Sosiologi 002

(1)

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte(1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentangmasyarakat.

Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya.[butuh rujukan] Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial.

Daftar isi

[sembunyikan] 1

Sejarah istilah sosiologi 2

Pokok bahasan sosiologi 3

Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi 4

Kegunaan Sosiologi 5

Objek Sosiologi 6

Ruang Lingkup Kajian Sosiologi 7

Perkembangan sosiologi dari abad ke abad 7.1

Perkembangan pada abad pencerahan 7.2

Pengaruh perubahan yang terjadi pada abad pencerahan 7.3

Gejolak abad revolusi 7.4

Kelahiran sosiologi modern 8

Referensi 9

Lihat pula 10

Baca lebih lanjut 11

Pranala Luar

Sejarah istilah sosiologi[sunting | sunting sumber] Rangkaian dari

Sains


(2)

Sains fisik [tampilkan]

Sains kehidupan [tampilkan] Ilmu sosial [tampilkan] Ilmu terapan [tampilkan] Antardisiplin [tampilkan]

Portal

Kategori l

b

s

Potret Auguste Comte.

1842: Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comtetahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi.[butuh rujukan] Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial.[butuh rujukan] Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap


(3)

tahap peradaban manusia.[butuh rujukan] Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi dinamisdimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi.[butuh rujukan]Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, danPitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa).[butuh rujukan] Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.[butuh rujukan] Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis.[butuh rujukan]Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.

1876: Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sociology dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.

Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.

Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.

Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sociology. Pokok bahasan sosiologi[sunting | sunting sumber]

Pokok bahasan sosiologi ada empat:

1. Fakta sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut.[butuh rujukan]

Contoh, di sekolah seorang murid diwajibkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).

2. Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.[butuh rujukan]

Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.

3. Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia.[butuh


(4)

rujukan] Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah permasalahan (troubles) dan isu (issues). Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Isu merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.

Contoh, jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu adalah masalah. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran tersebut merupakan isu, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.

4. Realitas sosial adalah pengungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi[sunting | sunting sumber]

Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu pengetahuan. Menurut Harry M. Johnson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut.[1]

Empiris, yaitu didasarkan pada observasi (pengamatan) dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulasi (menduga-duga).

Teoretis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.

Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.

Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.

Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut.[2]

Sosiologi adalah ilmu sosial, bukan ilmu pengetahuan alam atau ilmu pasti (eksakta) karena yang dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan.

Sosiologi termasuk disiplin ilmu kategori, bukan merupakan disiplin ilmu normatif karena sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi.

Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) dan dalam perkembangannya sosiologi menjadi ilmu pengetahuan terapan (applied science).


(5)

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret. Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.

Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut metode yang digunakan.

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang ada pada interaksi antara manusia.

Kegunaan Sosiologi[sunting | sunting sumber] Kegunaan Sosiologi dalam masyarakat,antara lain: Untuk pembangunan

Sosiologi berguna untuk memberikan data-data sosial yang diperlukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembangunan

Untuk penelitian

Tanpa penelitian dan penyelidikan sosiologis tidak akan diperoleh perencanaan sosial yang efektif atau pemecahan masalah-masalah sosial dengan baik

Objek Sosiologi[sunting | sunting sumber]

Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek.[3] Objek Material

Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri. Objek Formal

Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.

Objek budaya

Objek budaya salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan yang lain.

Objek Agama

Pengaruh dari objek dari agama ini dapat menjadi pemicu dalam hubungan sosial masyarakat, dan banyak juga hal-hal ataupun dampak yang memengaruhi hubungan manusia.

Ruang Lingkup Kajian Sosiologi[sunting | sunting sumber]

Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada bidangnya dengan cara bervariasi.[4] Misalnya seorang sosiolog mengkaji dan mengamati


(6)

kenakalan remaja di Indonesia saat ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Hampir semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota baik individu ataupun kelompok, merupakan ruang kajian yang cocok bagi sosiologi, asalkan menggunakan prosedur ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial lainnya. [5] Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok di lingkungan masyarakat. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut jika dirincikan menjadi beberapa hal, misalnya antara lain:[6]

Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam;

Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa yang dialami warganya;

Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat, dan sebagainya.

Sosiologi menggabungkan data dari berbagai ilmu pengetahuan sebagai dasar penelitiannya. Dengan demikian sosiologi dapat dihubungkan dengan kejadian sejarah, sepanjang kejadian itu memberikan keterangan beserta uraian proses berlangsungnya hidup kelompok-kelompok, atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kelompok manusia. Sebagai contoh, riwayat suatu negara dapat dipelajari dengan mengungkapkan latar belakang terbentuknya suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara pada masa yang akan datang. Sosiologi mempertumbuhkan semua lingkungan dan kebiasaan manusia, sepanjang kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia dan dapat memengaruhi pengalaman yang dirasakan manusia, serta proses dalam kelompoknya. Selama kelompok itu ada, maka selama itu pula akan terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme, masalah, dan perkembangan sifat kelompok tersebut. Semua faktor tersebut dapat memengaruhi hubungan antara manusia dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi.

Perkembangan sosiologi dari abad ke abad[sunting | sunting sumber] Perkembangan pada abad pencerahan[sunting | sunting sumber]

Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu,

seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran.

Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir pada abad pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya.

Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang


(7)

Berkembangnya ilmu pengetahuan pada abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak pada abad ini. Para ahli pada zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia.

Pengaruh perubahan yang terjadi pada abad pencerahan[sunting | sunting sumber]

Perubahan-perubahan besar pada abad pencerahan, terus berkembang secara revolusioner sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat struktur masyarakat lama berganti dengan struktur yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat.

Gejolak abad revolusi[sunting | sunting sumber]

Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangsawan dan kaum Rohaniwan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.

Revolusi Perancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas

Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini.

Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :

Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.


(8)

Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal.

Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.

Kelahiran sosiologi modern[sunting | sunting sumber]

Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).

Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar masyarakat pun tak terelakkan.

Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern.

Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam ilmu sosiologi

engertian Sosiologi, Konsep, Manfaat, Metode Penelitian, Sejarah, Objek, Tujuan, Hakikat, Realita Sosial, Kajian, Mengenai Masyarakat, Hubungan, Lingkungan - Apa yang kalian ketahui tentang ilmu? Samakah dengan pengetahuan? Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang memiliki ciri-ciri tertentu sehingga dapat dibedakan antara ilmu yang satu dan yang lainnya. Adapun pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indera. Hal ini juga merupakan sesuatu yang diketahui dari hasil bernalar dan pengalaman yang dapat dibedakan antara kepercayaan (beliefs), takhayul (superstitions), dan khayalan (idea). Pengetahuan berasal dari kata tahu, yang berarti mengetahui sesuatu, kemudian diyakini oleh manusia. Setelah meyakini rasa tahu tersebut, disepakati bersama dalam sebuah ilmu.

Dalam bab ini Anda akan mempelajari wujud ilmu pengetahuan yang berkisar tentang pemahaman mengenai masyarakat dan individu-individu di dalamnya, yang terdapat dalam sosiologi. Sosiologi membahas berbagai macam proses sosial masyarakat, perubahan-perubahannya, dan seluruh realitas yang berlangsung di dalamnya.


(9)

A. Sosiologi sebagai Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) berbeda dengan ilmu pengetahuan (science). Pengetahuan bersifat abstrak karena lahir dari renungan-renungan. Adapun ilmu pengetahuan bersifat empiris (berdasarkan pengalaman indera). Contoh ilmu pengetahuan adalah matematika dan fisika, sedangkan contoh pengetahuan adalah agama dan kepercayaan yang berada di luar jangkauan pengalaman manusia. Ilmu pengetahuan harus memiliki suatu hakikat dan tujuan tertentu, termasuk upayanya dalam menegakkan kebenaran. Oleh karena banyak ilmu yang bermula dari pengetahuan manusia, apakah pengetahuan manusia tersebut dapat digolongkan sebagai ilmu pengetahuan? Padahal pengetahuan yang digolongkan menjadi ilmu itu bersifat ilmiah (scientific) dan objektif (objective)?

Pertanyaan tersebut bertujuan untuk mengukur tingkat keilmiahan dan keobjektifan pengetahuan manusia. Untuk lebih jelasnya, perlu diketahui seperti apa pengetahuan ilmiah dan objektif tersebut. Jadi, unsur pokok dari ciri-ciri keilmuan ditentukan sebagai sesuatu yang ingin diketahui atau sesuatu yang menjadi objek kajiannya. Misalnya, secara ontologis, sosiologi mencoba untuk mengetahui masyarakat. Secara epistemologis, sosiologi menggunakan metode-metode dalam pengamatannya. Secara aksiologis, sosiologi mencoba untuk mencapai tujuan setelah diketahui sifat-sifat masyarakat.

Secara sederhana, ciri-ciri keilmuan (scientific) didasarkan pada jawaban yang diberikan ilmu terhadap ketiga pertanyaan pokok yang mencakup sebagai berikut.

1. Apa yang ingin diketahui (ontologi)?

2. Bagaimana cara mendapatkan pengetahuan (epistemologi)?

3. Apa nilai kegunaan dari pengetahuan tersebut bagi kita (aksiologi)?

Sesuatu yang ingin diketahui dari sebuah ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang menjadi bidang kajiannya. Untuk mendapatkannya akan dilakukan melalui proses yang dinamakan metode ilmiah. Adapun dari apa yang didapatkan tersebut harus memiliki nilai guna yang dapat menunjang kehidupan manusia. Jika dilihat dari aspek kebutuhannya, ada sejumlah kebutuhan hierarkis, misalnya kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.


(10)

Hal ini telah menjadikan manusia sebagai makhluk hidup yang keberadaan dan dinamika hidupnya senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran sesamanya. Kecenderungan menyukai dan membutuhkan kehadiran sesamanya itu merupakan salah satu kebutuhan dasar baginya, yaitu yang disebut kebutuhan sosial (social need). Manusia telah menjadikan dirinya hidup berkelompok dan membentuk suatu masyarakat yang selalu berinteraksi serta terorganisasi. Semua itu dilakukan manusia semata-mata untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka mempertahankan hidupnya di muka bumi. Kedinamisan manusia terwujud dalam perubahan yang telah membuatnya sebagai makhluk yang serba bervariasi, seperti tempat tinggal yang bervariasi, ras yang bervariasi, dan kebudayaan nya yang bervariasi. Oleh karena itu, studi manusia dan masyarakat tidak cukup hanya menggunakan satu disiplin ilmu, tetapi membutuhkan banyak disiplin ilmu sehingga setiap ilmu secara khusus dapat menelaah setiap perkembangan dimensi yang dimiliki manusia.

1.1. Sejarah Perkembangan Sosiologi

Sosiologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial. Adapun yang dimaksud dengan ilmu sosial ialah keseluruhan disiplin ilmu yang berhubungan dengan manusia, yang di dalamnya terdapat unsur dalam membentuk kehidupan masyarakat dan budaya. Seperti ilmu-ilmu sosial yang lain, pada awalnya sosiologi merupakan bagian dari filsafat sosial. Hal ini disebabkan karena pada saat itu pembahasan tentang masyarakat hanya berkisar pada hal-hal yang menarik perhatian umum saja, seperti perang, konflik sosial, dan kekuasaan dalam kelas-kelas penguasa. Dengan demikian pada perkembangan selanjutnya, pembahasan tentang masyarakat, meningkat pada cakupan yang lebih mendalam, yakni menyangkut susunan kehidupan yang diharapkan, dan norma-norma yang harus ditaati oleh seluruh anggota masyarakat.

Pada abad ke-19, seorang filsuf Prancis bernama Auguste Comte (1798–1857) mengemukakan kekhawatirannya atas keadaan masyarakat Prancis setelah pecahnya Revolusi Prancis. Dampak revolusi tersebut, selain menimbulkan perubahan positif dengan munculnya iklim demokrasi, revolusi juga telah mendatangkan perubahan negatif berupa konflik antar kelas yang mengarah pada anarkisme di dalam masyarakat Prancis. Konflik ini dilatarbelakangi oleh ketidaktahuan masyarakat nya dalam mengatasi perubahan atau hukum-hukum seperti yang dapat digunakan untuk mengatur stabilitas masyarakat.

Atas dasar ini, Comte menyarankan agar penelitian tentang masyarakat perlu ditingkatkan menjadi sebuah ilmu yang berdiri sendiri dengan penelitiannya yang didasarkan pada


(11)

metode ilmiah. Dari sinilah lahir sosiologi sebagai ilmu yang paling muda dalam ilmu-ilmu sosial. Istilah sosiologi dipopulerkan Comte dalam bukunya yang berjudul Cours de Philosophie Positive (1830), yang dalam buku tersebut dijelaskan bahwa objek sosiologi adalah manusia atau masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, Auguste Comte bisa dikategorikan sebagai salah satu pendiri sosiologi.

Sosiologi sebagai ilmu, tentunya memiliki kriteria-kriteria keilmuan, yaitu sebagai berikut.

1. Empiris, yang penelitiannya tentang masyarakat didasarkan pada hasil observasi (pengalaman).

2. Teoretis, dibangun dari konsep-konsep hasil observasi dan logis serta memiliki tujuan untuk menjelaskan hubungan sebab–akibat.

3. Kumulatif, yang teorinya dibangun berdasarkan teori-teori sebelumnya dengan tujuan memperbaiki, memperluas, dan memperhalus teori lama.

4. Nonetis, dilakukan bukan untuk mencari baik buruknya suatu fakta, melainkan menjelaskannya secara analitis.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat yang ditandai dengan semakin kompleksnya unsur-unsur kemasyarakatan, sosiologi dipersempit menjadi bidang-bidang:

1. Sosiologi Industri,

2. Sosiologi Ekonomi,

3. Sosiologi Kesehatan,

4. Sosiologi Militer,

5. Sosiologi Politik,

6. Sosiologi Pendidikan,

7. Sosiologi Budaya,

8. Sosiologi Agama,


(12)

10.Sosiologi Hukum, dan

11.Sosiologi Pertanian.

Di dunia Arab, dikenal nama Ibnu Khaldun (1332–1406). Dalam buku Muqaddimah yang ia tulis, terdapat pemikiran sosiologis lebih terperinci dan sangat maju sehingga ia sering juga disebut sebagai peletak batu pertama dari sosiologi sebagai ilmu. (Sumber: Sosiologi, 1984) Sosiologi berasal dari kata Latin socius, dan kata Yunani yaitu logos. Socius berarti kawan atau teman, dan logos berarti pengetahuan. Dengan demikian, sosiologi berarti pengetahuan tentang perkawanan atau pertemanan. Pengertian pertemanan ini kemudian diperluas cakupannya menjadi sekelompok manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat, atau bisa disebut dengan masyarakat. Dengan demikian, sosiologi diartikan sebagai pengetahuan tentang hidup bermasyarakat. Kata socius dibentuk dari kata “sosial” yang diartikan sebagai “serba berjiwa kawan,” “serba terbuka” untuk orang lain, untuk memberi dan menerima, untuk umum. Kebalikan dari “sosial” adalah “individual,” yaitu serba tertutup.

Sampai saat ini sepertinya belum dibakukan istilah sosiologi secara utuh, yang dapat mewakili dan menghimpun seluruh definisi yang ada. Sementara, beberapa ahli mengemukakan pendapatnya yaitu sebagai berikut.

1. Pitirim A. Sorokin mengemukakan bahwa sosiologi sebagai ilmu, mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya, gejala ekonomi, gejala agama, gejala keluarga, dan gejala moral). Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan gejala non sosial (gejala geografis, biologis) menjadi ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.

2. Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi mempelajari hubungan antar manusia dalam kelompok-kelompok.

3. William F. Oghburn dan Mayer F. Nimkoff mengemukakan bahwa sosiologi adalah penelitian ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.

4. Max Weber mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang berupaya untuk memahami tindakan-tindakan sosial.

5. Emile Durkheim mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yaitu fakta yang berisikan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu. Fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.


(13)

6. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi mengemukakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan sosial.

7. Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.

1.3. Objek dan Tujuan Sosiologi

Sebagai bagian dari ilmu sosial, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari hubungan antar manusia dan proses yang timbul akibat dari hubungan tersebut. Fokus utama sosiologi dari objek masyarakat tersebut adalah gejala, proses pembentukan, serta mempertahankan kehidupan masyarakat, juga proses runtuhnya sistem hubungan antar manusia. Dengan demikian, objek sosiologi terbagi atas dua kategori, yaitu objek material dan objek formal.

Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial manusia dan gejala serta proses hubungan antar manusia yang mempengaruhi hubungan sosial dalam kesatuan hidup manusia. Objek formalnya meliputi:

1. pengertian tentang sikap dan tindakan manusia terhadap lingkungan hidup manusia dalam kehidupan sosialnya melalui penjelasan ilmiah;

2. meningkatkan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat;

3. meningkatkan kerja sama antar manusia.

Dilihat dari objeknya tersebut, jelaslah bahwa tujuan sosiologi adalah untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Jadi, objek formalnya tersebut berfungsi sebagai penuntun adaptasi di masyarakat. Mengembangkan pengetahuan yang objektif mengenai gejala-gejala kemasyarakatan yang dapat di manfaat kan secara efektif untuk memecahkan masalah-masalah sosial (problem solving). Contohnya, jika seseorang ingin menjalin hubungan dengan masyarakat lain, selayaknya ia harus mempelajari dahulu sifat dan karakter masyarakat tersebut. Dengan mengetahui sifat dan karakter individu lain, serta kebiasaan di masyarakat, akan memudahkan seseorang untuk bersosialisasi dan berinteraksi.


(14)

Bisa digambarkan bahwa objek sosiologi ibarat seseorang yang memancing. Ikan, pancing dan cara-cara memancing sudah diberitahukan sebelumnya. Orang tersebut tinggal menggunakan cara-cara dan pancing untuk mendapatkan ikannya. Jadi objek sosiologi terdiri atas masyarakat dan nilai-nilai aturan yang sudah ada.

B. Konsep Dasar dan Metode Penelitian Sosiologi

Sebagai ilmu, sosiologi memiliki teori-teori yang telah dibangun dari konsep-konsep dasar dan metode ilmiah tentang manusia dalam kehidupan masyarakat. Pembahasan ini akan dimulai dengan uraian mengenai konsep-konsep dasar sosiologi.

2.1. Konsep Dasar dalam Sosiologi

Setiap bidang ilmu pengetahuan memerlukan konsep-konsepnya tersendiri agar dapat menciptakan dan membentuk suatu referensi atau acuan yang dijadikan sebagai alat penelitian, analisis, dan perbandingan hasil-hasil penelitiannya. Kesalahan dalam penggunaan konsep dapat menimbulkan kerancuan dan salah pengertian.

Konsep ialah kata, atau istilah ilmiah yang menyatakan suatu ide atau pikiran umum tentang sifat-sifat suatu benda, peristiwa, gejala, atau istilah yang mengemukakan tentang hubungan antara satu gejala dan gejala lainnya. Dari beberapa definisi sosiologi yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa istilah ilmiah atau konsep dasar yang sering digunakan dalam sosiologi, yaitu sebagai berikut.

1. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial (norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok serta lapisan sosial.

2. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dan segi kehidupan politik, antara segi kehidupan hukum dan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi, serta yang lainnya. Salah satu proses sosial yang bersifat tersendiri ialah dalam hal terjadinya perubahan-perubahan dalam struktur sosial.


(15)

3. Perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup seluruh lapisan dalam struktur sosial dan jalinan hubungan dalam masyarakat.

4. Organisasi sosial adalah aspek kerja sama yang mendasar, yang menggerakkan tingkah laku para individu pada tujuan sosial dan ekonomi tertentu.

5. Institusi sosial adalah suatu sistem yang menunjukkan bahwa peranan sosial dan norma-norma saling berkaitan dan telah disusun guna memuaskan suatu kehendak atau fungsi sosial.

Berikut ini beberapa pengertian dasar yang dianggap berguna untuk memahami sosiologi yang disajikan dalam buku ini. Beberapa pengertian tersebut adalah sebagai berikut.

a. Individu

Individu berhubungan dengan orang-perorangan atau pribadi, yang berarti individu bertindak sebagai subjek yang melakukan sesuatu hal; subjek yang memiliki pikiran; subjek yang memiliki keinginan; subjek yang memiliki kebebasan; subjek yang memberi arti (meaning) pada sesuatu; subjek yang mampu menilai tindakannya sendiri dan tindakan orang lain.

b. Masyarakat

Masyarakat dalam bahasa Inggris disebut society, dan dalam bahasa latin yaitu socius, yang berarti kawan, sedangkan istilah masyarakat dalam bahasa Arab, yaitu syakara yang artinya turut serta. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau saling berinteraksi secara tetap dan memiliki kepentingan yang sama.

c. Hubungan Individu dan Masyarakat

Hubungan antar individu dapat terjadi antara dua orang yang bersahabat. Mereka secara rutin bertemu, baik dalam permainan maupun di sekolah. Kebiasaan yang mereka lakukan akan mengikat dua orang tersebut menjadi bersamaan. Begitu pula halnya jika hubungan tersebut melibatkan lebih banyak individu, sehingga akan terjadi hubungan yang lebih luas lagi. Seperti antar tetangga, antar individu di berbagai tempat, dan lain-lain. Di antara mereka biasanya terdapat suatu aturan tertentu yang disebut norma.


(16)

d. Kelompok

Kelompok merupakan himpunan dari beberapa orang individu yang satu sama lain saling berhubungan secara teratur, saling memperhatikan dan menyadari akan adanya manfaat kebersamaan. Ciri yang mendasar dari kelompok yaitu dengan adanya sesuatu hal yang dianggap milik bersama.

e. Komunitas (Community)

Kesatuan hidup manusia yang menempati wilayah tertentu, lazimnya disebut community, misalnya desa petani di wilayah “X”, tempat warga petani memiliki hubungan dan ikatan yang kuat. Mereka berada di suatu tempat dengan batas wilayah yang jelas. Interaksi sosial yang sering mereka lakukan biasanya dengan rekan-rekan tetangga.

Semua konsep-konsep tersebut dijadikan dasar untuk mempelajari keluarga, kampung, dan komunitas-komunitas. Demikian juga dalam mempelajari wilayah-wilayah tertentu, manusia dari zaman tradisional sampai peradaban masa kini.

Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antar manusia yang memengaruhi kesatuan hidup manusia itu sendiri. Adapun objek formalnya lebih ditekankan pada hubungan antar manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.

Modernisasi merupakan salah satu bentuk perubahan sosial. Modernisasi pada awalnya dimaknai sebagai perubahan teknik produksi dari tradisional ke mesin-mesin. Westernisasi adalah masuknya kebudayaan barat ke dalam suatu kebudayaan non-Barat.

Nama “sosiologi” merupakan hasil ciptaan Auguste Comte. Dikisahkan bahwa Comte semula bermaksud memberikan nama social physics, bagi ilmu yang akan diciptakannya itu, namun kemudian mengurungkan niatnya karena istilah tersebut telah digunakan oleh seorang tokoh lain, Saint Simon. (Sumber: Pengantar Sosiologi, 2000)


(17)

2.2. Metode-Metode Sosiologi

Setelah mendapatkan gambaran dari pokok-pokok tentang ruang lingkup yang menjadi kajian objek sosiologi, perlu dijelaskan tentang cara atau metode sosiologi dalam mempelajari objek-objeknya. Untuk mempelajari objek yang menjadi kajiannya, sosiologi memiliki cara kerja atau metode yang terbagi atas dua jenis, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif.

2.2.1. Metode Kualitatif

Metode kualitatif adalah metode yang mengutamakan bahan atau hasil pengamatan yang sukar diukur dengan angka atau ukuran yang matematis meskipun kejadian itu nyata dalam masyarakat. Beberapa metode yang termasuk dalam metode kualitatif adalah sebagai berikut.

1. Metode historis, adalah metode pengamatan yang menganalisis peristiwa-peristiwa masa silam untuk merumuskan prinsipprinsip umum.

2. Metode komparatif, adalah metode pengamatan dengan membandingkan

3. bermacam-macam masyarakat serta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan dan persamaan sebagai petunjuk tentang perilaku suatu masyarakat pada masa lalu dan masa mendatang.

4. Metode studi kasus, adalah suatu metode pengamatan tentang suatu keadaan, kelompok, masyarakat setempat, lembaga-lembaga, ataupun individu-individu. Alat-alat yang digunakan dalam studi kasus adalah wawancara (interview), pertanyaan-pertanyaan atau kuesioner (questionaire), daftar pertanyaan-pertanyaan, dan teknik keterlibatan si peneliti dalam kehidupan sehari-hari dari kelompok sosial yang sedang diamati (participant observer technique).

2.2.2. Metode Kuantitatif

Metode kuantitatif adalah metode statistik yang bertujuan untuk menggambarkan dan meneliti hubungan antar manusia dalam masyarakat secara kuantitatif. Pengolahan data secara statistik banyak dilakukan para ahli ilmu sosial untuk data yang bersifat angka (data


(18)

kuantitatif). Pengolahan data dengan menggunakan statistik tidak berarti menuntut seseorang menjadi ahli statistik. Penggunaan statistik dalam sosiologi tidak harus menggunakan teknik statistik tinggi. Pengolahan data statistik dapat dilakukan secara sederhana. Kemampuan untuk mencari nilai rata-rata (mean, mode, median) atau dengan menggunakan tabel Distribusi Frekuensi, telah dapat dan biasa Anda lakukan. Di sekolah, Anda juga telah belajar keterampilan matematis yang berguna untuk membantunya dalam mengolah data secara statistik.

Di samping metode-metode tersebut, masih ada beberapa metode lain, yaitu sebagai berikut.

1. Metode deduktif, adalah metode yang dimulai dari kaidah-kaidah yang berlaku umum untuk kemudian dipelajari dalam keadaan yang khusus.

2. Metode induktif, adalah metode yang mempelajari suatu gejala khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih luas atau bersifat umum.

3. Metode empiris, adalah suatu metode yang mengutamakan keadaan-keadaan nyata di dalam masyarakat.

4. Metode rasional, adalah suatu metode yang mengutamakan penalaran dan logika akal sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah kemasyarakatan.

5. Metode fungsional, adalah metode yang digunakan untuk menilai kegunaan lembaga-lembaga sosial masyarakat dan struktur sosial masyarakat.

2.3. Hakikat Sosiologi

Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, antara lain sebagai berikut.

1. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari atau berhubungan dengan gejala-gejala kemasyarakatan.

2. Dalam sosiologi, objek yang dipelajari adalah apa yang terjadi sekarang dan bukan apa yang seharusnya terjadi pada saat ini. Karena itu, sosiologi disebut pula ilmu pengetahuan normatif.

3. Dilihat dari segi penerapannya, sosiologi dapat digolongkan ke dalam ilmu pengetahuan murni (pure science) dan dapat pula menjadi ilmu terapan (applied science).


(19)

4. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan pengetahuan yang konkret. Berarti yang menjadi perhatiannya adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.

5. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum manusia dan masyarakatnya. Sosiologi meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia serta sifat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat.

6. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum, bukan khusus, artinya mempelajari gejala-gejala umum yang ada pada interaksi antar manusia.

2.4. Manfaat Sosiologi

Pada hakikatnya ilmu pengetahuan timbul karena adanya hasrat ingin tahu dalam diri manusia. Hasrat ingin tahu tadi timbul karena banyak sekali aspek-aspek kehidupan yang masih gelap bagi manusia, dan manusia ingin mengetahui kebenaran dari kegelapan tersebut. Sama halnya dengan ilmu-ilmu lain, teori-teori yang ada dalam sosiologi memiliki tujuan untuk mencari kebenaran dari berbagai fenomena, gejala, dan masalah sosial. Ditinjau dari aspek aksiologi, sosiologi memiliki nilai guna dalam menganalisis fenomena-fenomena sosial yang ada di masyarakat.

Keragaman budaya seharusnya menyadarkan kita bahwa sangat penting memahami latar belakang sosial budaya yang berasal dari masyarakat lain. Kajian tentang fenomena sosial budaya tidak bermaksud untuk memberikan penilaian suatu budaya baik atau buruk, cocok atau tidak cocok bagi suatu masyarakat. Sosiologi tidak bertujuan untuk memberikan penilaian bahwa suatu kebudayaan lebih tinggi atau lebih rendah dari kebudayaan masyarakat lain. Namun, kita diajak untuk memahami keragaman budaya sebagai sesuatu yang dapat memperkaya kebudayaan dalam suatu masyarakat.

Dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia yang multietnis, multikultural, sosiologi berperan untuk mewujudkan integrasi atau persatuan nasional. Pemanfaatan kedua ilmu itu yang lebih praktis sifatnya bisa dilihat pada penggunaannya untuk memperlancar proyek pembangunan, penyuluhan terhadap masyarakat seperti program keluarga berencana, bahaya narkoba, dan penegakan hukum.


(20)

C. Konsep-Konsep Realitas Sosial

Apa yang dipelajari sosiologi terhadap sifat-sifat manusia adalah pola-pola hubungan dalam masyarakat dan mencari pengertian-pengertian umum secara rasional dan empiris. Oleh karena itu, sosiologi umumnya mempelajari gejala-gejala atau fenomena masyarakat dan kebudayaannya yang normal atau teratur. Sebagai kumpulan makhluk yang dinamis, masyarakat cenderung untuk melakukan perubahan sehingga tidak selamanya gejala-gejala itu tetap dalam keadaan yang normal. Gejala-gejala tersebut dikenal sebagai realitas sosial budaya di masyarakat.

Realitas sosial budaya adalah isi dasar sosiologi, yaitu kenyataan kehidupan sosial seperti adanya masyarakat, kelompok, dan para individu.

Realitas sosial budaya merupakan objek dari sosiologi. Emile Durkheim menggambarkan hal tersebut sebagai fakta sosial.

3.1. Konsep Masyarakat

Anda tentu sudah mengenal sebelumnya tentang pengertian dari masyarakat. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau saling berinteraksi secara tetap dan memiliki kepentingan yang sama. Literatur lain memberikan pengertian tentang masyarakat sebagai sistem sosial, yaitu sebagai organisme yang terdiri atas bagian-bagian yang saling bergantung karena memiliki fungsinya masing-masing dalam keseluruhan. Bagian-bagian yang dimaksud, menurut Emile Durkheim merupakan suatu kenyataan objektif individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.

Pengertian lain tentang masyarakat, juga dikemukakan Paul B. Horton. Menurutnya masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang bersama-sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu. Pada bagian lain, Horton mengemukakan bahwa masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu dengan lainnya.


(21)

Berikut ini dijelaskan ciri-ciri dari konsep tentang masyarakat.

1. Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang.

2. Bercampur atau bergaul dalam waktu cukup lama. Berkumpulnya manusia akan menimbulkan manusia-manusia baru. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia.

3. Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.

4. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya.

5. Melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya.

Adakah manusia yang hidup sendiri? Mengapa Anda memerlukan orang lain? Untuk memberikan alasannya, marilah kita bahas tentang terbentuknya masyarakat.

Masyarakat terbentuk karena manusia menggunakan pikiran, perasaan, dan keinginannya dalam memberikan reaksi terhadap lingkungannya. Hal ini didasari karena manusia memiliki dua keinginan pokok, yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lainnya, dan keinginan untuk menyatu dengan lingkungan alamnya. Manusia memiliki naluri untuk selalu berhubungan dengan sesamanya.

Hubungan yang berkesinambungan tersebut menghasilkan pola pergaulan yang dinamakan pola interaksi sosial. Pergaulan tersebut menghasilkan pandangan mengenai kebaikan dan keburukan. Pandangan-pandangan tersebut merupakan nilai-nilai manusia yang kemudian sangat berpengaruh terhadap cara dan pola perilakunya.

Untuk terbentuknya suatu masyarakat, paling sedikit harus terpenuhi beberapa unsur berikut.

1. Terdapat sekumpulan orang.

2. Berdiam atau bermukim di suatu wilayah dalam waktu yang relatif sama atau kemampuan bertahan yang melebihi masa hidup seorang anggotanya.


(22)

4. Adanya sistem tindakan utama yang bersifat swasembada.

5. Kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama secara bersama-sama.

6. Akibat dari hidup bersama dalam jangka waktu yang lama itu menghasilkan kebudayaan berupa sistem nilai, sistem ilmu pengetahuan dan kebudayaan kebendaan.

Suatu masyarakat dapat dikatakan sebagai community (masyarakat setempat) apabila memiliki syarat-syarat sebagai berikut.

1. Adanya beberapa rumah atau rumah tangga yang terkonsentrasi di suatu wilayah geografis tertentu.

2. Warganya memiliki taraf interaksi sosial yang terintergrasikan.

3. Adanya rasa kebersamaan, yang tidak perlu didasarkan pada hubungan kekerabatan.

Kesatuan masyarakat setempat lama-kelamaan akan bertambah besar maka frekuensi interaksi antar anggotanya akan semakin berkurang dan menurun, akhirnya menjadi masyarakat secara umum. Sistem sosial itu sendiri merupakan organisme yang terdiri atas bagian-bagian yang saling bergantung antara satu dan yang lainnya, disebabkan masing-masing memiliki fungsi dalam satu sistem. Bagian-bagian tersebut merupakan elemen-elemen sosial yang terdiri atas tindakan-tindakan sosial yang dilakukan individu-individu untuk mengadakan interaksi satu dengan lainnya. Dari individu-individu yang berinteraksi dan bersosialisasi, kemudian muncul proses sosial atau hubungan sosial yang terjadi sehingga membentuk struktur sosial yang nantinya bisa dilihat karakteristik masyarakat tersebut.

Masyarakat merupakan sebuah sistem sosial yang di dalamnya terkandung unsur-unsur yang saling berhubungan. Berikut ini dijelaskan unsur-unsur dalam sistem sosial tersebut.

a. Kepercayaan dan Pengetahuan

Unsur kepercayaan dan pengetahuan merupakan unsur yang paling penting dalam sistem sosial, karena perilaku anggota dalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh hal yang mereka


(23)

yakini dan hal yang mereka ketahui tentang kebenaran, sistem religi, dan cara-cara penyembahan kepada sang Pencipta Alam Semesta.

b. Perasaan

Perasaan adalah keadaan jiwa manusia yang berkenaan dengan situasi alam sekitarnya termasuk di dalamnya sesama manusia. Perasaan terbentuk melalui hubungan yang menghasilkan situasi kejiwaan tertentu, yang jika sampai pada tingkat tertentu, harus dikuasai agar tidak terjadi ketegangan jiwa yang berlebihan. Perbedaan latar belakang budaya suatu masyarakat akan membedakan keadaan kejiwaan masyarakat yang membentuk suatu sistem sosial.

c. Tujuan

Sebagai makhluk sosial, dalam setiap tindakannya, manusia memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Tujuan itu sendiri adalah hasil akhir atas tindakan dan perilaku seseorang yang dicapai melalui perubahan-perubahan atau dengan cara mempertahankan suatu keadaan yang sudah mantap.

d. Kedudukan (status) dan Peran (role)

Kedudukan (status) seseorang dalam masyarakat ditentukan berdasarkan pergaulan, prestasi, hak, dan kewajiban dalam interaksinya dengan orang lain. Di dalam setiap sistem sosial dijumpai bermacam-macam kedudukan, baik yang diperoleh secara turun-temurun, usaha sendiri, maupun kedudukan yang diberikan sebagai penghargaan dari lingkungan. Adapun peran (role) adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan kedudukannya. Kedudukan menentukan sesuatu yang harus diperbuatnya bagi masyarakat dan tidak harus memiliki hierarki.


(24)

Norma adalah pedoman tentang perilaku yang diharapkan atau pantas menurut kelompok atau masyarakat. Kadang-kadang bisa juga disebut peraturan sosial. Norma-norma sosial merupakan patokan tingkah laku yang diwajibkan atau dibenarkan dalam situasi tertentu dan merupakan unsur paling penting untuk meramalkan tindakan manusia dalam sistem sosial. Norma-norma sosial dipelajari dan dikembangkan melalui sosialisasi, sehingga menjadi pranata-pranata sosial yang menyusun sistem itu sendiri.

f. Kekuasaan

Kekuasaan adalah setiap kemampuan untuk memengaruhi pihak-pihak lain. Seseorang yang memiliki kekuasaan biasanya diikuti oleh wewenang apabila kekuasaannya tersebut mendapatkan dukungan dan diakui oleh masyarakat.

g. Sanksi

Sanksi adalah suatu bentuk imbalan atau balasan yang diberikan terhadap seseorang atas perilakunya. Sanksi dapat berupa hadiah (reward) dan dapat pula berupa hukuman (punishment). Sanksi diberikan atau ditetapkan oleh masyarakat untuk menjaga tingkah laku para masyarakat supaya sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Setiap masyarakat akan menerapkan sanksi kepada anggotanya, baik yang positif maupun sanksi yang negatif. Akan tetapi, wujud dan tingkatan sanksi yang diberikan sangat bergantung pada peradaban masyarakat tersebut.

h. Fasilitas

Fasilitas (sarana) adalah semua bentuk cara, metode, benda-benda yang digunakan manusia untuk menciptakan tujuan sistem sosial itu sendiri. Dengan demikian, fasilitas di sini sama dengan sumber daya material atau kebendaan dan sumber daya immaterial berupa ide atau gagasan.

Apakah yang dimaksud dengan konsep struktur sosial dalam realitas sosial budaya? Struktur sosial adalah suatu rangkaian yang kompleks dari relasi-relasi sosial yang berwujud


(25)

dalam suatu masyarakat. Di dalamnya terdapat unsur-unsur sosial yang tersusun secara teratur guna membentuk suatu kesatuan yang sistematik.

Dasar yang penting dalam struktur sosial ialah relasi-relasi sosial untuk membantu pemahaman tentang tingkah laku manusia dalam kehidupan sosial. Apabila relasi atau hubungan sosial tidak dilakukan, masyarakat itu tidak berwujud lagi.

Bagaimana sebetulnya unsur-unsur sosial itu terbentuk, berkembang, dan dipelajari oleh individu dalam masyarakat? Semua itu dapat dilakukan melalui proses-proses sosial. Proses sosial itu sendiri adalah hubungan timbal-balik antara bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat dan memahami norma-norma yang berlaku. Konsep struktur sosial juga dapat dilihat dari segi status, peranan, nilai-nilai, norma, dan institusi sosial dalam suatu sistem relasi.

3.2. Organisasi Sosial

Negara dan bangsa merupakan salah satu contoh bentuk kelompok sosial yang memiliki jumlah anggota terbesar. Kelompok sosial atau organisasi sosial merupakan pokok perhatian utama sosiologi dewasa ini. Setiap individu adalah anggota masyarakat dalam suatu organisasi sosial. Organisasi sosial adalah cara-cara perilaku anggota masyarakat yang terorganisasi secara sosial. Dalam organisasi sosial terdapat tindakan yang saling terkait dan tertata melalui aktivitas sosial, susunan kerja suatu masyarakat, dan aspek kerja sama yang menggerakkan tingkah laku para individu pada tujuan sosial dan ekonomi tertentu. Dengan demikian, dalam organisasi sosial terdapat unsur-unsur, seperti kelompok dan perkumpulan, lembaga-lembaga sosial, peranan-peranan, dan kelas-kelas sosial.

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa kelompok merupakan himpunan dari beberapa orang individu yang satu sama lain saling berhubungan secara teratur, saling memperhatikan, dan secara sadar adanya manfaat bersama. Sebagai ciri yang mendasar dari kelompok yaitu dengan adanya sesuatu hal yang dianggap milik bersama. Kenyataannya dalam kehidupan masyarakat, kita dapat menemukan bermacam-macam jenis kelompok sosial, mulai dari keluarga, masyarakat desa, masyarakat kota, sampai bangsa dan lainnya.


(26)

Dalam organisasi sosial atau kelompok sosial, juga dikenal adanya lembaga sosial. Di dalam sosiologi yang dimaksud dengan lembaga sosial (institusi sosial) adalah suatu sistem yang menunjukkan bahwa peranan sosial dan norma-norma saling berkaitan yang telah disusun guna mencapai suatu tujuan atau kegiatan dan oleh masyarakat dianggap penting. Jadi, lembaga adalah proses-proses yang tersusun untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu, misalnya lembaga agama. Lembaga agama tersebut bukan sekelompok orang, melainkan suatu sistem gagasan, kepercayaan, praktik, dan hubungan. Lembaga sekolah bukan sekelompok siswa, melainkan mendidik para anggota suatu kelompok dan melestarikan warisan budaya dalam kehidupan

suatu masyarakat. Lembaga perkawinan berfungsi kontrol terhadap pola relasi seks dan melahirkan generasi baru.

3.3. Dinamika Sosial

Secara umum, tidak ada masyarakat yang bersifat statis (tetap). Dihadapkan pada salah satu kebutuhan primer saja, misalnya kebutuhan untuk makan, maka manusia harus bekerja. Dinamika sosial merupakan telaah terhadap adanya perubahan-perubahan dalam realitas sosial yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Beberapa konsep yang berhubungan dengan dinamika sosial adalah sebagai berikut.

a. Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial atau gerak sosial didefinisikan sebagai perpindahan orang atau kelompok dari strata sosial ke strata yang lain dan dari satu lapisan ke lapisan sosial lain. Dengan kata lain, seseorang mengalami perubahan kedudukan (status) sosial dari suatu lapisan ke lapisan lain, baik menjadi lebih tinggi atau menjadi lebih rendah dari sebelumnya atau hanya berpindah peran tanpa mengalami perubahan kedudukan. Dengan demikian, perpindahan ini memiliki dua arah, yaitu ke arah atas (upward mobility) dan ke arah bawah (downward mobility).

b. Penyimpangan Sosial

Baik dalam proses maupun hasil dari perubahan, tidak selamanya sesuai dengan hal yang diinginkan masyarakat atau terjadi penyimpangan. Penyimpangan sosial merupakan


(27)

perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.

c. Pengendalian Sosial

Pengendalian sosial atau disebut pula “pengawasan sosial” yaitu segenap cara dan proses yang ditempuh oleh masyarakat sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai dengan harapan masyarakat itu sendiri. Sikap dan perilaku tiap individu bisa diselaraskan dengan sikap sosial atau kesepakatan yang ada dalam masyarakat.

Negara atau bangsa sudah pasti memiliki kebijakan atau aturan. Aturan tersebut dibuat oleh institusi yang berwenang. Institusi yang berwenang adalah Pemerintah. Pemerintahan terdiri atas Eksekutif, Yudikatif, dan Legislatif. Ketiga elemen ini yang menjadi sumber utama bergeraknya suatu roda bangsa. Jika salah satu saja dari ketiga elemen ini rusak, rusaklah seluruh bangsa. Bayangkan jika ketiga institusi ini rusak, sangatlah tidak berguna adanya pemerintahan dalam suatu bangsa atau negara.

3.4. Konsep Perubahan Sosial

Semua konsep yang kita perlukan apabila kita ingin menganalisis proses-proses dinamika serta perubahan masyarakat dan kebudayaan antara lain internalisasi (internalization), sosialisasi (socialization), dan enkulturasi (enculturation), difusi (diffusion), akulturasi (acculturation), asimilasi (assimilation), pembaruan atau inovasi (inovation), dan penemuan baru (discovery atau invention).

a. Internalisasi, adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal. Dalam proses ini, ia belajar menanamkan segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang diperlukan selama hidup dalam kepribadiannya.

b. Sosialisasi, adalah proses seorang individu dari masa anak-anak sampai masa tuanya untuk mempelajari pola-pola tindakan dan berinteraksi dengan berbagai macam individu di sekelilingnya, dalam menempati posisi dan peranan sosial di masyarakat.

c. Enkulturasi, adalah proses seorang individu mempelajari dan menyesuaikan pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses ini sudah dimulai sejak kecil di dalam lingkungan keluarga dan


(28)

teman sepermainan atau di sekolah. Seringkali ia belajar dengan meniru berbagai tindakan, kemudian dari tindakan tersebut diinternalisasikan dalam kepribadiannya. Dengan berkali-kali meniru, tindakannya menjadi suatu pola yang mantap dan norma yang mengatur tindakannya dibudayakan.

d. Difusi, adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dan sejarah ke seluruh dunia bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi. e. Akulturasi, adalah proses sosial yang timbul apabila bertemu suatu kebudayaan tertentu dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian budaya tersebut.

f. Asimilasi, adalah proses perpaduan dua kebudayaan. Proses ini dapat terjadi apabila ada hal-hal seperti:

1. golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda;

2. saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama;

3. kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.

g. Inovasi atau penemuan, adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk yang baru. Inovasi biasanya berkaitan dengan pembaruan kebudayaan yang khusus mengenai unsur teknologi dan ekonomi.

D. Hubungan Masyarakat dan Lingkungan

Sosiologi mempelajari pola-pola hubungan dalam masyarakat dan lingkungannya serta mencari pengertian-pengertian umum secara rasional dan empiris. Oleh karena itu, sosiologi umumnya mempelajari gejala-gejala (fenomena) masyarakat yang normal atau teratur dalam lingkungannya. Akan tetapi, tidak selamanya keadaan gejala-gejala menjadi normal seperti yang dikehendaki masyarakat yang bersangkutan. Gejala-gejala sosial yang tidak sesuai antara hal yang diinginkan dengan hal yang telah terjadi dinamakan masalah


(29)

sosial. Sebagai kumpulan makhluk yang dinamis, kita akan senantiasa menemukan masalah-masalah sosial di dalam masyarakat.

Di lingkungan masyarakat Indonesia banyak dijumpai masalah-masalah sosial yang disebabkan oleh perubahan-perubahan yang terus-menerus. Akibatnya, terjadi kerusakan atau keretakan organisasi sosial (disorganisasi) di masyarakat. Dalam menghadapi hal ini diperlukan suatu perencanaan sosial untuk mengatasinya. Untuk itu, lebih dahulu harus dipelajari secara mendalam realitas sosial yang sedang dihadapi masyarakat dengan melakukan perencanaan sosial.

4.1. Masalah Sosial

Sebuah masalah sosial sesungguhnya merupakan akibat dari interaksi sosial antar individu, antara individu dan kelompok, atau antara suatu kelompok dan kelompok lain. Dalam keadaan normal terdapat integrasi (keterpaduan) serta keadaan yang sesuai pada hubungan antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Apabila antar unsur-unsur tersebut terjadi bentrokan, hubungan-hubungan sosial akan terganggu sehingga memungkinkan terjadi kegoyahan dalam kehidupan kelompok.

Ada banyak faktor yang menjadi sumber masalah sosial di dalam masyarakat dan lingkungannya, antara lain adalah faktor ekonomis, biologis, psikologis, dan kebudayaan setempat. Semua faktor tersebut memunculkan kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial. Setiap kelompok masyarakat memiliki norma sendiri yang menjadi ukuran kesejahteraan, kesehatan, serta penyesuaian diri, baik individu maupun kelompok. Soerjono Soekanto membedakan masalah sosial menjadi empat, yaitu sebagai berikut.

1. Masalah sosial karena faktor ekonomis, misalnya kemiskinan, dan pengangguran.

2. Masalah sosial karena faktor biologis, misalnya penyakit menular.

3. Masalah sosial karena faktor psikologis, misalnya goncangan jiwa (gila).

4. Masalah sosial karena faktor kebudayaan, misalnya kenakalan remaja, atau konflik ras.


(30)

1. kepincangan warisan fisik yang diakibatkan oleh pengurangan atau pembatasan-pembatasan sumber daya alam;

2. warisan sosial, misalnya pertumbuhan dan berkurangnya penduduk, pembatasan kelahiran, migrasi, angka harapan hidup, kualitas hidup, pengangguran, depresi, pendidikan, politik, dan supremasi hukum;

3. kebijakan pemerintah, misalnya perencanaan ekonomi, dan perencanaan sosial. 2.2. Kriteria Masalah Sosial

Para sosiolog telah menyusun ukuran-ukuran atau kriteria yang termasuk ke dalam masalah sosial sebagai berikut.

a. Kriteria Utama

Unsur utama dari masalah sosial adalah adanya perbedaan yang mencolok antara nilai-nilai dan kondisi nyata kehidupan di masyarakat. Artinya, adanya ketidakcocokan antara anggapan-anggapan masyarakat tentang sesuatu yang seharusnya terjadi dengan yang telah terjadi dalam kenyataan pergaulan hidup.

Tingkat perbedaan tersebut berbeda-beda bagi setiap masyarakat, dan bergantung pada nilai-nilai yang mereka anut bersama. Jadi, agak sukar untuk menentukan apakah suatu ketidakcocokan itu merupakan masalah sosial atau bukan, sebab masyarakat akan menilainya menurut kebiasaan nilai dan norma yang mereka anut.

b. Sumber Masalah Sosial

Masalah-masalah sosial tidak hanya muncul dari kondisi sosial atau proses sosial yang berlangsung di masyarakat, tetapi juga berasal dari bencana alam, misalnya gempa bumi, kemarau panjang, atau banjir. Memang dapat dimengerti bahwa kegagalan panen bukanlah masalah sosial akibat kemarau panjang, tetapi akibat jangka panjang seperti kemiskinan dan kelaparan tentu akan menjadi masalah sosial. Dalam hal ini, sosiolog akan tertantang untuk menelaah atau mempelajari lebih jauh hal yang menyebabkan kemiskinan di suatu daerah, apakah ada faktor-faktor lainnya selain kegagalan panen tersebut.


(31)

c. Penetapan Masalah Sosial

Pada masyarakat manapun tidak mungkin setiap anggota menentukan sendiri nilai-nilai sosial untuk kemudian dilebur menjadi satu pendapat. Hal ini disebabkan setiap individu sesuai dengan kedudukannya dan peranannya di dalam masyarakat memiliki nilai dan kepentingan-kepentingan yang berbeda-beda. Untuk itu, sangat wajar jika sekelompok kecil individu yang memiliki kekuasaan dan wewenang lebih besar daripada orang lain, menentukan apakah sesuatu dianggap masalah sosial atau bukan.

4.3. Masalah Sosial Penting

Terdapat beberapa masalah sosial penting yang muncul karena hubungan antara manusia atau masyarakat dan lingkungannya. Beberapa masalah sosial ini merupakan kajian dalam sosiologi, seperti berikut ini.

a. Kemiskinan

Dewasa ini, perbedaan kedudukan ekonomi masyarakat ditentukan secara jelas karena berkembangnya nilai-nilai sosial baru tentang kedudukan yang berkenaan dengan pemilikan benda-benda bernilai ekonomi. Nilai-nilai baru ini berkembang sejak dimulainya perdagangan ke seluruh dunia, nilai-nilai yang berkembang di masyarakat lain cenderung diakui pula sebagai nilai oleh suatu masyarakat, terutama apabila berasal dari kelompok masyarakat yang tingkat peradabannya diyakini lebih tinggi daripada masyarakat setempat. Oleh sebab itu, tingkat kepemilikan harta menimbulkan masalah sosial baru, yaitu kemiskinan.

Kemiskinan adalah suatu keadaan seseorang yang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental ataupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Pada masyarakat yang bersahaja, kemiskinan identik dengan kesulitan memenuhi kebutuhan primer (sandang dan pangan). Inilah yang menyebabkan kemiskinan menjadi masalah sosial. Kemiskinan menyebabkan orang-orang tidak dapat memperoleh pendidikan yang layak sehingga kualitas hidupnya rendah. Selain itu, kemiskinan menyebabkan orang-orang melakukan tindakan yang


(32)

melanggar norma dan nilai, misalnya mencuri, melacur, atau korupsi. Ini semua disebabkan kurang berfungsinya lembaga-lembaga ekonomi sehingga taraf kehidupan ekonomis masyarakat tidak dapat diangkat ke taraf yang lebih baik.

b. Kejahatan

Kondisi-kondisi dan proses-proses sosial menghasilkan berbagai perilaku sosial di masyarakat, termasuk perilaku kejahatan. Kejahatan dianggap sebagai masalah sosial sebab dapat merugikan anggota masyarakat lainnya. Kejahatan terbentuk melalui proses imitasi, pelaksanaan peran sosial, diferensiasi, kompensasi, identifikasi dan kekecewaan yang agresif. Perilaku jahat itu dipelajari melalui pergaulan yang dekat dengan pelaku kejahatan sebelumnya, ditambah pengaruh media komunikasi, seperti buku, koran, radio, dan film yang juga mendorong orang untuk berperilaku jahat atau sebaliknya menjauhinya.

c. Peperangan

Peperangan dipandang sebagai bentuk pertentangan yang dahsyat sehingga merugikan dan menimbulkan disorganisasi, baik di pihak yang menang maupun di pihak yang kalah. Peperangan dapat dipandang sebagai lembaga kemasyarakatan sebab setelah peperangan biasanya diikuti dengan akomodasi yang melahirkan bentuk-bentuk kerja sama baru antarnegara atau masyarakat yang terlibat konflik.

d. Masalah Kependudukan

Penduduk merupakan sumber daya bagi keberadaan suatu negara. Negara yang penduduknya banyak berarti memiliki sumber daya yang besar untuk membangun. Akan tetapi, jika jumlah banyak tersebut tidak diimbangi dengan kualitas yang baik tentu akan menjadi beban atau masalah dalam meningkatkan taraf ekonominya. Selain itu, pertumbuhan yang cepat dan persebaran yang tidak merata juga dapat menjadi masalah sosial.

Terdapat pula jenis permasalahan sosial yang muncul dalam konteks lingkungan masyarakat dan cakupan yang berbeda, di antaranya:


(1)

h k e hid u p a n, m a k a prestasi p e n g eta h u a n d a n k etera m pila n y a n g dip erole h m a n usia m e nja di se d e mikia n k o m ple ks, se hin g g a p a d a fase inila h k o nse p p e n g eta h u a n d a n k e m a m p u a n – k e m a m p u a n g e mila n g n y a tela h m e nja di p e n e ntu ara h k e hid u p a n di m asa y a n g a k a n d ata n g. B e b era p a fa ktor tela h m elatar b elak a n gi terb e ntu k n y a le mb a g a-le m b a g a terte ntu u ntu k m e n g elola alo k asi p e m e n u h a n k e b utu h a n di a ntara n y a, (1) p ertu m b u h a n ju mla h p o p ulasi m a n usia y a n g m e m p e n g aru hi tin g k at p e n g u asaa n d a n k eterse dia a n su m b er d a y a ala m, (2) k o m ple ksn y a pra n ata k e b u d a y a a n d a n m e k a nism e p e n g eta h u a n b eserta te k n olo gi tera p a n, d a n (3) im plik asi tin g k at a k al b u di d a n m e ntalitas m a n u- sia y a n g kia n rasio n al. S ecara sin g k at, terb e ntu k n y a le m b a g a p e n didik a n m eru p a k a n k o nse k u e nsi lo gis d ari taraf p erk e m b a n g a n m asy ara k at y a n g 4 su d a h k o m ple ks. S e hin g g a u ntu k m e n g org a nisasik a n p era n g k atp era n g k at p e n g eta h u a n d a n k etera m pila n tid a k m e m u n g kin k a n dita n g a ni secara la n gsu n g ole h m asin g-m asin g k elu arg a. P erlu n y a pih a k lain y a n g secara k h usus m e n g urusi org a nisasi d a n a presiasi p e n g eta h u a n serta m e n g u p a y a k a n u ntu k ditra nsform asik a n k e p a- d a p ara g e n erasi m u d a a g ar terja min k elestaria a n n y a m eru p a k a n ceta k biru k e k u ata n y a n g m elatarb ela k a n gi b erdirin y a se k ola h se b a g ai le m b a g a p e n didik a n. W ala u p u n w uju d n y a b erb e d a-b e d a d ala m tia p-tia p n e g ara, k e b era d a a n se k ola h m eru p a k a n sala h satu in dik asi terw uju d n y a m asy ara k at m o d ern. D ala m h al ini p ara sosiolo g tela h m ela k u k a n ik htiar ilmia h u ntu k m e n e ntu k a n taraf e v olusi p erk e m b a n g a n m asy ara k at m a n usia. Dim ulai d ari A u g uste C o mte (17 9 8-18 5 7) d e n g a n k ary a n y a y a n g b erju d ul Course de p hilosop hie Positive (18 4 4). B elia u m e n e k a n k a n h u k u m p erk e m b a n g a n m asy ara k at y a n g terdiri d ari tig a je nja n g, y aitu je nja n g te olo gi di m a n a m a n u- sia m e nco b a m e njelask a n g ejala di se kitarn y a d e n g a n m e n g acu p a d a h al y a n g b ersifat a dik o drati. T araf p erk e m b a n g a n sela njutn y a disusul p e nca p aia n m a nifestasi k e m a m p u a n m a n usia u ntu k m e n a n g k a p fe n o m e n a lin g k u n g a n d e n g a n m e n y a n d ark a n p a d a k e k u ata n-k e k u ata n m etafisik ata u a bstra k. Hin g g a p a d a le v el tertin g gi, taraf p ositif. Iklim k e hid u p a n d e mikia n dita n d ai d e n g a n prestasi k e m a m p u a n m a n usia u ntu k m e njelask a n g ejala ala m m a u p u n sosial b erd asar p a d a d eskripsi ilmia h m elalui p e m a- h a m a n k e k u asa a n h u k u m o bje ktif (S u n arto, 2 0 0 0 : 3). D ari p e n g ertia n terse b ut p erw uju d a n m a n usia p ositivis h a n y a m a m p u dito p a n g ole h orie ntasi p e n didik a n y a n g su d a h terle m b a g a secara m a nta p m elalui a plik asi fu n gsi se k ola h-se k ola h m o d ern. Di lain pih a k, ta k k ala h p e ntin g n y a b u a h pikira n E mile D urk h eim (18 5 8-1912) b eru p a b u k u y a n g b erju d ul The Division of Labour in Society (19 6 8) ju g a m e n g a n alisis k ece n d eru n g a n m asy a- ra k at m aju y a n g di d ala m n y a terd a p at p e m b a gia n k erja d ala m p e m eta a n bid a n g-bid a n g e k o n o mi, h u k u m, p olitik p e n didik a n, k ese nia n d a n b a h k a n k elu arg a. G ejala terse b ut m eru p a k a n d a m- p a k d ari p e n era p a n siste m e k o n o mi in d ustri y a n g di d ala m n y a m e m erlu k a n m e m erlu k a n sp esialisasi p era n u ntu k m e n g usu n g k e b erh asila n d ala m m e m e n u hi k e b utu h a n hid u p p ara a n g g ota n y a (Jo hso n, 19 8 6 : 181-18 4). S e k ali la gi ilustrasi di atas h a n y a d a p at tercermin p a d a k o nte ks org a nisasi le m b a


(2)

g a p e n didik a n y a n g tela h m a m p u m e m pro d u k m a n usia profesio n al d e n g a n sp esifik asi k e a hlia n. S e d a n g k a n u ntu k m e w uju d k a n fig ur-fig ur m a n usia itu h a n y a m a m p u dila k u k a n ole h le m b a g a-le mb a g a p e n didik a n m o d ern. D ari k e d u a p ern y ata a n ilmia h p ara to k o h sosiolo gi di atas d a p at ditarik k esim p ula n b a h w a k e b era d a a n se k ola h y a n g m e w arn ai d u nia k e hid u p a n m a n usia sa at ini m eru p a k a n se b u a h k e niscay a a n p era d a b a n m o d ern y a n g le k at d e n g a n re nik-re nik p erg ulata n ilm u p e n g eta h u a n d a n a plik asi te k n olo gi m uta k hir. S e m e ntara m elih at k o nte ks sosial y a n g terb e ntu k d a p at dija w a b p ula se k ola h ju g a m asu k d ala m k ate g ori-k ate g ori org a nisasi p a d a u m u m n y a y a n g m e n g e m b a n k o nse k u e nsi-k o nse k u e nsi org a nisatoris. Ole h k are n a itu k e b era d a a n se k ola h p atut dim asu k k a n se b a- g ai sala h satu org a nisasi y a n g m e m a nfa atk a n m e k a nism e birokratis d ala m m e n g elola k erja-k erja institusin y a. B e b era p a prinsip p e n era p a n biro krasi ju g a terd a p at d ala m le mb a g a se k ola h a ntara lain: 1. Atura n d a n prose d ur y a n g k etat m elalui biro krasi, 2. M e miliki hierarki ja b ata n d e n g a n stru ktur pim pin a n y a n g m e m p u n y ai h a k d a n k e w ajib a n y a n g b erb e d a-b e d a, 3. P ela ksa n a a n a d minstrasi secara professio n al, 4. M e k a nism e p ere kruta n staf d a n p e m bin a a n secara b erta n g- g u n g ja w a b, 5. Stru ktur k arier y a n g d a p at diid e ntifik asik a n, d a n 6. P e n g e m b a n g a n h u b u n g a n y a n g b ersifa form al d a n im p erso n al (R o binso n, 19 81: 2 41). S e k ola h m e m a n g tid a k m e n g g u n a k a n se m u a k ete ntu a n- k ete ntu a n di atas secara k etat d a n lin e ar. K aita n d e n g a n h al terse b ut, Bid w ell ,19 6 5 (d ala m R o binso n, 19 81). b erp e n d a p at b a h w a se k ola h m e m p u n y ai ciri “stru ktur y a n g lo n g g ar”. Y a n g dim a ksu d d e n g a n k elo n g g ara n stru ktural ole h Bid w ell a d ala h prasy aratprasy arat m utla k d ari k e k u ata n-k e k u ata n stru ktural tid a k h arus dila ksa n a k a n se p e n u h n y a ole h g uru d ala m m e n era p k a n m eto d e b elajar-m e n g ajar k e p a d a p ara sisw a n y a. Tia p g uru m e m p u n y ai k e b e b asa n terte ntu u ntu k m e n e ntu k a n b a g aim a n a ia m e n g ajar di k elas, w ala u p u n p era n g k at-p era n g k at m aterin y a tela h dite ntu k a n ole h k urik ulu m di atasn y a 5 M asih d ala m lin g k u p se k ola h se b a g ai org a nisasi form al, b e b era p a a hli tela h m e n y ajik a n pra n ata-pra n ata m a n aje m e n y a n g b erb e d a-b e d a d ala m m e n era p k a n fu n gsi m a n aje m e n di se k ola h (R o binso n, 19 81). Di a ntara n y a a d ala h se b a g ai b erik ut. 1. M a n aje m e n Ilmia h P o k o k-p o k o k d ari m a n aje m e n ilimia h a ntara lain: - M e n g g u n a k a n alat u k ur d a n p erb a n din g a n y a n g jelas d a n te p at, - M e n g a n alisis d a n m e m b a n din g k a n proses-proses y a n g tela h dica p ai, d a n - M e n erim a hip otesis terk u at y a n g lulus d ari v erifik asi serta m e n g g u n a k a n n y a se b a g ai kriteria tu n g g al Im plik asin y a jelas, p e n era p a n kriteria tu n g g al b a gi se k ola h d e mi m e nca p ai m a ksim alisasi h asil-h asil b elajar secara efisie n d a n efe ktif. T a m p a k jelas je nis m a n aje m e n ini b erk ara kter m e k a nistis, k etat, m e n g uta m a k a n h asil k u a ntitatif, serta ce n d eru n g m e n g esa m pin g k a n u nsur-u nsur m a n usia wi di d ala m prosesn y a. 2. Siste m S osio-te k nis S e b a g ai siste m sosio-te k nis, se k ola h m e nca k u p b a n y a k h al y a n g m e nja di in p ut org a nisasi, n a m u n stafn y a a k a n “m e n g eta h ui” sifat in p ut-in p utn y a. D e n g a n b e gitu se k ola h d a p at m e n e ntu k a n instru m e n-instru m e n p e n g ola h a n d e mi m e nja min h asil y a n g o ptim al. S a m p ai di sini d efinisi sosio-te k nis m e m b erik a n titik te k a n p a d a p


(3)

e n g a m ata n d a n p e n g elo m p o k a n je nis-je nis m asu k a n d ala m se k ola h lalu ditin d a kla njuti d e n g a n cara-cara y a n g rele v a n d e n g a n “b a h a n m e nta h” terse b ut. M a n aje m e n sosio-te k nis m asih m e n g g u n a k a n prinsip m a n aje m e n form al, se hin g g a b e b era p a u nsur y a n g m ele k at p a d a prinsip m a n aje m e n ilmia h ju g a dimiliki ole h siste m sosio-te k nis. 3. P e n d e k ata n Sissosio-te mik M o d el p e n g elola a n y a n g p alin g b a n y a k dig u n a k a n a d ala h b e ntu k te ori siste m. Ciri k a hs p e n d e k ata n ini a d ala h p e n g a k u a n a d a n y a b a gia n-b a gia n su atu siste m y a n g terk ait erat p a d a k eseluru h a n. H u b u n g a n tim b al b alik itu m e n gisy aratk a n d etail b a gia n y a n g cu k u p k o m ple ks d a n proses intera ksi secara k eseluru h a n d ala m se b u a h org a nisasi. Im plik asi lain, b atas-b atas a ntarb a gia n h arus dik eta h ui d e n g a n te g as d ala m m e n gid e ntifik asi k o m p o n e n-k o m p o n e n le m b a g a se k ola h . S ecara intern al m o d el te ori siste m, m e n g a d o psi p e n a n g a n a n le m b a g a form al p a d a u m u m n y a u ntu k m e n g g era k k a n ro d a org a nisasi. A k a n teta pi p e n d e k ata n ini ju g a m e m p erh atik a n siste m sosial y a n g b e k erja di lu ar se k ola h. Tia p se k ola h b erusa h a p ula m e n a m p u n g tu ntuta n-tu nn-tuta n d ari p ara ora n g n-tu a sisw a, in d ustri sete m p at, p e n d a p at profesio n al d a n k e bija ksa n a a n p e n didik a n. 4. P e n d e k ata n In divid u al B aik p e n d e k ata n m a n aje m e n m a u p u n p e n d e k ata n siste m ce n d eru n g “m e m b e n d a k a n” org a nisasi. Org a nisasi dip a n d a n g se a k a n-a k a n se p erti m a k hlu k b esar y a n g m e n g atasi d a n m e n g e-cilk a n p era n a n g g ota-a n g g ota n y a (teruta m a p ara m urid). S e b a g ai a ntitesisn y a, m a k a p e n d e k ata n in divid u al m e n g a k o m o d asi nilainilai k e m a n usia a n d ala m org a nisasi. A k a n teta pi p a d a p erk e m-b a n g a n n y a p e n d e k ata n in divid u al m e miliki d u a k e o m p o k p a n-d a n g a n y a k ni: a. T e ori P asif P a n n-d a n g a n y a n g m e n e k a n k a n p e n g a m ata n in p ut p e n didik a n secara k ole ktif. Di m a n a su d ut terp e ntin g y a n g h arus dip erh atik a n ole h se k ola h a d ala h proses k e m ata n g a n prib a di p ara sisw a y a n g h arus difasilitasi, dia k o m o d asi k e b utu h a n n y a d a n dibim bin g m e n uju k e d e w asa a n. Ole h k are n a itu, pro p orsi org a nisasi se k ola h y a n g ce n d eru n g m e k a nistis h arus dip ola m e nja di flksib el a g ar p ara a n g g ota n y a bisa b ere kspresi d e n g a n o ptim al (R o binso n, 19 81: 2 5 2). b. T e ori A ktif K o nstru ksi p e n d e k ata n y a n g m e n g uta m a k a n k e m a m p u a n a ktif p ara sisw a u ntu k m e n ginterpretasik a n m a k n a-m a k n a n orm a- tif d a n tin d a k a n-tin d a k a n y a n g dih ara p k a n b erd asark a n iklim k esa d ara n m ere k a. M e n urut Silv erm a n (19 7 0) proses sosialisasi di se k ola h b u k a nla h im p eratif-im p eratif m oral y a n g m e m a ksa a k a n teta pi justru se k ola h m e nja di “p e mb a ntu” p ara sisw a d ala m m e n d o k u m e ntasi d a n m e m a nta p k a n m a k n a-m a k n a k e hid u p a n y a n g did a p at ole h m ere k a se n diri. P e n d e k ata n ini sa n g at k e ntal d e n g a n p e n g aru h alira n fe n o m e n olo gis d ala m sosiolo gi. Ole h 6 k are n a itu te ori a ktif b erm a ksu d m e n e k a n k a n m a k n a-m a k n a tafsira n b u d a y a y a n g did a p at ole h in divid u-in divid u di d ala m m e m p erse psik a n fu n gsi se k ola h b a gi m ere k a (R o binso n, 19 81 : 2 5 4). B erb a g ai p a n d a n g a n di atas tela h m e n a n d ask a n asp e k-asp e k p e ntin g y a n g b erp era n d a n b erintera ksi di d ala m se k ola h. P a d a k e n y ata a n n y a seluru h k o nse p m a n aje m e n y a n g dite k a n k a n ole h m asin g-m asin g a hli terse b ut selalu terca ntu m di d ala m se k ola h. T e ntu n y a fu n gsio n alisasi m asin g-m asin g m o d el m a n aje


(4)

m e n di atas terg a ntu n g p a d a k o nte ks p a n d a n g a n m a n usia y a n g m e n g- a m atin y a. A p a bila p a d a asp e k m a kro m a k a d o min asi g a b u n g a n fu n gsi m a n aje m e n siste m, sosio-te k nis d a n ilmia h le bih b erp era n p e ntin g d ala m m e mb a ntu k erja p e n glih ata n intele ktu al kita. B erb e d a p a d a dim e nsi y a n g le bih mikro, m a k a tip e id e al p e n- d e k ata n in divid u al a d ala h asp e k y a n g h arus dip erh atik a n d ala m m e n ela h u nsur-u nsur y a n g b erm ain di d ala m se k ola h. D ala m h al ini kita a k a n le bih co n d o n g m e n g a m ati org a nisasi se k ola h d ala m sk ala m a kro n y a. A n alisis sosial y a n g m u ncul se p u- tar se k ola h b a n y a k m e n g u p as k o nflik-k o nflik a ntar p era n a n y a n g terja di di le m b a g a se k ola h. S e p erti y a n g diu n g k a p k a n ole h D a vies, 19 7 3 ( d ala m R o binso n, 19 81 : 2 5 0) b a h w a le mb a g a p e n didik a n serin g dirasu ki ole h nilai-nilai y a n g terk a d a n g b erte nta n g a n a ntarpih a k b aik d ari p ara g uru, ora n g tu a, staf biro krat, sisw a, m a u p u n pih a k a p arat pim pin a n se k ola h. D ari sini a n alisis y a n g bisa disajik a n u ntu k m e n g a m ati k e b e- ra d a a n se k ola h se b a g ai le m b a g a form al d ala m a ktivitas p e n didik a n n y a terb a gi m e nja di d u a la h a n p erso ala n y a k ni: 1. P e n afisira n m ulti-k o nse p te nta n g tuju a n org a nisasi b eserta alo k asi p era n y a n g sin ergis S u d a h m e nja di k o nse k u e nsi b a gi setia p org a nisasi u ntu k m e- n eta p k a n tuju a n le m b a g a. B erb e d a d e n g a n org a nisasi p a d a u m u m n y a, se k ola h m e miliki ciri k h as y a n g a g a k u nik, k h ususn y a d ari o bje k y a n g m e nja di tuju a n n y a. D e n g a n m e n eta p k a n p osisi p era n k ele m b a g a a n y a n g b ertu g as u ntu k m e m b e k ali p eserta didik se p era n g k at p e n g eta h u a n d a n k etera m pila n m a k a se k ola h tela h m e n g u m a n d a n g k a n je nis tuju a n y a n g b ersifat a bstra k. H al ini te ntu saja b erb e d a d e n g a n le m b a g a lain y a n g jelas-jelas m e miliki o bje k tuju a n k o n krit. C o nto h n y a le m b a g a p erusa h a a n, te ntu n y a b a gi sia p a saja a k a n jelas m e m a h a mi arti “m e ncari k e u ntu n g a n m a ksim al” b a gi p erusa h a a n. B aik itu m a n ajer p e m asara n, dire ktur p a brik, b uru h a n g k uta n, so pir, sa m p ai te n a g a a d ministrasi a k a n jelas m e n g artik a n d efinisi tuju a n terse b ut. S e m e ntara se k ola h m e miliki tuju a n y a n g b ersifat m ulti-p e n afsira n d a n a g a k k a b ur. S elain itu, dim e nsi a bstra k y a n g m e nja di titik tola k p e n afsira n p ara pra ktisi se k ola h d a p at m e m u nculk a n h a m b ata n b esar u ntu k m e n y atu k a n p e m a h a m a n m a k n a tuju a n p e n didik a n a ntar p osisi. B erd asark a n stru ktur org a nisasi y a n g terb e ntu k, g uru b ertu g as se b a g ai p ela ksa n a p e n g ajara n k e p a d a sisw a, su p ervisor b erfu n gsi m e m bin a p ara g uru d a n tu g as form al a d ministratur se k ola h iala h u ntu k m e n g k o ordin asik a n d a n m e m a d u k a n b erb a g ai ra g a m a ktivitas d ala m lin g k u n g a n se k ola h. M asin g-m asin g p e g-m e g a n g p osisi g-m e g-m p u n y ai h a k d a n k e w ajib a n terte ntu d ala m h u b u n g a n d e n g a n p osisi lain. S u d a h te ntu k o m ple ksitas p era n a n m e nim b ulk a n nilai sosial y a n g b erb e d a-b e d a d a n a p a bila ditarik d ala m su atu prosp e k tuju a n m a k a a k a n m elib atk a n b erm aca m-m aca m p e n afsira n. S elain o bje k tuju a n y a n g sarat nilai, p osisi-p osisi p era n y a n g cu k u p k o m ple ks di lin g k u p intern al, m a k a se b u a h se k ola h a k a n b erh a d a p a n la n gsu n g d e n g a n k o m p o n e n nilai-nilai lain di lu ar lin g k u n g a n n y a. S p esifik asi tuju a n y a n g tela h diteta p k a n ole h se k ola h tern y ata h arus b ersin g g u n g a n erat d e n g a n alo k asi p era n p e n didik a n di lu ar se k ola h, teruta m a k elu arg a. B erk aita n d e n g a n h al terse b ut, su atu o bserv asi ilmia h y a n g dila k u k a n


(5)

ole h U niv ersitas H a v ard tela h m e n u nju k k a n h asil y a n g cu k u p dra m atis. S etela h diteliti, p ara g uru di se k ola h-se k ola h N e w E n gla n d m e miliki p a n d a n g a n y a n g b erb e d a te nta n g tuju a n p e n didik a n, b e gitu ju g a a ntar g uru d e n g a n k e p ala se k ola h n y a, selain itu in dik asi seru p a ditu nju k k a n p erb e d a a n nilai a ntar a d ministratur d e n g a n B a d a n P ertim b a n g a n S e k ola h. L e bih ja u h b u kti p e n elitia n ju g a m e n u nju k k a n su m b er uta m a y a n g m ela hirk a n k o nflik di k ala n g a n pra ktisi sosial te nta n g tuju a n d a n pro gra m-pro gra m se k ola h (F aisal, 19 8 5: 6 9). Dip a n d a n g d ari su d ut tuju a n n y a tern y ata le m b a g a se k ola h h arus m ela k u k a n b erm aca m-m aca m proses p e n y atu a n p a n d a n g a n b aik d ari wila y a h intern al m a u p u n asu msi-asu msi p u blik di lin g k u p e kstern al. T ela a h sosiolo gis tela h m e m b erik a n su m b a n g a n k o nse ptu al u ntu k m e mb e d a h o bje k tuju a n se k ola h d ala m p ola- 7 p ola h u b u n g a n n y a d e n g a n pih a k intern al m a u p u n lu ar le m b a g a se k ola h. 2. K o m ple ks p erm asala h a n di se kitar orie ntasi lintas p osisi d ala m k orid or efisie nsi d a n efe ktivitas K o m ple ks p erte nta n g a n terse b ut m eru p a k a n d eriv asi d ari p era n g k at-p era n g k at m a n usia y a n g m e miliki p era n-p era n sp esifik di le m b a g a se k ola h. B a n y a k b u k u te ks y a n g m e n g e m u k a k a n te nta n g p era n a n g uru d a n a d minsitratur p e n didik a n se ola h-ola h h arm o nis d a n serb a sin ergis. P a d a h al k e n y ata a n m e m b u ktik a n, sala h satu fa ktor y a n g m e m b eratk a n k erja org a nisasi a d ala h g ejala k esala h p a h a m a n u ntu k m e m a h a mi k a w a n se k erja b erk e n a a n d e n g a n h a k d a n k e w ajib a n y a n g b erb e d a sesu ai d e n g a n status p e k erja a n n y a. K ece n d eru n g a n y a n g terja di, h a m pir se m u a ta n g g u n g ja w a b d a n tu g as se k ola h y a n g b erh u b u n g a n d e n g a n sisw a selalu dilimp a h k a n k e p a d a se ora n g g uru. S e d a n g k a n p e m b erita a n fu n gsifu n gsi p era n y a n g b erb e d a b aik d ari asp e k bim bin g a n k o nselin g, p ela y a n a n biro krasi d a n k e u a n g a n, serta p era n p e n e g a k k etertib a n d a n k e displin a n tid a k p ern a h tersiar secara utu h k e p a d a p ara sisw a. D ala m a n alisis sosiolo gis, k o nflik p era n a n di lin g k u p intern al se k ola h dise b a b k a n p a d a ra n g k aia n h a k d a n k e w ajib a n y a n g m e m p e n g aru hi h ara p a n p ara p e m e g a n g status p e k erja a n. R u a n g- ru a n g k esa d ara n p era n terse b ut tela h terp eca h b ela h p a d a a k u m ulasi inte grasi y a n g terk ota k-k ota k p a d a m asin g-m asin g k elo m p o k p e k erja a n. D ala m w a ktu y a n g sa m a k e p ala se k ola h m e n g h ara p k a n p ara g uru selalu tertib d ala m m ela ksa n a k a n p e n g ajara n. S e m e ntara g uru se n diri selalu b erk ein gin a n m e m- b erik a n ra g a m m ateri y a n g sele n g k a p-le n g k a p n y a k e p a d a p ara sisw a. H al ini te ntu b erte nta n g a n d e n g a n asu msi u m u m p ara sisw a y a n g jelas-jelas b erh ara p a g ar p ara g uru tid a k terlalu b a n y a k m e n y o d ork a n m ateri y a n g h arus m ere k a h afalk a n. H al terse b ut te ntu n y a se m a kin m e nja u h k a n k esa d ara n w arg a se k ola h m e n g e n ai h a kik at m e n d asar d ari fu n gsi se k ola h se b a g ai le m b a g a p e n didik a n. M ere k a se m a kin ja u h terjeru m us p a d a la birin-la birin p erte nta n g a n se p utar ritu al-ritu al te k nis p e m e n u- h a n k e b utu h a n org a nisasio n al. D ari sini tuju a n a w al p e n era p a n a d minstrasi p e n didik a n u ntu k m e m p erm u d a h le m b a g a se k ola h d ala m m e njala n k a n fu n gsi-fu n gsi e d u k atif b eralih m e nja di ra ksasa p erm asala h a n y a n g selalu m e n g g ela y uti m e ntalitas w arg a n y a. T e ntu saja d ala m h al ini su m b a n gsih te ori sosiolo gi cu k u p strate gis g u n a m e mb erik a n g a m b ara n k o


(6)

m p erh e nsif te nta n g g urita k o nflik y a n g terb e ntu k di lin g k u n g a n se k ola h d ala m k aita n p erte nta n g a n a ntarp era n. D e n g a n b e gitu, p ara pra ktisi p e n didik a n dih ara p k a n m e miliki b a h a n m e nta h y a n g le n g k a p m e n g e n ai p olap ola sosial y a n g tersusu n di d u nia p e n didik a n form al b eserta v aria n-v aria n p erm asala h a n n y a. B. K elas se b a g ai S u atu Siste m S osial P a d a d asarn y a, proses-proses p e n didik a n y a n g sesu n g g u h n y a a d ala h intera ksi k e giata n y a n g b erla n gsu n g di ru a n g k elas. U ntu k k e p erlu a n terse b ut p e m b a h asa n m e n g e n ai k e giata n k elas m e n e m- p ati su b-to pik terse n diri d ala m susu n a n k ajia n to pik ini. D ari su dut sosiolo gi b e b erap a p e n d e k ata n tela h dig u n a k a n se b a g ai alat a n alisis u ntu k m e n g a m ati proses-proses y a n g terja di di ru a n g k elas. Dim ulai d ari p e n g a m ata n P arso n y a n g m e n g ete n g a h k a n arg u- m e ntasi ilmia h n y a te nta n g k elas se b a g ai su atu siste m sosial. B erk aita n d e n g a n fu n gsi se k ola h m a k a k elas m erup a k a n k e p a nja n g a n d ari proses sosialisasi a n a k di lin g ku n g a n k elu arg a m aup u n m asy a- ra k at. Kipra h intera ksi di k elas se c ara k h usus b erusa h a u ntu k m e m a ntap k a n p e n a n a m a n nilai-nilai d ari m asy ara k at (R o binso n, 19 81 : 12 7). Di sisi lain, p e n d e k ata n intera ksio nis c e n d eru n g m e n e k a n k a n a n alisis sosio-psik olo gis u ntu k m elih at ru a n g k elas. S eju mla h to k o h se p erti D ela m o nt, L e win, Lip pit, W hite d a n H.H. A n d erso n a d ala h fig ur-fig ur y a n g m e n g e ksplorasi asp e k intera ksi a ntarg uru d a n m urid. S elaras d e n g a n h al terse b ut, With all, 19 4 9, y a n g m e m a n- fa atk a n k ary a-k ary a p e n d a h ulu n y a m e n c o b a m e n e m u k a n p e n g aru h situ asi sosial e m osio n al d ala m ru a n g k elas. Ia m e m b e d a k a n a ntara m eto d e p e n g ajara n y a n g c e n d eru n g te a c h e r-c e ntr e d d e n g a n tip o- lo gi p e m b elajara n L e a r n e r-c e ntr e d, d e n g a n b era n g g ap a n b a h w a tip e y a n g k e du a m erup a k a n c ara y a n g p alin g e fe ktif u ntu k k e giata n p e m b elajara n di k elas (R o binso n, 19 81 : 12 9). D ala m satu ra n g k aia n p e n elitia n Fla n d ers,19 6 7 m e m p erku at stu di te nta n g intera ksi di k elas. M e n urut p e n d ap atn y a, se m a kin b esar k eterg a ntu n g a n m urid k e p a d a g uru, se m a kin kura n g sisw a 8 9 Yasik, 1985 : 79). Dampak dari konflik ini kadang mengganggu stabilitas individu atau bisa jadi dapat meluas pada segi-segi materiil di lingkungan sekolah. Seorang guru olah raga yang sedang menjadi wasit pertandingan sepak bola antar-kecamatan tentunya akan menghadapi tuntutan masyarakat mengenai kemungkinan diizinkannya penggunaan fasilitas sekolah. Akan tetapi dua hari yang lalu sang guru tersebut baru saja mendapat himbauan keras dari kepala sekolah agar berhati-hati dalam menjaga perlengkapan olah raga milik sekolah. Peringatan tersebut bukan tak beralasan, akan tetapi didukung sebuah fakta tentang peristiwa kehilangan beberapa peralatan seminggu yang lalu. Fenomena tersebut jelas menyokong suatu posisi bahwa konflik antarperanan di dalam sekolah dengan lingkungan eksternal merupakan sumber potensial utama dari lahirnya ketegangan di kalangan praktisi pendidikan, khususnya guru. Melalaui analisis sosiologis, para praktisi pendidikan bisa secara realistis peka mengkaji kekuatan-kekuatan majemuk yang berlangsung dalam konteks penyelenggaraan pendidikan. Dengan kekuatan analisis-analisis sosiologis para praktisi pendidikan bisa lebih jeli memperhitungkan faktor-faktor organisasi, budaya, dan personal di lingkungan kerjanya masing-masing