Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan yang bekerja lebih besar daripada jumlah
penduduk laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa peran wanita yang bekerja di Kota Surakarta sangat tinggi dalam peningkatan kesejahteraan
keluarga. Menurut data BPS Surakarta tahun 2006, berdasarkan data monografi masing-masing kelurahan wilayah Surakarta, jumlah penduduk
di Kota Surakarta menurut mata pencaharian adalah sebagai berikut : Tabel 16. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota
Surakarta, 2006 No.
Mata Pencaharian Jumlah
1. Petani Sendiri
486 2.
Buruh Tani 569
3. Pengusaha
8.218 4.
Buruh Industri 75.667
5. Buruh Bangunan
68.535 6.
Pedagang 33.180
7. Angkutan
37.981 8.
PNSTNIPOLRI 26.169
9. Pensiunan
17.018 10.
Lain-lain 166.936
Jumlah 434.759
Sumber : Badan Pusat Statistik 2006 Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk
yang bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani paling kecil. Hal ini karena bertambah padatnya Kota Surakarta sehingga terjadi alih fungsi
lahan pertanian ke non pertanian seperti digunakan untuk pemukiman dan usaha. Jenis pekerjaan akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang
diterima oleh seseorang. Tingkat pendapatan yang diterima akan mempengaruhi pola konsumsi seseorang.
C. Keadaan Perekonomian
Menurut Anonim 2007
f
, wilayah Solo Raya memiliki lokasi yang strategis, yaitu di Jawa Tengah, dan merupakan bagian dari area
pengembangan wilayah Joglosemar yang menggabungkan Yogyakarta, Solo dan Semarang. Solo terletak tidak jauh dari pusat–pusat perdagangan utama di
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Solo terletak hanya 102 km dari Semarang, 65
km dari Yogyakarta dan sekitar 210 km dari Surabaya. Semua daerah ini dapat dijangkau dengan mudah dari Solo karena jalan dan lintasan dalam kondisi
baik. Tiga sektor yang paling penting, antara lain manufaktur, pertanian dan perdagangan, restoran hotel, memberikan kontribusi yang hampir seimbang
pada PDRB dengan presentase masing–masing 25, 24, dan 20. Meski pertanian tetap merupakan sektor yang kuat, wilayah ini mengalami perubahan
dalam struktur industri menuju arah manufaktur selama lima tahun terakhir. Kota Surakarta selain menjadi kota budaya, saat ini Kota Surakarta
juga berkembang sebagai daerah perdagangan, industri dan jasa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sarana perekonomian yang mendukung. Kota
Surakarta sampai dengan tahun 2006 mempunyai pasar yang mendukung perekonomian yang dibedakan menurut jenisnya sebagai berikut:
Tabel. 17. Banyaknya Pasar dan Jenis Pasar Di Kota Surakarta, 2006 No.
Jenis pasar Jumlah
1. Departement store
1 2.
Pasar swalayan 9
3. Pusat perbelanjaan
3 4.
Pasar tradisional a. Umum
28 b. Hewan
2 c. Buah
2 d. Sepeda
1 e. Ikan
1 f. Lain-lain
15 Jumlah
62 Sumber : BPS Propinsi Jawa Tengah 2007
Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa Kota Surakarta mempunyai pasar yang beragam. Keberadaan pasar-pasar ini menunjang
perekonomian Kota Surakarta karena memudahkan penduduk untuk mencari atau membeli apa yang dibutuhkan.
Berdasarkan data-data mengenai kondisi daerah penelitian yang merupakan data-data yang mendukung dalam penelitian ini akan sangat
membantu para produsen dalam menentukan segmentasi pasar, daerah pemasaran, dan strategi pemasaran yang baik di sekitar wilayah Kota
Surakarta.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Karakteritik Responden
Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin responden, umur responden, tingkat pendidikan responden,
pekerjaan responden, pendapatan responden per bulan, dan jumlah anggota keluarga responden. Pengetahuan mengenai karakteristik konsumen perlu
dilakukan oleh seorang pemasar agar dapat menentukan pasar sasaran sehingga dapat memosisikan produknya dengan tepat.
a. Jenis kelamin Responden
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :
Tabel 18. Karakteristik Responden Produk Susu Kedelai Berdasarkan Jenis Kelamin, 2008
No. Jenis kelamin
Jumlah Persentase
1. Perempuan
88 88
2. Laki-laki
12 12
Jumlah 100
100 Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 18 mengenai karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, dapat diketahui bahwa responden dengan
jenis kelamin perempuan memiliki persentase lebih banyak dari laki- laki yaitu sebesar 88 persen, sedangkan responden dengan jenis
kelamin laki-laki hanya berjumlah 12 orang atau sebanyak 12 persen. Hal ini terjadi karena biasanya perempuanlah yang melakukan
kegiatan berbelanja. Menurut Lury 1998 : 164 bahwa telah diakui dunia pemasaran dan periklanan bahwa peran konsumen dibangun oleh
peran feminin dan secara tipikal wanitalah yang melakukan kegiatan berbelanja 80 atau lebih keputusan konsumsi ditentukan oleh
wanita, artinya yang sebenarnya membeli sebagian besar barang dan melakukan “pekerjaan” konsumsi
41