Siswa dapat menggunakan pola pikir yang sistematis dan terstruktur, serta memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan/gambaran bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan penelitian model pembelajaran problem solving dengan ruang lingkup yang lebih luas.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagaimana yang telah dirumuskan, maka ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA semester ganjil yang berjumlah empat kelas di SMA Negeri 7 Bandar Lampung, Tahun Pelajaran 2011-2012.

2. Efektivitas pembelajaran pada penelitian ini ditinjau dari nilai rata-rata n-Gain pada kedua kelas sampel. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran.

3. Problem solving adalah proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat (Hamalik, 1994). 4. Penguasaan konsep dalam penelitian ini adalah nilai siswa pada materi pokok


(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Belajar Jean Piaget

Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus-menerus sepanjang hayatnya. Teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yg sudah ada(asimilasi) dan menyesuaikan diri dengan infomasi yg baru (akomodasi).

Menurut Jean Piaget dalam Bell (1994), belajar adalah:

Interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan. Artinya, pengetahuan itu suatu proses, bukannya suatu “barang”. Karena itu untuk memahami pengetahuan orang dituntut untuk mengenali dan menjelaskan berbagai cara bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungannya.

Dalam proses pembelajaran Jean Piaget dalam Bell (1994), menyarankan: Penggunaan metode aktif yang menghendaki siswa menemukan kembali atau merekonstruksi kebenaran-kebenaran yang harus dipelajarinya. Tetapi, siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja menggunakan alat dan caranya sendiri. Alih-alih guru berperan mengatur dan menciptakan situasi yang menyajikan masalah yang berguna. Guru juga harus membuat siswa memikirkan kembali simpulan atau keputusannya yang sering diambil tergesa-gesa.


(8)

Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus-menerus sepanjang hayatnya. Kognitif merupakan pusat penggerak berbagai kegiatan kita, seperti mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah, mengana- lisis berbagai masalah, mencari informasi baru, menarik simpulan dan sebagainya.

Vygotsky berpendapat seperti piaget, bahwa siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Vygotsky berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung baik pada faktor biologis menentukan fungus-fungsi elementer memori, atensi, persepsi dan stimulus-respon, faktor social sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk pengembangan konsep, penalaran logis, dan pengambilan keputusan. Teori Vygotsky ini lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Menurut Vigotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal development,yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi umumnya muncul dalam percakapan kerja sama antar-individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.

Satu lagi ide penting dari Vygotsky adalah scaffolding yakni pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih


(9)

tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya. Penafsiran terkini terhadap ide-ide Vygotsky adalah siswa seharusnya diberikan tugas-tugas kompleks, sulit dan realistiks dan kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu. Hal ini bukan berarti bahwa diajar sedikit demi sedikit komponen-komponen suatu tugas yang kompleks yang pada suatu hari diharapkan akan terwujud menjadi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas kompleks tersebut. (Nur & Wikandari. 2000)

B. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekan-kan bahwa pengetahuan kita merupamenekan-kan hasil konstruksi (bentumenekan-kan) kita sendiri. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan

Sekarwinahyu (2001) "konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengeta-huan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemung-kinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain”.

Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga-laman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pe-ngalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan inter-aksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan

membanding-kan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaan-nya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan

mengkonstruksi pengeta-huannya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pemben-


(10)

tukan pengetahuannya.

Menurut Trianto (2007):

Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer pe-ngetahuan akan sangat mustahil terjadi. Pepe-ngetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan ke-pada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru ber-maksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;

(2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; (3) mengajar adalah membantu siswa belajar;

(4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa;

(6) guru adalah fasilitator.

Secara keseluruhan pengertian atau maksud pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya berperan sebagai

penghubung yang membantu siswa mengolah pengetahuan baru, menyelesaikan suatu masalah dan guru berperan sebagai pembimbing pada proses pembelajaran yang menyediakan peluang kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan baru.

C. Problem Solving

Salah satu pembelajaran kontruktivisme adalah pembelajaran problem solving. Pembelajaran problem solving adalah pembelajaran yang menuntut siswa belajar untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena itu dalam pembelajaran siswa harus aktif agar dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Problem solving adalah suatu langkah pembelajaran


(11)

yang dilaksanakan dengan cara siswa mencari kebenaran pengetahuan dan informasi tentang konsep, hukum, prinsip, kaidah, dan sejenisnya, mengadakan percobaan, bertanya secara tepat serta mencari jawaban masalah berdasarkan pemahaman konsep, prinsip dan kaidah yang telah dipelajari.

Hamalik (1994) mengemukakan bahwa problem solving adalah proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Problem solving yaitu suatu pendekatan dengan cara problem identification untuk ketahap syntesis kemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh masalah sehingga mencapai tahap aplikasi selanjutnya comprehension untuk mendapatkan solution dalam penyelesaian masalah tersebut.

Pemecahan masalah didefinisikan oleh G. Polya (1973) sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan secara cepat dicapai. Karena itu pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi. Jenis belajar ini merupakan suatu prosespsikologis yang melibatkan tidak hanya sekedar aplikasi dalil-dalil atau hukum-hukum atau teorema-teorema yang dipelajari, melainkan juga harus didasarkan atas struktur kognitif siswa agar masalah yang bermakna dapat dipecahkan.

Pemecahan masalah adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip,


(12)

teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pemecahan masalah menuntut kemam-puan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu. (Hidayati, 2006)

Langkah-langkah problem solving menurut Depdiknas (2008) dalam Nessinta (2010) sebagai berikut :

a. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.

c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.

d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode –metode seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.

e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Nasution (2006) menyatakan, :

“memecahkan masalah memerlukan pemikiran dengan menggunakan dan menghubungkan berbagai aturan-aturan yang telah kita kenal menurut kom-binasi yang berlainan. Dalam memecahkan masalah sering harus dilalui berbagai langkah seperti mengenal setiap unsur dalam masalah itu, mencari aturan-aturan yang berkenaan dengan masalah itu dan dalam segala langkah perlu ia berpikir”.

Menurut Nasution (2006) mempelajari aturan perlu terutama untuk memecahkan masalah. Pemecahan masalah merupakan perluasan yang wajar dari belajar atur-an. Dalam pemecahan masalah prosesnya terletak dalam diri siswa. Variabel dari luar hanya berupa instruksi verbal yang membantu atau membimbing siswa untuk memecahkan masalah itu. Namun memecahkan masalah tidak sekedar menerapkan aturan-aturan yang diketahui, akan tetapi juga menghasilkan


(13)

pelajaran baru. Newell dan Simon (Docktor, 2006) menyatakan bahwa setiap orang dihadapkan dengan masalah. Saat dia ingin mengetahui sesuatu dan tidak mengetahui dengan segera bagaimana urutan tindakan yang harus dia ambil, maka pada saat itulah orang tersebut memiliki masalah.

Pemecahan masalah bukan perbuatan yang sederhana, akan tetapi lebih kompleks daripada yang diduga. Pemecahan masalah memerlukan keterampilan berpikir yang banyak ragamnya termasuk mengamati, melaporkan, mendeskripsi, menganalisis, mengklasifikasi, menafsirkan, mengkritik, meramalkan, menarik kesimpulan, dan membuat generalisasi berdasrkan informasi yang dikumpulkan dan diolah. Untuk memecahkan masalah kita harus melokasi informasi,

menampilkannya dari ingatan lalu memprosesnya dengan maksud untuk mencari hubungan, pola, atau pilihan baru. Ada pula proses pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Karl Albrecht yang terdiri dari enam langkah yang dapat digolongkan dalam dua fase utama yang disebutkannya (1) fase perluasan atau ekspansi yang pada pokoknya bersifat divergen dan (2) fase penyelesaian yang bersifat konvergen.

1. Kelebihan model pembelajaran problem solving

a. Pembelajaran ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.

b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil. c. Pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa

secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.


(14)

2. Kekurangan model pembelajaran problem solving

a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan ting-kat berfikir siswa, tingting-kat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pe-ngalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru

b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlu-kan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pel-ajaran lain

c. mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

D. Penguasaan Konsep

Menurut Sagala (2003) definisi konsep adalah:

Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.

Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil ber-pikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu apli-kasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik se-hingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung kon-sep tersebut. Jika belajar tanpa konkon-sep, proses belajar mengajar tidak akan ber-hasil. Hanya dengan bantuan konsep, proses belajar mengajar dapat ditingkatkan lebih maksimal.

Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini di-dukung oleh Djamarah dan Zain (2002) yang mengatakan bahwa belajar pada


(15)

hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah ber-akhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat dipenga-ruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas, dalam belajar juga dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilaku-kan siswa sebagai usaha untuk meningkatdilaku-kan penguasaan materi. Penguasaan terhadap suatu konsep tidak mungkin baik jika siswa tidak meakukan belajar karena siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran. Sebagian besar materi pelajaran. Sebagian besar materi pelajaran yang dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep. Semakin banyak konsep yang dimiliki seseorang, semakin banyak alternatif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

E. Kerangka Pemikiran

Salah satu model pembelajaran sesuai untuk pembelajaran kimia adalah strategi problem solving. Problem solving merupakan pembelajaran yang menuntut siswa belajar untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena itu dalam pembelajaran siswa harus aktif agar dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Problem solving memiliki ciri-ciri seperti pembelajaran dimulai dengan adanya pemberian masalah. Biasanya masalah yang diberikan memiliki konteks dengan dunia nyata, siswa secara berkelompok kecil aktif mengidentifikasi yang ada, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dan kemudian mencari solusi dari masalah tersebut, sedangkan guru lebih banyak memfasilitasi saja.


(16)

Materi kesetimbangan kimia merupakan salah satu materi pelajaran kimia yang berkaitan langsung dengan pengetahuan alam yang sering dijumpai di lingkungan sekitar. Materi ini merupakan materi yang menyajikan fakta-fakta tentang peris-tiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembelajaran problem solving, siswa diajak untuk menyelesaikan masalah-masalah yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan kesetimbangan kimia dan juga menuntun siswa untuk menemukan konsep secara sistematis, sehingga pe-mahaman siswa terhadap materi kesetimbangan kimia akan lebih mendalam dan siswa dapat menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemikiran tersebut, pembelajaran problem solving akan efektif dalam meningkat-kan penguasaan konsep kesetimbangan kimia siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan penguasaan konsep materi kesetimbangan kimia siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 pada kedua kelas diusahakan sekecil mungkin sehingga dapat diabaikan.

2. Perbedaan penguasaan konsep kesetimbangan kimia pada kelas kontrol dan kelas eksperimen semata-mata karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.


(17)

G. Hipotesis Umum

Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis umum dengan perumusan sebagai berikut:

Model pembelajaran problem solving efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep kesetimbangan kmia siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandar Lampung


(18)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 yang berjumlah 158 siswa dan tersebar dalam empat kelas, yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3 dan XI IPA 4.

2. Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive

sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbang-an tertentu ypertimbang-ang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkpertimbang-an ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Berdasarkan teknik tersebut diperoleh satu kelas sebagai kelompok eksperimen yang menerapkan pembelajaran problem solving, sedangkan kelas berikutnya adalah kelompok kontrol yang menggunakan pembe-lajaran konvensional. Berdasarkan teknik tersebut maka diperoleh kelas XI IPA4 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA3 sebagai kelas kontrol.


(19)

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil tes setelah pembelajaran diterapkan (posttest).

Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen

C. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Di dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Tes yang dilakukan sebelum perlakuan disebut pretest dan sesudah perlakuan disebut postest. Kegiatan dalam tahap pelaksanaan ini meliputi:

a. Pelaksanaan pretest untuk mengukur penguasaan konsep awal siswa. Soal pre-test terdiri dari 20 soal pilihan jamak dan 5 essay.

b. Pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal penyajian materi pokok dan dilaksanakan dalam rentang waktu yang telah ditentukan.

c. Pelaksanaan postest untuk melihat perbedaan penguasaan konsep antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Soal postest terdiri dari 20 soal pilihan jamak dan 5 soal essay yang berbeda dengan soal pretest.


(20)

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian, seperti ditunjukkan pada alur berikut:

Gambar 1. Alur Penelitian

2. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan Non Equivalent Pretest-Postest Control Group Design (Sugiyono, 2002) Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu:

Tabel 1. Desain penelitian

Pretest Perlakuan Postest

Kelas ksperimen O1 X O2

Kelas kontrol O1 - O2

Analisis

Kesimpulan Posttest

Kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional Kelas

Eksperimen model pembelajaran

problem solving

Tahap persiapan dan observasi

Penetapan populasi dan sampel


(21)

O1 adalah pretest yang diberikan sebelum diberikan perlakuan, O2 adalah postest yang diberikan setelah diberikan perlakuan. X adalah perlakuan berupa penerapan pembelajaran problem solving. – adalah perlakuan berupa pembelajaran

konvensional. Soal pada pretest dan posttest berbeda.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah pembelajaran problem solving dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah penguasaan konsep kesetimbangan kimia dari siswa SMA Negeri 7 Bandar Lampung.

E. Instrumen Penelitian

1. Instrumen

Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah :

a. LKS Kimia yang berbasis problem solving dan LKS kimia yang biasa digunakan pada materi pokok kesetimbangan kimia.

b. Soal pretes terdiri dari 20 soal pilihan jamak dan 5 soal essay dan posttes terdiri dari 20 soal pilihan jamak dan 5 soal essay.

c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus yang sesuai dengan standar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks


(22)

pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment atau keputusan ahli dan pengujian empirik.

Instrumen pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992). Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.

Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka diminta seorang ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dr. Ratu Beta R, M.Si sebagai dosen pembimbing penelitian untuk mengujinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan

a. Peneliti meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 7 Bandar lampung untuk melaksanakan penelitian.

c. Peneliti menentukan pokok bahasan yang akan diteliti berdasarkan data nilai kimia Tahun Pelajaran 2011-2012 yang cukup rendah.


(23)

2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan

Peneliti menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan instrumen tes.

b. Tahap pelaksanaan proses pembelajaran.

1) Memberikan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa. 3) Membimbing siswa menemukan konsep kimia yang akan dicapai dengan

menggunakan media LKS berbasis strategi problem solving pada kelas

eksperimen dan mejelaskan konsep kimia yang akan dicapai pada kelas kontrol. 4) Membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran.

5) Memberikan posttest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Tabulasi dan analisis data


(24)

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan di bawah ini:

Observasi Penyusunan Pendahuluan Instrumen

Pelaksanaan

Pembelajaran dan Uji Coba Tes Pengumpulan Data

Analisis Penyimpulan data

Data

Gambar 2. Bagan Prosedur Pelaksanaan Penelitian

G. Analisis Data

1. Hipotesis statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). H0 : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep kesetimbangan kimia yang diberi

pembelajaran menggunakan strategi problem solving lebih rendah atau sama dengan rata-rata gain penguasaan konsep yang diberi pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 7 Bandar Lampung.

H0 : µ1x≤ µ2x

H1 : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep kesetimbangan kimia yang diberi pembelajaran menggunakan strategi problem solving lebih tinggi daripada yang diberi pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 7 Bandar Lampung.


(25)

Keterangan :

µ1 : Rata-rata n-Gain (x) dengan pembelajaran problem solving. µ2 : Rata-rata n-Gain (x) dengan pembelajaran konvensional. x : Penguasan konsep kesetimbangan kimia

2. Teknik analisis data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Nilai pretest dan postest dirumuskan sebagai berikut:

Data yang diperoleh kemudian dicari gain ternormalisasinya kemudian dianalisis menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas dua varians.

a. Gain ternormalisasi

Setelah sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest, dianalisis untuk mengetahui besarnya peningkatan penguasaan konsep kesetimbangan kimia siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menurut Meltzer besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi ( normalized gain), yaitu :

Data gain ternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya kemudian digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.

100 x maksimal

skor

benar yang jawaban skor

Siswa Nilai 


(26)

b. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam mengolah data, yang paling penting adalah untuk menentukan apakah menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik. Untuk menguji normalitas data sampel yang diperoleh yaitu gain ternormalisasi dapat digunakan uji Chi-Kuadrat. Uji normalitas ini dilakukan juga untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah: H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut:

a) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah. b) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas. c) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.

d) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.

e) Menghitung nilai z dari setiap batas kelas dalam Sudjana (2002) dengan

rumus: Z=

dimana S adalah simpangan baku dan adalah rata-rata sampel

f) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan tabel.

g) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva dalam Sudjana (2002)


(27)

= Chi–kuadrat

Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan

h) Membandingkan harga Chi–kuadrat dengan tabel Chi–kuadrat de-ngan taraf signifikan 5%

i) Menarik kesimpulan, jika maka databerdistribusi normal atau terima H0

c. Uji homogenitas dua varians

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian homogen, yang selanjutnya untuk menentukan statistik t yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:

H0 = 12 22 (data penelitian mempunyai variansi yang homogen)

H1 = 12 22 (data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen)

Untuk menguji kesamaan dua varians dalam Sudjana (2002)

digunakan rumus sebagai berikut:

Untuk menguji apakah kedua varians tersebut sama atau tidak, maka Fhitung dikon-sultasikan dengan Ftabel. Menggunakan α = 5 % dengan dk pembilang = banyaknya data terbesar dikurangi satu dan dk penyebut = banyaknya data yang terkecil diku-rangi satu. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima. Yang berarti kedua kelompok tersebut mempunyai varians yang sama atau dikatakan homogen.


(28)

d. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa pengaruh per-lakuan terhadap sampel dengan melihat gain ternormalisasi penguasaan konsep kesetimbangan kimia yang lebih tinggi antara pembelajaran problem solving dengan pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 7 Bandar Lampung.

Rumusan hipotesis

H0 : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep kesetimbangan kimia yang diberi pembelajaran problem solving lebih rendah dibandingkan dengan yang diberi pembelajaran konvensional siswa SMA Negeri 7 Bandar

Lampung.

H1 : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep konsep kesetimbangan kimia yang diberi pembelajaran problem solving lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi pembelajaran konvensional siswa SMA Negeri 7 Bandar Lampung.

Oleh karena data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t (Sudjana, 2002):

2 1 2 1 1 1 n n s X X thitung  

 , dengan

2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s Keterangan :

thitung = Kesamaan dua rata-rata

1

X = Gain rata-rata kelas eksperimen

2


(29)

s = Standar Deviasi s2 = Varians

n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

2 1

s = varians kelas eksperimen 2

2

s = varians kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika –ttabel < thitung < ttabeldengan derajat ke-bebasan d(k) = n1 + n2– 2 dan tolak H0 untukharga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1- α ).

n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

R1 = peringkat (rank) kelas eksperimen R2 = peringkat (rank) kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian: terima Ho jika –Utabel < Uhitung < Utabeldengan derajat ke-bebasan d(k) = n1 + n2– 2 dan tolak H0 untukharga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1- α ).

Kriteria pengujian hipotesis nol untuk uji-t adalah sebagi berikut:

Terima H0 jika thitung < ttabeldengan derajat ke-bebasan d(k) = n1 + n2– 2 dan tolak H0 untukharga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α).


(30)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Model pembelajaran problem solving efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep kesetimbangan kimia siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung. 2. Pembelajaran problem solving pada materi kesetimbangan kimia efektif dalam

me-ningkatkan penguasaan konsep siswa, karena setiap tahap pembelajarannya dapat melatih siswa menggunakan pola pikir yang terstruktur dan sistematis sehingga mampu mengkombinasikan konsep-konsep yang telah didapat sebelumnya dalam memecahkan suatu masalah yang lebih sulit.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Pembelajaran problem solving hendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi kesetimbangan kimia karena terbukti efektif dalam mening-katkan penguasaan konsep siswa.


(31)

2. Agar penerapan pembelajaran problem solving berjalan efektif, hendaknya guru menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran, serta guru harus memiliki kreativitas dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.

3. Agar penerapan pembelajaran problem solving berjalan maksimal, hendaknya guru mempersiapkan lebih awal hal-hal yang menunjang proses pembelajaran yang akan dilakukan siswa dan lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Jurnal. Tanggal akses 28 Juni 2011. http://www.docstoc.com/docs/ 68059517/normalitas-homogenitasuji-t-validitas-reliabilitasgain

Anonim. 2007. Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif. Depdiknas. Jakarta.

Arikunto, S. 2004. Penilaian Program Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta.

Arikunto,S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta. Bell, M.B.G. 1994. Belajar dan Membelajarkan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta BouJaoude, S dan Barakat, H. 2003. Students' Problem Solving Strategies in Stoichiometry

and their Relationships to Conceptual Understanding and Learning Approaches.

American University. Beirut.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, S.B dan A. Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Djsastra, Y.D. 1985. Metode-Metode Mengajar 2. Bina Aksara. Bandung.

Nasution, S. 2006. Berbagai Pendekatan dalam proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Nessinta, Nina. 2009. Penerapan Metode Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Asam Basa. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Nickerson, R, et al. 1985. Teaching of Thinking. New Jersey : Lewrence : Erlboun Association.

Panen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Polya, G. 1973. How to Solve it. Princeton, New Jersey. Princeton Univercity Press. Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung


(33)

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Group. Jakarta.

Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Septiekosari. 2009. Skripsi. Universitas Muhamadiyah surakarta. Tanggal akses: 12 Maret 2011. http://etd.eprints.ums.ac.id/4826/.

Sudjana, N. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme.


(34)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN

KIMIA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG

Oleh Eti Nurmayanti

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran problem solving dalam meningkatkan penguasaan konsep kesetimbangan kimia siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling. Penelitian ini menggu-nakan metode kuasi eksperimen dengan Non Equivalent Pretest-Postest Control Group Design. Besarnya peningkatan penguasaan konsep dalam pembelajaran ini diukur berdasarkan rumus gain ternormalisasi (n-Gain) yang dikemukakan oleh Meltzer. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata n-Gain penguasaan konsep pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, masing-masing sebesar 0,20 dan 0,35. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji-t dapat disimpulkan bah-wa rata-rata peningkatan penguasaan konsep kesetimbangan kimia pada kelas yang diterapkan pembelajaran problem solving lebih tinggi dibandingkan kelas dengan pembelajar-an konvensional. Hal ini menunjukkpembelajar-an bahwa model pembelajarpembelajar-an problem


(35)

Kata kunci : Pembelajaran problem solving, pembelajaran konvensional, penguasaan konsep


(36)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Penelitian ... 20 2. Bagan prosedur pelaksanaan penelitian ... 24 3. Rata-rata perolehan nilai pretes dan postes penguasaan konsep siswa

di kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 32 4. Rata-rata n-Gain penguasaan konsep di kelas kontrol dan kelas


(37)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Teori Belajar Perkembangan Kognitif Jean Piaget ... 7

B. Pembelajaran Konstruktivisme ... 9

C. Problem Solving ... 10

D. Penguasaan Konsep ... 14

E. Kerangka Pemikiran ... 15

F. Anggapan Dasar ... 16

G. Hipotesis Umum ... 17

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 18

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18

B. Jenis dan Sumber Data ... 19

C. Metode dan Desain Penelitian ... 19

D. Variabel Penelitian ... 21

E. Instrumen Penelitian ... 21


(38)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 30

B. Pembahasan ... 35

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Simpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 45

LAMPIRAN 1. Silabus Eksperimen ... 47

2. RPP Eksperimen ... 54

3. Silabus Kontrol ... 99

4. RPP Kontrol ... 104

5. LKS Eksperimen ... 157

6. Kisi-Kisi Soal Pretes ... 194

7. Soal Pretes ... 202

8. Rubrik Penilaian Soal Pretes ... 209

9. Kisi-Kisi Soal Postes ... 214

10.Soal Postes ... 217

11.Rubrik Penilaian Soal Postes ... 223

12.Perhitungan ... 226

13.Lembar Penilaian Aspek Afektif ... 247

14.Lembar Aktifitas Siswa ... 257

15.Observasi Kinerja Guru ... 263

16.Surat Keterangan Penelitian Pendahuluan ... 269

17.Surat Keterangan Izin Penelitian ... 270

18.Daftar Hadir Seminar Proposal ... 271

19.Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian Pendahuluan ... 272

20.Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 273


(39)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Desain Penelitian ... 20 2. Perolehan nilai pretes, postes dan n-Gain penguasaan konsep di kelas


(40)

MOTTO

“Ketulusan hati mengatakan kepadaku tentang kebenaran dan

kejujuran mengatakan kebenaran kepada orang lain”.

(Spancer Johnson)

“Sesungguhnya kemarin adalah impian yang telah lewat,

sementara esok adalah cita-cita yang indah dan sekarang

adalah kenyataan yang sedang terjadi”

(Dr. Aidh Abdullah Al-Qarni)

Kesuksesan terbesar bukanlah saat kita mengerti apa yang orang lain tak mengerti, menang saat orang lain kalah

Tetapi, kesuksesan terbesar adalah saat kita mampu memberi apa yang orang lain tak miliki .


(41)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAM PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN

KIMIA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG

Oleh

ETI NURMAYANTI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(42)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM

MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG Nama Mahasiswa : Eti Nurmayanti

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743023017 Program Studi :Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ratu Betta Rudhibyani, M.Si. Dra. Chansyanah Diawati, M.Si.

NIP 19570201 198103 2 001 NIP 19660824 199111 2 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(43)

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ratu Betta Rudhibyani, M.Si. ____________

Sekretaris: : Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. ____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Noor Fadiawati, M.Si. _____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(44)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Eti Nurmayanti NPM : 0743023017 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan/Fakultas : Pendidikan MIPA/KIP

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah di ajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Mei 2012 Yang menyatakan,

Eti Nurmayanti NPM. 0743023017


(45)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati

kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada:

Teristimewa untuk Ibundaku (alm), doaku

Semoga segala amal ibadah ibu selama masih hidup Diterima Allah S.W.T dan diberi tempat

Yang mulia di sisi-NYA

dan ayahandaku tercinta... Terimakasih atas doa,

kasih sayang, materi dan harapan yang telah ayah berikan . Jerih payah dan kerja keras Ibu dan ayah

tidak akan terlupakan

dan semoga Allah SWT berkenan membalas semua jasa dan pengorbananmu.

kakakku lisma dan adikku eza tersayang,...

Terima kasih atas keceriaan dan semangat yang telah kalian berikan.

Untuk seseorang yang menjadi motivatorku,

Terimakasih atas waktu, perhatian dan semangat Yang selalu tercurah untukku


(46)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Punggur pada tanggal 05 November 1989, anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Muksan dan Ibu Welas Asih (Alm).

Penulis mengawali pendidikan formal di TK Pertiwi yang diselesaikan pada tahun 1995. Tahun 1995 diterima di SD Negeri 01 Totokaton yang diselesaikan pada tahun 2001. Tahun 2001 diterima di SMP Negeri 1 Punggur yang

diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 masuk SMA Negeri 1 Punggur yang diselesaikan tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia melalui jalur non SPMB.

Dalam bidang akademik, penulis pernah menjadi asisten pada praktikum Kimia Dasar 1, dan Kimia Larutan. Penulis juga pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan ke Jakarta-Jogja-Bandung pada tahun 2009 dan telah menyelesaikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA YP Unila Bandar Lampung. Selain itu, penulis juga pernah mendapatkan beasiswa dari Dinas Pendidikan Bandar Lampung.


(47)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirraahiem

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Problem solving dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep Kesetimbanngan Kimia Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis ter-batas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat memban-tu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengu-capkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., sebagai Dekan FKIP universitas Lampung. 2. Bapak Dr.Caswita, M.Si., sebagai Ketua Jurusan PMIPA.

3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Kimia.

4. Ibu Dr. Ratu Betta Rudhibyani M.Si., sebagai pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan masukan, semangat, bimbingan dan

membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si., sebagai Pembimbing II atas segala keikhlasan dan kesabarannya untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.


(48)

7. Teristimewa untuk orang tuaku tercinta, kakak-adikku (Lisma dan Eza tersayang), dan Uwo, yang sudah menjadi sumber inspirasi dan semangat hidupku. Terima kasih untuk segala doa serta dukungan kalian untuk harapan dan keberhasilanku.

8. Untuk seseorang yang selama 3 tahun telah senantiasa setia menemani keluh kesahku, terima kasih atas kasih sayang, keikhlasan dan dorongan semangat yang tak pernah lelah kau berikan setiap waktu.

9. Cinta-cintaku : Yanti, Nita, Esti, Dian, Pepin, serta Cule, Made dan Rosa atas arti persahabatan dan perhatian yang telah terjalin semenjak kita berada di P. Kimia semoga persahabatan kita tidak lekang dimakan oleh usia. Amin. 10.Teman-temanku di P. Kimia’07 : Berti, Nina, Kiki, Rere, Wayan, Rosita,

Eliska, Iis, Pazar, Ralek, Dian, Adis, dan semua angkatan ’07 yang tidak dapat disebut satu persatu, atas persaudaraan dan kebersamaannya.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, April 2012


(1)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ratu Betta Rudhibyani, M.Si. ____________

Sekretaris: : Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. ____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Noor Fadiawati, M.Si. _____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(2)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Eti Nurmayanti NPM : 0743023017 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan/Fakultas : Pendidikan MIPA/KIP

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah di ajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Mei 2012 Yang menyatakan,

Eti Nurmayanti NPM. 0743023017


(3)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati

kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada:

Teristimewa untuk Ibundaku (alm), doaku

Semoga segala amal ibadah ibu selama masih hidup Diterima Allah S.W.T dan diberi tempat

Yang mulia di sisi-NYA

dan ayahandaku tercinta... Terimakasih atas doa,

kasih sayang, materi dan harapan yang telah ayah berikan . Jerih payah dan kerja keras Ibu dan ayah

tidak akan terlupakan

dan semoga Allah SWT berkenan membalas semua jasa dan pengorbananmu.

kakakku lisma dan adikku eza tersayang,...

Terima kasih atas keceriaan dan semangat yang telah kalian berikan.

Untuk seseorang yang menjadi motivatorku,

Terimakasih atas waktu, perhatian dan semangat Yang selalu tercurah untukku


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Punggur pada tanggal 05 November 1989, anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Muksan dan Ibu Welas Asih (Alm).

Penulis mengawali pendidikan formal di TK Pertiwi yang diselesaikan pada tahun 1995. Tahun 1995 diterima di SD Negeri 01 Totokaton yang diselesaikan pada tahun 2001. Tahun 2001 diterima di SMP Negeri 1 Punggur yang

diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 masuk SMA Negeri 1 Punggur yang diselesaikan tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia melalui jalur non SPMB.

Dalam bidang akademik, penulis pernah menjadi asisten pada praktikum Kimia Dasar 1, dan Kimia Larutan. Penulis juga pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan ke Jakarta-Jogja-Bandung pada tahun 2009 dan telah menyelesaikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA YP Unila Bandar Lampung. Selain itu, penulis juga pernah mendapatkan beasiswa dari Dinas Pendidikan Bandar Lampung.


(5)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirraahiem

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Problem solving dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep

Kesetimbanngan Kimia Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis ter-batas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat memban-tu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengu-capkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., sebagai Dekan FKIP universitas Lampung. 2. Bapak Dr.Caswita, M.Si., sebagai Ketua Jurusan PMIPA.

3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Kimia.

4. Ibu Dr. Ratu Betta Rudhibyani M.Si., sebagai pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan masukan, semangat, bimbingan dan

membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si., sebagai Pembimbing II atas segala keikhlasan dan kesabarannya untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.


(6)

6. Ibu Dr. Noor Fadiawati M.Si., sebagai Pembahas atas segala masukan dan bimbingan, saran, nasehat, dan doa yang diberikan.

7. Teristimewa untuk orang tuaku tercinta, kakak-adikku (Lisma dan Eza tersayang), dan Uwo, yang sudah menjadi sumber inspirasi dan semangat hidupku. Terima kasih untuk segala doa serta dukungan kalian untuk harapan dan keberhasilanku.

8. Untuk seseorang yang selama 3 tahun telah senantiasa setia menemani keluh kesahku, terima kasih atas kasih sayang, keikhlasan dan dorongan semangat yang tak pernah lelah kau berikan setiap waktu.

9. Cinta-cintaku : Yanti, Nita, Esti, Dian, Pepin, serta Cule, Made dan Rosa atas arti persahabatan dan perhatian yang telah terjalin semenjak kita berada di P. Kimia semoga persahabatan kita tidak lekang dimakan oleh usia. Amin. 10.Teman-temanku di P. Kimia’07 : Berti, Nina, Kiki, Rere, Wayan, Rosita,

Eliska, Iis, Pazar, Ralek, Dian, Adis, dan semua angkatan ’07 yang tidak dapat disebut satu persatu, atas persaudaraan dan kebersamaannya.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, April 2012


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

0 3 35

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN OBSERVASI DAN PENGUASAAN KONSEP KOLOID SISWA XI IPA SMA PERSADA BANDAR LAMPUNG (Kuasi Eksperimen pada kelas XI IPA SMA Persada Bandar Lampung TP 2011-2012)

0 5 49

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI IPA SMA GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG TP 2011/2012

0 7 47

EFEKTIVITAS MODEL SIKLUS BELAJAR PDEODE PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA

0 6 55

EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA

0 9 51

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA

0 21 42

EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA

0 13 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKLASIFIKASI DAN PENGUASAAN KONSEP

0 8 46

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI KOLOID

0 10 74

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA SISWA

0 12 51